Anda di halaman 1dari 4

Karena Waktu Kita Begitu Berharga

Orang barat mengatakan “Time is Money“, “Waktu adalah Uang”.  Sebuah semboyan
yang setidaknya benar-benar menggambarkan pola pikir mereka yang individualis,
materialistis, dan kapitalis dalam menyikapi arti sebuah waktu. Yang setidaknya hal ini juga
tercermin didalam pola bermuamalah yang mereka terapkan.

Sedangkan kata orang-orang arab mah kayak gini nih:

“Waktu diibaratkan pedang, jika engkau tidak memotongnya maka waktulah yang
akan memotongmu, Dan jika engkau tidak menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang halal,
maka dia akan menyibukkanmu dengan sesuatu yang haram serta perbuatan-perbuatan dosa”
kalau yang ini lebih adem sih sekiranya..

So, mau pilih semboyan yang mana? mau nganggep waktu sebagai uang yang bisa
bikin kita semangat untuk memaksimalkannya? atau mau nganggep waktu sebagai pedang
yang bisa motong-motong kehidupan kita jadi kita takut dan makanya harus
memaksimalkannya? kita boleh kok pilih yang mana aja, tapi yang jelas Islam menganggap
waktu ya sebagai suatu yang sangat berharga, yang mesti diperjuangkan, dimanfaatkan dan
dimaksimalkan oleh setiap muslim. Begini nih pandangan Islam mengenai waktu:

Pertama:
Islam menjadikan waktu sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, sebagaimana telah diisyaratkan oleh Allah  yang telah bersumpah dengan
nama waktu di dalam banyak ayat, diantaranya dalam firmanNya  :

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian”  (QS. Al-`Ashr:
1-2 )

“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang” (
QS. Al-Lail : 1-2 )

“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi
(gelap)”  (QS. Adh-Dhuha : 1-2)

Allah sebagai Author dari Al Qur’an bersumpah demi waktu/masa. Terus artinya apa?
ya tentunya kalau Allah sudah bersumpah atas sesuatu, maka sesuatu itu ditunjukkan
keagungannya oleh Allah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa waktu itu adalah suatu hal yang
sangat berharga.

Kedua:
Islam mendorong seseorang untuk menggunakan waktu dengan baik, agar orang
tersebut bisa mengambil pelajaran dan bersyukur atas nikmat waktu yang Alloh
anugerahkan kepadanya.

“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin
mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur” (QS. Al-Furqan : 62 )

Yaitu dengan perputaran waktu, maka manusia dapat mengambil pelajaran yang
sangat penting mengenai tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah  serta
menjalankan Syariat-Nya, mengingat ajal yang pasti akan menjemputnya, dan
mempersiapkan bekal bagi kehidupan di akhiratnya yang kekal dan abadi. Orang dikatakan
bersyukur apabila ia telah memanfaatkan waktu dengan baik dalam hal ini mengisi waktu
dengan perbuatan yang ma’ruf, bukan cuma sekedar bilang “Alhamdulillah” karena masih
diberi waktu oleh Allah, sesudah itu malah nyantai lagi, mau taubat malah dinanti-nanti.
heuh.

Ketiga:
Islam telah memberikan pujiannya serta mensifati orang-orang yang mengisi waktunya
dengan berfikir dan menjalankan ketaatan dijalan Allah  dengan sebutan Ulil
Albab  (Orang yang berakal).

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ” (QS. Ali Imran : 190)

Berdasarkan ayat diatas, maka orang-orang yang tidak bisa mensyukuri serta mengisi
waktunya dengan berfikir dan menjalankan ketaatan dijalan Allah  maka tidaklah pantas
untuk dikatakan sebagi manusia yang berakal. Nahloh, kalau kita memang mengaku punya
akal, ya manfaatkanlah waktu untuk menjalankan ketaatan terhadap Allah. Masa kita bisa
melalaikan waktu padahal kita sudah diberi akal dan sebutan orang yang berakal oleh Allah?
Kalau begitu ya namanya tidak tahu terima kasih.
Keempat:
Waktu adalah nikmat & karunia Allah  yang terlupakan oleh kebanyakan manusia

Rasulullah  pernah bersabda :

“Dua nikmat yang kebanyakan manusia rugi di dalamnya : Kesehatan dan Waktu Luang ”
(HR. Bukhari)

Nah ini nih yang paling jleb.. Kalau kita lagi sehat-sehatnya, kebanyakan dari kita ya
malah merusak diri kita sendiri, misalkan lagi sehat minum es banyak-banyak, dengan
pedenya menenggak 5 gelas es teh sekaligus. Besok paginya baru deh kerasa itu tenggorokan
serasa diganjel batu, baru kerasa juga kalau sehat itu kerasa nikmat pas kita sakit. Terus
maunya apa? Minta sakit? na’udzubillah banget lah.. Terus pas lagi punya waktu luang,
kebanyakan dari kita menganggap seakan dunia ini kita yang punya #waw. Urusan penting
dan menjurus kebaikan dinanti-nanti terus. Mau cari ilmu, nanti aja lah, mau sholat sunnah,
nanti aja lah, mau ke ikut ta’lim, besok aja lah, mau beresin makalah nanti aja lah, gimana
nanti lah, gimana nanti lah, lama-lama jadi “lah nanti gimana?” inilah yang namanya
procrastinator sejati.

Waktu luang baru kerasa nikmatnya kalau udah mepet deadline, baru kerasanya kalau
udah numpuk-numpuk urusan sampai susah bantu-bantu orang lain, baru kerasa kalau udah
stress berujung migrain.. Baru sadar pas bilang “ya Allah, mendingan dari tadi aja yaa”
Memang, kebanyakan manusia melalaikan nikmat Allah yang satu ini.

Kelima:
Kita akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah  akan waktu yang telah kita
pergunakan.

Rasulullah  pernah menjelaskan hal ini didalam sabdanya  :

“Tidak tergelincir kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan
empat hal : Umurnya; dihabiskan untuk apa, Waktu mudanya; digunakan untuk apa, 
Ilmunya; apakah diamalkan atau tidak, Hartanya; darimana dia mendapatkan dan untuk apa
saja dihabiskannya” (Hadist Hasan, Riwayat Tirmidzi )

Sebelumnya kita bahas tentang waktu dan konsekuensinya di kehidupan dunia,


sekarang saatnya kita melangkah ke konsekuensinya di kehidupan akhirat. Yakeleus kita
nanti laporan di hari kiamat; ya Allah, harta saya saya dapat dari bunga bank konvensional
yang lagi dinaikkin ya Allah, selain itu juga saya dapet dari komisi-komisi sembunyi-
sembunyi ya Allah, tapi saya sedekahkan ke mesjid dekat rumah saya ya Allah (ya duit haram
mah tetep duit haram keleus); ya Allah, ilmu saya banyaaak, saya PERNAH banyak
pengetahuan ya Allah, tapi akhir-akhir ini saya lupa karena ilmu yang saya pernah tau dulu
cuma dipake buat ulangan aja ya Allah; ya Allah umur saya saya gunakan untuk mencari
kesuksesan ya Allah, kesuksesan dunia ya Allah, saya terlalu sibuk kalau harus ngurusin
kepentingan akhirat ya Allah, waktu saya ngga banyak ya Allah, buat sholat sunnah, puasa
sunnah, ikut tarbiyah.. Saya tau akhiratu khoirun wa abqaa, tapi dunia saya memaksa saya ya
Allah; ya Allah, masa muda saya saya habiskan untuk nonton film di bioskop, nongkrong di
foodcourt berjam-jam, berduaan sama kecengan, ngegosipin jutaan orang, jalan-jalan lintas
mall dan hura-hura cari hiburan ya Allah.. Saya dulu berpikir kalau masa muda itu masanya
yang bergelora, saya cuma pikir YOLO ya Allah, hidup cuma sekali, jadi saya ngga ragu
hura-hura untuk memuaskan gejolak masa remaja saya berkali-kali ya Allah.

Dramatis kan? tapi mungkin aja kita merasakan hal yang sama kelak, maka dari itu,
kita mesti menyusun laporan di hari akhir nanti dengan konten yang manis, bukti dari kita
yang berhasil memanfaatkan waktu dengan baik, bukti dari kita yang berhasil mengisi waktu
dengan hal-hal yang baik.

Waktu ngga mungkin bisa balik, yang kemarin ya tetep jadi kemarin, yang tadi tetep
jadi yang tadi, yang sudah terjadi ya sudah terjadi. Yang terlalaikan ya sudah terlalaikan,
yang disepelekan ya sudah disepelekan, yang dilewatkan ya sudah dilewatkan.. Penyesalan?
memang selalu dateng terakhir kok, penyesalan ngga mungkin datang duluan, memang begitu
kodratnya.. Tapi kita bisa mengatasi dengan menghindari penyesalan itu, ya caranya dengan
memaksimalkan waktu dengan sebaik-baiknya. Amal baik jangan ditunda, waktu jangan
dibuang sia-sia, apalagi masih muda. Sayang kalau waktu kita cuma digunakan untuk hura-
hura, yaa karena waktu kita, begitu berharga.

Anda mungkin juga menyukai