Anda di halaman 1dari 18

THE MAN AT SHADOW

PROLOG
10.46 Malam

Pejabat terkenal, Idris Kurniawan menatap


jauh melintasi selasar berongga Galeri Agung
Museum Banyuwangi. Ia menerjang lukisan terdekat
yang dapat ia lihat, lukisan Raden Saleh. Dengan
mencengkeram bingkai bersepuh emas itu, lelaki
berusia 65 tahun itu merenggutkan mahakarya itu ke
arah dirinya. Tapi tiba-tiba lukisan itu terlepas dari
dinding, dan Idris terjengkang di bawah kanvas.
Seperti yang sudah ia perkirakan, gerbang besi jatuh
bergemuruh di dekatnya, menghalangi pintu masuk
ke ruangan itu. Lantai parket bergetar, di kejauhan
sebuah alarm berdering kencang.
Sang pejababat berbaring sebentar, tersengal-
sengal, mengumpulkan tenaga. “ Aku masih hidup “
ucapnya seraya merangkak keluar dari kanvas, dan
memindai ruangan yang seperti gua itu, mencari
tempat untuk sembunyi
Seseorang berbicara, dekat dan mengerikan
“Jangan bergerak!”. Dengan bersitumpu pada tumit
dan tangannya, sang Pejabat membeku, perlahan
memalingkan arah kepalanya ke suara itu. Hanya
lima belas Langkah jauhnya, di luar gerbang yang
tertutup, sebuah siluet raksasa dari penyerangnya
menatap menembus jeruji besi. Lelaki itu sangat
lebar dan tinggi, dengan kulit pucatnya seperti
hantu, dan uban tipis di rambutnya. Bola matanya
tampak merah muda, dengan pupil berwarna merah
gelap. Si albino mencabut pistol dari jasnya, dan
membidikkan moncongnya melewati jeruji,
langsung kepada sang pejabat “Kau mestinya tau
Dris.” Aksennya yang sukar ditentukan dari mana
asalnya. “Sekarang, katakana dimana”.
“Sudah kukatakan,” Idris menjawab sambil
tergagap, berlutut tak berdaya di lantai galeri. “Aku
sama sekali tak mengerti apa yang kau bicarakan!”
“Kau bohong”, lelaki albino itu menatap
tajam ke arahnya, benar-benar tak bergerak, kecuali
gerakan matanya yang terlihat seperti hantu. “Kau
dan kelompok mu memiliki sesuatu yang bukan hal
kalian”
Sang pejabat merasakan desiran adrenalin.
“bagaimana dia tahu mengenai hal ini” sahutnya
dalam hati. “Malam ini, para pejabat yang benar-
benar berhak akan dipulihkan hak-haknya. Katakan
dimana kamu menyembunyikan benda itu, dan kau
akan hidup.” Lelaki itu memakukan pistol ke arah
kepala Idris. “Apakah itu sebuah rahasia yang mesti
kau jaga sampai mati?”
Idris tak dapat bernafas
Lelaki itu memiringkan kepalanya, mengintip
lewat barel pistolnya.
Idris menyilangkan tangannya, mencoba
melindungi diri. “Tunggu,” katanya perlahan. “Akan
kuberi tahu apa yang ingin kau tahu.” Sang pejabat
lalu mengucapkan kata-kata berikutnya dengan hati-
hati. Kebohongan yang Ia ucapkan itu telah
dilatihnya berulang-ulang, setiap kali melatihnya, Ia
berdoa agar tak akan pernah menggunakannya
Ketika sang pejabar usai bicara,
penyerangnya tersenyum dengan angkuh. “ya, ini
seperti kata yang lain padauk.”
Idris kebingungan. “Yang lain??”
“Aku menemukan yang lain juga,” lelaki
besar itu menggoda.”Ketiga-tiganya. Mereka
membenarkan apa yang baru saja kau katakan.”
Tak mungkin! Identitas sejati sang
pejabat,bersama dengan identitas ketiga senechaux-
nya, nyaris sama sucinya dengan rahasia kuno yang
mereka jaga.
Idris kini menyadari bahwa senechaux-nya telah
mengambil sesuatu yang fatal.
“Ini adalah kebodohan yang sangat besar” ucap Idris
dalam hati.
Tak selang lama, pria berkulit albino tersebut
mengsrshksn pidtolnys kembali, “Ketika kau mati,
aku akan menjadi satu-satunya orang yang
mengetahui kebenaran tersebut
Kebenaran. Dalam sekejap, sang pejabat
menyadari kengerian sesungguhnya dari situasi ini.
“Jika aku mati, mungkin semua perbuatanku selama
ini akan terbongkar dan semua orang akan
mengetahui siapa aku sebenarnya”. Secara instingtif,
ia mencoba merangkak dan keluar dari situasi
tersebut
Pistol menyalak, dan sang pejabat merasakan
panas yang dahsyat Ketika peluru itu membenam
kedalam perutnya., Ia tersungkur. Berjuang
melawan rasa sakit yang dideritanya. Perlahan, Idris
berguling dan menatap balik pada orang yang
menyerangnya dengan pandangan yang kabur
Si penyerang kini berancang-ancang untuk
melepaskan peluru kematian ke kepala Idris
Idris menutup matanya, pikirannya sudah tak
karuan meratapi nasibnya, rasa takut dan kesal larut
menjadi satu.
Suara klik dari magasin yang kosong
bergema melintasi koridor.
Mata sang pejabat terbuka cepat.
Si lelaki albino itu melirik ke senjatanya,
memandangnya dengan hamper-hampir terhibur. Ia
menjangkau hip kedua, tapi kemudian Nampak
menimbang ulang, menyeringai dengan tenang pada
isi perut Robert, “Aku sudah selesai”
Sang pejabat memandang kebawah, dan
melihat lubang peluru pada kemeja linen putihnya.
Lubang itu dikitani oleh sebuah lingkaran darah
yang kecil, beberapa inci dibawah tulanng dadanya.
Perutku. Peluru itu meleset dari jantungnya. Sebagai
seorang veteran dari The Soldier, sang pejabat telah
menyaksikan kematian yang mengerikan seperti ini.
Ia akan bertahan selama lima belas menit, Ketika
asam lambungnya merembes kedalam rongga
dadanya, meracuninya dari dalam perlahan-lahan.
“Rasa sakit itu baik, Pak pejabat” ucap sang
pria albino
Kemudian pergi.
Kini sendirian, Idris memalingkan lagi
tatapannya ke gerbang besi, Ia terperangkap, dan
pintu-pintu mungkin akan susah dibuka apalagi
dengan keadaannya yang seperti itu. Saat siapapun
menggapai tubuhnya nanti, mungkin ia sudah mati.
Tapi , rasa takut yang mencengkeram tubuhnya jauh
lebih besar daripada rasa takut atas kematiannya
sendiri.
Aku harus mewariskan rahasia besar ini.
Sambil menutup kakinya, ia membayangkan
ketika saudara seperkumpulannya telah mati lebih
dahulu mendahuluinya. Ia berpikir tentang generai-
generasi yang telah hidup sebelum mereka. Tentang
misi yang telah dipercayakan kepada dirinya dan
saudaranya itu.
Kini, lepas dari segala Tindakan berjaga-jaga,
lepas dari segala pengamanan data, Idris tiba-tiba
telah menjadi satu-satunya mata rantai yang tersisa,
satu-satunya penjaga dari rahasia yang pernah ada
Gemetar, dia merengkuh kakinya
Aku harus menemukan sebuah cara untuk
keluar dari sini
Ia terperangkap di galeri agung, tujuan awalnya
yang hanya ingin menghibur diri dari kelelahan
pekerjaan menjadi ancaman yang mengerikan
sekarang, Robert pun menatap ke atas, ke dinding-
dinding dan sekeliling bangunan yang megah
ini.Sebuah koleksi dari lukisan-lukisan paling
terkenal di dunia tampak seakan tersenyum menatap
ke arahnya, kepada dirinya, bagi sahabat-sahabat
lama.
Dengan mengabaikan geraham melawan rasa
sakit, ia menghimpun segala daya dan kekuatan
yang masih ia miliki. Dia tahu, tugas yang mendesak
di hadapannya membutuhkan setiap detik dari
hidupnya.
Waktu sudah berjalan 7 menit, hanya
menyesikan beberapa menit sebelum Idris pergi dari
dunia ini selama-lamanya, saat sudah pasrah atas hal
yang akan terjadi, tiba-tiba ada cahaya lampu
kendaraan yang sangat terang yang menyoroti
wajahnya. Sambil menahan rasa sakit dan dengan
tubuh yang lemas, Idris menatap kosong kearah
cahaya itu.
Kemudian, seseorang turun dari mobil
mewahnya, dan membuka gerbang galeri nasional
tersebut. Ya, itu adalah asistennya, asisten Idris yang
selama ini seangat setia kepadanya, Akhirnya ia
dating tepat waktu.
Dengan wajah senang dan muka pucat, Idris
sekarang sudah tidak cemas. Lalu saat sang asisten
masuk kedalam, ia langsung membopong Idris
kedalam mobilnya seraya berbicara “Apa kau baik-
baik saja pak? Apa yang terjadi kepadamu hingga
sampai seperti ini” ucap sang asisten.
“sangat panjang ceritanya. Nanti akan aku
ceritakan jika aku masih hidup” imbuh Idris
Tanpa pikir lama, mobil langsung cepat
menuju kerumah sakit terdekat untuk
menyelamatkan nyawa Idris.
Sesampainya disana, sang asisten langsung
memanggil perawat dan berteriak untuk dibawakan
kursi roda. “Suster, disana ada majikan saya yang
habis ditembak pistol. Tolong selamatkan boss saya
dan tangani secepatnya. Tidak usah memikirkan
biaya.”
“baik pak, akan kita tangan semaksimal mungkin”
Imbuh sang perawat yang sedang berjaga disana
Idris pun dibawa ke ruangan operasi, dengan
setengah sadar, ia sudah tidak bisa meraasakan apa-
apa. Yang menjadi fokusnya sekarang adalah
bagaimana peluru itu bisa keluar dari tubuhnya.
Operasi langsung dijalankan. Sang asisten
menunggu dengan panik sampai ketiduran saat
oprasi itu berlangsung
Lalu, selang 2 jam kemudian pintu operasi
dibuka yang membuat sang asisten terbangun dari
tidur lelapnya.
“Bagaimana keadaan boss saya sus?” ucap
sang asisten dengan nada harap-harap cemas.
“Puji syukur, boss bapak sudah kami
keluarkan pistolnya dan operasi berjalan lancer.
Namun ia masih belum sadarkan diri dan masih
butuh banyak istirahat.” Ucap sang suster.
Disaat sudah menunggu 4 jam dan sang
asisten juga sudah sangat terlelap, Idris bangun dari
pingsannya dan langsung berbicara kepada
asistennya “dimana aku ini? Apakah ini di Syurga
ataukah Neraka?”
Mendengar hal itu, sang asisten tertawa
kecil.”tidak keduanya pak, anda selamat dari tragedy
tadi dan peluru yang ada didalam perut bapak sudah
dikeluarkan oleh dokter saat operasi tadi
“Terimakasih banyak Kevin, saya sangat
berhutang nyawa kepadamu, saya tidak bisa
membayangkan jika kamu tidak datang tadi,
mungkin sekarang saya sudah ada di alam kubur.”
“Santai saja pak, sudah menjadi kewajiban
saya untuk mengayomi dan melindungi bapak.”
Sahut Kevin seraya tersenyum sedikit.
“Sebenarnya apa yang terjadi dengan Bapak
hingga bisa sampai seperti ini?” sang asisten
bertanya seraya memberikan belas kasih
“Sangat panjang ceritanya vin, nanti akan
saya ceritakan setelah kondisi saya membaik” jawab
Idris kepada asistennya.

Akhirnya, sang asisten pulang kerumah dan


membiarkan Idris sendirian di rawat dirumah sakit

12 Januari 1998
07.15 pagi
Hari sudah cerah, matahari menyengat panas
menyinari Kota Banyuwangi. Hari yang cerah ini
dimanfaatkan Kevin untuk menjenguk bossnya
sembari ingin mencari tahu tentang apa yang
sebenarnya terjadi semalam hingga bisa sampai
seperti itu.
Mobil BMW putih terbaru pemberian sang
majikan dikeluarkan Kevin dari garasi apartement
nya. Tanpa pikir lama, ia langsung memacu pedal
gas nya dan berjalan cepat menyusuri jalana Kota
Banyuwangi menuju Rumah Sakit dimana Idris
dirawat. Tak butuh waktu lama untuk sampai, Kevin
langsung memarkirkan mobilnya di basement
Rumah Sakit dan langsung bergegas menuju kamar
909, kamar dimana Idris dirawat.
Sesampainya Kevin disana, ia langsung
melihat sang majikan yang sudah Kembali sadar dan
lumayan pulih sedang menikmati sarapan sembari
meminum secangkir teh manis hangat yang
dibawakan oleh suster.
Kevin mendekat ke sang majikan dan tanpa
pikir lama langsung membuka percakapan.
“Apakah boss sudah baik-baik saja?
Bagaimana keadaan anda sekarang?” tanya Kevin
dengan wajah cemas.
“Semua sudah membaik, Vin. Saya sudah
lumayan pulih dan luka ini sudah tidak terasa begitu
sakit.” Jawab Idris dengan tegas.
“Syukurlah kalua begitu Pak, sekarang
apakah anda sudah bisa menceritakan bagaimana
kronologi kejadiannya hingga bisa sampai seperti ini
pak?” lanjut kevin dengan wajah kebingungan.
“Oke Vin, saya akan ceritakan semuanya.
Sebenarnya, sejak 2 tahun lalu saya diajak bisnis
oleh rekan lama saya, bisnis itu memang
menggiurkan, tetapi sangat bertolak belakang
dengan sifat kemanusiaan.” Sahut Pak Idris
menjelaskan.
“Maaf pak, kalo boleh tahu, memang bisnis
apa yang bapak jalankan hingga sampai segitunya?”
Ujar Kevin dengan wajah makin kebingungan.
“Sebenarnya, saya menjalani bisnis jual beli
organ manusia Vin, jadi kami menjadikan orang-
oran jalanan yang tidak terurus sebagai sasaran, itu
bukan tanpa alasan, tapi untuk memudahkan kami
agar tidak terlalu mencolok.” Jawab Pak Idris.
“Aa-p-p-pa Pak? Jual beli organ manusia?
Kenapa bisa seperti itu pak?” Imbuh Kevin dengan
muka pucat karena terkejut mengetahui hal tersebut.
Kemudian Idris menjelaskan semuanya
dengan detail, dan dia juga sebenarnya sudah sangat
sadar bahwa hal itu adalah perbuatan yang salah. Ia
juga ingin keluar dari lingkaran setan itu sejak lama,
namun teman-temannya selalu menghalanginya dan
mengancam akan memberi tahu hal ini ke media.
Setelah semuanya telah diutarakan oleh Idris,
akhirnya Kevin sepakat untuk membantu sang
pejabat untuk mengatasi dan mencari jalan keluar
dari ini semua.
Kemudian setelah itu Kevin Kembali ke
kantor dan bekerja seperti semula meninggalkan
Idris yang semakin lama semakin membaik
Tak butuh waktu lama, di sore hari akhirnya Idris
sudah diperbolehkan pulang dan dijemput oleh
Kevin untuk diantar ke rumahnya.
Sesampainya dirumah, Idris langsung mencari tahu
tentang orang yang menembaknya waktu itu. Karena
seingatnya, selama ini bisnis nya dijalankan dengan
lancar dan tanpa kendala, tapi mengapa bisa jadi
seperti ini,
“ Vin, menurut kamu apa yang menyebabkan
ini terjadi? Apakah ada orang yang ingin menguasai
jabatan saya? Atau ini karena bisnis terlarang yang
saya jalani?” tanya Idris dengan kebingungan.
“ Waduh, kalau hal itu saya tidak tahu pak.
Tapi, setahu saya semua orang di kota ini sangat
menyukai Bapak, Bapak juga sudah 3 tahun
menjabat dan tidak pernah terjadi apa-apa.” Jawab
Kevin menenangkan sang pejabat.
“ Berarti maksud kamu ini berkaitan dengan
bisnis yang saya jalani Vin?” Idris Kembali bertanya
“ Menurut saya seperti itu pak. Bapak tidak
usah khawatir, semuanya akan saya urus dan pelaku
nya akan tertangkap secepat mungkin.” Kevin
menambahkan.
Setelah itu, Kevin langsung menelpon anak buahnya
untuk menyelidiki hal tersebut. Anak buah Kevin
pun langsung turut membantu kasus ini.
“ Selidiki hal ini sampai tuntas! Saya tidak
mau hal ini terjadi Kembali di kemudian hari “
Kevin bicara dengan tegas ke anak buahnya.
“ Baik Pak Kevin, semuanya akan kami urus
dan Bapak tidak perlu khawatir. “ Ucap anak buah
dengan penuh keyakinan.
Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, semua anak buah
Kevin menyelidiki tentang hal tersebut. Dimulai dari
mendatangi tempat kejadian perkara, ternyata disana
mereka menemukan pulpen dengan inisial “B” di
tintanya.
Anak buah Kevin pun langsung memberitahu apa
yang mereka temukan disana.
“Halo boss, kami sedang ke tempat kejadian
perkara dan disini kami menemukan ada pulpen
dengan inisial “B” yang terjatuh.” Ucap Aldi, salah
satu anak buah Kevin.
“ Yasudah, langsung bawa saja kesini barang
itu “ Kevin menjawab.
“ Oke bos, kami segera kesana.” Imbuh Aldi.
Namun saat di perjalanan, Aldi dan para kawan-
kawannya dibuntuti oleh mobil hitam tua yang ada
di belakang mereka. Sontak hal itu membuat mereka
kaget dan khawatir. Mereka pun langsung
melaporkan kejadian tersebut kepada Kevin.
“ Pak, sepertinya dibelakang sedang ada yang
membuntuti kami, bagaimana ini pak? “ Ucap Aldi
melalui telefon dengan nada ketakutan dan keringat
yang bercucur.
“ Tenang saja, kalian tidak usah khawatir.
Kalian pura-pura ke kedai kopi atau penjual roti saja
untuk mengalihkan mereka.” Kevin menjawab.
“ Baik Pak, kami akan laksanakan perintah
Bapak. “ sambung Aldi.
Lalu mereka langsung memarkirkan mobil mereka
di sebuah kedai kopi. Disana, ternyata mobil yang
membuntuti mereka sudah tidak ada. Mereka pun
lega atas hal itu.
Setelah meminum segelas kopi hangat, Aldi beserta
teman-temannya langsung Kembali melanjutkan
perjalanan mereka menuju Kevin.
Namun tak seperti yang mereka kira, mobil hitam
tua itu masih mengikuti mereka di belakang.
Akhirnya Aldi beserta temannya langsung tancap
gas dan terburu-buru untuk kerumah Kevin. Saat
sudah sampai, mereka melihat bahwa mobil hitam
tadi juga ikut berhenti di seberang jalan. Kemudian
Aldi langsung memberikan pulpen berinisial “B”
yang mereka temukan ke Kevin. Akhirnya Aldi
dengan teman-temannya langsung berpamit untuk
pergi. Ternyata, saat Aldi mengecek keadaan sekitar,
mobil hitam yang mengikutinya sedari tadi sudah
tidak terlihat lagi. Aldi pun bisa bernafas lega akan
hal itu. Saat pulpen sudah berada di tangan Kevin, ia
pun langsung mengabari bossnya,Idris.
“ Pak, bawahan saya menemukan sebuah
pulpen yang ada inisial ‘B’ di tempat kejadian
perkara. “ ucap Kevin.
“ Pulpen berinisial ‘B’? kira-kira apa ya
maksudnya? “ Jawab Idris.
“ Apakah Bapak mempunyai musuh yang
nama awalannya ‘B’? atau ada tokoh terkenal di
kota ini yang mungkin bapak kenal? “ Kevin
bertanya.
“ Saya tidak tahu Vin, kepala saya sudah
sangat pusing untuk memikirkan hal ini. Kamu mau
membantu saya untuk menyelesaikan masalah ini
kan? “ imbuh Idris sambal memegan kepalanya.
“ Dengan senang hati akan saya bantu sebisa
saya Pak. “ sahut Kevin dengan penuh keyakinan.
Kemudian Kevin langsung pulang
kerumahnya dengan muka penasaran karena ingin
mengetahui dalang dibalik semua ini. Ia pun
bertanya ke teman-teman nya mengenai pulpen
berinisial B itu. Ditengah perbincangan mereka,
salah satu teman Kevin yang bernama Ilham berkata
jika di kota tersebut ada seorang detektif yang
sangat mahir untuk mengungkap sesuatu. Detektif
itu bernama Bruce, laki-laki setengah tua yang
berumur sekitar 30 tahun yang sudah menangani
berbagi macam kasus. Mendengar hal tersebut,
Kevin langsung menelpon Idris untuk memberi tahu
mengenai kabar yang baru saja ia dapatkan.
“ Pak, teman saya tadi bercerita bahwa dia
sepertinya mengetahui arti pulpen berinisial B
tersebut. Dia berkata bahwa di kota ini ada salah
satu detektif yang bernama Bruce yang sudah
menangani masalah-masalah besar “ Kevin
menuturkan dengan raut muka yang sangat serius.
“ Siapa dia? “ jawab Idris dengan nada
sedikit khawatir.
“ Menurut teman saya, dia adalah salah satu
tokoh yang terkenal di Banyuwangi ini, dia sangat
berpengalaman dan sudah menangani berbagai
macam kasus, mulai dari pembunuhan dll. “
sambung Kevin kepada Idris

Anda mungkin juga menyukai