Anda di halaman 1dari 3

WAKTU BAGI SEORANG MUSLIM

Assalamu’alaikum wr wb

‫ َمنْ َي ْه ِد ِه‬،‫ت َأعْ َمالِ َنا‬ ِ ‫ُور َأ ْنفُسِ َنا َو ِمنْ َس ِّيَئ ا‬ ِ ‫شر‬ ُ ْ‫هلل ِمن‬ ُ ‫ َو َنع‬،ُ‫الـحمْ دَ هّلِل ِ َنـحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬
ِ ‫ُوذ ِبا‬ َ ّ‫إن‬
ً‫ُـحمَّدا‬َ ‫ْك َل ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م‬ َ ‫ َوَأ ْش َه ُد َأن الَّ ِإ َل َه ِإالَّ هللا َوحْ دَ هُ اَل َش ِري‬،ُ‫ِي َله‬ َ ‫ َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َهاد‬،ُ‫هللا ُ َفاَل مُضِ َّل َله‬
ْ‫ ُأ ْوصِ ْي ِني‬، ‫ْن‬ ِ ‫ان ِإ َلى َي ْو ِم ال ِّدي‬ ٍ ‫صحْ ِب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس‬َ ‫ص ِّل َع َلى مُح َّم ٍد َو َع َلى آلِ ِه َو‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬. ‫َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬
‫ان‬
ِ ‫ْط‬َ ‫ َأع ُْو ُذ ِباهَّلل ِ م َِن ال َّشي‬.‫ َقا َل هللا ُ َت َعا َلى فِيْ ِك َت ِاب ِه ْال َك ِريْم‬.‫از ْال ُم َّتقُ ْو َن‬ ِ ‫َن ْفسِ يْ َوِإيَّا ُك ْم ِب َت ْق َوىـ‬
َ ‫ َف َق ْد َف‬،‫هللا‬
ِ
َ ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُواـ هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬:‫الرَّ ِجي ِْم‬
Marilah kita senantiasa bersyukur………….Shalawat serta salam……………..

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah,


Pada dasaarnya setiap orang telah diberikan modal berupa waktu yang sama oleh Allah, yakni
sehari selama 24 jam. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita waktu 24 jam tersebut
penuh dengan keberkahan, keselamatan, kebahagiaan, keamanan, dan kesehatan yang
paripurna, yang tidak ada rasa sakit yang datang setelahnya.
Modal waktu yang sama tersebut, belum tentu sama dalam penggunaannya. Sebagai contoh,
pada jam yang sama masih ada yang duduk di depan televisi, menghadap layar android di rumah,
bersendau gurau di jalan, sibuk jual beli di pasar, bekerja di sawah dan ladang. Namun di tempat
yang lain mereka yang di ladang bergegas bersih diri begitu bedug dipukul, mereka yang di rumah
bersegera wudhu dan berangkat menghadiri shalat Jumat begitu adzan berkumandang, bahkan
banyak dari mereka yang lebih dahulu datang sebelum khatib naik mimbar, mengisi waktu
tersebut dengan shalat, dzikir, dan tilawah Alquran.

Orang yang datang ke masjid dalam rangka memenuhi panggilan Allah untuk beribadah, maka
setiap derap langkah satu kakinya akan meninggikan derajat, sementara langkah kaki lainnya
akan menghapus dosa. Sebagaimana hadis berikut:

ُ‫ت َخ ْط َو َتاه‬
ْ ‫ َكا َن‬، ِ ‫اِئض هَّللا‬ َ ‫ت هَّللا ِ لِ َي ْقضِ َي َف ِر‬
ِ ‫يض ًة ِمنْ َف َر‬ ِ ‫ت منْ ُبيُو‬ ٍ ‫ ُث َّم َم َشى ِإ َلى َب ْي‬، ‫َمنْ َت َطه ََّر فِي َب ْي ِت ِه‬
‫ َواُأْل ْخ َرى َترْ َف ُع دَ َر َج ًة‬، ‫ َخطِ يَئ ًة‬ ‫ُط‬ ُّ ‫ َتح‬ ‫ِإحْ دَ ا ُه َما‬

“Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk
melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan
dan satunya lagi meninggikan derajat.” (HR. Muslim)
Sekali lagi, bahwa waktu yang diberikan oleh Allah adalah sama akan tetapi isi dan kualitasnya
berbeda dari tiap-tiap diri kita.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah,

Rasulullah juga pernah menyampaikan bahwa ada dua nikmat yang sering diabaikan oleh
manusia, yakni pertama ialah nikmat waktu luang, dan kedua yaitu nikmat sehat.
‫اس الصِّحَّ ُة َو ْال َف َرا ُغ‬
ِ ‫ِيه َما َكثِي ٌر ِمنْ ال َّن‬
ِ ‫ان َم ْغبُونٌ ف‬
ِ ‫ِنعْ َم َت‬
“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu (nikmat) kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Al-Bukhari)

Bagi mereka yang mau mensyukuri nikmat waktu, sudah barang tentu modal waktu yang Allah
berikan akan dimanfaatkan dan diisi dengan padat, dengan hal-hal yang bermanfaat. Sebaliknya
bagi yang kufur dengan nikmat waktu, boleh jadi modalnya itu terbuang sia-sia, banyak kegiatan
yang tidak menghasilkan manfaat di dalamnya. Namun justru na’udzubillah menjerumuskan diri
pada kemaksiatan dan kebatilan. Sebagaimana kata bijak yang mengatakan bahwa, jika dirimu
tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah,


Dalam Alquran terdapat pesan yang sangat penting untuk menggugah dan mengingatkan diri
akan anugerah yang Allah berikan berupa waktu itu. Dalam pandangan seorang muslim, waktu
dikenal dengan empat istilah.
Pertama ialah ad-Dahr, sebagaimana dalam QS. Al-Insan ayat pertama,
‫نس ِن ِحينٌ م َِّن ٱلدَّهْ ِر َل ْم َي ُكن َش ْيـًٔا م َّْذ ُكورً ا‬
َ ٰ ‫َه ْل َأ َت ٰى َع َلى ٱِإْل‬
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan
sesuatu yang dapat disebut?”. 
Ad-Dahr adalah waktu sebelum keberadaan seseorang. Maka terhadap ad-Dahr, seorang tidak
mempunyai konsekuensi. Seorang tidak akan diminta pertanggung jawaban sebelum ia ada atau
lahir di alam dunia.
Kedua ialah ‘Ajal, sebagaimana dalam QS. Al-A’raf: 34,
َ ‫اع ًة ۖ َواَل َيسْ َت ْق ِدم‬
‫ُون‬ َ ‫َولِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة َأ َج ٌل ۖ َفِإ َذا َجآ َء َأ َجل ُ ُه ْم اَل َيسْ َتْأ ِخر‬
َ ‫ُون َس‬
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”.
 ‘Ajal artinya batas keberadaan sesuatu. Itu mengapa orang yang meninggal sering disebut telah
sampai pada ‘ajalnya, yakni telah sampai pada batas hidupnya di dunia.
Ketiga ialahal-Waqt, sebagaimana potongan ayat dalam QS. An-Nisa: 103,
‫ِين ِك ٰ َتبًا م َّْوقُو ًتا‬
َ ‫ت َع َلى ْٱلمُْؤ ِمن‬
ْ ‫ص َل ٰو َة َكا َن‬
َّ ‫…ِإنَّ ٱل‬
“…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.
Al-Waqt adalah batas dari berakhirnya suatu pekerjaan, seperti adanya batas-batas waktu dalam
shalat. Istilah ini yang kemudian diadopsi oleh bahasa Indonesia, al-waqt menjadi waktu.
Keempat ialah al-‘Ashr, sebagaimana dalam QS. Al-‘Ashr: 1-3,
َ ‫اص ْوا ِب ْال َح ِّق َو َت َو‬
‫اص ْوا‬ ِ ‫ِين آ َم ُنوا َو َع ِملُوا الصَّال َِحا‬
َ ‫ت َو َت َو‬ َ ‫) ِإنَّ اِإْل ْن َس‬1( ‫َو ْال َعصْ ِر‬
َ ‫) ِإاَّل الَّذ‬2( ‫ان َلفِي ُخسْ ٍر‬
)3( ‫صب ِْر‬
َّ ‫ِبال‬
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran”.
Allah peringatkan hambanya dengan al-‘Ashr.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah,


Harta yang hilang bisa dicari lagi. Namun waktu yang hilang tidak pernah bisa akan kembali lagi.
Manusia yang berada dalam kerugian sebagaimana dalam QS. Al-‘Ashr, para ulama memilki
beberapa penafsiran. Ada yang mengatakan bahwa manusia di sini ialah semua orang. Ulama
lainnya berpendapat bahwa manusia di sini bermakna mereka yang sudah baligh. Sebab,
sebelum akil baligh semua amalan yang ia lakukan belum dihisab atau belum mukallaf.

Kata ‫– ُخ ْس'' ٍر‬khusrin’- dalam kaidah bahasa Arab disebut dengan istilah isim nakiroh atau kata
benda yang memiliki makna keanekaragaman. Sehingga maknanya menjadi manusia itu akan
berada dalam keanekaragaman kerugian, kecuali mereka yang beriman. Iman merupakan
keyakinan penuh dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pengamalan dalam amal perbuatan. Beriman
kepada Allah, para Malaikat-Nya, para Nabi dan Rasul-Nya, kitab-kitab suci-Nya, hari Akhir, dan
Qadha-Qadhar-Nya.
Iman akan tumbuh subur dengan ilmu. Sehingga apabila kita ingin agar memiliki keimanan yang
kuat, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk menyuburkan iman tersebut. Teruslah belajar,
tanpa terbatasi oleh waktu, tempat, dan keadaan.
Namun hanya mengandalkan iman saja, orang masih merugi. Sehingga ayatnya dilanjutkan
dengan wa ‘amilū aș-șālihāt. Amal itu adalah apa yang dihasilkan oleh pikiran, hati dan perbuatan.
Bukan hanya perbuatan saja, bahkan pikiran, gagasan kita juga tergolong amal, serta gerakan
hati pun termasuk amal. ‘Amilū aș-șālihāt maknanya bukan sembarang amal, akan tetapi amal
yang shalih, amal yang membawa pada kebaikan baik untuk diri maupun makhluk Allah yang lain.

Kerugian seolah tidak berhenti, hingga menyempurnakannya dengan watawā śaubil haq- watawā
śaubi al-șabr. Saling nasehat menasehati dalam soal yang haq. Haq itu makna asalnya yang
kokoh, adapun yang kokoh itu ialah nilai-nilai agama. Di mana nilai-nilai agama ini akan selalu
tegak dan kokoh kapan dan di manapun. Kemudian menjadikan paripurna sampai saling
bernasihat untuk senantiasa berlaku sabar.

Praktik iman dan amal saleh yang senantiasa menyeimbangkan antara ibadah ritual dan ibadah
sosial itulah yang benar dan idealnya dari perwujudan iman yang ada dalam diri seseorang,
sehingga sebagai mahluk Allah yang terbaik dan sempurna, akan berkuasa dan menempati
tempat yang tinggi dan mulia di muka bumi serta janji Allah yang lain akan mendapatkan pahala
yang tiada putusnya, serta diampuni dosa dan kesalahan dan dimasukkan dalam surga-Nya akan
dapat kita raih. Insya Allah.
‫الح ِكي ِْم َو َت َق َّب َل ِم ِّنيْ َو ِم ْن ُك ْم ِتاَل َو َت ُه‬
َ ‫ت َو الذ ِْك ِر‬
ِ ‫ َو َن َف َع ِنيْ َوِإ َيا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه م َِن اآل َيا‬,‫آن العَظِ ي ِْم‬
ِ ْ‫ار َكاهللُ لِيْ َو َل ُك ْم فِيْ القُر‬
َ ‫َب‬
َ ‫الغفُ ْو ُر‬
‫الر ِح ْي ُم‬ َ ‫إ َّن ُه ه َُو‬.

Khutbah kedua
َ ‫ اَ ْش َه ُد اَنْ الَ ا َل َه ِاالَّ هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري‬.‫هلل الَّذِى َج َع َل َنا َو ِا َّي ُك ْم عِ َبا ِد ِه ْال ُم َّتقِي َْن َواَ َّد َب َنا ِب ْالقُرْ اَ ِن ْال َك ِري ِْم‬
‫ْك‬ ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬
َ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَلِ ِه َو‬
: ‫صحْ ِب ِه اَجْ َم ِعي َْن اَمَّا َبعْ ُد‬ َ ‫ َاللَّ ُه َّم‬.ُ‫ َواَ ْش َه ُد اَنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬.ُ‫َله‬
َ ‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتمُو ُتنَّ ِاالَّ َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫ َف َيا اَ ُّي َها ال َّنا سُ ا َّتقُوا‬.
Pada khutbah ke-2 ini marilah kita terus berusaha dengan sebaik-baiknya meningkatkan
Ketakwaan kita, karena sebaik-baik bekal adalah bekal ketaqwaan. Akhirnya marilah kita
berdoa, semoga segala amal dan ibadah kita diterima oleh Allah SWT

َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬,‫صلُّوا َع َل ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِ ْيمًا‬


‫ص ِّل‬ َ ‫ون َع َلى ال َّن ِبي َيااَ ُّي َها الَّ ِذي َْن اَ َم ُنوا‬
َ ُّ‫ُصل‬ َ َّ‫َو َقا َل َت َعا َلى اِن‬
َ ‫هللا َو َمالَ ِء َك َت ُه ي‬
‫ت َو ْالمُوءْ ِم ِني َْن‬ ِ ‫اغفِرْ ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما‬
ْ ‫ اَللَّ ُه َّم‬,‫اركْ َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَلِ ِه َواَصْ َحا ِب ِه اَجْ َم ِعي َْن‬ ِ ‫َو َسلِّ ْم َو َب‬
‫ َر َّب َنا الَ ُت ِز ْغ قُلُو َب َنا َبعْ دَ ِْاذ َهدَ ْي َت َنا‬.ِ‫ت ِا َّن َك َس ِم ْي ٌع َق ِريْبٌ ُم ِجيْبُ الدَّعْ َوات‬ ِ ‫ت اَالَحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَمْ َوا‬ ِ ‫َو ْالمُوءْ ِم َنا‬
‫اب‬َ ‫ َر َّب َنا اَ ِت َنا فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِى ْاالَ خ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬.‫ت ْال َوهَّاب‬ َ ‫َو َهبْ َل َنا ِمنْ َل ُد ْن َك َرحْ َم ًة ِا َّن َك اَ ْن‬
‫هلل َربِّ ْال َعا َل ِمي َْن‬
ِ ِ ‫ِّك َربّى ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُون َوال َّسالَ ُم َع َلى ْالمُرْ َسلِي َْن َو ْال َحمْ ُد‬ َ ‫ان َرب‬ َ ‫ ُسب َْح‬.‫ار‬ِ ‫ال َّن‬

Anda mungkin juga menyukai