i
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Judul : Sirotulmustaqim Jalan Yang Lurus
ISBN 978-979-17035-0-5
SIROTULMUSTAQIM
Jalan Yang Lurus
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Sirotulmustaqim....
Ya, sirotulmustaqim...!
Sebuah jalan yang lurus....
B
egitulah Alloh menamakan jalan satu-satunya yang harus
dititi untuk “sampai” kepada-Nya. Jalan yang lurus, yang
tidak berbelok-belok dan tidak bercabang-cabang, adalah jalan
yang terdekat dan termudah untuk mencapai tujuan.
Bertemu dengan Alloh di akhirat nanti,“bertetangga” dengan-Nya di
surga yang indah... memandang wajah-Nya Yang Maha indah tak
terhingga... adalah kebahagiaan abadi tiada tara, takkan pernah
berakhir atau tersisipi kepahitan sedikitpun. Kebahagiaan, kesenangan
dan kelezatan bertemu dan memandang wajah Alloh adalah suatu
kebahagiaan yang jauh melebihi kenikmatan-kenikmatan istana emas
di surga, sungai-sungainya yang bermacam-macam, pohon-pohonnya
yang rindang, bebuahannya yang sangat lezat, kesehatan dan kekuatan
yang langgeng abadi, keelokan bidadari jelita, serta kenikmatan-
kenikmatan luar biasa lainnya yang tidak terhitung banyaknya. Namun
bertemu dengan Alloh dan memandang wajah-Nya jauh lebih besar
dari itu semua!
Surga dengan segala kenikmatannya yang tak terhingga
“hanyalah” tempat bertemu dengan-Nya, ya, tempat penantian
dan pertemuan dari waktu ke waktu.
Surga yang abadi “ hanyalah ” tempat jamuan yang Alloh
siapkan untuk orang-orang soleh yang meniti sirotulmustaqim
sampai akhir. Di dunia pun, ketika seseorang benar-benar
konsisten meniti sirotulmustaqim, maka hatinya akan bertambah
keyakinan dan akan menyaksikan keagungan Alloh di seluruh
sudut dunia yang dipandangnya.
Tidak ada jalan lain untuk bisa mencapai surga dan bertemu dengan
Alloh selain melalui sirotulmustaqim, sebab Alloh berada di atas
v
sirotulmustaqim! Tidak bisa dijumpai di jalan lain..! Jalan lurus yang
titik mulanya adalah bersyahadat dengan syahâdatain dan ujungnya
bermuara di pintu-pintu surga. Itulah Islam! Ya...Islam yang murni,
bukan Islam yang palsu. Islam yang bersih, bukan Islam yang terpolusi
berat!!
Sirotulmustaqim adalah jalan yang mudah, nyaman dan penuh rahmat.
Namun berhati-hati dan waspadalah..!!
Sebab setan telah membuat jalan-jalan alternatif untuk mengecoh
umat manusia agar tidak meniti jalan lurus tersebut, yaitu jalan-
jalan kekufuran yang membawa ke neraka Jahannam yang kekal
abadi. Atau membelokkan kepada 72 jalan golongan sesat yang
diancam dengan api neraka, walaupun tidak kekal.
Bagi yang tidak menempuh sirotulmustaqimdan tidak menitinya,
mereka akan meniti salah satu dari jalan-jalan yang ujungnya akan
berakhir di pintu-pintu Jahannam dan diharamkan dari
memandang wajah Alloh serta akan tenggelam di lembah-
lembah penderitaan yang kepedihannya tak terbayangkan.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita harus bersungguh-sungguh
memurnikan penitian kita terhadap sirotulmustaqim dengan banyak
belajar. Buku ini disusun dengan tujuan untuk membantu kita semua
dalam mempelajari dasar-dasar sirotulmustaqim. Serta memaparkan
“peta” penitian sirôtulmustaqîm dan penyelisihannya.
Karena buku ini memang ditujukan bagi kaum muslimin yang telah
memilih sirotulmustaqim m, maka selain membahas tentang
hakikat sirotulmustaqim, buku ini juga memberikan fokus perhatian
pada beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian
kaum muslimin. Sebaliknya, buku ini tidak akan membahas tentang
penyimpangan mereka yang tidak memilih sirotulmustaqim (umat-
umat di luar Islam).
Sebagai pesan terakhir, mari kita meluruskan niat dalam mengkaji buku
ini, serta marilah kita membacanya dengan seksama dan berulang-
ulang.
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
BAB I : Titik Mula Sebuah Perjalanan 1
BAB II : Sirôtulmustaqîm (Jalan Yang Lurus) 16
BAB III : Hidayah Menuju Sirôtulmustaqîm 21
A. Arti "Hidâyah" 21
B. Cara Mendapatkan Hidâyah... 24
BAB IV : Yang Benar Hanya Islam! 28
BAB V : Penyelisihan Sirôtulmustaqîm 31
BAB VI : Terpecah, dan Yang Benar Hanya Satu 38
A. Arti Iftirôq (perpecahan) 40
B. Sebab-sebab Penyimpangan 41
C. Sejarah Awal Perpecahan 41
BAB VII : Firqotunnâjiyah Ahlus Sunnah... 46
A. Firqotunnâjiyah 46
B. Ahlus Sunnah wal Jama'ah 46
C. Arti Kata "Sunnah" dan "Jama'ah" 48
D. Nama Umat Ini 48
E. Asal Usul Nama Ahlus Sunnah
wal Jama'ah 49
F. Ahlus Sunnah dalam Realita 53
BAB VIII : Rambu-rambu Sirôtulmustaqîm 55
A. Tauhîdulloh (Mengesakan Alloh ) 55
B. Ittibâ' 59
C. Sumber yang Benar dalam
Hukum dan Pemahaman 64
D. Metode Pemahaman yang Benar 66
BAB IX : Bid'ah 69
vii
A. Penjelasan Tentang Bid'ah 69
B. Keburukan Bid'ah 71
BAB X : Ahlul Bid'ah 73
A. Arti Ahlul Bid'ah 73
B. Sumber Hukum dan Pemahaman
Menurut Ahlul Bid'ah 73
C. Sebab-sebab Dasar Penyimpangan 74
D. Bentuk-bentuk Penyimpangan 53
E. Ancaman atas Ahlul Bid'ah 81
PENUTUP 83
UNSUR-UNSUR UTAMA BUKU INI 93
DAFTAR PUSTAKA 95
viii
BAB I
TITIK MULA
SEBUAH PERJALANAN
"(Ingatlah) ketika Robbmu berfirman kepada
malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah". Maka apabila telah Ku-
sempurnakan kejadiannya dan Ku-tiupkan kepadanya
roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kalian bersujud
kepadanya." [QS. Shod (38) (38): 71-72]
2 | Sirotulmustaqim
4 | Sirotulmustaqim
malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia
menyombongkan diri dan jadilah dia termasuk orang-
orang yang kafir. Alloh berfirman: Hai iblis, apakah yang
menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan
dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombong-
kan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang
yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: Aku lebih baik dari-
padanya, Karena Engkau ciptakan aku dari api, sedang-
kan dia Engkau ciptakan dari tanah. Alloh berfirman: Ke-
luarlah kau dari surga! Sesungguhnya kau adalah orang
yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu
sampai hari pembalasan. [QS. Shod (38) : 71-78]
Adapun Adam sang manusia pertama telah dirahmati Alloh
dan dikaruniai seorang istri yang diciptakan dari tulang rusuknya
sendiri. Mereka berdua dimuliakan Alloh dengan dimasukkan
ke dalam surga yang indah, penuh kemudahan, tidak ada
padanya kesusahan dan kesedihan, segalanya sangat
menyenangkan sekali. Ketika itu Alloh pun berpesan kepada
keduanya dengan pesan-pesan yang sangat mulia.
Alloh berfirman:
"Maka kami berkata: Hai Adam, sesungguhnya ini
(Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka
sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kalian
berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi
sengsara". [QS. Thoha (20): 117]
Tetapi ternyata Adam dan istrinya tidak sanggup
melaksanakan pesan-pesan itu, ketika setan yang sudah
terlaknat itu berhasil menipu mereka dengan bujukan-
bujukan laksana seorang penasehat yang setia.
"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan
kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah
itu), dan tidak Kami dapati padanya keteguhan
yang cukup". [QS. Thoha (20): 115]
6 | Sirotulmustaqim
8 | Sirotulmustaqim
"Iblis menjawab: (aku bersumpah) demi kejayaan Mu
(demi Alloh), aku akan menyesatkan mereka semua-
nya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di antara
mereka. [QS. Shod (38): 82-83]
"Iblis berkata: Wahai Robbku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, akan kujadikan mereka
memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi,
dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya."
[QS. al Hijr (15): 39]
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari
Robbnya, Maka Alloh menerima taubatnya. Sesung-
guhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. [QS. Al Baqoroh (2): 37]
10 | Sirotulmustaqim
”Alloh berfirman: Turunlah kalian semua dari surga!!,
sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang
lain. Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku,
maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
12 | Sirotulmustaqim
baginya penghidupan yang sempit dan akan Kami
kumpulkan mereka pada hari kiamat dalam keadaan
buta". [QS. Thoha (20): 123-124]
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian sampai
ditipu oleh setan sebagaimana Ia telah mengeluarkan
kedua ibu bapak kalian dari surga. Ia menanggalkan
dari keduanya pakaian mereka untuk memperlihatkan
kepada keduanya aurat-aurat mereka. Sesungguhnya ia
dan pengikut-pengikutnya melihat kalian sedangkan
kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami
telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpim
bagi orang-orang yang tidak beriman." [QS. al A‟rof (7):
27)]
B. Sebuah Ancaman Abadi
Dengan rasa berang karena dengki dan dendam
kepada Adam serta ledakan kekufuran yang sangat
dahsyat yang selama ini terpendam didalam lapisan
bawah hatinya, Iblis pun berteriak: "Akan ku-duduki
jalan-Mu yang lurus! Akan ku-cegah mereka untuk
menitinya!!".
Alloh berfirman:
14 | Sirotulmustaqim
"Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukumku
tersesat!, Akan kuhalangi mereka dari jalan yang lurus
(Sirotulmustaqim)!" [QS. al A‟rof (7): 16]
Dia sudah bertekad untuk menghabiskan umurnya
menjadi "Penjegal" Sirotulmustaqim dengan sekuat
tenaganya mencegah dan mengecohkan anak-anak
Adam dari memasuki Sirotulmustaqim.
Segala tipu muslihat dilakukannya. Dari membuat jalan-jalan
alternatif yang terang-terangan memakai nama lain selain
Islam, sampai pada ajaran-ajaran yang mengatasnamakan
Islam dan ajaran-ajaran bid'ah. Dari agama-agama kesyi-
rikan yang menyembah patung-patung, binatang ataupun
matahari sampai kesyirikan-kesyirikan terselubung seperti
sihir, istigotsah kepada selain Alloh , ruwatan dan lain-lain,
sampai kepada memutarbalikkan ajaran Islam itu sendiri!!.
Demikian juga makanan-makanan dan minuman-minuman
haram yang diganti namanya dengan nama-nama yang di
indah-indahkan dan diekspose manfaat dustanya. Pintu-
pintu maksiat diperluas dan dihiasi, ketakwaan dicela
sampai-sampai peninggalannya menjadi salah satu sifat
bijaksana atau syarat untuk menjadi manusia moderen yang
beradab. Semua itu dengan tujuan menggiring manusia ke
pintu-pintu Jahannam.
Demikian pentingnya Sirotulmustaqim itu sampai Iblis siap
menghabiskan seluruh umurnya untuk menyumbat
Sirotulmustaqim di hadapan manusia.
Jadi apa gerangan Sirotulmustaqim itu?.
16 | Sirotulmustaqim
Ibrohim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”
[QS. al-An‟am (6): 161]
Kemudian Alloh memerintahkan hamba-hamba-Nya
yang beriman agar meminta petunjuk dan pertolongan
untuk dapat meniti sirotulmustaqim, sebagaimana
disebutkan dalam surat al-Fatihah:
“Tunjukilah kami sirotulmustaqim (jalan yang lurus),
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” [QS. al-Fatihah
(1): 6-7]
Alloh juga memerintahkan kita untuk mengikuti
sirotulmustaqim, sebagaimana firman-Nya:
18 | Sirotulmustaqim
hamba kecuali jalan-Nya yang telah Ia jelaskan melalui lisan
para rosul-Nya, dan yang Ia telah jadikan sebagai sarana yang
dapat menghubungkan kepada-Nya. Dan memang hanya Alloh
sajalah yang dapat memberikan petunjuk kepada sirotul-
mustaqim tersebut.
“...Dan Alloh selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada sirotulmustaqim (jalan yang
lurus).” [QS. al-Baqoroh (2): 213]
Sirotulmustaqim berarti mengesakan Alloh dalam beribadah
dan mengikuti Rosululloh, Muhammad dalam beribadah
kepada-Nya. Tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatupun
dalam beribadah kepada-Nya, juga tidak menyekutukan
Rosululloh dengan siapapun dalam ”pengikutan”.
Memurnikan tauhidulloh dan memurnikan ittiba‟ (mengikuti)
Rosululloh adalah menempuh sirotulmustaqim.
Jadi sirotulmustaqim adalah beribadah hanya kepada Alloh
semata, dengan tidak menyekutukan-Nya, serta ittiba‟ secara total
kepada Muhammad , yang merupakan realisasi dari
syahadatain (dua kalimat syahadat); bersaksi bahwa tidak ada
ilah yang berhak disembah kecuali Alloh dan bersaksi bahwa
Muhammad adalah rosul (utusan)-Nya. Keduanya, tauhid
dan ittiba‟ adalah dasar dan landasan Islam yang paling utama.
Di ayat 161 surat al-An‟am yang tadi kita paparkan, Alloh
menjelaskan bahwa sirotulmustaqim adalah “agama yang
benar, agama Ibrohim yang lurus.” Agama itu adalah
Islam. Jadi sirotulmustaqim adalah Islam.
20 | Sirotulmustaqim
BAB III
HIDAYAH MENUJU
SIROTULMUSTAQIM
”Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk (hidayah) kepada sirotulmustaqim (jalan
yang lurus).” [QS. asy-Syuro (42): 52]
Hidayah yang dimaksud dalam ayat tersebut di atas
adalah hidayah dilalah.
2. Sisi atau arti lain dari “hidayah” dinamakan “taufîq”.
Hidayah ini disebut juga dengan nama hidayah
taufiqiyah. Hidayah taufiqiyah adalah tuntunan Alloh
atas hati kita dan pertolongan-Nya yang menjadikan
22 | Sirotulmustaqim
kita menginginkan, mengetahui dan akhirnya mampu
meniti sirotulmustaqim.
Tanpa hidayah ini, maka hidayatul „ilmiyah atau
hidayah dilalah, tidak ada gunanya sama sekali.
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Alloh memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
[QS. al-Qoshosh (28): 56]
Yang dimaksud hidayah dalam ayat di atas adalah
hidayah taufiqiyah yang hanya Alloh sajalah yang
bisa memberikannya. “Hidayah ini dimulai dari
berimannya seseorang”, kemudian mencakup:
a. Kemauan dan kemampuan untuk belajar ilmu yang
benar.
b. Mendapatkan guru atau sumber untuk belajar ilmu
yang benar.
c. Mempelajari ilmu tersebut.
d. Memahami apa yang dipelajari.
e. Menerima apa yang telah dipahami.
f. Menerapkan dan mengamalkan apa-apa yang
diterima.
g. Keikhlasan untuk meniti semua hal tersebut di atas.
24 | Sirotulmustaqim
“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua sesat
kecuali orang yang telah Aku beri hidayah
(petunjuk), maka hendaklah kalian meminta
petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.”
(HR. Muslim)
2. Belajar dan beramal.
Setiap orang yang bermujahadah (bersungguh-sungguh)
diri untuk mempelajari ilmu yang diberikan Alloh
kepada para rosul-Nya dengan ikhlas dan mengamalkan
apa-apa yang dipelajarinya, maka akan dibukakan
untuknya pintu-pintu ilmu yang belum diketahuinya.
Ketika mengamalkan ilmu baru terse-but, maka diberikan
lagi baginya ilmu-ilmu yang belum pernah diketahuinya,
demikian seterusnya.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridoan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-
orang yang berbuat baik.” [QS. al-„Ankabut (29): 69]
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir berkata:
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para
rosul), bertakwalah kepada Alloh dan ber-
imanlah kepada Rosul-Nya, niscaya Alloh
memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua
bagian, dan menjadikan untuk kalian cahaya yang
dengan cahaya itu kalian dapat berjalan dan Dia
mengampuni kalian. Dan Alloh Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” [QS. al-Hadid (57): 28]
26 | Sirotulmustaqim
“Hai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa kepada
Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian
furqon dan menghapuskan segala kesalahan-
kesalahan kalian dan mengampuni (dosa-dosa)
kalian. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar.”
[QS. al-Anfal (8): 29]
Catatan:
Furqon adalah kemampuan untuk mengenal dan membeda-
kan antara kebenaran dan kebatilan, dan ini adalah inti dari
hidayah.
Ibnu Katsir berkata:
“Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi Alloh hanyalah
Islam.” [QS. Ali „Imron (3): 19]
Inti agama Islam adalah “berserah diri secara total kepada Alloh ,
mengesakan-Nya, mengagungkan-Nya dan mencintai-Nya
dengan mengikuti wahyu dan syariat-Nya”. Hakikat sesuatu yang
diajarkan oleh Islam tidak akan pernah berubah, sejak Nabi
Adam sampai Nabi Muhammad dan hingga hari kiamat.
Adapun syariat yang diturunkan Alloh , yaitu cara beribadah,
tempat dan kadar peribadatan serta peraturan kemasyarakatan,
bahkan hukum halal dan haram, masih bisa berbeda antara satu
rosul dengan yang lainnya. Oleh karena itu, walaupun berbeda
dalam syariat di beberapa bagian detail atau rinciannya
(mayoritas syari‟at global sama saja), namun aqidah para nabi
dan ajaran mereka adalah sama, yaitu Islam.
28 | Sirotulmustaqim
Nabi Musa adalah nabi Islam, beragama Islam dan men-
dakwahkan Islam serta para pengikutnya adalah orang-
orang Islam, bukan orang-orang Yahudi.
Sedangkan agama Yahudi adalah agama batil yang dianut
oleh orang-orang yang menyelisihi ajaran yang dibawa oleh
Nabi Musa .
“Musa Berkata: „Wahai kaum, jika kalian beriman kepada
Alloh, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika
kalian benar-benar orang-orang islam (muslimin).”
[QS. Yunus (10): 84]
Demikian pula halnya dengan Nabi Isa dan para pengi-
kutnya yang setia, mereka adalah kaum muslimin sedangkan
para penyelisihnya yang dinamakan umat Kristiani dengan
agama mereka (Kristen), mereka adalah kaum musyrikin.
“Barangsiapa menganut agama selain Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [QS. Ali „Imron
(3): 85]
30 | Sirotulmustaqim
BAB V
PENYELISIHAN
SIROTULMUSTAQIM
32 | Sirotulmustaqim
ditentukan Alloh baik di dalam bidang pemikiran maupun
di bidang amal perbuatan.
Rosululloh bersabda:
34 | Sirotulmustaqim
“...Tiadalah kalian dibalas, melainkan (setimpal) dengan
apa yang dahulu kalian kerjakan.” [QS. an-Naml
(27): 90]
Maka dari itu, masing-masing kita hendaknya memperha-
tikan banyaknya syubhat dan syahwat yang merintangi
penitian kita dalam meniti sirotulmustaqim, karena
sesungguhnya syubhat dan syahwat tersebut tiada lain adalah
jangkar-jangkar yang ada di kedua sisi sirot yang akan kita
lalui ketika di akhirat nanti.
Ya, jangkar-jangkar yang dapat menjerumuskan dan
menghalangi orang-orang yang akan melewatinya. Bila ketika di
dunia kita menyandang banyak noda kesalahan karena syubhat
dan syahwat, maka di akhirat kita pun akan membawa banyak
goresan luka akibat tikaman jangkar! Kecuali jika Alloh
merahmati dan mengampuni.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang soleh, maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-sekali tidaklah Robbmu menganiaya hamba-
hamba-(Nya).” [QS. Fushshilat (41): 46]
Pintu-pintu yang terbuka dan bertirai itu adalah jalan-jalan
penyelisihan dari sirotulmustaqim bagi mereka yang telah
memasukinya. Setan membujuk manusia untuk memasuki
jalan-jalan itu dengan segala tipu muslihat.
36 | Sirotulmustaqim
terhadap Islam secara perlahan-lahan, karena dengan terus
berkembangnya bid‟ah, maka ajaran Islam yang benar
(Sunnah) lama kelamaan akan tergantikan oleh bid‟ah tersebut
hingga pada akhirnya akan menghilang. Walaupun secara
praktek hilangnya Islam tidak akan terjadi karena Alloh telah
berjanji untuk menjaganya dan menolong hamba-hamba-Nya
yang beriman.
3. Penyelisihan ketiga adalah penyelisihan yang berbentuk
“pengabaian perintah” atau “pelanggaran larangan”.
Penyelisihan ini pada asalnya tidak didasarkan pada
penolakan syahâdatain dan bukan juga jatuh pada ke-
salahan mendasar dalam ittiba‟, tetapi hanya dikarenakan
kelemahan dalam melawan hawa nafsu dan juga seringkali
dikarenakan kejahilan.
Pengabaian atau peninggalan perintah seperti; perintah me-
nutup aurat, menutup mata terhadap aurat orang lain, berbakti
kepada orang tua, meninggalkan solat lima waktu dan seba-
gainya. Sedangkan pelanggaran larangan misalnya: meng-
gunjing, pacaran, berzina, mencuri, menipu, dan lain-lain.
Walaupun akibat penyelisihan ini cukup mengerikan, baik
ketika di dunia maupun di akhirat dikarenakan noda-noda
dosa yang bisa menghitamkan hati (kebanyakan orang tidak
menyadarinya), tetapi pada umumnya bukanlah penyelisihan
yang mendasar. Kecuali beberapa bentuk darinya yang bisa
sampai mengeluarkan seseorang dari Islam (seperti
meninggalkan solat lima waktu misalnya), dan sebagian lain
termasuk dosa-dosa besar (seperti berzina, mencuri, dan lain-
lain), yang dapat mengantarkan seseorang untuk menetap
sangat lama di neraka Jahannam, sebelum dikeluarkan untuk
memasuki surga.
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah
sirotulmustaqim (jalan-Ku yang lurus), maka ikutilah jalan
ini, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari
38 | Sirotulmustaqim
jalannya. Demikianlah wasiat Alloh kepada kalian agar
kalian bertakwa.” [QS. al-An‟am (6): 153]
Selain Islam yang benar lagi murni, maka tidak akan dapat
menyampaikan kepada keridoan Alloh . Semakin bertambah
kekurangmurnian Islam pada diri seseorang, maka semakin
bertambah terancam pula tujuannya dalam mendapatkan
keridoan Alloh yang mutlak. Semakin bertambah
ketidakmurnian keislaman seseorang, maka semakin bertambah
pula kejauhannya dari Alloh . Ini semua terjadi ketika
kekurangmurnian keislaman seseorang masih dalam lingkaran
umum Islam. Tetapi ketika ketidakmurnian terus melebar, hal ini
bisa mengantarkan seseorang kepada kekafiran.
Umat ini akan terpecah menjadi banyak golongan. Dan
memang sudah terpecah! Namun hanya satu yang benar, dan
yang lain salah! Hanya satu yang akan selamat dari api neraka,
sedangkan yang lain akan memasuki neraka terlebih dahulu!
40 | Sirotulmustaqim
B. Sebab-Sebab Penyimpangan.
Sebab utama dari perpecahan tersebut adalah karena
hawa nafsu dan kejahilan (kebodohan).
Pengikutan kepada hawa nafsu (terutama hawa nafsu
berpendapat) dan kejahilan, telah menimbulkan sebab-sebab
perpecahan lainnya yang banyak sekali.
C. Sejarah Awal Perpecahan.
Firoq dollah berarti golongan-golongan yang sesat, dalam
arti salah memilih jalan dalam menempuh Islam. Kesesatan
bisa berarti bid‟ah dan juga bisa berarti kekafiran.
Tetapi dalam konteks ini, yang dimaksud dengan kesesatan
adalah bid‟ah, yaitu salah memilih jalan dalam meniti Islam.
Yang seharusnya mereka memilih jalan yang telah ditempuh
oleh Rosululloh dan para sahabatnya, yaitu jalan Sunnah,
tetapi mereka malah memilih jalan lainnya yang
tercampur padanya hal-hal yang bukan berasal dari Sunnah
Rosululloh .
Adapun mereka yang sudah keluar dari Islam, maka
walaupun mereka adalah golongan-golongan sesat pada
umumnya, tetapi mereka bukanlah orang-orang yang
dimaksud dalam pembahasan ini. Seperti yang dikabarkan
oleh Rosululloh dalam hadits-hadits yang lalu, bahwa
firqoh dollah tersebut akan bermunculan sampai bilangannya
mencapai 72 (tujuh puluh dua) golongan.
Begitulah yang mulai terjadi pada masa-masa terakhir
khulafa‟urrosyidin (empat kholifah yang mendapat petunjuk).
Walaupun bibit-bibit furqoh (perpecahan) dan firoq
(kelompok-kelompok) sudah mulai bersemi sebelum
42 | Sirotulmustaqim
nyata. Maka mulailah mereka mengkafirkan „Ali bin Abi
Tolib dan para sahabat pendukungnya. Pada
hakikatnya kedua hakim tersebut tidak diberi mandat untuk
membuat suatu hukum, tetapi hanya diangkat untuk
menghakimi kedua pihak dengan hukum Alloh .
Sebenarnya masalah pengangkatan kedua hakim tersebut
sangat sederhana dan dapat dipahami dengan mudah.
Oleh karena itu, selain karena kebodohan yang nyata pada
mayoritas mereka (kaum Khowarij pada waktu itu), disinyalir
pula ada niat buruk dari sebagian pemimpin mereka yang
menggerakkan keluarnya mereka dari jama‟atul muslimin.
Ketika mereka keluar dan berkumpul di suatu tempat yang
dikenal dengan nama Haruro (dari tempat ini pula
mereka dinamakan haruriyin), bertambah luaslah kesesatan
mereka dengan adanya saling isi-mengisi kesesatan di antara
mereka. Setelah melalui waktu yang cukup panjang dan
dari kurun ke kurun, manhaj ini pun mulai berkembang dan
mencakup hampir seluruh segi agama.
Di antara kesalahan yang termasyhur dari manhaj Khowarij
adalah pengkafiran para pelaku dosa besar. Sebagai reaksi
dari kesalahan ini (paham Khowarij), muncullah pemahaman
yang menolak hubungan antara amal dan kekufuran. Manhaj
ini dinamakan manhaj irja‟ (penganutnya dinamakan Murji‟,
pluralnya adalah Murji‟ah), mereka menyatakan bahwa iman
seseorang tidak berkaitan dengan amal. Jadi bagaimanapun
buruknya perbuatan seseorang, orang itu tidak akan menjadi
kafir selama di dalam hatinya masih ada kepercayaan dan
lisannya masih mengucapkan dua kalimat syahadat.
Kedua kelompok tadi enggan mengikuti manhaj sahabat
yang pada waktu itu banyak yang masih hidup, maka
sesatlah mereka.
44 | Sirotulmustaqim
produk akal mereka dan filsafat Yunani serta menjauhkan
diri dari manhaj sahabat yang mulia.
Di waktu yang sama, sahabat dan para pengikut mereka
yang setia, yaitu tabi‟in dan tabi‟ut-tabi‟in pun senantiasa
gigih mendakwahkan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama‟ah.
Tidak ada satu pun dari sahabat yang masuk ke dalam salah
satu firqoh-firqoh tersebut. Istilah Ahlus Sunnah, pengikutan
pada sunnah dan yang semisalnya, sebelum itu pun sudah
menjadi istilah resmi di antara para penuntut ilmu. Tetapi
tidak dimaksudkan sebagai firqoh tersendiri dalam tubuh
kaum muslimin, sebab seluruh kaum muslimin pada waktu
itu adalah Ahlus Sunnah. Tetapi ketika firqoh-firqoh yang
meninggalkan manhaj Sunnah dan keluar dari Jama‟ah
mulai bermunculan, maka salafussoleh pun memakai nama
Ahlus Sunnah wal Jama‟ah sebagai identitas resmi dan nama
bagi firqotunnajiyah (golongan selamat), golongan yang
senantiasa komitmen dalam mengikuti jejak Rosululloh
dan para sahabatnya.
Sebab utama dari penyimpangan firoq dôllah pada waktu itu
sebenarnya berakar pada dua hal, yaitu:
1. Tidak mengikuti metode sahabat dalam memaha-mi
al-Qur‟an dan as-Sunnah.
2. Berpedoman kepada sumber-sumber lain selain ke-
pada al-Kitab (al-Qur‟an) dan as-Sunnah dalam
mengambil hukum-hukum Islam, seperti bersandar
kepada akal, mimpi, filsafat dan lain-lainnya.
Kedua sebab tersebut dilahirkan oleh hawa nafsu dan
kejahilan (kebodohan), yang kemudian bercabang menjadi
sebab-sebab yang banyak.
A. Firqotunnajiyah.
Arti dari firqotunnajiyah adalah golongan yang selamat.
Maksudnya adalah golongan yang tidak memasuki neraka
sebelum memasuki surga. Hal ini telah dikabarkan oleh
Rosululloh dalam hadits-haditsnya. Dalam hadits-hadits
tersebut telah dijelaskan sifat-sifat global dari golongan
tersebut, di antaranya:
“Mereka yang mengikuti jejakku dan para sahabatku.”
Yang dimaksud dengan kalimat ini adalah “mereka yang
mengikuti ajaran-ajaranku dan para sahabatku dalam
memahami dan melaksanakan Islam (dengan kata lain
mengikuti Sunnah)”.
B. Ahlus Sunnah wal Jama‟ah.
Ahlus Sunnah wal Jama‟ah adalah nama dari firqotun-
najiyah (golongan selamat). Karena itu arti nama Ahlus
Sunnah wal Jama‟ah pun sama dengan definisi fir-
qotunnajiyah, yaitu mereka yang mengikuti jejak dan
ajaran-ajaran Rosululloh serta para sahabatnya dalam
memahami Islam dan menerapkannya.
46 | Sirotulmustaqim
Mereka juga sangat berpegang pada manhaj para imam
dari tiga generasi setelah Rosululloh yang mana ilmu dan
pengarahan-pengarahan mereka sebagai generasi terbaik
dalam sejarah dunia, sangat dibutuhkan dalam meniti jejak
Rosululloh dan para sahabatnya.
Sedangkan ahlul bid‟ah adalah mereka yang berpegang
kepada satu atau lebih dari prinsip-prinsip bid‟ah, baik dalam
sumber agama atau metode pemahamannya atau pema-
hamannya itu sendiri, atau orang-orang yang berlumuran
bid‟ah dalam kehidupan keagamaan sehari-harinya, walau
tidak mengerti sedikitpun tentang prisip-prinsip bid‟ah.
Dari sini kita dapat memahami bahwa Ahlus Sunnah wal
Jama‟ah adalah seluruh kaum muslimin yang bukan ahlul
bid‟ah, walaupun kejahilannya cukup berat.
Ahlus Sunnah adalah golongan inti (utama) dan mayoritas
dari kaum muslimin, dan bukanlah suatu organisasi tertentu.
Jadi pemahaman bahwa NU (Nahdhatul Ulama) adalah
Ahlus Sunnah sedangkan Muhammadiyah, atau Persis,
atau lainnya bukan Ahlus Sunnah, adalah pemahaman
yang salah lagi keliru. Setiap organisasi harus diukur
berdasarkan manhajnya, apakah manhaj ittiba‟ atau bukan?
Demikian juga personal-personalnya, masing-masing diukur
berdasarkan manhaj keagamaannya.
Kalau ada organisasi yang ternyata menganut manhaj bid‟ah,
seperti mentabanni (mengadopsi/menerima) tarekat-tarekat
bid‟ah, maka belum tentu seluruh personalnya sebagai ahlul
bid‟ah. Walaupun organisasi tersebut dikategorikan sebagai
organisasi bid‟ah sekalipun, tetapi dalam banyak kasus, kita
dapati hanya segelintir pemimpinnya saja yang ahlul bid‟ah,
sedangkan mayoritas anggotanya masih Ahlus Sunnah,
48 | Sirotulmustaqim
Alloh telah langsung menamakan umat ini dengan
dengan nama tersebut.
“Dia (Alloh) telah menamai kamu sekalian orang-
orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-
Qur‟an) ini….” [QS. al-Hajj (22): 78]
Kita tidak mempunyai mandat untuk menyandang nama lain
untuk “menggantikan” nama ini.
50 | Sirotulmustaqim
Karena para pembelot “belum bisa” dikeluarkan dari nama
Islam atau muslimun, maka salafussoleh telah berijtihad
dengan menamakan golongan yang mengikuti Islam
yang murni dengan nama “Ahlus Sunnah wal Jama‟ah”
sering disingkat dengan “Ahlus Sunnah” saja, dan golongan
pembelot dinamakan “ahlul bid‟ah”.
Nama Ahlus Sunnah wal Jama‟ah adalah nama yang dipakai
ketika berhadapan dengan golongan-golongan pembelot di
dalam Islam dan tidak sekali-kali dipakai untuk
menghadapi kaum kuffar. Itulah sebabnya di zaman
Rosululloh , Abu Bakar , dan „Umar , nama ini tidak
dipakai, karena di masa mereka tidak didapatkan golongan-
golongan pembelot. Yang terjadi di masa mereka adalah
“gelombang kemurtadan” di beberapa wilayah dari Jazirah
„Arab dan kaum yang murtad itu sudah keluar dari Islam
sehingga tidak dinamakan “muslim” lagi.
Dalam penggunaan umum, nama “Ahlus Sunnah” sering
dipakai sebagai lawan dari “Syi‟ah”. Ini berarti, dalam
penggunaan umum firqoh-firqoh bid‟ah selain Syi‟ah
masih mengakui nama Ahlus Sunnah sebagai nama mereka.
Hal ini dikarenakan kebid‟ahan Syi‟ah yang jauh lebih
buruk dan lebih sesat dari firqoh-firqoh tersebut dan
bukan sekali-kali bahwa firqoh-firqoh bid‟ah tersebut
berjalan di atas manhaj Ahlus Sunnah wal Jama‟ah!
Nama Ahlus Sunnah benar-benar sudah dikenal sejak zaman
salafussoleh dan juga telah digunakan secara resmi oleh
mereka. Kita akan lebih meyakini hal tersebut Insya Alloh,
setelah menyimak hal-hal berikut:
1. Ketika menafsirkan QS. Ali „Imron ayat 106:
“Pada hari yang di waktu itu ada wajah-wajah yang
putih berseri, dan ada pula wajah-wajah yang hitam
muram. Adapun orang-orang yang hitam muram
mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kalian
kafir sesudah kalian beriman? Karena itu rasakanlah
adzab disebabkan kekafiran kalian itu!”, maka Ibnu
„Abbas berkata:
52 | Sirotulmustaqim
4. Muhammad bin Sirin berkata:
“Sebelum terjadi fitnah (bid‟ah), masalah isnad (atau
sanad) tidak pernah dipertanyakan. Setelah terjadi fitnah,
mulailah dipertanyakan. Jika sanad (hadits) dari Ahlus
Sunnah, maka diambillah riwayatnya. Namun jika
sanadnya dari ahlul bid‟ah, maka ditolak riwayatnya!”
5. Abu Hatim dan Abu Zur‟ah berkata:
“Kami mengikuti Sunnah dan Jama‟ah.”
Dari sini kita melihat dengan jelas bahwa para salafussoleh
telah menggunakan istilah “Ahlus Sunnah”.
F. Ahlus Sunnah Dalam Realita.
Pada umumnya semua kaum muslimin adalah Ahlus Sunnah
wal Jama‟ah, kecuali mereka yang berpegang teguh pada
bid‟ah pada salah satu dasar penting dalam Islam, atau
mayoritas kehidupan keagamaan mereka berlumuran bid‟ah.
Sedangkan orang Islam yang terkadang jatuh ke dalam suatu
bid‟ah, atau mereka salah kira sehingga mengira suatu bid‟ah
adalah sunnah, maka orang-orang yang demikian bukanlah
ahlul bid‟ah.
Dalam hal yang berhubungan dengan bid‟ah dan sunnah,
umat ini dalam realitanya terbagi menjadi beberapa tingkatan:
1. Alim Sunnah (yang mengerti dan memahami benar
tentang Sunnah).
2. Penuntut ilmu Sunnah.
3. Jahil (bodoh) Sunnah, tetapi tidak jatuh kepada
bid‟ah.
Macam ini sedikit sekali, karena kebanyakan jahil
Sunnah mudah terjatuh kepada bid‟ah. Walaupun tidak
terjatuh, tetapi posisinya kritis sekali.
4. Jahil sunnah yang terkadang jatuh kepada bid‟ah.
54 | Sirotulmustaqim
BAB VIII
RAMBU-RAMBU
SIROTULMUSTAQIM
(PRINSIP-PRINSIP PALING
DASAR PADA AHLUS SUNNAH)
“Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain
Alloh, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka
Maha Suci Alloh yang mempunyai „Arsy (singgasana)
dari pada apa yang mereka sifatkan.” [QS. al-
Anbiya‟ (21): 22]
c. Siapa yang berbuat syirik dan meninggalkan tauhid,
maka akan kekal di neraka.
56 | Sirotulmustaqim
58 | Sirotulmustaqim
“Sesungguhnya Alloh adalah Robbku dan Robb
kalian, maka sembahlah (ibadahilah) hanya Dia.
Ini adalah sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS.
Maryam (19): 36]
“Dan hendaklah kalian menyembah-Ku (beribadah
kepadaku saja). Inilah sirotulmustaqim (jalan yang
lurus).” [QS. Yasin (36): 61]
B. Ittiba‟.
1. Arti ittiba‟.
Ittiba‟ berarti “pengikutan”. Ittiba‟ yang dimaksud sebagai
dasar agama Islam adalah pengikutan kepada
Rosululloh dalam memahami Islam dan menerap-
kannya. Karena Rosululloh sendiri hanya komitmen
terhadap pengikutan kepada wahyu Ilahi, maka pada
hakikatnya ittiba‟ adalah mengikuti wahyu dari Alloh .
2. Ittiba‟ pengawal kemurnian.
Tidak akan mungkin kita dapat menjaga kemurnian
Islam kecuali dengan tetap konsisten (sangat tegas)
kepada ittiba‟. Meninggalkan ittiba' secara keseluruhan,
berarti keluar dari Islam. Sedangkan meninggalkan
sebagian dasar ittiba‟, berarti masuk ke dalam lingkaran
bid‟ah, bahkan bisa mengeluarkan seseorang dari Islam.
60 | Sirotulmustaqim
Ketidakadaan pengawalan pada kejadian ini adalah
terjadinya pembuatan patung-patung sebagai alat
pengingat yang merupakan bid‟ah, keluar dari sunnah
para nabi dan terjadilah malapetaka tersebut.
Mari kita simak kedudukan ittiba‟ dalam Islam melalui hal
berikut:
a. Rosululloh mengikuti wahyu dan tidak sekali-kali
memasukkan ke dalam Islam suatu ajaran yang berasal
dari produk diri beliau sendiri.
“Dan ikutilah apa yang diwahyukan Robb-mu
kepadamu. Sesungguhnya Alloh adalah Maha
mengetahui apa yang kalian kerjakan.” [QS. al-
Ahzab (33): 2]
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur‟an)
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” [QS. an-Najm (53): 3-4]
62 | Sirotulmustaqim
“Katakanlah: ‟Hai manusia, sesungguhnya aku
adalah utusan Alloh kepada kalian semua, yaitu
Alloh yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada Robb (yang berhak disembah) selain Dia,
yang menghidupkan dan mematikan, maka
berimanlah kalian kepada Alloh dan Rosul-Nya, nabi
yang ummi yang beriman kepada Alloh dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
ikutilah dia, supaya kalian mendapat petunjuk.” [QS.
al-A‟rof (7): 158]
d. Ittiba‟ adalah bukti kecintaan kepada Alloh dan
merupakan syarat mendapatkan kecintaan-Nya.
“Katakanlah: ‟Jika kalian (benar-benar) mencintai
Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh akan mencintai
kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Alloh
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali
„Imron (3): 31]
Untuk lebih menyelami keterkaitan hubungan antara ittiba‟
dengan sirotulmustaqim, mari kita renungkan bersama ayat-
ayat berikut:
“Sesungguhnya kamu (wahai Rosululloh) salah seorang
dari rosul-rosul. (Yang berada) di atas sirotulmustaqim
(jalan yang lurus).” [QS. Yasin (36): 3-4]
64 | Sirotulmustaqim
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan
tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila
Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
dalam urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Alloh dan Rosul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat,
dengan kesesatan yang nyata.” [QS. al-Ahzab (33): 36]
Rosululloh bersabda:
“Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah
jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami leluasakan
dia di kesesatannya yang telah dijalaninya itu, dan
kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam
itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” [QS. an-
Nisa‟ (4): 115]
66 | Sirotulmustaqim
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Alloh.” [QS. Ali „Imron (3): 110]
“Sesungguhnya Alloh telah rido terhadap orang-orang
mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon, maka Alloh mengetahui apa yang
ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan
atas mereka dan memberi balasan kepada mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” [QS.
al-Fath (48): 18]
68 | Sirotulmustaqim
BAB IX
BID‟AH
70 | Sirotulmustaqim
3. Bid‟ah juga terbagi atas bid‟ah aqidah dan bid‟ah
„amaliyah. Karena aqidah lebih penting dari amal
jasmani, maka bid‟ah pada aqidah pun lebih buruk dari
bid‟ah „amaliyah, bahkan kebanyakan bid‟ah „amaliyah
didorong oleh bid‟ah aqidah.
Semua bid‟ah dalam agama (Islam) adalah buruk dan
sesat, tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang
bahwa bid‟ah terbagi dua yaitu; bid‟ah sayyiah (buruk)
dan bid‟ah hasanah (baik).
B. Keburukan Bid‟ah.
Dengan menyimak hadits-hadits Rosululloh dan perkataan
para salafussoleh di bawah ini, kita akan lebih menyadari
keburukan dan bahaya bid‟ah. Rosululloh bersabda:
“Berhati-hatilah kalian dari hal-hal yang baru, se-
sungguhnya setiap hal yang baru itu adalah bid‟ah dan
setiap bid‟ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
“Barangsiapa yang membuat hal-hal baru dalam
agama ini, yang bukan bagian darinya, maka hal
tersebut tertolak.” (HR. Bukhori)
Rosululloh bersabda:
“Sesungguhnya Alloh telah mencegah taubat bagi orang
yang mengerjakan bid‟ah, sehingga ia meninggalkan
bid‟ahnya.” (HR. Tobroni dengan sanad yang hasan)
Imam Baihaqi dalam Sunanulkubro meriwayatkan dari
Ibnu „Abbas bahwa ia berkata:
“Sesungguhnya perkara yang paling dibenci Alloh
adalah bid‟ah, dan di antara bid‟ah adalah i‟tikaf di masjid-
masjid yang ada di dalam rumah-rumah.”
72 | Sirotulmustaqim
BAB X
AHLUL BID‟AH
2. Kejahilan.
Kejahilan terhadap sesuatu adalah tidak adanya ilmu yang
benar tentang sesuatu tersebut. Kejahilan menjadikan
seseorang melihat sesuatu berbeda dengan hakikatnya atau
bahkan tidak dapat melihatnya sama sekali. Sehingga ketika
orang enggan belajar dan terus mengikuti kejahilannya, tak
74 | Sirotulmustaqim
ayal lagi dia akan tersesat. Satu-satunya obat untuk penyakit
yang mematikan ini adalah belajar.
Kedua penyakit yang sangat berbahaya ini (hawa nafsu dan
kejahilan), melahirkan penyimpangan dari sirotulmustaqim
dalam prinsip-prinsip terdasar, kemudian penyimpangan
pada prinsip-prinsip terdasar tersebut melahirkan penyim-
pangan-penyimpangan lain yang banyak sekali, hampir-
hampir tidak terhitung jumlahnya.
D. Bentuk-bentuk Penyimpangan.
Bentuk-bentuk penyimpangan pada prinsip-prinsip dasar
yang dilahirkan oleh kedua sebab utama tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
1. Meninggalkan salah satu sumber sirotulmustaqim.
Biasanya sumber yang ditolak adalah al-Hadits. De-ngan
banyak argumen yang bersumber dari kejahilan yang sangat
mendalam, ada beberapa golongan yang menolak hadits
sebagai sumber Islam. Ketika al-Hadits ditolak, dengan
sendirinya al-Qur‟an pun tidak bisa dipahami sebagaimana
mestinya, maka tersesatlah mereka dengan sejauh-jauhnya.
Dengan menolak hadits sebagai salah satu dari dua sumber
Islam, banyak sekali tiang-tiang dan komponen-komponen
Islam yang runtuh. Ini mengakibatkan berkurang dan
berubahnya Islam.
Di antara golongan-golongan tersebut adalah Syi‟ah. Mereka
menolak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para
sahabat, karena memang mereka sebenarnya telah
mengkafirkan para sahabat yang mulia tersebut.
Ada juga golongan sesat lainnya, yang menama-kan diri
mereka “Qur‟aniyun” (pengikut al-Qur‟an) atau “Ingkar
76 | Sirotulmustaqim
2. Memakai sumber-sumber lain di samping al-Qur‟an
dan Hadits.
Bahkan terkadang pengikutan kepada keduanya (al-Qur‟an
dan al-Hadits) hanya sekedar pengakuan saja.
Di antara sumber-sumber sesat tambahan tersebut adalah:
a. Buku rujukan lain selain al-Qur‟an dan Sunnah.
Buku ini diposisikan sama dengan keduanya, atau bahkan
melebihi keduanya atau salah satunya.
Hal ini terjadi pada golongan Syi‟ah Rofidoh (seperti
di Iran misalnya). Mereka mempunyai kumpulan hadits-
hadits yang mereka klaim sebagai perkataan-perkataan
para imam mereka yang disusun oleh seorang ulama
mereka yang bernama Kulaini.
Mereka bukan hanya menolak hampir seluruh hadits-
hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat, bahkan
lebih parah dari itu, yaitu mereka menjadikan hadits-
hadits Kulaini tersebut melebihi Sunnah Rosululloh
dan ajaran-ajaran al-Qur‟an, sehingga kesesatan mereka
semakin tidak terhingga.
Demikian juga primbon-primbon yang dipakai oleh
para penganut kebatinan yang mengaku sebagai
orang Islam.
b. Impian.
Walaupun memang ada yang dinamakan “ru‟yah
sodiqoh” (mimpi benar yang bermakna), akan tetapi
mimpi tetap tidak bisa dijadikan sebagai sumber
kepercayaan, atau sebagai pijakan bagi perintah dan
larangan, karena Islam telah sempurna sepeninggal
Rosululloh .
78 | Sirotulmustaqim
Mereka mengumpulkan syubhat-syubhat untuk me-
lemahkan prinsip-prinsip “keharusan mengikuti manhaj
para sahabat”. Syubhat-syubhat yang selemah rumah laba-
laba itu dijadikan alasan untuk “menolak” pujian-pujian
dan “sertifikat kebenaran” yang tercantum banyak sekali
dalam ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits-hadits Rosululloh
untuk para sahabat.
Ada pula beberapa “standar sesat alternatif” yang digunakan
untuk menggantikan kaidah “keharusan mengikuti metode
pemahaman para sahabat” yang agung, di antaranya:
a. Kaidah-kaidah filsafat.
Dengan menundukkan ayat-ayat al-Qur‟an kepada
kaidah-kaidah filsafat, rambu-rambu sirotulmustaqim
menjadi terbuang dan banyak sekali komponen-
komponen “sirotuljahim” yang tersisipkan di dalam
keislaman mereka.
b. Logika dan akal umum.
Ini pun sama halnya dengan penggunaan kaidah-kaidah
filsafat.
c. Tafsir ganda.
Yaitu tafsir yang memiliki dua sisi penafsiran untuk ayat-
ayat al-Qur‟an, tafsir zohir (nyata) dan tafsir batin
(tersembunyi). Para penganut tafsir ganda ini mengatakan
bahwa tafsir zohir adalah pemahaman-pemahaman dan
penerapan-penerapan Rosululloh . Sedangkan tafsir
batin yang tentunya berbeda dengan tafsir zohir adalah
pemahaman dan praktek para pimpinan golongan mereka
yang mereka namakan sebagai wali-wali Alloh , yang
pada hakikatnya adalah wali-wali setan!
80 | Sirotulmustaqim
sinetron yang sangat bertentangan dengan aqidah,
namun dikemas dengan kemasan “Islam”. Banyak
sekali isi dari sajian-sajian sesat tersebut yang kemudian
menjadi bagian dari aqidah seorang muslim.
“Maka demi Robbmu, mereka pada (hakikatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
82 | Sirotulmustaqim
PENUTUP
84 | Sirotulmustaqim
meninggalkan Islam secara parsial dan pembunuhan
terhadap Islam selangkah demi selangkah.
Rambu ketiga adalah sumber Islam yang benar. Perbe-
daan antara Islam dan agama-agama sesat atau antar agama-
agama sesat itu sendiri sebenarnya disebabkan oleh perbedaan
sumber pengambilan substansi agama-agama tersebut. Ketika
sumber pengambilan substansi agama berbeda, maka
ajaran agama-agama secara keseluruhanun berbeda, walaupun
secara parsial bisa saja ada komponen-komponen yang sama.
Oleh karena itu, memilih sumber yang benar dalam agama
Islam tanpa memasukkan sumber-sumber tambahan sangatlah
penting sekali. Jika tidak tepat dalam menentukan sumber atau
bertoleransi apalagi menerima masuknya sumber-sumber lain,
maka yang terjadi adalah kebid‟ahan. Ini berarti
runtuhnya komponen-komponen Islam yang benar untuk
diganti dengan komponen-komponen yang tidak datang dari
Alloh dan tidak pernah diajarkan oleh Rosululloh .
Sumber yang benar dalam Islam yang murni adalah wahyu
Alloh , karena agama ini adalah dari Alloh . Wahyu per-
tama yang berupa al-Qur‟an, baik lafad-lafadnya maupun huruf-
hurufnya secara murni adalah dari Alloh . Sedang-kan
wahyu kedua adalah hadits-hadits Rosululloh yang
substansi (maknanya) berasal dari Alloh tapi disampaikan
oleh perkataan Rosululloh , perbuatan dan ketetapannya.
Rambu sirotulmustaqim yang keempat yang tidak kalah
pentingnya adalah pengikutan kepada para sahabat Nabi
dalam memahami al-Qur‟an dan hadits serta dalam
memahami ajaran-ajaran Rosululloh , yang berarti
mengikuti mereka dalam menerapkan ittiba‟.
86 | Sirotulmustaqim
bawah satu komando. Hal ini jelas kita lihat, karena mereka
tidak menerapkannya. Dalam rangka menerapkan rambu
keempat tersebut, maka kitapun tidak boleh menyelisihi
jalan mereka dengan berdzikir di bawah satu komando dan
dengan paduan suara. Jika kita kerjakan, maka kita telah
mengerjakan suatu kesesatan.
Seandainya umat ini konsisten mengikuti rambu-rambu
sirotulmustaqim ini, niscaya mereka tidak akan terpecah belah
dalam firqoh-firqoh yang bermacam-macam. Tetapi sudah
menjadi ketetapan Alloh bahwa banyak dari umat ini yang
tidak konsisten terhadap rambu-rambu ini, dan akhirnya
pecahlah mereka menjadi 73 golongan dan hanya satu
golongan saja yang tetap lurus mengikuti rambu-rambu
sirotulmustaqim serta terus menitinya. Sedangkan 72 golongan
yang lain, mengabaikan sebagian dari rambu-rambu ini lalu
sesatlah mereka.
Penyelisihan manusia terhadap sirotulmustaqim pun sangat
beragam. Penyelisihan terbesar adalah tidak masuknya mereka
ke dalam sirotulmustaqim atau keluar total setelah memasukinya
(murtad). Mereka yang tidak memasukinya adalah mereka yang
menolak seluruh rambu-rambu sirotulmustaqim, sedangkan
mereka yang keluar total dari sirotulmustaqim setelah
memasukinya terbagi atas dua golongan. Yang pertama, mereka
yang dengan sadar dan sengaja meninggalkan Islam, baik
berpindah agama atau tidak memeluk agama sama sekali.
Kedua, mereka yang melanggar rambu pertama (tauhid)
dan berjalan di atas jalur kebalikannya, yaitu syirik besar
serta bersikeras menitinya walaupun tetap mengaku sebagai
kaum muslimin. Termasuk golongan ini adalah mereka yang
menolak ittiba‟ secara total dengan menolak hadits-hadits
88 | Sirotulmustaqim
perpecahan umat ini akan terjadi, tetapi Alloh tetap
menjaga agama-Nya yang murni untuk tetap jelas dan tidak
kabur atau samar.
90 | Sirotulmustaqim
nama-nama “keren” yang bermacam-macam menawarkan
bantuan dan solusi dalam memecahkan problematika kehidupan
melalui persembahan-persembahan kepada Iblis. Perbuatan-
perbuatan maksiat merajalela, cara berpakaian mayoritas
wanita-wanita muslimah sama sekali tidak Islami, bahkan
hampir-hampir tidak ada bedanya penampilan mereka
dengan wanita-wanita non muslimah. Praktek-praktek ke-
Islamanpun banyak sekali yang menyimpang dari prinsip ittiba‟.
Penyembahan terhadap setan menyebar melalui berbagai
ritual-ritual bid‟ah dan syirik. Anak-anak diasuh oleh media,
khususnya televisi dengan sajian-sajian Hindu atau Budha,
atau agama lainnya dan juga melalui program-program
westernisasi.
Tidak heran, karena demikian realitasnya, semakin banyak-nya
musibah dan malapetaka terus menimpa bangsa ini, maka
semua ini harus dihentikan! Penggiringan massal ke pintu-pintu
Jahannam harus digagalkan! Umat ini harus diselamatkan!
Orang-orang soleh seperti Anda –dan kita semua– harus
dimobilisasi untuk menjalankan usaha-usaha penyelamatan
yang benar! Langkah pertama dan utama berjangka panjang
adalah mendakwahi dan membina umat ini untuk kembali
meniti Islam yang murni, meniti sirotulmustaqim....
Ini adalah konsekuensi dari ittiba‟ Anda kepada Rosululloh !
Ya, konsekuensi dari ittiba‟ dan penitian Anda atas
sirotulmustaqim!
92 | Sirotulmustaqim
UNSUR-UNSUR UTAMA BUKU INI
1. Iblis yang sangat dendam kepada Adam dan ketu-
runannya, sudah mengancam untuk mencegah mereka
memasuki dan meniti Sirotulmustaqim. Iblislah yang berada
dibelakang semua agama-agama, ajaran-ajaran dan aliran-
aliran sesat.
2. Sirotulmustaqim adalah jalan satu-satunya yang penitinya
bisa sampai kepada keridhoan Alloh dan memasuki
surga. Sirotulmustaqim itu adalah Islam yang murni.
3. Hidayah Sirotulmustaqim terbagi menjadi dua bagian:
- Hidayah Ilmiyyah: Yaitu ilmu yang Alloh wahyukan
kepada para Rosul-Nya. Hidayah ini bisa didapat dengan
belajar.
- Hidayah Taufiqiyyah: Tuntunan dan ketentuan Alloh
untuk seorang hamba yang menjadikan hamba itu
mendapat Hidayah Ilmiyyah dan mene-rapkannya.
4. Kita sangat membutuhkan hidayah disetiap saat, agar bisa
tetap berada diatas Sirotulmustaqim dan tidak tergelincir.
Karena itu kita diharuskan berdoa berkali-kali seharinya
untuk meminta hidayah itu.
5. Hanya Alloh lah tempat kita memohon hidayah.
6. Sirotulmustaqim adalah Islam yang murni. Islam adalah
agama Alloh satu-satunya, tidak ada agama lain yang
akan diterima oleh Alloh. Islam adalah agama para nabi
sejak Adam sampai Muhammad . Agama Yahudi
bukanlan agama nabi Musa dan agama Kristen bukanlah
agama nabi Isa Kedua agama itu adalah agama bathil
yang tidak akan diterima Alloh .
- Penyelisihan Sirotulmustaqim ada 3 macam: a.
Kekafiran, b. Kebid'ahan, dan d. Kemaksiatan.
94 | Sirotulmustaqim
DAFTAR PUSTAKA
96 | Sirotulmustaqim
34. Mafhūm Ahlis Sunnah wal Jamā’ah ‘inda Ahlis Sunnah wal
Jamā’ah, karya Dr. Nāshir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql.
35. Manhajul Istidlāl ‘alā Masā’ilil I’tiqōd, Dr. ‘Utsmān bin
Ali Hasan.
36. Manhajut Talaqqī wal Istidlāl Baina Ahlis Sunnah wal
Mubtadi’ah, Ahmad bin ‘Abdur Rahmān as-Suwayyān.
37. Miftāh Dāris Sa’ādah wa Mansyūr Wilāyatil ‘Ilm wal
Irōdah, Syaikul Islam Ibnul Qoyim al-Jauziyah .
38. Min Mahāsinid Dīnil Islāmiy, ‘Abdul ‘Azīz bin Muham-mad
as-Salmān .
39. Minhāj Ahlis Sunnah wal Jamā’ah, Muhammad bin
Sōleh al-‘Utsaimīn .
40. al-Minhāj Syarh Sohīh Muslim, Imam an-Nawawiy .
41. Minhājus Sunnah an-Nabawiyah, Syaikul Islam Ibnu
Taimiyah .
42. al-Minhatul Ilāhiyah fī Tahdzīb Syarhit Tohāwiyah,
‘Abdul Ākhir Hammād al-Gunaimi.
43. Mudzakkiroh fit Tauhīd, ‘Abdur Razzāq ‘Afīfi .
44. al-Mufrodāt fī Gorībil Qur’ān, ar-Rāghib al-Asfahāni .
45. Muktasor Minhājil Qōsidīn, Imam Ibnu Qudāmah .
46. Muqoddimāt fil ‘Ulūmisy Syar’iyah, Sōleh bin Muqbil al-
‘Usoimiy at-Tamimi.
47. al-Mūjaz fil Adyān wal Madzāhibil Mu’āsiroh, Dr. Nāshir bin
‘Abdul Karim al-‘Aql & Dr. Nāshir al-Qafāri.
48. Paham dan Aliran Sesat di Indonesia, Hartono Ahmad
Jaiz.
49. al-Qowā’id wal Fawā’id minal Arba’īn an-Nawawiyah,
Nāzhim Muhammad Sultōn.
50. al-Qoulul Mufīd ‘alā Kitābit Tauhīd, Muhammad bin
Sōleh al-Utsaimīn .
98 | Sirotulmustaqim