Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ibnu Tsabit AJ

NIM : 201010700066
Kelas : 04SIDE002
Mata Kuliah : Telaah Novel II

Analisis Cerpen “Pengintai” Karya Mashdar Zaenal (Maret, 2020).

Pengintai itu terus mengikutinya. Semenjak ia pulang dari rumah sakit. Ia menginap selama
seminggu di sal mawar, kamar VIP, karena darah tingginya kumat. Pada malam pungkasan ia
menginap, malam setelah dokter menyatakan bahwa besok ia boleh pulang, ia melihat pengintai itu
untuk pertama kalinya. Seorang lelaki bongsor dan jangkung, dengan wajah samar-samar. Ia selalu
mengenakan pakaian berwarna hitam, kadang, jas, kadang jubah. dan kadang kaus oblong
kedodoran, warna hitam.

Ia melihat pengintai itu pertama kali saat dini hari, selepas ia di kamar mandi. Ketika itu, ia
merasakan suasana yang aneh. Gabungan antara dingin dan senyap. Ia merasa sangat takut.
Jantungnya berdegup kencang sekali. Karena takut.

Semenjak malam itu, ia kerap melihat lelaki itu mengintainya di mana saja. Bahkan setelah ia pulang
ke rumahnya sendiri. Ketika ia sedang berada dalam mobil di tengah kemacetan, lelaki berpakaian
hitam itu tengah mengawasinya dari seberang jalan. Ketika ia duduk di ruang tamu, kadang ia
melihat lelaki itu mengintip dari pintu depan, tapi ketika ia memeriksanya, ia tak mendapati
siapapun. Bahkan, ketika ia berada di tengah keramaian, di mal, di lapangan, atau di manapun, lelaki
itu tampak mengikutinya, jauh di belakang, di antara hiruk pikuk dan lalu lalang orang. ia merasa
begitu jengkel, sekaligus takut.

Pernah ia mencoba untuk silih mengejar pengintai itu, tapi selalu, ia tak mendapatkan jejak sejengkal
pun. Ia seperti bisa menghilang tiba-tiba, dan muncul tiba-tiba. Ia sudah menceritakan perihal
pengintai itu kepada seluruh anggota keluarga, istrinya, anak-anaknya, para pekerja di rumahnya.
Dan tak satupun dari mereka pernah mengaku pernah melihat lelaki bongsor berpakaian hitam di
pekarangan, atau di manapun. Alih-alih di dalam rumah.

“Mungkin Papa cuma berhalusinasi,” kata istrinya.

“Kami semua ada di sini, Pa. Di dekat, Papa. Papa tak perlu takut,” ujar anaknya, mencoba

1
menghiburnya. Namun, justru ujaran mereka itu membuat ia semakin cemas.

“Mungkin aku memang sudah mulai pikun,” ujarnya pasrah.

Ia juga pernah melaporkan pengintai itu pada polisi, tapi ia selalu bingung kalau disuruh
menyebutkan ciri-ciri pengintai itu. Ia hanya bilang, bahwa pengintai itu punya tubuh tinggi besar,
dan selalu mengenakan pakaian hitam. Mendengar keterangan yang cuma sekelumit itu, polisi tak
bisa berbuat banyak kecuali menyarankannya untuk memasang CCTV di setiap sudut rumah. Dan ia
telah melakukannya.
Setelah CCTV terpasang, ia merasa lebih tenang. Meski pemasangan CCTV itu tak membantu
apapun. Nyatanya, pengintai itu masih saja muncul di balik jendela, di balik pohon di halaman
rumahnya, di lantai atas, di balkon, di muka pagar, dan di mana saja lelaki itu ingin berdiri sambil
mengintainya. Anehnya, keberadaan lelaki itu tak pernah terlacak oleh CCTV di sudut manapun.
Pada akhirnya, setelah mendapat saran dari keluarga dan para kerabat, ia memutuskan untuk
mendatangi orang pintar. Di hadapan orang pintar itu ia meceritakan semuanya. Semua yang ia
alami. Semua ketakutannya.

“Ia ada di mana-mana, dan ia selalu menatap saya, mengawasi saya, mengintai saya,” lapornya.

Orang pintar itu tampak menerawang wajahnya, memahami setiap ketakutannya, rasa cemasnya.
Dan mendadak, orang pintar itu tampak begitu gentar.

“Pengintai itu bukanlah penginta biasa,” bisik orang pintar itu.

“Lalu, siapa dia sebenarnya?” balasnya.

“Bagaimana caraku menjelaskannya?” orang pintar itu tampak putus asa.

2
“Apakah dia bisa diusir?”

“Tidak, siapapun tak bisa mengusirnya.”

“Apakah kalau aku pergi ke luar negeri dan tinggal di sana, pengintai itu akan berhenti
mengikutiku?”

“Tidak, dia takkan pernah berhenti mengintaimu. Dia akan mengikuti ke mana pun langkahmu
pergi.”

PEMBAHASAN

1. Pengertian Cerpen

Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan dalam sebuah novel
(Poe dalam Burhan, 2012:10). Cerpen, sesuai dengan namanya adalah cerita pendek. Panjang
cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), ada yang panjangnya
cukupan (midle short story), serta ada yang panjang (long short story) (Burhan, 2012:10). Cerpen
adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalan sekali duduk.

2. Unsur Intriksik Cerpen “Pengintai” Karya Mashdar Zaenal.

Analisis unsur intrinsik bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secraa
menyeluruh tentang isi cerita pendek “Pengintai” karya Mashdar Zaenal. Unsur Intrinsik yang
dianalisis meliputi : tema, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan amanat. Berikut
analisis unsur intrinsik cerpen “Pengintai” karya Mashdar Zaenal :

A. Tema
Aminudin (1995:91) mengemukakan bahwa, tema adalah ide yang mendasari suatu cerita
sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi
yang diciptanya.

3
Sedangkan Rusyana (1988:67) berpendapat bahwa, tema adalah dasar atau makna sebuah
cerita, tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu yang membentuk atau
membangun dasar gagasan utama suatu karya sastra, dan semua fiksi harus mempunyai
dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan.
Dalam cerpen “ Pengintai” karya Mashdar Zaenal terdapat tema sebagai makna yang
mengikat keseluruhan unsur cerita. Tema yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah
kecemasan dan ketakutan tokoh “ia” atau “papah” terhadap lelaki yang kerap
mengintainya di mana saja. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerpen sebagai berikut :
(1) “ “ Ia melihat pengintai itu pertama kali saat dini hari, selepas ia di kamar
mandi. Ketika itu, ia merasakan suasana yang aneh. Gabungan antara dingin
dan senyap. Ia merasa sangat takut. Jantungnya berdegup kencang sekali. Karena
takut.

Semenjak malam itu, ia kerap melihat lelaki itu mengintainya di mana saja.
Bahkan setelah ia pulang ke rumahnya sendiri. “

(2) “ “Ia ada di mana-mana, dan ia selalu menatap saya, mengawasi saya,
mengintai saya,” lapornya.

Orang pintar itu tampak menerawang wajahnya, memahami setiap ketakutannya,


rasa cemasnya. Dan mendadak, orang pintar itu tampak begitu gentar.”

Dari kutipan (1) dan (2), tergambar jelas rasa takut dan cemas yang dialami tokoh “ia”
atau “papa” terhadapap lelaki yang selalu mengintainya dimanapun ia berada. Ketakutan
dan kecemasan yang dialami tokoh utama dalam cerpen “Pengintai” karya Mashdar
Zaenal berlanjut hingga akhir cerita. Hal tersebut membuktikan bahwa tema ketakutan
dan kecemasan tokoh utama dalam cerpen ini saling mengikat dan sinergis dengan unsur-
unsur lain.
B. Alur

C. Latar

D. Tokoh dan Penokohan

E. Sudut Pandang

4
F. Amanat

Anda mungkin juga menyukai