Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita waktu yang penuh dengan keberkahan,
keselamatan, kebahagiaan, keamanan, dan kesehatan yang paripurna, yang tidak ada rasa
sakit yang datang setelahnya.
Bahwa pada dasaarnya setiap orang telah diberikan modal berupa waktu yang sama oleh
Allah, yakni sehari selama 24 jam.
Modal yang sama tersebut, belum tentu sama dalam penggunaannya. Sebagai contoh,
pada jam yang sama masih ada yang duduk di depan televisi, menghadap layar android di
rumah, bersendau gurau di jalan, sibuk jual beli di pasar, bekerja di sawah dan ladang.
Namun di tempat yang lain, mereka yang di ladang bergegas membersihkan diri begitu
adzan dikumandangkan, mereka yang di rumah bersegera wudhu dan berangkat
menghadiri shalat Jumat begitu adzan berkumandang, bahkan banyak dari mereka yang
lebih dahulu datang sebelum khatib naik mimbar, mengisi waktu tersebut dengan shalat,
dzikir, dan tilawah Alquran.
Orang yang datang ke masjid dalam rangka memenuhi panggilan Allah untuk beribadah,
maka setiap derap langkah satu kakinya akan meninggikan derajat, sementara langkah
kaki lainnya akan menghapus dosa. Sebagaimana hadis berikut:
ْ َت َخ ْ َكان، ِ ض هَّللا ِ ت هَّللا ِ لِيَ ْق ٍ ثُ َّم َم َشى ِإلَى بَ ْي، َم ْن تَطَه ََّر فِي بَ ْيتِ ِه
ُط َوتَاه ِ يضةً ِم ْن فَ َراِئ
َ ض َي فَ ِر ْ ت
ِ من بُيُو
ً َواُأْل ْخ َرى تَرْ فَ ُع َد َر َجة، ًخَطيَئة
ِ ُط ُّ تَح ِإحْ دَاهُ َما
Rasulullah juga pernah menyampaikan bahwa ada dua nikmat yang sering diabaikan oleh
manusia, yakni pertama ialah nikmat waktu luang, dan kedua yaitu nikmat sehat.
Bagi mereka yang mau mensyukuri nikmat waktu, sudah barang tentu modal waktu yang
Allah berikan akan dimanfaatkan dan diisi dengan padat, dengan hal-hal yang
bermanfaat.
Sebaliknya bagi yang kufur dengan nikmat waktu, boleh jadi modalnya itu terbuang sia-
sia, banyak kegiatan yang tidak menghasilkan manfaat di dalamnya.
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut?”. Ad-Dahr adalah waktu sebelum keberadaan
seseorang. Maka terhadap ad-Dahr, seorang tidak mempunyai konsekuensi. Seorang tidak
akan diminta pertanggung jawaban sebelum ia ada atau lahir di alam dunia.
ََولِ ُكلِّ ُأ َّم ٍة َأ َج ٌل ۖ فَِإ َذا َجآ َء َأ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخرُونَ َسا َعةً ۖ َواَل يَ ْستَ ْق ِد ُمون
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya.”. ‘Ajal artinya batas keberadaan sesuatu. Itu mengapa orang yang
meninggal sering disebut telah sampai pada ‘ajalnya, yakni telah sampai pada batas
hidupnya di dunia.
“…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman”. Al-Waqt adalah batas dari berakhirnya suatu pekerjaan, seperti adanya
batas-batas waktu dalam shalat. Istilah ini yang kemudian diadopsi oleh bahasa
Indonesia, al-waqt menjadi waktu.
َّ اصوْ ا بِال
)3( صب ِْر ِّ اصوْ ا بِ ْال َح
َ ق َوت ََو َ ت َوتَ َو ٍ ) ِإ َّن اِإْل ْن َسانَ لَفِي ُخس1( َو ْال َعصْ ِر
ِ ) ِإاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا2( ْر
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. Allah
peringatkan hambanya dengan al-‘Ashr.
Harta yang hilang bisa dicari lagi. Namun waktu yang hilang tidak pernah bisa akan
kembali lagi. Manusia yang berada dalam kerugian sebagaimana dalam QS. Al-‘Ashr,
para ulama memilki beberapa penafsiran.
Ada yang mengatakan bahwa manusia di sini ialah semua orang. Ulama lainnya
berpendapat bahwa manusia di sini bermakna mereka yang sudah baligh. Sebab, sebelum
akil baligh semua amalan yang ia lakukan belum dihisab atau belum mukallaf.
Beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, para Nabi dan Rasul-Nya, kitab-kitab suci-
Nya, hari Akhir, dan Qadha-Qadhar-Nya.
Iman akan tumbuh subur dengan ilmu. Sehingga apabila kita ingin agar memiliki
keimanan yang kuat, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk menyuburkan iman
tersebut. Teruslah belajar, tanpa terbatasi oleh waktu, tempat, dan keadaan.
Namun hanya mengandalkan iman saja, orang masih merugi. Sehingga ayatnya
dilanjutkan dengan wa ‘amilū aș-șālihāt. Amal itu adalah apa yang dihasilkan oleh
pikiran, hati dan perbuatan. Bukan hanya perbuatan saja, bahkan pikiran, gagasan kita
juga tergolong amal, serta gerakan hati pun termasuk amal.
‘Amilū aș-șālihāt maknanya bukan sembarang amal, akan tetapi amal yang shalih, amal
yang membawa pada kebaikan baik untuk diri maupun makhluk Allah yang lain.
Haq itu makna asalnya yang kokoh, adapun yang kokoh itu ialah nilai-nilai agama. Di
mana nilai-nilai agama ini akan selalu tegak dan kokoh kapan dan di manapun. Kemudian
menjadikan paripurna sampai saling bernasihat untuk senantiasa berlaku sabar.