Anda di halaman 1dari 37

Rebuild: Survival Zombie Outbreak

Chapter 1.1: Semarang - First Infection

“Berita hari ini dari CNN Indonesia. Telah dilaporkan di wilayah kota Semarang daerah
Unisula ditemukan sebuah kotak mencurigakan yang meresahkan warga, sehingga
Kepolisian dan Tim Gegana menuju ke lokasi untuk menghancurkan kotak tersebut.
Selanjutnya berita mengenai....”

“PIPPPPPP” terdengar suara bunyi televisi dimatikan.

Terlihat seorang pemuda berusia 24 tahun sedang memakan roti setelah menonton
televisi setelah itu dia beranjak dan menuju ke kamar untuk mengganti kaos oblong
dan celana piyama dengan seragam Polisi lengkap dengan lencana dan mengambil tas,
Police Vest, shoulder holster, Pistol berjenis Night Hawk, dan juga portable handy talky
(HT). Tak lupa dia setelah berseragam lengkap dia kembali turun dan menuju ke garasi
buat mengambil motor Suzuki Inazuma lalu berangkat menuju Polrestabes Semarang.
Sesampainya disana Pemuda itu terus memasuki gedung utama dan segera menuju ke
ruangan Resersi Kriminal karena dia adalah transferan dari Densus 88.

“Permisi Pak Izin melapor.” Pemuda tersebut memberi salam pada seseorang disana.

“Silahkan.” jawab Seorang Polisi yang tak lain dari atasannya tersebut sambil
memegang file.

“Rizky Vira Prakoso, Transfer dari Densus 88 dengan prestasi yang cukup bereputasi di
Polri dan juga prestasi di bidang MMA dengan mengikuti kejuaraan serta lulusan terbaik
di Akpol lalu banyak prestasi lainnya yang tidak perlu saya sebutkan semua. Sepertinya
Kepala Staff Densus 88 memindahkanmu disini cukup tepat. Karena sekarang kepolisian
bagian Reserse sedang kewalahan menghadapi pelaku kriminal yang makin hari
menjadi.” tambahnya sambil membaca file dengan seksama.

“Ada tugas yang bisa saya kerjakan pak ?” pemuda bernama Rizky itu bertanya pada
atasannya.

“Sementara hari ini tidak ada, namun tampak nya berita di televisi karena semalam
ditemukan sebuah kotak misterius dan mengeluarkan sedikit asap yang kata warga
sangat aneh dan berbau keras.” imbuhnya.

“Jadi kamu sekarang melakukan tugas rutin dan patroli dan jangan lupa selalu memakai
gear lengkap. Setelah itu kamu juga ketemu sama tim yang akan membantu kamu.”
tambah lagi sebelum mengakhiri pembicaraan.
“Baik Pak. Saya Permisi dulu.” Rizky lalu keluar.

Setelah keluar ruangan pun Rizky segera menuju ke ruang pertemuan dimana ada
beberapa petugas yang memang sedang melakukan briefing tugas. Seseorang yang
mengenal Rizky pun segera menghampiri dan melakukan fist bump padanya.

“Rizky ? Rizky Vira Prakoso ?” sapa Pemuda itu.

“Fahmi ? Fahmi Agri Alamsyah kan ya ?” Rizky kaget bertemu dengan Fahmi.

“Iya Rekan sesama Gym MMA.” Fahmi mengangguk.

“Aku gatau kalo ternyata kamu juga dibagian Reserse.” Fahmi melanjutkan obrolan.

“Aku pindah tugas dari Densus 88.” jawab Rizky.

Ternyata pemuda yang menyapa Rizky itu adalah Fahmi Agri Alamsyah, pemuda yang
seumuran dengan Rizky dan juga rekan sesama MMA yang juga bekerja di divisi yang
sama dengan Rizky.

“Udah lihat berita belum di daerah Unisula ada kotak misterius ?” tanya Fahmi.

“Tadi pagi baru saja beritanya jadi headline. Kita sekarang harus lebih waspada bila ada
apa-apa.” Rizky langsung duduk.

“Aku harap Tim yang menangani pembersihan segera beres.” Fahmi pun ikutan duduk.

Keduanya pun mendengarkan briefing yang sudah dimulai setelah obrolan singkat
tersebut. Sementara itu di daerah Unisula terdapat tim gegana dan kepolisian yang
ditugaskan untuk melakukan pembersihan kotak tersebut sedang bekerja dengan
menimbun peledak dan kotak misterius tersebut didalam tanah.

“Sudah siap untuk diledakkan ?” pimpinan memberi komando.

“SIAP !!!” teriak salah 1 anggota.

“OKEEEE !!! Mari kita ledakkan dan selesaikan pembersihan ini.” akhir komando di
eksekusi.

“DUARRRRRRRRRRRR !!!!!” terdengar suara ledakkan.

Kotak misterius pun akhirnya hancur dan sisanya membereskan puing puing yang telah
di gali untuk dibuang ke lautan lepas. Namun ada salah 1 anggota tim gegana yang
saat membersihkan tersandung sehingga cairan yang dibawa mengenai 2 orang
petugas yang sedang berjaga diluar garis polisi.
“Sial. Kenapa terjatuh.” gerutu dia.

“Aduh rasanya panas sekali di kulit.” omel petugas 1.

“Aku juga. Istirahat dulu yuk.” Petugas 2 segera membawa petugas 1 ke tenda medis.

“Maaf aku bantu.” orang yang ceroboh tadi ikut menemani 2 petugas itu.

Kembali lagi ke Polresta Semarang dimana Rizky dan Fahmi sedang melakukan briefing
dikejutkan dengan Radio dari seorang petugas yang sedang baku tembak dengan
kelompok bersenjata yang merampok di area simpang lima.

“Terjadi baku tembak dengan kelompok bersenjata di daerah simpang lima dekat
lawang sewu. Mohon bantuan segera datang. Ganti. ” begitu bunyi di radio.

“Kalian dengar. Kalian semua mulai bergerak.” pemimpin briefing memberi komando.

“SIAP !!!!” teriak mereka semua.

Lalu mereka pun bergerak termasuk Rizky dan Fahmi. Sesampainya disana sudah chaos
dimana keadaan jalanan terlalu ramai dengan orang yang lari ketakutan, mobil polisi
yang rusak akibat baku tembak serta beberapa petugas yang terluka.

“Mi. Udah siap ?” tanya Rizky mengenakan senjata laras panjang berjenis M4A1.

“Always Ready Bro.” Fahmi pun menggunakan senapan yang sama dengan Rizky.

Lalu keduanya dan beberapa petugas menyusuri area dan mengambil jalan pintas
untuk membelakangi para penjahat untuk dilumpuhkan. Kemudian mereka pun segera
melumpuhkan target meskipun penjahat tersebut memberikan perlawanan hingga 2
anggota gugur dalam menjalankan tugas dan akhirnya para penjahat tersebut
semuanya tewas dilumpuhkan.

“Ahhhhh benar benar parah.” Rizky menghela nafas panjang.

“Iya. Tapi tunggu.” Fahmi meraih HT dan mendengar percakapan yang sangat
menegangkan.

“Mohon.......bantuan segera........” terdengar suara dari HT yang meminta tolong.

“Halo.....Halooo !!!!” respon Fahmi.

“Tolonggggg......daerah Unisula........Arghhhh !!!” suara itu tiba-tiba terputus.

“Kenapa Mi ?” tanya Rizky pada Fahmi yang sedikit panik.


“Panggilan backup buat Unisula tapi sepertinya gawat.” Fahmi pun segera mengenakan
vest nya kembali.

“Oke aku ikut.” Rizky juga mengambil perlengkapan miliknya juga milik Fahmi dan tak
lupa memasang police vest nya.

Lalu keduanya bergegas untuk membantu rekan yang lain. Di daerah tempat kotak
misterius itu menjadi tempat penyebaran infeksi yang sangat mengerikan dimana
sebelumnya 2 petugas yang terkena cairan dari kecerobohan seorang tim gegana tiba
tiba mengalami kematian mendadak dan saat petugas yang ceroboh tadi berusaha
menolong namun naas 2 petugas tersebut malah tiba-tiba terbangun dengan kondisi
yang aneh dan berubah jadi zombie lalu menggigit leher serta tangan orang itu hingga
saat orang itu kabur lalu dia terjatuh dan tewas lalu berubah menjadi seperti 2 petugas
tadi. Beberapa tim yang lain saat mengecek keadaan tiba-tiba diserang oleh zombie
dari rekan mereka sendiri sehingga beberapa ada yang berubah dan beberapa jadi
santapan para zombie. Rizky dan Fahmi yang datang pun dikejutkan oleh orang yang
berlari menghindari zombie dan ada beberapa petugas yang sibuk menembak zombie
agar tidak mendekat lebih jauh dari barikade.

“Ada apa ini ?” Fahmi bertanya pada seorang petugas.

“Lapor......Beberapa rekan kita yang membersihkan kotak itu berubah jadi zombie. Kita
berusaha memperlambat mereka namun sia-sia karena mereka terus bangkit dan
menyerang warga sekitar.” petugas pun menjawab dengan wajah horror.

“Zombie ? Seperti film The Walking Dead ?” Rizky yang heran pun penasaran.

Lalu Rizky dan Fahmi pun melihat pemandangan horror dimana beberapa warga yang
terinfeksi, ada yang tubuhnya di koyak-koyak, dan masih banyak pemandangan yang
membuat kedua polisi muda tersebut hingga petugas yang menangani sedikit
kewalahan hingga barikade pertama bisa dijebol dan beberapa petugas diserang. Mata
mereka berdua terbelalak dan keringat basah bercucuran serta ada rasa ketakutan
keduanya karena melihat langsung bagaimana mereka melihat dimana para zombie
dengan sekujur tubuh yang terkoyak, tidak terbentuk dengan gigi yang bertaring sambil
berjalan tertatih-tatih mendekati korban dengan jumlah bergerombol.

“Shoot. Jelas incar kepalanya buat nahan mereka.” Fahmi pun menembak satu per satu
dari mereka dengan M4A1 nya.

“DOR”

“DOR”
“DOR”

“Mi Peluru kita bakalan abis kalo ga segera kita mundur karena amunisi kita udah
dipake banyak buat lumpuhin penjahat bersenjata tadi.” Rizky memberi kode.

“Damn. SEMUANYA YANG MASIH HIDUP DAN BERTAHAN KITA MUNDUR !!! EVAKUASI
WARGA DAN KIRIM PESAN KE MARKAS !!!!” Fahmi memberi perintah pada anggota lain
yang masih bertahan hidup.

“BAIK !!!” yang lain berteriak dan segera bergerak.

Lalu para anggota yang masih bertahan di barikade kedua yang belum jebol mulai
mundur sambil mengevakuasi warga dan mengirimkan pesan ke markas. Sementara itu
ternyata ada Broadcast dari Presiden Indonesia yang memberitakan bahwa ternyata
seluruh wilayah Indonesia juga dilanda virus yang sama.

“Kepada seluruh rakyat Indonesia. Situasi ini dinyatakan sebagai kode merah dimana
seluruh daerah telah terinfeksi oleh kotak misterius yang jatuh di beberapa kota di
berbagai titik. Dimohon segera bertahan dirumah anda atau evakuasi ke area yang
telah dibuat oleh TNI dan POLRI. Apabila tidak ada petugas yang datang dimohon
jangan panik dan kunci pintu rumah anda. Saya Umumkan bawah Wabah ini menjadi
Darurat Bencana Nasional. Untuk TNI, POLRI, dan tenaga medis untuk segera
melakukan tindakan untuk mencegah penyebaran dan menghentikan virus yang
membuat manusia menjadi Zombie. Untuk itu. Demikian siaran dari Saya selaku
Presiden dan mewaliki Pemerintah Negara Kedaulatan Republik Indonesia.” demikian isi
dari broadcast itu.

“Gila. Ternyata menyebar sangat cepat.” geram Rizky sambil memukul setir mobil
dengan amarah.

“Kejam sekali yang menjatuhkan kotak itu. Tapi kita gabisa berbuat banyak.” Fahmi
yang kesal pun juga memukul dashboard mobil.

“Sekarang kita kembali ke markas dan persenjatai diri dengan senjata yang lebih
banyak.” seorang petugas pun berkomentar.

“Tapi ga cukup kalo kita tidak menembak di titik vital zombie tersebut.” petugas yang
lainnya berkomentar.

“Incar kepalanya tapi kita juga harus hemat peluru.” akhirnya Fahmi bersuara.

“Kita juga sambil bawa senjata tajam.” Rizky menimpali.


Lalu keempatnya segera bergegas ke Polrestabes. Sesaat sudah sampai di Polresta pun
bebebapa anggota yang sedang di kantor sudah membuat barikade agar akses keluar
masuk di persempit sehingga memudahkan penjagaan. Rizky, Fahmi dan 2 orang
petugas yang bertahan pun segera menuju ruang senjata.

“Maaf belum sempat tanya nama kalian.” Rizky baru sadar segera menanyakan ke 2
petugas itu sambil mengambil M1 Garand pesanan khusus, machete, hatchet dan scope
untuk dipasang di M4A1 dan M1 Garand serta membawa amunisi.

“Alvin Wijayanto” pemuda yang bernama Alvin langsung merespon.

“Mariska Sesalia.” Mariska memperkenalkan diri.

“Jadi bagaimana keadaan sebelumnya?” Fahmi yang sudah mengambil M16A3, amunisi,
machete dan kapak sambil memegang M4A1 dan beberapa scope untuk dipasang di 2
senapan itu.

“Awalnya berjalan dengan baik namun katanya ada seorang yang ceroboh
menumpahkan sample cairan yang akan di uji ke lab.” Mariska langsung memberi
jawaban.

“Sehingga 2 petugas yang awalnya kesakitan mendadak meninggal saat petugas yang
ceroboh tadi membantu namun naas keduanya berubah dan setelah itu semua jadi
kacau.” Alvin pun menambahkan.

“Oh iya Ky, udah bawa Pistol?” tanya Fahmi yang membawa pistol berjenis MW11
karena dia lupa bawa.

“Udah Bro.” Rizky jawab singkat.

“Kalian berdua sudah bawa senjata dan amunisi?” Rizky bertanya pada Alvin dan
Mariska.

“Sudah.” mereka menjawab kompak.

Alvin membawa senjata laras panjang seperti Fahmi berjenis M16A3 dengan scope,
dual kukri, police vest, pistol berjenis glock dan Shotgun berjenis SPAL12. Lalu Mariska
membawa senjata laras sedang berjenis PDW dan MP4, combat knife, police vest,
amunisi dan juga beberapa granat. Keempatnya pun segera keluar dan menuju
barikade sambil mendapat intruksi dari komandan mereka.
“Kerja bagus kalian bisa melumpuhkan para penjahat dan masih bertahan hidup dari
penyebaran infeksi ini.” komandan yang sebelumnya berbicara dengan Rizky pun buka
suara.

“Sekarang saat penyebaran infeksi ini saya akan mengirimkan 4 tim untuk membuat
perimeter di sekitar area Polrestabes dan yang lainnya akan berjaga di area ini hingga
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi. Karena kita juga sambil evakuasi Gubernur
Jateng dan Walikota Semarang saya minta kalian berempat membuat tim untuk
menyisir area dekat pertokoan dengan sini untuk menyuplai logistik dan aman kan
warga. Setelah 4 tim mengamankan area yang dituju maka sebagaian dari kita akan
membuat pertahanan agar kita bisa menyisir beberapa area untuk dijadikan Safe Zone.”
jelasnya.

“Setiap tim terdiri dari 4 sampe 6 orang anggota. Bila sudah cukup 4 orang kalian boleh
bergerak untuk mempercepat proses pendirian Safe Zone dan cari survivor lain yang
belum bisa di evakuasi untuk ditempatkan di area rumah sakit dan kawasan simpang
lima.” tambahnya lagi.

“Baik Pak.” berempat kompak berseru.

Lalu keempatnya segera menuju ke parkiran dimana sudah menunggu 3 tim lain yang
siap bergerak. Kemudian 4 tim tersebut berpencar ke arah 4 titik yang sudah di
tentukan. Tim 1 menyisir area Lawang Sewu, tim 2 yang berisi Rizky, Fahmi, Alvin dan
Mariska menyisir area Masjid Agung Jawa Tengah, tim 3 menyisir area kawasan
Simpang Lima dan tim 4 menyisir area Polda Jawa Tengah. 4 Tim tersebut kemudian
bergerak ke area yang sudah ditentukan dengan menggunakan mobil Toyota Fortuner
yang di modifikasi untuk menghadapi bencana zombie. Situasi di Semarang semakin
parah karena infeksi ini sudah menyebar secara luas hingga 4 titik tersebut juga
terkena, sebagian orang ada yang bertahan dengan membuat pertahanan sendiri, ada
yang evakuasi ke area Polrestabes yang aman bahkan ada juga yang terinfeksi
sehingga dalam perjalanan tiap tim sangat sulit termasuk tim 2 karena mereka harus
menyisir area Masjid Agung Jawa Tengah. Di perjalanan pun Rizky fokus mengendarai
mobil sementara, Fahmi, Alvin dan Mariska harus menembak zombie yang menghalangi
jalur mereka. Untungnya mobil yang dipakai oleh tim penyisir telah dibekali dengan
persenjataan lengkap dengan amunisi dan logistik yang cukup selama penyisiran.
Sesampainya di lokasi tampak area ini sangat rawan karena zombie sudah mulai
memadati area itu dan mereka pun menuju ke arah Masjid Agung Jawa Tengah yang
bisa dijadikan tempat berlindung mereka berempat dalam membantai zombie di
kawasan ini.
“Guys. Kita siapin barikade di area masjid dengan perkuat dinding dan pagar sekitar
area masjid.” Rizky memberi arahan.

“Siap. Apalagi untuk mobil kita juga parkir di lokasi strategis bila kita nanti butuh ambil
amunisi sama logitstik.” Fahmi menambahkan.

“Ntar Kamu sama Mariska nyebar ke pemukiman atau tempat untuk mengambil barang
yang bisa buat perkuat barikade Ky. Biar aku sama Alvin yang stay buat berjaga di
perimeter.” lanjutnya.

“Oke Mi. Sekarang kita beresin buat barikade di area ini sebelum mulai penyisiran.”
Rizky pun segera mengambil peta.

“Sekarang kita di area masjid sambil buat barikade, aku sama Mariska sweep area
sekitar atm bni lalu ke indoraya, semarang music point hingga pasar kartini untuk
mencari barang yang bisa di ambil buat perkuat barikade. Habis kita buat barikade lalu
ntar kita berempat ke area pasar johar sambil cari makanan. Setelah itu agak menyisir
puskesmas tlogosari kulon habis itu ke perumahan margosari sambil melihat dalam
usaha kita nanti bisa nemu survivor atau tidak. Dan ingat ht selalu stay on buat
komunikasi bila terjadi apa-apa.” jelasnya sambil membawa peta.

“Maaf, berarti aku jaga dengan Fahmi dulu sebelum sweeping?” Alvin bertanya karena
masih belum paham.

“Bener Vin, kita berdua berjaga siapa tau zombie-zombie menyerang area masjid.”
tutur Fahmi.

“Baiklah. Siapa tau ada survivor yang bisa kita temui.” angguk Alvin paham.

“Apa kita juga kita sisir kampus 4 pgri semarang?” giliran Mariska yang bertanya.

“Karena kita pertama di atm bni masjid kita bisa kesana. karena area kampus biasanya
banyak barang atau survivor.” Rizky menjawab.

“Berarti kita ga perlu banyak bawa perlengkapan ditas.” Mariska langsung teringat.

“Bawa senjata sama logistik secukup nya. Yang jelas sajam sama pistol wajib bawa
sementara senapan bisa bawa salah satu sambil bawa amunisi biar kita ga lambat lari
bila harus kabur dari kejaran zombie.” tambah Rizky.

“Oke sekarang kita mulai bergerak dan ingat selalu stay together.” teriak Rizky memberi
semangat.

“YOSHHH !!” teriak Fahmi, Alvin dan Mariska.


Lalu keempatnya mulai bergerak sesuai intruksi dari Rizky. Fahmi dan Alvin patroli
sekitar area masjid sambil menembak zombie yang mendekat ke arah masjid sementara
Rizky sendiri dan Mariska memulai sweeping area di atm bni dan ke indoraya pancing
sambil menembaki kepala zombie dengan pistol yang sedang menggedor rumah karena
mendengar teriakan minta tolong.

“TOLONG !!” teriak suara itu.

“Kita dari polisi. Bertahanlah.” ucap Rizky sambil menodongkan pistol.

“DOR !!” suara letusan pistol pun nyaring.

“Aku buka pintu nya.” Mariska lalu membuka pintu.

Tampak dirumah itu ada seorang bapak dengan membawa tongkat baseball bersama
dengan 2 anak kecil perempuan yang ketakutan.

“Apa yang terjadi?” bapak yang panik pun bertanya.

“Sekarang wabah zombie sudah menyerang kota semarang ini. Kami bertugas untuk
mencari survivor untuk di evakuasi ke masjid agung.” balas Rizky.

“Nah kalian berdua ikut kakak ya. Aku pasti jagaain kalian berdua.” Mariska mendekat
dan berusaha memegang 2 tangan gadis kecil itu.

“Iyaaa.....Kak.” sahut mereka bersamaan.

“Sekarang kita balik ke masjid sambil evakuasi mereka baru kita ke kampus pgri.”
imbuh Rizky.

Lalu kelimanya segera kembali ke masjid dan berhati hati karena hari yang terus
berjalan dan zombie pun mulai agresif bila hari sudah beranjak dari siang menuju
malam. Sehingga saat mereka sampe ke masjid lalu Mariska mengarahkan bapak dan 2
anak kecil itu kepada Fahmi lalu dia pun kembali ke Rizky untuk melanjutkan ke
kampus 4 pgri. Sesampainya di kampus 4 pgri pun keadaannya cukup chaos dimana
zombie memadati area tersebut dan area sekitarnya banyak orang terjebak di rumah
sehingga keduanya harus bekerja cepat untuk membunuh zombie dan membantu para
survivor yang masih terjebak. Sehingga setelah mereka menuntaskan pekerjaan mereka
tampak Rizky sedang mereload senjata M4A1 dan pistolnya sementara Mariska masih
membunuh zombie yang berada di area itu. Kemudian kedua segera menghampiri
rumah yang di blokade para survivor hingga akhirnya semua yang ada di area itu
berhasil di evakuasi ke masjid. Namun saat mengevakuasi tampak ada beberapa orang
yang sedang kewalahan dalam membunuh zombie sehingga Rizky memberi komando
Mariska untuk segara evakuasi sementara Rizky membantu orang-orang yang
kewalahan tersebut.

“DOR”

“DOR”

“BUAK”

“KRAK”

Bunyi tembakan dan suara besi yang mengenai kepala zombie hingga hancur
berkeping-keping. Rizky mendekati 4 orang yang ternyata mereka membawa besi dari
kaki kursi. Keempat orang yang awalnya waspada karena takut ada zombie akhirnya
mulai tenang.

“Kalian baik-baik saja?” Rizky buka pembicaraan.

“Kami tidak apa-apa.” sahut salah satu pemuda.

“Tapi kita gabisa kemana mana. Zombie banyak sekali.” pemuda kedua pun menimpali.

“Tenang kami dari kepolisian telah membuat barikade di masjid agung. Kalian bisa
kesana.” Rizky menjelaskan.

“Tapi tas kita ketinggalan dikelas. Mana di lantai 5 lagi.” pemudi yang semula lupa tiba-
tiba ingat sesuatu.

“Mau gimana lagi Lenny. Kita semua aja panik saat dikelas tiba-tiba ada zombie.” ujar
pemuda ketiga.

“Tapi Reval, masalahnya di tas Jaka sama Nando banyak sekali makanan sama
peralatan camping kampus kita minggu depan.” Lenny pun dikit emosi.

“Damn, aku lupa kalo kita camping minggu depan, mana di tas ku juga ada banyak
peralatan survival yang bisa dipakai.” jawab Reval.

“Trus gimana nih Val?” pemuda pertama juga panik.

“Kita balik Jak, tapi kalo keadaan kayak gini kita pasti bakal tewas.” sahut Reval.

“Tapi kita gabawa senter kalo nanti keadaan malah gelap.” pemuda kedua ikut
nimbrung.
“Gimana kalo kita bersama pak polisi Ndo? Bener gak guys?” Reval sambil menanyakan
pada Jaka, Nando dan Lenny.

“Boleh juga. Jadi pak polisi bisa bantu kita berempat?” ajak Jaka.

“Baiklah, saya juga memang ditugaskan menyisir area ini untuk mencari survivor dan
barang yang bisa dipake buat barikade bila nanti area ini aman.” sahut Rizky.

“Saya juga ada sajam yang bisa digunakan. Ada yang bisa pake senjata api disini?”
tanya Rizky sembari memegang M1 Garandnya yang tidak terpakai juga menurunkan
tas nya.

“Val, kamu kan anak beladiri yang suka main CS sama suka hiking tuh kenapa ga pake
tuh senjata?” bujuk Nando sambil mengambil hatchet milik Rizky.

“Ini senjata beneran woy. Kalo CS beda lagi. Kalo hiking cuma bisa pake pisau dan
itupun bukan buat yang berbahaya.” Reval mengelak.

“Ayolah Val, masalahnya kita gabisa pake senjata api. Kalo senjata tajamnya oke lagh.”
sambung Jaka yang sudah ambil Machete nya.

“Yaudah deh.” Reval akhirnya menerima M1 Garand dari Rizky

“Sementara aku harus apa nih?” Lenny malah bingung.

“Nih kamu bisa pake pistol?” balas Rizky sambil menyodorkan pistolnya.

“Baa...iklahh.” Lenny yang agak ragu pun menerima pistol dari Rizky.

“Oke sekarang kita berangkat dan jangan lupa kalian makanlah.” lalu Rizky pun
membagi makanan mre kepada mereka.

“Makasih Pak.” jawab empat orang itu.

“Aku akan berjaga disini sambil periksa keadaan.” imbuhnya lagi sambil memastikan
senapan M4A1 dan senter untuk menyusuri bila keadaan sudah malam.

Sembari menunggu Reval, Jaka, Nando dan Lenny yang makan. Rizky pun menyusuri
area lobby dan memeriksa tidak ada zombie. Kemudian dia pun kembali dan
keempatnya sudah selesai menghabiskan makanan dan segera menyusul Rizky.
Kelimanya pun segera memasuki area lobby kampus yang cukup aman namun mereka
masih bisa mendengar suara zombie yang berasal dari lantai 2 sehingga membuat Rizky
harus waspada sementara Reval, Jaka, Nando dan Lenny setengah takut karena
kampus ini serasa seperti rumah hantu. Lalu kelimanya pun kelantai 2 hingga akhirnya
mereka melihat bahwa lantai 2 ada beberapa zombie yang berkeliaran. Rizky pun
memberi kode agar Jaka dan Nando untuk menebas para zombie karena Rizky paham
jika memakai senjata api maka menimbulkan suara yang menarik perhatian zombie.
Kedua nya pun maju perlahan dan menghabisi zombie disana dengan senjata mereka.
Setelah semuanya aman mereka pun melanjutkan ke lantai 3 dimana lantai tersebut
hanya ada 4 zombie yang bisa diatasi dengan mudah. Perjalanan dilanjutkan ke lantai 4
dimana banyak zombie yang membuat mereka pun harus berhati-hati sehingga mereka
pun harus mencari jalan lain atau harus menghadapi nya.

“Sial banyak Zombie ini.” keluh Jaka.

“Ini beneran kita kayak di film zombie yang harus survive sama terjebak.” tambah
Reval.

“Mana tangga samping sebelah sini di blokade.” Lenny pun murung.

“Tenang kalian semua. Ini bukan waktu buat nyerah. Aku coba buat blokade khusus
yang nutup akses pergerakan zombie itu lalu kita habisi mereka semua.” Rizky pun
mulai mengambil salah beberapa kursi.

“Buat apaan tuh?” Nando yang bingung bertanya pada Rizky.

“Buat aku jadiin barikade sementara karena kita akan bunuh zombie dari.” lalu Rizky
pun membuat barikade dari beberapa kursi.

Lalu kelimanya pun sambil membuat barikade lalu Rizky pun mempersiapkan
senapannya lalu dia pun memberi instruksi kepada Reval untuk bersiap dengan
senjatanya sementara Jaka, Nando dan Lenny pun diarahkan untuk membuat blokade
di belakang dan mereka berlima pun masing-masing berjaga di kedua sisi bila para
zombie menyerang dari arah depan atau sebaliknya. Lalu Rizky dan Reval pun
menembakkan senjata ke arah zombie yang membuat zombie-zombie itu habis
sementara Jaka, Lenny sama Nando menghabisi sisanya. Akhirnya setelah semua
zombie berhasil dihabisi maka mereka berlima segera menuju ke lantai 5 dan segera
menuju ke kelas dimana tas empat orang itu tertinggal serta menghabisi 5 zombie yang
berada di area itu, sesampainya di kelas pun tampak mereka berlima bisa beristirahat.

“Fyuh capeknya harus berhadapan dengan zombie. Mana kita nanti harus turun lagi.”
ucap Nando.

“Seenggaknya kita udah ambil barang kita dan lumayan kita bisa pake beberapa alat
seperti piasu alat masak buat hajar mereka.” Reval pun segera mengambil pisau ditas
nya.
“Mana keadaannya sudah mulai malam. Kita mau gamau harus lewatin malam ini
dengan istirahat atau yang maksa ke tempat polisi tadi ke masjid agung.” Lenny pun
angkat bicara.

“Tapi kita harus siaga. Soalnya gamungkin zombie itu ga kesini lagi atau paling mereka
jika denger suara tembakan pasti berkumpul di lobby. Benar gak pak?” lirik Jaka pada
Rizky.

“Jangan panggil pak. Panggil Rizky saja.” Rizky langsung merespon.

“Lebih baik kita segera kembali aja. Daripada nunggu malah ga aman.” Reval memberi
saran.

“Tapi ga semudah itu. Karena posisi kita sekarang di dalam kampus untuk turun kita
pun juga harus waspada karena kita gatau kalo memang ini hari mulai malam pasti
aktivitas zombie pasti banyak sekali. Yang jelas aku perlu cek ke lantai bawah buat
pastiin semuanya aman.” jelas Rizky.

“Kalo begitu aku ikut dengan mu. Sementara yang lain berjaga sambil nunggu aku atau
kamu yang beri kode.” Reval menawarkan diri.

“Baiklah. Kalo itu maumu. Yang jelas bila area bawah nanti salah 1 ke kelas ini dan beri
kode acungan jempol bila aman. Jika tidak aman beri kode tahan seperti berhentiin
sesuatu.” Rizky pun sambil menjelaskan cara membuat kode dari tangan.

“Baik.” angguk Rizky.

Sebelum akhirnya Rizky dan Reval memulai rencananya ternyata ada panggilan dari ht
Rizky yang berasal dari Fahmi. Sehingga Rizky pun harus membalas terlebih dahulu.

“Riz. Posisi dimana? Ini kita sedang mengkoordinir orang yang selamat buat mencari
barang buat memperkuat barikade di masjid. Hari sudah malam.” suara Fahmi pun
terdengar.

“Aku lagi di kampus pgri dengan 4 orang survivor yang kebetulan aku temui sama
Mariska tapi mereka sedang butuh bantuanku sehingga Mariska aku suruh balik ke
masjid.” Rizky segera membalas.

“Kalian segera kembali kesini karena hari sudah mulai malam dan aku gatau keadaan di
tempat kalian karena disini juga mulai chaos karena malam sudah tiba. Tapi kalo disini
aman aku bersama beberapa orang jemput kalian.” Fahmi pun segera merespon untuk
menjemput Rizky dan yang lainnya.
“Baiklah. nanti temui aja di deket atm bni deket masjid. Sekarang aku sama Reval mau
scout area lagi sementara 3 temennya yaitu Jaka, Nando sama Lenny aku instruksikan
buat segera keluar dari sini setelah aman.” Rizky kembali memberi jawaban yang buat
Fahmi tenang.

“Oke Riz, aku tunggu kabar baik dari kalian. Aku harus urus beberapa hal sebelum
jemput kalian. Thanks buat informasinya.” Fahmi segera mengakhiri panggilannya.

“Ayo Val. Udah ditunggu kita semua.” ucap Rizky dan dibalas dengan anggukan dari
Reval.

Akhirnya Rizky dan Reval pun segera melakukan tugas sementara Jaka, Nando sama
Lenny tetap stay sampai keadaan benar benar aman sebelum mereka kembali ke
masjid karena untuk Rizky yang harus melanjutkan operasi yang tertunda.
Chapter 1.2: Semarang - Sweeping The Area

Saat Rizky dan Reval sedang melakukan penyisiran kembali di lantai sebelumnya
tampak mereka berdua sedang melihat keadaan diluar karena hari sudah malam.
Keduanya menyusuri dengan hati-hati karena mereka takut ada zombie yang tiba-tiba
menyerang mereka dari berbagai arah. Sambil menurunin tangga Reval pun mengajak
bicara Rizky yang tampak serius memperhatikan sekitar.

“Setelah ini anda punya rencana apa ?” tanya Reval memulai percakapan.

“Sejauh ini kita lakukan penyisiran buat amankan daerah sekitar masjid agung dan
perintah selanjutnya menunggu atasan.” balas Rizky.

“Tapi aku juga takut karena aku melihat sendiri sewaktu rekan-rekanku di serang
zombie-zombie itu.” tambahnya lagi dengan penuh rasa kesal.

“Kamu sendiri ?” Rizky balik bertanya pada Reval.

“Rencanaku kabur dari sini dengan mereka bertiga ke Bandung karena keluarga ku
berada disana.” balas Reval sambil meneropong zombie yang berada dijauh diluar
dengan scope dari senapan M1 Garand milik Rizky.

Saat mereka sedang berbicara lalu terdengar bunyi suara yang sangat berisik dari lantai
atas sehingga membuat kedua segera mengarahkan senjata ke arah tangga dan
bersiap menekan pelatuk bila terjadi apa-apa, namun ternyata itu adalah Jaka, Nando
dan Lenny yang turun menyusul mereka.

“Lha kalian ngapain turun ?” Reval heran dengan sikap mereka bertiga.

“Lebih aman kalo kita bersama sama Val, peluang kita survive sangat besar meski
hanya berlima.” timpal Jaka.

“Lagian ini ga aman kalo kita stay terus gatau kapan.” ujar Nando mengiyakan Jaka.

“Yaudah kita bersama-sama. Tapi inget kita gaboleh gegabah apapun itu. Masalahnya
ini tanggungjawabku sama Rizky buat pastiin kita semua selamat.” Reval pun sambil
bicara sambil menatap ketiga temannya.

“Iya, apalagi ini juga udah tugas ku sebagai polisi atau sebagai seorang rekan buat
melindungi satu sama lain. Jadi apapun yang terjadi aku bertanggungjawab atas
keselamatan kalian. Karena hari juga sudah malam jadi kita harus berhati-hati dan
pakai senjata tajam yang kupinjamkan.” sahut Rizky.
Lalu kelimanya pun segera turun ke Lobby dan mereka pun berjalan sambil
mengendap-endap karena jika mereka berjalan dengan suara yang keras maka
berpotensi menarik perhatian dari para zombie tersebut. Saat diluar pun keadaan
lumayan sepi meski ada beberapa zombie berkeliaran namun mereka dengan cepat
mengatasinya. Kemudian mereka berjalan mendekati arah atm bni dekat masjid dimana
ada beberapa orang yang berjaga disana yang segera turun kebawah untuk membuka
gerbang masjid sehingga dengan cepat mereka berlima pun segera masuk sebelum
zombie berkerumun di area mereka. Didalam masjid tampak beberapa orang sedang
membuat barikade dan beberapa sedang membuat makanan dengan peralatan masak
yang mereka bawa dan sebagian lagi berjaga-jaga dengan senjata yang dibantu oleh
Fahmi, Alvin dan Mariska dalam penggunaan senjata api. Rizky pun langsung memberi
kode pada Reval dan ketiga kawannya untuk beristirahat sementara dia sendiri
menemui rekannya tersebut.

“Hei Guys. Sorry aku harus nolong mereka dulu, jadinya ketahan di pgri.” ujar Rizky
pada mereka.

“Santai bro. Untung kalian keluar dari sana saat masih zombie sedikit. Meski padahal
aku pingin jemput kalian.” balas Fahmi.

“Yang penting setelah ini kita harus panggil beberapa personel buat evakuasi mereka
atau persenjatai para warga.” timpal Mariska.

“Benar kata Mariska, soalnya kalo warga tidak bisa melindungi diri bakalan lebih bahaya
resiko kita dalam menjalankan operasi, tau sendiri kan zombie tidak memandang siapa
saja. Aku rasa memang benar kata Mariska.” Alvin menambahkan.

“Aku rasa benar juga kata mereka Ky. Soalnya kita bertiga saat berjaga disini agak
kewalahan apalagi mendapat serangan zombie dari jarak dekat. Mana beberapa orang
disini ada yang orang tua dan anak anak.” Fahmi menjelaskan detail masalah di zona
aman.

“Aku setuju, apalagi saat aku membantu mereka berempat termyata mereka cukup baik
dalam membela diri dengan senjata yang aku pinjamkan. Ya operasi ini gabisa hanya
kita sendiri pasti nanti kita perlu orang untuk menyisir tiap daerah.” sahut Rizky sambil
menunjuk pada Reval dkk.

“Tunggu. Kayaknya aku kenal sama yang pegang senjata M1 Garand milikmu itu.”
Mariska menyerengitkan dahi dan menajamkan matanya.

“Maksud kamu si Reval ?” tanyanya pada Mariska.


“Benar, dia awalnya ikut seleksi masuk Akpol seangkatan sama aku dan Akmil beberapa
tahun lalu tapi gagal. Kamu bisa ketemu dia waktu di PGRI ?” Mariska balik tanya.

“Kebetulan sekali Mariska. Aku sendiri kaget saat kita pas di pgri buat bersihin zombie
disana dan jadi camp sementara. Ternyata gataunya dia seorang calon Akpol. Karena
dari cara menembak dia yang bagus dan terlatih.” ujar Rizky.

“Ide bagus Ky buat kita bagi nanti saat menyisir area yang udah kita tandai dipeta,
nanti bagi 2 tim untuk menyisir 2 area berbeda dan kembali lagi kesini. Kan pas kita
berempat dan mereka berempat jadi kita bisa bagi antara kita dengan mereka. Gimana
setuju gak ?” Fahmi langsung menanyakan idenya.

“Aku ikut rencanamu Mi. Biar operasi kita lebih mudah.” Alvin menyetujui ide Fahmi.

“Aku gamasalah. Lebih baik daripada kita hanya sendiri.” Mariska juga mengokekan.

“Aku Ready. Tapi gimana pembagiannya Mi ?” Rizky juga setuju sambil tanya detailnya.

“Jadi detailnya itu begini guys, nah karena awalnya kita hanya susurin area puskesmas
tlogosari kulon nah kita mau tambah 1 area lagi jadi nanti area utara sama selatan dari
masjid agung akan ke cover semua. sambil menunggu rekan kita dari polrestabes kita
juga bisa kirim beberapa orang untuk membuat barikade agar para zombie tidak
memasuki wilayah yang sudah kita amankan.” jelas Fahmi dengan rinci rencana yang
dia buat.

“Nah 1 area tambahan itu nanti tim 2 akan menyusuri ke arah Balai Laboratorium
Kesehatan Semarang dan sekitarnya lalu ke arah Perum Pondok Indah trus bergerak ke
Rumah Sakit Bhayangkara. Jadi baik area utara dan selatan bisa ke cover sekaligus
daripada hanya 1 tim seperti rencana awal.” tambahnya.

“Persenjataan kita butuh lebih banyak buat Reval dan kawannya karena meminjam
punyaku, jadi kita sambil cek di mobil masih ada senjata atau tidak.” imbuh Rizky.

“Benar sekalian aku panggil Reval dulu.” Mariska minta izin.

“Ntar aku sama Alvin akan diskusi bagi tim.” izin Fahmi lalu mengajak Alvin.

Lalu keempatnya langsung melakukan aktivitas masing-masing. Tampak Reval dan 3


kawannya sedang beristirahat sambil minum sebelum membantu para survivor yang
lain Mariska pun menyapa Reval yang segera bangkit untuk berdiri.

“REVAL !! REVAL HADIYATA !!” Sapa Mariska.

“Lho kamu Sesalia?” Reval bingung saat lihat Mariska.


“Iya aku sekarang bertugas di Reserse sebelum Infeksi. Dan jangan panggil Sesalia
kenapa sih ?” Mariska lalu menyikut pelan perut Reval.

“Adawww sakit. Soalnya selama seleksi di Akpol kamu dipanggil anak-anak kan
Sesalia.” ringis Reval sambil memegang perutnya.

“Sekarang kamu kuliah di Pgri ya?” tanya dia lagi pada Reval.

“Iya. Karena selain jadi polisi ya ingin menjadi guru eh gataunya malah keadaan kacau
begini.” jawabnya.

“Mana kita kurang orang buat membantu operasi dalam pengamanan kota.” ujar
Mariska.

“Memang siapa yang ada di tim mu itu Ris?” Reval yang heran pun bertanya pada
Mariska.

“Itu Rizky yang sempat bareng kalian sama Fahmi dan Alvin.” tunjuk nya pada Rizky,
Fahmi dan Alvin dari kejauhan.

“Ohw dia itu rekan setimmu. Soalnya dia sangat berbakat sebagai pemimpin.” Reval
pun memberi pendapat.

“Makasih, kayaknya itu kalian semua ikut kumpul deh. Fahmi udah mulai berjalan ke
arah masjid." ucap Mariska memotong Reval.

Benar saja Fahmi lalu memanggil yang lainnya. Kemudian Rizky, Reval, Alvin, Jaka,
Nando, Lenny dan Mariska pun menuju ke arahnya dan kemudia mereka berdelapan
pun duduk memutar hingga Fahmi pun mengeluarkan peta sambil menjelaskan rencana
kedua dari operasi penyisiran ini.

“Oke semuanya sekarang kita udah berkumpul. Aku jelaskan secara detail rencana b
operasi penyisiran zombie. Rencana awal nya kita hanya keliling kearah puskesmas
tlogosari kulon hingga ke arah perumahan margosari lalu ke pasar johar nah karena
kita ada 8 orang untuk tim yang puskesmas tlogosari kulon akan diperjauh sampai arah
alfamart kaligawe. Sementara nanti tim 1 nya lagi bergerak menuju ke balai
laboratorium kesehatan semarang lalu ke area perum pondok indah hingga memutar ke
arah rumah sakit bhayangkara. Setiap tim bawa senjata dan logistik, terutama senter
dan makanan. Karena misi ini tidak bisa dilakukan selama semalam jadi waktu kita
pergunakan dengan baik. Setelah area tadi kita akan sweeping area selanjutnya sampe
Semarang bisa jadi Zona Aman.” jelas Fahmi pada semuanya rekannya.
“Untuk tim aku juga udah bagi 2 dengan dengan jumlah 4 orang per tim. Nah
susunannya bisa dijelaskan sama Rizky karena dia yang tau 4 orang selain kita.” ucap
Fahmi.

“Ehem. Mungkin aku belum kenal kalian berempat meski sudah berbincang dengan
Reval. Lebih baik kalian perkenalkan diri kalian terlebih dahulu.” Rizky mulai buka suara.

“Reval Hadiyata. Pernah ikut seleksi akpol dan sekarang kuliah di pgri jurusan
keolahragaan.” lalu Reval pun memperkenalkan dirinya.

“Jaka Sunarto. Sekelas dengan Reval.” sambung Jaka.

“Lenny Anditia Nura. Juga sekelas dengan mereka.” kemudian Lenny menjawab.

“Nando Permadi.” Nando mengakhiri.

“Baik, kenalkan aku Rizky Vira Prakoso. Dan mereka ini adalah rekan-rekanku. Fahmi,
Alvin dan Mariska.” Rizky pun memperkenalkan diri.

“Trus pembagian timnya mungkin aku juga akan bagi nya imbang karena tiap pas jadi
ada 2 anggota dan 2 non anggota. Nanti tim 1 ada Alvin, Nando, Jaka dan Mariska
sementara Tim 2 ada aku, Fahmi, Reval dan Lenny. Nanti setelah ini kita langsung
bergerak ke target yang sudah ditentukan.” lanjut Rizky.

“Sekian itu dulu, nanti aku akan bagikan peta dan handy talkie untuk komunikasi antar
kapten tim.” jelasnya dan diakhiri dengan anggukan ketujuh orang lainnya.

Lalu mereka berdelapan pun bubar dan mempersiapkan semuanya untuk kebutuhan
sweeping. Suasana penuh dengan orang – orang yang bertahan hidup dan berlatih
menggunakan senjata untuk mempertahankan diri juga orang lain, ada juga yang
memasak untuk mereka yang lapar, ada juga yang mengobati yang terluka akibat
cedera saat evakuasi dan lainnya. Terlebih lagi saat Reval, Alvin dan Jaka yang saling
bercengkrama disaat situasi sedang panik dan kacau karena wabah zombie. Tampak
ketiganya cepat akrab satu sama lain sambil memilih senjata yang akan dipakai.

“Bagus juga senjatanya. Sayang aku ga lolos tes terakhir karena beda tipis skor. Tapi
lumayan latihan beladiri juga bela negara.” Reval pun senang sambil memegang M4A1
trus mengambil Machete, Sniper berjenis Schmidt Scout, Pistol berjenis MW11 serta
scope, grip, dan yang lainnya.

“Weits punya ku ga kalah keren nih. Lumayan bisa buat nebas nebas. Sama ambil
senapan buat jaga-jaga.” Jaka pun memamerkan dual Kukri serta mengambil Shotgun
dan juga Pistol berjenis Glock.
“Eits kamu bisa gak pakenya itu Jak? Ntar malah nembak kita lagi, kenapa ga ikut
Nando sama Lenny latihan sama si Fahmi kalo ga salah ya?” balas Alvin.

“Nanti soalnya untuk Shotgun pernah coba ikut temen main di lapangan menembak
deket kampus.” jawab Jaka bikin Reval sama Alvin terkejut.

“Weh ga bilang-bilang kamu kesana. Di kelas kamu paling pendiem lho jarang minat
sama kegiatan yang biasa.” Reval pun cengo.

“Sepertinya kalian berdua menarik ya untuk misi berbahaya kali ini. Karena kita gabisa
duga kalian ternyata.” Alvin pun juga sama cengonya.

Sementara itu tampak Nando dan Lenny berlatih menggunakan senapan bertipe pistol
dan submachinegun dimana Nando memakai PDW serta Pistol P22 dan Lenny memakai
UMP45 serta pistol Glock. Fahmi pun melihat latihan menembak mereka cukup bagus
untuk pemula namun tetap tegas mengajari hingga mereka siap menggunakan senjata
apapun. Sementara itu Rizky pun sedang mempersiapkan perbekalan sambil melihat
yang lain bercengkrama namun dia heran kenapa dia tidak melihat Mariska sehingga
dia pun mencarinya. Saat berkeliling akhirnya Rizky melihat Mariska sedang
memberikan obat obatan kepada beberapa orang yang mengalami sakit seperti flu dan
dia pun menghampirinya.

“Hei Ris. Ternyata kamu disini. Soalnya tadi saat bubar briefing aku tidak melihat kamu
sama yang lainnya.” Rizky pun membuka obrolan.

“Eh habisnya karena kekurangan di pos medis makanya ikut bantu memberikan obat
obatan pada mereka.” Mariska menimpali malu-malu.

“Bagus lah kalo begitu soalnya kita juga harus bersiap-siap memulai misi biar lebih
cepat lebih baik. Soalnya kita juga harus pakai waktu juga buat beristirahat minimal
untuk tidur.” balasnya.

“Benar juga Riz. Soalnya kita juga harus atur siapa yang harus jaga dan rest biar
optimal dalam menjaga area ini. Apalagi gatau daerah yang kita sweeping aman atau
justru banyak zombie berkeliaran.” gadis itu pun gugup.

Rizky dan Mariska pun saling bertatapan sebentar namun Fahmi pun memanggil Rizky
sehingga dia pun menyusul meninggalkan Mariska yang kembali melanjutkan
aktivitasnya. Lalu kedua pemuda itu berjalan mengelilingi wilayah masjid sambil
mengecek keadaan diluar bila ada pasukan dari kepolisian yang membawa sejumlah
truk dan alat berat guna membangun pertahanan sebelum semua atau sebagian besar
wilayah sudah bisa dijadikan zona aman. Beberapa orang penjaga sedang sibuk
menembak beberapa zombie yang masih tersisa sambil berjaga-jaga saat ada survivor
yang datang kesini.

“Kira kira bisa gak ya kita bikin Semarang jadi Zona aman? Soalnya pasti kita pun harus
berjaga-jaga supaya Semarang selalu aman.” Fahmi menghela nafas.

“Bisa Mi, tapi sepertinya kita juga perlu harus ke Zona paling aman. Karena ga mungkin
hanya disini wilayah aman saja. Pasti kita harus bergerak. Mungkin yang Reval bilang
saat di pgri benar.” potong Rizky.

“Kalo bisa kita bawa mobil yang ber 8 orang dengan bawa supplies yang cukup untuk
kita semua. Bisa dengan mobil yang kita pakai ditambah Reval dan kawannya.
Usahakan barang yang kita bawa ga membatasin gerak kita karena kita bawa tas
dengan senjata, logistik dan barang lain.” tambahnya.

“Ide brilian juga. Aku bingung kita harus stay atau memang harus bergerak ke Negara
yang sangat aman. Ga mungkin kita hanya disini sementara zombie saja masih banyak
sekali. Belum lagi Tentara gabungan pun belum bisa handle semua.” Fahmi
menyetujuinya.

“Sekarang kita harus fokus sama misi kita dulu. Hari sudah mulai pagi dan kita juga
belum beristirahat jadi kalo bisa cari rumah buat kita tidur beberapa jam.” Rizky
mengakhiri obrolan tersebut.

Lalu kedua pun segera kembali ke halaman masjid dan memanggil enam orang lainnya
agar di briefing dan juga memberikan police vest pada Reval, Jaka, Nando dan Lenny.
Kemudian Rizky pun melihat smartwatch yang menunjukkan pukul 4 pagi sehingga
dipastikan mereka telah siap dan segera menjalankan misi terserbut. Mereka
berdelapan mulai mempersiapkan tas mereka dengan berbagai perlengkapan dan
kebutuhan sesuai dengan masing-masing dan memakai senapan yang dibawa
sementara senjata lainnya di simpan di holster tas. Disana pun mereka juga telah
bersiap di depan gerbang utama yang di barikade serta dijaga oleh beberapa orang
survivor yang telah dilatih menggunakan senapan dan sajam. Jaka pun yang awalnya
excited jadi gugup karena dia harus melewati misi yang sangat sulit sekali bagi non
personil kepolisian atau militer meski dia sering latihan menembak belum lagi Nando
dan Lenny yang sama sekali baru bisa menembak sehingga rasanya mereka bertiga
sangat grogi berbeda dengan Reval yang memang calon polisi. Mereka semua telah
bersiap untuk memulai misi mereka. Tampak Rizky pun melihat 7 orang lain sambil
menghela nafas karena memikirkan harus bertahan hidup. Selebihnya mereka pun
berpencar dan berangkat menuju ke area yang dituju. Tim yang beranggotakan Rizky,
Fahmi, Reval dan Lenny pun langsung bergerak menuju ke arah selatan sementara tim
yang beranggotakan Alvin, Nando, Jaka dan Mariska bergerak menuju ke arah utara.

Dalam perjalanan menyusuri bagian area yang dituju. Tampak suasana di tim 1 sedikit
lebih seram karena banyak zombie yang menghadang hingga membuat mereka harus
membunuh satu per satu. Alvin, Nando, Jaka dan Mariska saling bahu membahu dalam
pembersihan zombie di sepanjang perjalanan. Tampak Alvin yang sedang membabat
kepala zombie dengan dual Kukri nya melihat ada beberapa orang yang sedang
berusaha membunuh zombie. Kemudian mereka berempat langsung ikut membantu
survivor tersebut. Setelah beberapa saat akhirnya para zombie telah di habisin oleh
mereka semua. Kemudian salah satu dari survivor tersebut berterima kasih kepada
Alvin dkk.

“Terimakasih, kalian sudah menyelamatkan kami semua.” Pria itu pun berbicara pada
mereka berempat.

“Kalian segera menuju ke Masjid Agung Jawa Tengah. Disana banyak survivor dan juga
logistik untuk bertahan di wabah zombie seperti ini.” Alvin langsung menjawab.

“Dan kalian juga perlu mencari beberapa senjata tajam maupun untuk berjaga – jaga.”
Jaka pun sambil membawa 4 pipa besi yang ujungnya telah dipasang 2 pisau sebagai
tombak.

“Terimakasih atas kebaikan kalian. Kami ambil semua tombak untuk kami pake dalam
perjalanan kesana.” Tambah survivor itu.

Lalu kelompok Survivor yang berjumlah 6 orang itu segara pergi meninggalkan mereka
kemudian Tim 1 pun melanjutkan perjalanannya kembali. Sementara itu di Tim 2
tampak suasana di tim tersebut lebih tenang dibandingkan dengan Tim 1 namun
mereka tetap waspada sambil memburu zombie yang berada di wilayah itu. Rizky dan
Fahmi pun sambil membunuh zombie juga sedang mendiskusikan sesuatu.

“Ky, bagaimana kabar Reva ?” tanyanya pada Rizky.

“Belum ada kabar, terakhir dia WA kemarin saat dia bilang sedang libur tugas ke
Banjarnegara.” Jawabnya membalas Fahmi.

“Reva, Reva Aryanto ?” Lenny bertanya pada Rizky dan Fahmi.

“Iya. Dia juga anggota Bareskrim seperti kita berdua, namun dia sedang libur tugas.
Ada apa Len ?” tanya rizky balik.
“Dia adalah teman dari Kakakku yang seorang TNI di Banjarnegara. Sementara disana
gatau kondisinya.” imbuh Lenny.

“Sepertinya kita harus kontak Reva. Kita harus tau kondisi dia juga Kakaknya Lenny.”
ujar Fahmi.

“Ide bagus. Tapi kita harus stay sharp karena beberapa zombie ke arah kita.” Reval tiba
– tiba datang.

Lalu keempatnya menyerang sekawanan zombie hingga habis merata tak bersisa.
Kemudian HT dari Rizky berbunyi. Seketika Keempatnya langsung segera memasang
telinga untuk mendengar seksama siapa yang mengontak mereka.

“Halo…..Rizky ?” terdengar suara tersebut secara samar.

“Reva…..Reva Aryanto ?” balas Rizky.

“Iya, posisi kamu dimana, bersama Fahmi kah ? Soalnya aku sedang berada di Ungaran
begitu ada Zombie Outbreak.” Reva pun berbicara di seberang.

“Keadaan Banjarnegara bagaimana ?” gantian Fahmi yang bicara.

“Banjarnegara sudah parah dari sejak kemarin kesana, ini aku bersama Billy, Anhar,
Yono, Ditha dan Mira sedang berlindung di Pabrik Coca Cola. Untung saat libur pun aku
bawa Senjata dan Vest buat berjaga.” ucapnya lagi.

“Kak Billy gimana keadaannya ?” Lenny yang khawatir pun ikut bertanya.

“Alhamdulillah Billy sehat. Namun ini situasi kita mulai kritis dimana Kita berenam sudah
mulai kekurangan makanan dan juga baik Aku, Billy, Anhar, dan Yono mulai kehabisan
peluru. Aku lupa bawa Machete, dan pisau milik Anhar juga Billy sudah mulai rusak,
Hatchet nya Yono juga tertinggal saat kita kabur kemarin.” kembali Reva membalas.

“Kalo begitu aku segara kabarin Tim 1 setelah penyisiran selesai. Kalian disana ambil
beberapa benda padat untuk jadi senjata darurat.” Reval berkomentar.

“Okay, Ntar kita sambil scavenge yang ada di dalam pabrik. Thanks for your help Bro.”
ucap Reva.

“Siap Bro. Yang penting kalian tetap bertahan hidup sampe kita bisa pick up kalian.”
Rizky mengakhiri perbincangan itu.

Kemudian 4 orang dari Tim 2 kembali melakukan penyisiran sembari melakukan


persiapan kontak dengan Tim 1 bila keadaan sudah aman. Sementara itu di Ungaran
tampak Reva Aryanto yang merupakan rekan Rizky dan Fahmi di Bareskim Polrestabes
berdiskusi dengan Anhar Prasetyo, Billy Adito Mara, Yono Tarnando, Ditha Kusumasari,
dan Mira Anggita terkait rencana mereka bertahan dari zombie sambil menunggu
bantuan dari Tim Rizky.

“Aku sudah radio call Rizky di HT. Sepertinya mereka akan kesini dengan 2 Tim karena
mereka sedang melakukan pembersihan di Semarang.” imbuh Reva.

“Namun persediaan kita sudah mulai menipis dan kita juga gabawa senjata jarak dekat
karena Pisauku dan Billy udah rusak buat menusuk ratusan zombie.” ujar Anhar.

“Kebetulan kita bisa pake beberapa dudukan kursi besi sebagai senjata. Sambil kita cari
alat untuk menajamkan bagian ujung agar bisa menusuk kepala zombie tersebut.” Mira
pun ada ide.

“Tapi tetap kita harus sambil cari beberapa persediaan makanan agar kita tidak lapar.”
Yono menambahkan.

“Disini pasti masih ada vending machine atau beberapa makanan di area dapur selain
minuman Coca – Cola yang kita ambil beberapa.” Billy ikut berbicara.

“Aku tadi melihat dapur tadi banyak makanan segar di lemari pendingin.” Ditha ikut
bersuara sambil memperlihatkan layar hp kepada mereka semua.

“Jadi kita harus segera bergerak cepat untuk menyisir Zombie disini. Karena kita gabisa
juga terus menerus dipojokkan oleh zombie seperti ini. Apalagi disini yang bersenjata
hanya berempat. Aku dan Anhar dari Polri sementara Billy dan Yono dari TNI.
Sementara Ditha dan Mira karena mereka juga survivor ya kita harus jaga mereka.
Karena kita juga harus nunggu Rizky dkk agar kita bisa juga ikut mereka. Strength in
Number lebih baik daripada berenam saja.” Reva lalu memotivasi 5 rekannya itu.

Disisi lain tampak Rizky dan Alvin sedang melakukan radio call mengenai rencana
selanjutnya berhubung Reva dan 5 temannya butuh bantuan mereka semua. Baik Tim 1
dan Tim 2 harus segera menyelesaikan sweeping area sebelum anggota polisi yang lain
tiba untuk membuat perimeter agar Safezone semakin luas.

“Vin, keadaan Tim 1 bagaimana ? Aku barusan dapat Distress dari Reva. Ganti.” Rizky
sedang kontak dengan Alvin.

“Reva Aryanto ? Posisi dia dimana ?” Alvin membalas dengan sedikit teriak.
“Di pabrik Coca – Cola Ungaran, dia butuh bantuan segera. Karena dia bersama 5 orang
survivor yang selamat dari Banjarnegara. Apalagi sweeping kita harus di percepat.”
Jelas Rizky.

“Roger. Tim ku segera menuntaskan misi dan kita ketemu di Rendesvous Point area
Parkiran Masjid karena kita akan bawa 2 mobil SUV Polisi yang cukup muat 8 orang per
mobilnya.” tutup Alvin.

“Di Copy. Rizky Out.” ucapnya menutup pembicaraan dengan Alvin.

“Guys, new plan. Sekarang kita tidak hanya sweeping area untuk membersihkan zombie
untuk perluasan Safezone, tetapi kita akan menyelamatkan rekan kita yang terjebak di
Ungaran. Ada 6 survivor yang harus kita selamatkan.” ujar Rizky pada 3 rekan Tim 2.

“Benar. Chance survive kita pasti bertambah dengan banyaknya orang. Yang penting
selalu menjaga rekan dan stay sharp dalam situasi apapun. Bahaya tidak hanya dari
zombie saja tetapi dari grup survivor yang jahat.” tambah Fahmi.

Lalu keempatnya segara menyelesaikan pembersihan area dari zombie sesuai dengan
rute yang sudah dijelaskan sebelumnya. Baik Tim 1 dan Tim 2 tidak mengalami kendala
sampe sesuatu hal menghampiri Tim 2. Dimana saat Tim 2 sedang mencari perbekalan
darurat di Indomaret tampak Reval yang sedang mengambil sebotol Aqua 330ml
dikejutkan dengan seorang cewek yang mengarahkan pisau ke dadanya hingga
membuat Rizky, Fahmi dan Lenny segara menuju kearahnya. Namun sebelum sampe
ada seorang cewek lagi yang memegang crossbow sambil mengancam ketiganya.

“DIAM DISANA !!” hardik cewek dengan crossbow itu.

“Apa yang kalian mau dari kita ?” cewek yang memakai pisau juga ikut menghardik.

“Sorry, kita dari Tim yang dikirim oleh Polrestabes sedang melakukan pembersihan dari
zombie.” Rizky berusaha menenangkan 2 cewek itu.

“Kami hanya ingin cari perbekalan disini sebelum melanjutkan perjalanan.” Reval juga
berujar.

“Aku tidak percaya. Karena kalian juga bersenjata.” cewek crossbow kembali marah.

“Karena kami berempat sedang melakukan pembersihan wajar kita bawa senjata.”
Lenny kemudian emosi.

Tanpa mereka sadari ada beberapa orang bersenjata yang ingin mendatangi Indomaret
tersebut dengan membawa senjata. Rizky dan Fahmi yang sadar segera memberikan
kode agar mereka tahan serangan sebelum kelompok tersebut mendekat. Kemudian
saat kelompok tersebut mendekat lalu keduanya menembaki mereka hingga terjadi
baku tembak antara Tim 2 dengan kelompok tersebut. Rizky, Fahmi, Reval, Lenny dan
2 cewek tersebut segera bersembunyi sambil melepaskan tembakan tersebut ke arah
kelompok yang menyerang mereka.

DORRRR !!!!!

DORRRR !!!!!

Bunyi senjata tersebut terdengar sangat jelas hingga secara tidak sengaja sekawanan
zombie yang berada di sekitar Indomaret tersebut datang dengan jumlah besar.
Anggota kelompok bersenjata yang menyerang mereka pun tidak mengetahui saat para
zombie datang dan menerkam seorang anggota hingga mereka pun panik.

“ARGHHHHH !!! ZOMBIE !!!” anggota I pun teriak sambil menembak zombie tersebut.

“SHIT SHIT !!! MATI KALIAN !!!” teriak anggota lainnya.

Sementara itu Rizky dkk juga sedang membasmi zombie yang juga menyerang mereka
dimana beberapa dari zombie tersebut bisa di headshot. Tetapi hal itu tidak membuat
zombie itu kurang dan terus berdatangan. Hingga anggota kelompok bersenjata yang
awalnya bisa mempertahankan diri namun akhirnya mereka semua tewas dimangsa
para zombie. Tersisa Rizky, Fahmi, Reval, Lenny dan 2 cewek yang berusaha keras
membunuh semua zombie hingga tak bersisa. Setelah semua kawanan zombie tersbut
sudah musnah lalu Rizky segera melakukan Radio Call dengan Alvin.

“Vin. Sepertinya Tim ku harus segera balik. Karena kita mulai kehabisan peluru jika
diteruskan. Kita habis baku tembak dengan kelompok bersenjata yang ternyata
memancing kerumunan Zombie.” jelas Rizky di HT.

“Disini juga sudah clear area kita.” jawab Alvin.

“Kalian berdua mau ikut ? Disini area mulai akan datang polisi buat jaga perimeter.”
Ungkap Rizky.

“Baiklah. Tapi kalian jangan macam – macam.” cewek dengan pisau memastikan
kembali.

“Baik. Kami semua tidak akan macam – macam.” balas Rizky.

“Aku pegang kata – katamu.” Imbuh cewek crossbow.

“Oke. Kita bisa buktikan omongan kita.” giliran Fahmi yang menjawab.
Lalu mereka semua pun berjalan kembali ke Masjid Agung Jawa Tengah. Tampak 2
cewek yang waspada itu mulai menurunkan hawa pembunuhnya sambil tetap
memperhatikan Rizky, Fahmi, Reval, dan Lenny yang sibuk membicarakan sesuatu
hingga cewek crossbow pun yang memang orangnya agak tempramen mulai agak
emosi.

“Kalian sedang bicara apa sih ?” cewek crossbow pun setengah emosi.

“Sabar dong jangan marah – marah.” Lenny berusaha menenangkan cewek itu.

“Jangan – jangan kalian mau membawa kita terus ditawan ya ?” cewek crossbow mulai
mengarahkan crossbow ke mereka.

“Kita disini sedang membahas rencana penyelamatan rekan kita di Ungaran. Karena kita
sedang pembersihan dapat distress call lewat HT nya Rizky.” Reval kemudian bersuara.

“Tapi karena kita juga kekurangan amunisi makanya balik buat ambil amunisi sebelum
berangkat kesana dan bertemu dengan rekan tim lain yang kalian dengar di HT
sebelumnya.” Lenny menambahkan.

“Tadi kalian bilang Ungaran ?” cewek dengan pisau lalu bertanya.

“Iya, rekan kami terjebak disana.” ungkap Rizky.

“Makanya kita segara kesana untuk menyelamatkan mereka.” Fahmi ikut berkomentar.

Seketika raut wajah 2 cewek itu seketika berubah dari yang awalnya marah menjadi
sedih karena daerah Ungaran juga sudah terdampak seperti Semarang. Cewek
crossbow dan cewek dengan pisau pun menangis kemudian berpelukan.

“KAKK…..HIKSS….Rumah kita….” Isak cewek crossbow.

“PRISSY…….HUAAAA….” cewek dengan pisau juga menangis.

Tampak Rizky, Fahmi, Reval dan Lenny pun juga sedih melihat mereka berdua sedih.
Jadi mereka bertekad selain menyelamatkan Reva dkk juga berusaha menyelamatkan
orang tua dari 2 gadis tersebut.

“Bolehkah kami membantu kalian ?” Reval pun berusaha menenangkan mereka.

“Kami akan mengusahakan keselamatan orang tua kalian.” imbuhnya lagi.

“Benar karena kami juga ingin menyelamatkan rekan kami makanya kita juga bisa
menyelamatkan orang tua kalian.” ungkap Rizky.
“Benarkah kalian mau membantu kami ?” ujar cewek yang di sebut Prissy itu.

“Benar. Karena kami juga bertekad menyelamatkan rekan kami dan tugas kami sebagai
polisi.” balas Fahmi sambil mengecek kembali perlengkapannya.

Lalu 2 cewek itu mengganguk lalu bangkit dan melanjutkan perjalanan. Kemudian
keduanya memperkenalkan dirinya kepada Rizky, Fahmi, Reval dan Lenny sambil
mereka berjalan menyusuri gedung – gedung yang sudah hancur tersebut.

“Aku Prissilla Fidelia Hartanto. Kalian bisa panggil Prissy.” jawabnya.

“Dan aku adalah kakaknya dia. Gracia Kusdariati Hartanto. Call me Gracia.” Cewek
dengan pisau memperkenalkan dirinya dengan nama Gracia.”

“Hartanto ? Kalian berdua anak dari Keluarga Hartanto ?” Lenny seketika ingat sesuatu
dan kaget.

“Wait a minute, Kalian berdua adalah anak pengusaha Coca – Cola itu ?” seketika
Fahmi sadar.

“Errrr….Iya….” Prissy menjawab sambil sedikit malu – malu.

“Berarti tujuan kita sama. Dan kita akan menyelamatkan mereka semua.” ucap Rizky.

“Iya. Kita pasti berusaha yang terbaik.” Reval juga memotivasi mereka semua.

Akhirnya keenam orang tersebut kembali bersemangat dengan motivasi mereka untuk
menyelamatkan orang – orang yang mereka harus jaga dengan baik. Prissy dan Gracia
seolah mendapatkan harapan untuk segara kembali bertemu dengan kedua orang tua
nya serta motivasi Rizky dkk untuk menyelamatkan Reva dkk.
Chapter 1.3: Semarang – Saving a Friend but Bitter Tragedy

Di Pabrik Coca – Cola Ungaran tampak Reva, Billy, Anhar, Yono, Ditha dan Mira sedang
mengecek keadaan di sekitar gedung tempat mereka bersembunyi bila ada zombie
yang masih berkeliaran disana. Dengan berhati – hati keenamnya berjalan menyusuri
tiap ruangan untuk mencari persediaan makanan juga senjata darurat yang akan
mereka pake untuk bertahan sebelum Rizky dkk datang.

“Hei, aku menemukan sesuatu di ruangan Security.” Mira sedikit berteriak kepada 5
orang lainnya.

Lalu kelimanya segera menuju ke ruangan tersebut. Kelimanya senang dengan apa
yang ditemukan Mira karena terdapat beberapa senjata mulai dari sajam hingga
senapan beserta amunisi yang bisa mereka bawa. Reva mulai mengambil amunisi buat
M16A3, MW11, Remington 700 dengan Scope, serta Machete. Anhar dan Billy
mengambil Machete untuk mengganti pisau mereka serta mengambil amunisi untuk
M4A1, beberapa Scope, Glock dan Magnum Sniper. Yono mengambil Hatchet, Vest,
Famas, Krieg Sniper dengan Scope dan Desert Eagle. Ditha dan Mira membawa Vest,
UMP45 dengan Scope, Shotgun dan Army Knife. Setelah semuanya memperoleh senjata
maka mereka pun berdiskusi plan selanjutnya.

“Dengan adanya senjata disini kita bisa kasih tau Rizky dkk untuk mengambil yang
mereka butuhkan karena pasti mereka membawa banyak orang.” Reva menjelaskan
pada kelima rekannya tersebut.

“Dan jangan lupa kita juga stok persediaan makanan serta mencari beberapa orang
survivor beserta kendaraan yang bisa kita gunakan bila nanti kendaraan Rizky dkk tidak
muat karena kelebihan jumlah orang yang kita selamatkan.” tambah Anhar.

“Benar juga kalian berdua. Karena disini menurutku juga ada beberapa orang yang
terjebak sehingga mereka menunggu bantuan dari Kota Semarang.” Billy ikut komentar
sambil bersiaga.

“Yang penting kita juga jangan terlalu berpencar. Usahakan stick together minimal saat
kepisah kita masih bisa bergerak dengan jumlah 3 orang.” usul Yono.

“Berarti 2 Pria 1 Wanita ? Karena jumlah kita 4 Pria dan 2 Wanita dan juga tempat ini
luas banget untuk di eksplorasi ?” tanya Ditha yang sedang menghitung jumlah
personil.
“Bisa juga kita ambil denah di ruangan security agar masing – masing regu saat
berpencar dalam eksplorasi tidak kesasar dan kita bisa berkumpul disini.” Mira juga ikut
berpendapat sambil memegang 2 denah bangunan.

“Ide bagus kalian semua. Yang jelas kita harus selalu stay sharp karena zombie
berkeliaran tidak hanya di luar gedung tapi juga di dalam karena ada survivor yang
ternyata sudah tewas karena hal lain dan bangkit.” Reva mengingatkan 5 rekannya.

“Oke sekarang kita bergerak. Dan ingat jangan menggunakan senapan karena terlalu
berisik. Sneak Attack dan serang dengan sajam yang kalian punya.” jelas Anhar.

Lalu keenamnya segera menyusuri dan terbagi dalam 2 tim. Tim 1 ada Reva, Anhar dan
Ditha yang mencari survivor dan kendaraan serta Tim 2 ada Billy, Yono dan Mira yang
mencari persediaan makanan untuk mereka. Tim 1 segera bergerak menuju ruang
produksi sebelum menuju ruangan karyawan sementara itu Tim 2 bergerak menuju
ruang penyimpanan, gudang, dan ruang makan. Tampak Tim 1 saat menyusuri koridor
menuju ruang produksi dimana ada beberapa zombie yang berada disana segera
dihabisi oleh mereka sementara Tim 2 saat menuju ke ruang makan mereka harus
menghadapi sekawanan zombie yang berjumlah agak banyak.

“Yono, Mir. Kita serang mereka bersamaan dan ingat incar kepalanya.” perintah Billy
saat mengayunkan machetenya ke beberapa zombie.

“Roger, agar kita bisa hemat energi kita.” Yono setuju sambil menyerang dengan
hatchet yang dipakainya.

“Karena kita hanya bertiga ya harus berpikir pintar.” sahut Mira dengan lincah
menggunakan army knife tersebut.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya mereka bertiga pun dapat menghabisi
seluruh zombie tersebut. Mereka pun sedikit kelelahan karena jumlah zombie yang agak
banyak memberikan perlawanan yang hampir membunuh mereka. Untungnya tidak ada
bekas cakaran atau gigitan yang menginfeksi mereka. Kembali lagi ke tim 1 saat
mereka hampir menuju ke ruang produksi tampak di sebuah ruangan terdengar bunyi
yang sedikit gaduh sehingga Reva menyuruh Anhar dan Ditha untuk berhenti.

“Guys, kalian dengar gak suara itu ?” tanya Reva dengan memasang telinganya.

“Aku dengar namun samar.” Anhar meyakinkan Reva.

“Apakah ada survivor lain atau zombie yang berada disitu ? Ditha yang bingung
bertanya ke dua rekannya itu.
“Kita cek terlebih dahulu, harus dipastikan aman atau tidak.” ujar Reva bersiap
mendobrak pintu itu.

“Ready senjata kalian.” Perintahnya lagi pada Anhar juga Ditha sambil mengerahkan
machetenya.

“Damn, beneran gugup rasanya. Tapi kita harus survive apapun caranya.” Anhar
berusaha tenang sambil memegang machetenya.

“Sama. Ga percaya kita berada di situasi yang gawat begini. Ditha sudah siaga dengan
army knifenya.

Kemudian Reva pun mendobrak pintu tersebut dan benar saja ada 10 Zombie yang
sedang berkumpul lalu berusaha menyerang tim 1 namun dengan cekatan mereka pun
menebas 1 per 1 zombie tersebut meski Anhar sempat didorong oleh salah satau
zombie dengan tubuh yang besar tersebut namun berhasil menebas kepalanya sebelum
jatuh. Setelah semua zombie dikalahkan akhirnya mereka pun mengecek kondisi tubuh
bila ada bekas luka dari cakaran dan gigitan zombie tersebut.

“Kalian ga terluka kan ?” Reva bertanya pada yang lain dengan sedikit khawatir.

“Aku gapapa Rev meski aku hampir di jatuhkan oleh zombie berbadan besar.” Anhar
menjawab dengan yakin setelah melihat tubuhnya sendiri.

“Aku baik juga. Tapi aku beneran sedikit khawatir.” Ditha yang punya sedikit firasat
buruk pun mulai panik.

“Aku berpikir apakah zombie ini akan bermutasi sehingga mereka bisa berlari bahkan
memanjat ?” imbuhnya lagi.

“Seperti di beberapa film dan game survival zombie terdapat beberapa jenis zombie
yang bisa berlari, seperti hewan buas, zombie yang super besar, bahkan jenis zombie
lainnya.” Reva menjelaskan maksud Ditha.

“Kalo seperti itu bahaya kedepannya. Lawan zombie yang baru outbreak sudah gila,
apalagi bertemu yang seperti Reva jelasin.” Anhar pun ikutan panik.

“Kita berenam saja bisa gakuat lawan mereka. Untuk itu kita harus segera ketemu Rizky
dkk agar kita bisa bentuk grup survivor untuk survival chance kita. Yang penting saling
percaya dan kompak.” Reva kembali memberitahu tujuannya.
“Aku setuju denganmu Rev, tapi aku juga berpikir apakah kita perlu punya home base
dan outpost agar kita bisa mengumpulkan hasil dari supply run kita ?” tanya Anhar
yang juga paham maksud Reva.

“Soal itu kita harus diskusikan dengan Ditha, Billy, Yono, Mira serta Rizky dkk terlebih
dahulu. Karena pasti ada perbedaan mengenai tujuan kita bentuk grup ini. Ada yang
memang untuk rebuild kota yang sudah hancur atau memang murni survival grup kita
sendiri bahkan mereka selalu berpindah tempat. Karena sebagian grup ada yang pro
dan kontra soal survivor lain.” tambah Reva.

“Memang lebih baik kita sediakan beberapa plan soal tujuan kita, karena tiap orang
punya tujuan kita jadi kita buat semacam plan.” Ditha pun ikut memberi usul.

“You’re Right Ditha. Kita harus diskusi baik-baik karena ga hanya grup kita saja, tetapi
juga untuk seluruh manusia yang bertahan juga.” jelas Reva.

Lalu ketiga nya kembali berdiri dan segera kembali melanjutkan tugas untuk menyusuri
kembali setiap ruangan yang belum mereka cari sementara Tim 2 yang sedang berada
di ruang makan pun akhirnya Billy, Yono dan Mira pun mulai beristirahat sambil mencari
makanan yang tersedia agar mereka cukup untuk bertahan hidup.

“Periksa makanan terutama makanan kaleng dan snack yang bisa tahan lama
sementara yang makanan beku harus di simpan baik – baik.” Komando Billy pada Yono
dan Mira.

“Tapi apakah cukup buat kita semua ? Belum lagi kita harus tau berapa orang yang ada
di grupnya Rizky.” tanya Yono sembari mensortir makanan yang cari.

“Seharusnya cukup, apalagi jika grupnya Rizky bawa logistik dari makanan, senjata,
material, dll. Karena kita pasti butuh satu sama lain di grup.” Tegas Billy.

“Berarti saat kita udah menjadi grup ya harus pintar dalam memberi tugas seperti
supply run, jaga markas, patroli perimeter bahkan misi berbahaya ?” Mira kemudian
bertanya karena kepikiran.

“Soal itu memang banyak pertimbangan karena ga semua orang punya tujuan sama.
Antara memang dia bener membuat benteng buat manusia atau grup yang selalu
berkelana.” ungkap Yono.

“Memang harus banyak diskusi, apalagi ini masih awal dari oubreak, kita gatau terjadi
kedepannya.” sahut Mira lagi.
“Ini bakalan menjadi perjalanan yang panjang. Jadi kita harus bersiap dengan semua
kemungkinan.” Billy pun ikut bergumam.

Tak lama setelah Tim 2 menyortir seluruh makanan yang akan dibawa, tiba - tiba
terdengar bunyi gedoran pintu dari toilet yang tak jauh dari tempat mereka berada.
Ketiganya berhati – hati menuju sumber suara itu sambil memegang senjata yang
mereka bawa. Saat sampai di toilet itu dengan hati – hati Yono segera membuka pintu
tersebut dan ada seorang pria yang terluka parah dengan perban di sekujur tubuhnya
sementara Billy dan Mira pun kaget karena masih ada orang yang bertahan hidup. Yono
pun segera membopong pria itu dan mengistirahatkannya di ruang makan tadi,
segeralah Mira mengambil botol untuk diberikan pada pria itu.

“Ini minumnya, anda harus tetap cukup hidrasi karena kondisi begini jika dehidrasi
justru sangat berbahaya.” Mira pun menawarkan botol minum pada pria itu.

“Te…..terima kasih…..” sahut pria yang menerima botol tersebut.

“GLEKKK……GLEKKKKK……..Ahhh.” terdengar suara dari pria itu.

“Kondisi disini makin hari makin parah….Saya sendiri gatau kapan bisa bertahan
lagi…….uhhhh.” rintih pria itu.

“Jangan terlalu banyak gerak. Anda harus istirahat.” Billy menenangkannya.

“Badanku udah penuh luka akibat serangan mereka……uhukk…..namun aku tidak ingin
buat 2 anakku kecewa dengan diriku….” Ucap pria itu lagi.

“Karena sebagai orang penting disini, aku justru tidak bisa melindungi orang – orang
yang bernasib sial……..uhuk.” tambahnya.

“Yang penting sekarang anda aman bersama kami. Tinggal menunggu Tim 1 berkumpul
disini sembari kontak dengan Timnya Rizky.” Yono berujar sambil memberikan makanan
ke pria itu.

“Terima kasih nak. Kalo boleh tau kalian siapa ?” tanya Pria itu.

“Saya Billy Adito Mara dari TNI AD Divisi Banjarnegara.” Billy memperkenalkan dirinya.

“Yono Tarnando, sama seperti Billy.” imbuh Yono.

“Mira Anggita. Anggota PMI dan rekan mereka berdua.” tambah Mira.

“Saya Dwiyangga Hartanto. Pemilik dari perusahaan ini. Kalian tau kondisi kedua anak
saya ?” tanya Pak Hartanto lagi.
“Maaf saya kurang tau karena di sini hanya ada kami berenam dimana 3 orang sisanya
sedang melihat kondisi pabrik sektor lain.” Ungkap Billy.

“Tapi bisa saja teman kami yang dari Kota Semarang tau keberadaan.” Terang Yono.

“Tapi kan bukannya peluangnya kecil ya ?” Billy tanya ke Yono.

“Peluang kecil bukan berarti ga ada harapan. Justru bisa jadi memang kedua anak Pak
Hartanto pas di kota.” Jelas Mira yang paham.

Saat ditengah perbincangan antara mereka berempat tampak HT Billy berbunyi dimana
Reva pun berusaha kontak dengan Tim 2 yang bagi Tim 1 belum ada kabar sama sekali
mengenai penelusuran di area Coca – Cola ini.

“Billy, Dengar Aku ? Bagaimana situasi di Tim kalian ?” tanya Reva.

“Disini Billy. Keadaan Tim 2 aman. Disini kita ketemu Pak Hartanto pemilik Coca –
Cola.” lapor Billy pada Reva.

“Syukurlah. Tim 1 juga clear meski ada beberapa zombie yang berusaha menerkam
kita. Sudah dapat supply makanan ?” tanya Reva lagi.

“Sudah. Cukup buat persediaan. Trus plan berikutnya apa sekarang ?” Billy pun
menanyakan plan berikutnya pada Reva.

“Aku segera kontak Rizky dkk untuk menjemput kita serta bahas soal grup survivor
karena kita gabisa survive sendirian.” lapor Reva.

“Makasih Informasinya.” Billy pun menutup kontak.

Sementara di Tim 1 Reva yang telah kontak Billy di HT segera bicara ke Anhar dan
Ditha terkait dengan ditemukannya Pak Hartanto oleh Tim 2 dan juga plan untuk
kontak Rizky terkait dengan grup yang akan mereka bentuk.

“Guys. Aku dapat laporan dari Tim 2 bahwa mereka sudah stok makanan dan ketemu
Pak Hartanto. Jadi kita bisa segera ketemu Tim 2 dan kontak dengan Rizky lebih cepat.”
ucapnya.

“Keren juga Tim 2. Sekarang kita masih cek beberapa area baru kesana. Siapa tau
ketemu orang yang masih selamat dan kita bisa evakuasi mereka.” Anhar berkomentar
dengan semangat.
“Benar. Karena pasti banyak orang lebih baik meski untuk kita sebenarnya 20 orang
udah paling banyak karena terlalu banyak bisa bermasalah apalagi terlalu sedikit juga
bisa mempengaruhi kondisi mental karena kesepian dan kebosanan.” Ditha pun ikut
semangat bicara.

“Yosh. Mari kita segera selesaikan urusan di area ini sebelum para zombie mulai
mengamuk karena kita gatau gedung ini bisa bertahan lebih lama lagi atau tidak. Tim 1
Ready to MOVE OUT !!! Komando Reva pada Anhar dan Ditha.

Segera Tim 1 melakukan sweeping area guna mencari beberapa survivor dan barang
yang sekiranya mereka butuh untuk dibawa dalam perjalanan. Akan tetapi saat mereka
mencapai area Hall ketiganya harus segera bersembunyi karena disana terdapat banyak
zombie dan beberapa diantaranya ada yang dulu nya anggota keamanan dengan vest
serta helm yang masih mereka kenakan. Reva pun memerintahkan agar mereka
berjalan pelan mengendap – endap agar mereka tidak ketauan. Karena meski zombie
berjalan lambat tapi karena jumlah mereka sangat banyak sehingga melawannya pasti
ketiganya akan kehabisan peluru dan tenaga. Akhirnya Reva, Anhar, dan Ditha pun
berjalan secara perlahan – lahan sehingga mereka pun bisa mendekati koridor yang ada
disana. Sialnya saat mereka menuju kearah koridor seberang tampak ada beberapa
orang yang masih selamat berusaha keluar dengan menembakkan shotgun sehingga
zombie yang awalnya diam pun menjadi ganas.

“SHIT. Udah bagus rencananya malah berantakan oleh sekelompok orang random.”
Reva yang marah segera bersiap.

“Ini jadi perang barbar manusia vs zombie sepertinya.” Anhar yang sudah bersiap
menghela nafas.

“Rencana kita apa nih ? Karena sebanyak ini ya peluru harus pake secara bijak.” Ditha
yang panik pun tanya ke Reva.

“Buat Barikade kecil agar mereka ga datang bergerombol serta persempit akses
mereka.” Perintah Reva.

“Jadi sambil hemat tenaga saat menghajar zombie nanti kita lakukan distress call ke
Tim 2.” Anhar ikut menambahkan.

“Ide bagus Anhar.” Jelas Reva.

Tak banyak waktu lama akhirnya Tim 1 pun segera membuat barikade kecil dari bahan
besi bekas mesin untuk dijadikan barikade sehingga mereka ada persiapan untuk
bertahan dari serangan zombie. Akhirnya pertarungan antara beberapa orang
bershotgun dengan zombie pun dimulai. Tampak beberapa orang disana bisa
menghabisi zombie tersebut dengan mudahnya karena Shotgun yang mereka miliki
masih memiliki cukup amunisi. Tetapi karena jumlah zombie yang terlalu banyak
membuat mereka kewalahan dan menghabiskan amunisi nya sehingga mau tak mau
sekelompok orang tersebut memakai tongkat besi yang tajam untuk menghabisi zombie
yang masih cukup banyak tersebut.

“MATI KAMU ZOMBIE BRENGSEK !!!!” teriak orang I dengan brutalnya.

“Hahahahaha. Mampus kalian biar neraka penuh.” tawa orang II.

“Mamam nih pukulan yang bisa bikin kalian tidur selamanya.” Hardik orang III.

“HEAHHHHH !!!” teriak 3 orang lagi yang 1 diantaranya adalah wanita.

Saat mereka semua tampak brutal menyerang zombie tersebut secara tidak sadar
mereka menjadi capek dan membuat mereka menjadi kewalahan hingga terjadi
kesalahan fatal dimana wanita yang sudah lemas karena banyak zombie harus pasrah
menjadi santapan zombie tersebut.

“TIDAKKKK !!! JANGAN MAKAN AKU !!” teriak wanita itu sebelum diterkam sepenuhnya
sama zombie tersebut.

“SOPHIAA !!!! TIDAK !!!” teriak orang I yang tadi menghajar zombie dengan brutalnya.

Lalu orang itu menghajar zombie yang menerkam wanita bernama Sophia itu dengan
membabi buta tetapi dia tidak sadar bahwa beberapa zombie berhasil mengigitnya
hingga pria itu kesakitan hingga bernasib sama menjadi santapan zombie juga.
Sementara 4 orang sisanya mulai merasakan ketakutan hingga akhirnya mereka
terpaksa kabur. Sial nya 3 orang yang berakhir tragis karena mereka akhirnya terpojok
dan hanya menyisakan 1 orang yang mulai terpojok dekat posisinya Tim 1 sehingga
saat zombie akan menerkamnya tiba – tiba suara sabetan yang membuat kepala para
zombie itu putus lalu Reva, Anhar dan Ditha pun segara menghajar mereka dengan
senjata tajam yang mereka miliki sehingga para zombie pun mulai habis 1 per 1 dan
menyisakan hanya 5 zombie yang mampu ditembak tepat di kepalanya oleh Reva dan
Anhar.

“Alhamdulillah selesai juga perangnya.” Reva pun istirahat setelah capek menghajar
para zombie.

“Alhamdulillah kita bertiga selamat, tapi beneran capek.” Anhar juga ikutan capek
karena dia melindungi orang yang takut.
“Kalo tawuran ya kita mati babak belur.” Ditha ngos-ngosan karena dia tidak terbiasa
dengan senjata.

“Teee…terimakasih.” Orang V pun segera menghampiri mereka.

“Lain kali kalo mau lawan mereka pake rencana dulu.” marah Reva pada orang itu.

“Maaf karena orang yang brutal maksa segera keluar karena kita sesak di ruangan itu.”
jelasnya.

“Aku paham tapi bukan seperti berlagak Rambo gitu.” Anhar mencoba menenangkan
mereka.

“Maa..Maaf…..” tangis Orang V itu.

“Ya udah jangan nangis. Yang penting lain kali jangan gegabah.” Ditha mengingatkan
orang itu.

“Sekarang ya kita balik ke Tim 2. Karena keadaan udah begini kalo dilanjut takutnya
bahaya. Apalagi kita mulai babak belur. Ayo kita semua balik termasuk kamu orang
baru.” Reva pun segara bersiap – siap.

Akhirnya keempatnya pun segera bersiap untuk kembali bertemu dengan Tim 2 dan
membicarakan langkah selanjutnya. Sembari mereka mengambil beberapa makanan
tampak Reva dan Anhar memperhatikan orang yang baru mereka selamatkan tersebut
dengan sedikit berbincang mengenai rencana selanjutnya.

“Rencana sekarang iya kita harus

Anda mungkin juga menyukai