Anda di halaman 1dari 4

Dari Penjahat Menjadi Aparat

Karya : Muhammad Irsan – 9G

Tommy Daratafian adalah seorang lulusan kuliah, dia sibuk mencari kerja di iklan
iklan baris di koran untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. “Wah, gawat ini.. gak ada
kerjaan yang cocok..” Kata Tommy mengeluh. Ia mencari pekerjaan yang cocok dengannya,
seperti menjadi atlet misalnya.. karena ia duluny adalah pemain basket terhebat di universitas
nya. “Kalau seperti ini, aku bisa bisa tinggal di rumah orang tuaku” Tommy pun cemas.

Ia mulai keliling kota untuk mencari pekerjaan. Hingga akhirnya, ia bertemu


seseorang yang Kurus, memakai jaket hitam dengan menggunakan Kupluk. “Hey nak, butuh
pekerjaan?” Tanya si Misterius itu. “ya, bagaimana kau tahu?” Jawab Tommy. “Tingkah laku
lu terlihat, dari tadi lu mondar mandir ke toko dari tadi---oh ya, nama gua Rafli” Jawab Rafli.
“Kalo lu mau dapet duit banyak, ikut gua.” Jawab Rafli. Tommy pun mengikuti rafli hingga
sampai di sebuah gudang bekas yang tak terpakai. Ia heran tak karuan. “Untuk apa dia
mengajakku kesini?”

Sesampainya di dalam, Tommy hanya melihat kegelapan, sampai Rafli berteriak


------------------“Oi! Ada anak baru ni!”. Saat itu juga semua lampu menyala dan banyak
orang lain disana. Tommy keheranan, ia berbisik dalam hatinya, “siapa orang orang
tersebut?”. Dan tiba tiba Rafli berbicara, “ini adalah markas kita, coy”. “Markas apa?”
jawab Tommy. “Tak usah banyak tanya.” Kata seseorang yang bernama Rendi. “Sebenarnya
kami ini adalah pencuri sekaligus penyelundup.” Kata seorang lagi yang bernama Galih.
Mereka pun saling berkenalan..

Malamnya, Rafli ingin melihat aksi pertama Tommy. “ayo sini ikut gua” Kata
Rafli.------------------Mereka pergi ke sebuah Bank Data Kriminal Nasional Kota tersebut.
“siap gak lu?” Tanya Rafli. “Siap!” jawab Tommy. “kalo lu siap, lu singkirin dulu penjaga
yang ada di sana” Kata Rafli. Tommy pun menunduk dan memasang peredam suara di pistol
nya. Ia bertanya Tanya “apakah ini benar? Atau salah?”. Tommy menyergap penjaga itu dan
menembaknya tepat di limpa, “apa yang telah kulakukan?” katanya. Lamunannya di
buyarkan oleh kata kata Rafli, “Ayo Tommy! Kita manjat lewat jendela, sini gua bantu!”.
“iya iya, sebentar” jawab Tommy. Mereka pun masuk melewati jendela.

Sesampainya didalam, mereka mencari berkas itu dengan hati hati. Saat Rafli sedang
sibuk mencari berkas itu, Rafli memperintahkan Tommy untuk menjaga Lorong. “shht,
Tommy. Jaga lorongnya, jaga jaga kalau ada orang laen” Perintah Rafli. Dan Tommy pun
menurut, saat Rafli menemukan berkas nya, ia berseru “Ini dia!”. “Rafli, ayo cepat kabur dari
sini!” Seru Tommy. “Sebentar, sabar dikit napa sih lu” Jawab Rafli. Saat Tommy mengintip
ke lorong, tanpa dia sadari sebuah kamera merekam nya, sebuah alarm pun terpicu, akibat
Face Recognizer pada kamera tidak mengenali wajah tersebut.

Mereka berdua panik dan kabur secepat yang mereka bisa. Pada saat mereka sampai
di lorong utama, seorang polisi berteriak, “Polisi! Jika kau masih ingin hidup, keluar dan
angkat tanganmu!” seru polisi itu. “ayo memutar!” kata Rafli. Saat memutar, ternyata para
polisi juga masuk melewati pintu belakang. “wah kacau ini, bisa mampus kita!” Kata Rafli.
Akhirnya Tommy memiliki sebuah ide, yaitu kabur melewati Ventilasi. “Eh Raf, gua ad aide.
Kita kabur lewat saluran udara aja..” kata Tommy. Rafli pun setuju. Akhirnya mereka
berhasil keluar dan sudah ada Rendi yang menunggu di mobil curiannya.

Sesampainya di markas, ada seseorang yang tak Tommy kenal, bernama Merinov. Ia
meminta berkas yang tadi Rafli curi. Sebelum Rafli memberikannya, Rafli berkata, “Mana
uangnya? Lu janji 250 juta buat 2 berkas ini kan?”. Ternyata, berkas yang telah Rafli curi
adalah catatan kejahatan Merinov dan rekannya. “Oke, ini uangnya!” Kata Merinov. “Hey
Tommy! Ini uang kita bagi ya! 50-50 aja!” Teriak Rafli. “Lumayan lah, 125 juta.” Bisik
Tommy. Mereka pun tertawa dan pesta pora malam itu. Dan akhirnya Tommy pingsan akibat
minuman keras yang diminumnya.

Pagi nya, Tommy bangun lebih dulu dari yang lain. Dia membereskan sampah pesta
tadi malam. Tanpa ia sadari, ternyata Rendi sudah bangun duluan. “Sikap mu tak seperti
penjahat.” Kata Rendi. “yah, aku emmang baru di hal seperti ini.” Jawab Tommy. “Kau tahu?
Banyak pekerjaan yang lebih baik daripada ini. Kau yakin ini adalah keahlianmu?” Tanya
Rendi. “itu bukan urusanmu” Jawab Tommy dengan sigap. Sambil membalikkan tubuh
Tommy, Rendi mencengkram kerah Tommy, “Hey nak. Jangan macam macam denganku.
Kau tidak tahu siapa aku, diamlah.” Ancam Rendi. Tommy pun memegang cengkraman
Rendi dan memelintirkan tangannya. Namun Rendi pun dengan lihainya menjatuhan tubuh
Tommy.

Terjadilah perkelahian yang hebat. Tommy melempar meja pada Rendi dan lari.
Rendi pun mengejar nya dengan memanjat ke atas trailer-trailer yang berderet. Akhirnya ia
melihat Tommy lari terbirit birit dan ia berlari sampai tepat di atas kepala Tommy, dan
Menimpanya. “kau tak bisa lari dariku, nak. Kau hanyalah—BOCAH INGUSAN!” bentak
Rendi. Akhirnya Tommy menyerah dan kembai ke markas. Ia memeriksa internet dan Rendi
menyalakan TV. Tommy terkejut bukan main. Seluruh berita yang ada di internet,
melaporkan tentang “Pencurian berkas buronan, 1 penjaga tewas”. “oh gawat, bagaimana ini
bisa terjadi?” Tommy pun cemas. Namun kecemasannya ditambah oleh Rendi yang
menunjukkan channel TV berita yang menyiarkan tentang pencurian itu, dengan foto Tommy
sedang mengintip ke lorong.

Lalu Rafli dating, “ugh, apa yang terjadi?” Tanya Rafli. “Bos, sepertinya anak
ingusan milikmu ketauan tadi malam “ kata Galih. Rafli menaap Tommy untuk sesaat, dan
berjalan pelan ke arahnya. Tommy diam saja, hanya memasang muka agak kaget. Dan
seketika itu pula Rafli menampar wajah Tommy dengan keras. “Lu tau, kalo lu sampai
ketangkep, itu bukan tanggung jawab gua. Tapi lu bisa jadi umpan buat polisi!” Bentak Rafli.
“iya bos, saya sangat ceroboh. Maafkan tindakan saya yang ceroboh bos..” Jawab Tommy
dengan sedih. “Sudahlah! Sekali lagi lu ketauan, lu bakal gua tendang ke luar” Ancam Rafli.
5 tahun kemudian, Tommy diperintahkan untuk ikut Rafli ke sebuah Bank Lokal. Pagi
itu, mereka mempersiapkan senjata, dan sebuah mobil Van warna hitam, Mereka dating pada
jam 10 pagi. “Tommy, pasang peledak nya!” Kata Galih. Sebelum memasang peledak,
Tommy memasang Balaclava atau sejenis topeng. Setelah Tommy memasang peledak nya,
terbuatlah lubang besar di tembok brangkas bank. Tommy, Rafli dan Galih masuk dengan
cepat. Dengan senapan selundupan AK-101, mereka menembak beberapa penjaga disana.
“Cepat! Ambil uangnya!” Teriak Rafli. Tapi pada saat Tommy mengambil uang, para Polisi
datang dan mengepung dari luar, dan terjadi tembak menembak. “Rafli! Kita harus pergi
seka----AH!!!” Galih pun tertembak.

Tommy pun bertindak. Ia tidak lagi sembunyi di balik meja, namun menembak
dengan senapannya hingga melukai 13 orang polisi. “Ayo kita pergi! Tommy!” Teriak Rafli
sambil menggendong Galih di bahunya. Tommy melindungi Rafli dengan menembak babi
buta dan melukai 2 orang polisi pasukan khusus. Saat sampai diluar, mobil van nya hilang.
Tommy langsung menghubungi Rendi, “Rendi! Dimana kamu?”. “sabar, aku juga sedang
dikejar, bodoh!” Jawab Rendi. Polisi mendekat pada gerombolan Tommy, karena senjata
Tommy telah kosong, dengan sigap Tommy mengambil pistol di saku Rafli, dan menembaki
polisi tersebut. Tak lama kemudian, jemputan muncul. Ya, Rendi dating dengan mobil Van
hitam dengan banyak bekas tembakan. “Ayo kita pergi dari sini!” kata Tommy.

Saat di markas, Tommy melihat luka Galih yang cukup serius. Ia tak tega melihat nya
seperti itu, Ia member Morfin agar sakit nya tidak terasa. Lalu Tommy pergi menonton TV
dan menonton berita, “Huuh dimana mana isinya sama saja”. “ayo kita pergi dari sini. Kita ke
pedesaan utara dan buat markas baru.” Kata Rafli tiba tiba. Lalu Tommy bertanya, “Dimana
Rendi?”. Rafli menjawab, “mana gua tau, kan tadi dia ada di ruang utama”. Tiba tiba,
Tommy mendengar deru mesin helikopter.”Menyerahlah! Kami tau kalian ada disana!” kata
Seorang Polisi dengan Loudspeaker. “gawat ni. Gimana caranya? Bawa Galih ke Van! Aku
akan diam disini melinsdungi kalian!” teriak Tommy. Ia pun menembaki polisi yang dating,
dan ketika Tommy menghendaki untuk naik ke Van, Rafli pun meninjunya hingga ia
pingsan..

Ia samar samar melihat cahaya, “apa itu? Apakah aku sudah mati?” Tommy heran.
Dan samar samar dia mendengar suara, “Bangun, bodoh! Bangun!”. Entah siapa itu yang
berbicara, tapi terdengar garang.dan setelah itu Tommy merasakan seperti diguyur air dan ia
pun terbangun dan melihat 2 orang petugas polisi berbadan besar. “Hah? Dimana aku? Mana
teman temanku?” Tanya Tommy. “Kau ada di kantor polisi, dasar aneh.” Kata seorang polisi
itu. “Tunggu. Apa? Aku? Dikantor polisi? Mana temanku?” Tanya Tommy. Dan saat itu pula
Tommy melihat Rendi di pojok ruangan. “Dasar kau! PENGKHIANAT BEDEBAH!
KEMARI KAU! AKAN KUHAJAR KAU!” Amuk Tommy.

Rendi memberikan isyarat kepada ke-2 polisi tersebut untuk menyingkir. “Kau tau,
kau adalah orang yang tidak cocok jadi penjahat.” Kata Rendi. “Kau lebih cocok menjadi---“
sebelum Rendi menyelesaikan kalimatnya, Tommy memotong, “Kau tak bisa memerintahku!
Siapa kau memangnya?”. “kalau begitu, kau akan suka dipenjara, karena telah melukai orang
tak bersalah, merampok, mencuri, dan sebagainya.” Jawab Rendi dengan santai. “memang
seberapa buruk penjara itu?” Jawab Tommy. “Kalau kau pikir dipenjara 20 tahun itu bagus,
silahkan!” Hasut Rendi. Seketika muka Tommy menjadi pucat.

“huh, oke. Begini saja, jika kau memberitahu kemana tujuan para bandit tersebut, aku
jamin aku akan berusaha untuk membuatmu dibebaskan.” Tawar Rendi. “Setau ku, mereka
pergi ke pedesaan utara. Mereka juga telah mengkhianatiku.” Jawab Tommy. Rendi
memberikan isyarat kembali pada ke-2 polisi terebut, “Lepaskan dia.” Kata Rendi dengan
tenang. “kau akan menunggu kabar dari kami di ruangan ini.”. “Tidak.” “aku tidak akan
menunggu di ruangan ini, mereka telah mengkhianatiku. Dan mereka harus membayarnya.”
Kata Tommy.

Akhirnya, dengan 5 unit pasukan khusus, mereka pergi ke pedesaan utara. Tommy,
dengan kesalnya mematahkan gagang pisau yang dipegangnya. “tenanglah, Tommy..” kata
Rendi. Dan tak lama kemudian pun mereka sampai di tujuan. 2 orang pasukan khusus
melemparkan Decoy Grenade dan mengagekan seisi gudang. Dan Rendi langsung
mendobrak pintu dan menembakkan HK-416 miliknya. Dan Galih yang baru separuh pulih
pun tertembak (lagi), dan Rafli dengan anak buahnya kabur ke ruangan belakang, sambil
menunggu serangan mendadak.

Tommy dengan ketidak sabarannya langsung maju dan mengalahkan 2 orang terroris
dengan menggunakan pisau. Ia melemparkan pisau nya itu tepat ke dada terroris lainnya. Dan
ia menuju ruang belakang, untuk mengalahkan Rafli. Sesampainya di belakang, ada 2 teroris
yang menunggu nya, rafli pun melempar granat MG7 miliknya. Dan yang tersisa hanyalah
Rafli, ya.. si brengsek itu

Tommy berteriak, “Keluarlah, musang bengis!”. Rafli muncul dari belakang Tommy
dan hendak menusuk Tommy, namun Tommy dengan sigap memelintir tangan Rafli dan
menodongkan senjata ke kepalanya.. “Ada yang ingin kau sampaikan?” kata Tommy.
“Tidak,Tommy. Jangaaaaan!!!” Teriak Rafli. DOR! Suara letusan pistol pun menggelegar di
gudang tersebut. Rendi datang dan ia langsung memberi isyarat untuk turunkan senjata.

Akhrnya, Tommy pun ditawarkan untuk menjadi seorang pasukan khusus polisi. Ia
langsung menerima, dan menelpon ibunya yang ada dirumahnya. “Ibu! Aku akhirnya
menjadi polisi bu! Cita citaku waktu kecil!” Seru Tommy.

The End.

Anda mungkin juga menyukai