Anda di halaman 1dari 5

Ide Menulis Fiksi?

9 Sumber
yang Bisa Kamu Gali
Posted on 10 January 2015 by SPOILA.NET6 Comments

menyalakan ide

Oleh Denny Prabowo


Menulis, menulis, menulis! Begitu nasihat yang sering kita dengar dari penulis-penulis tenar.
Masalahnya, apa yang mau ditulis kalau ide saja enggak ada? Kalau kamu sering mengalami masalah
seperti ini, kamu perlu mencoba menggali ide di sumber-sumber berikut ini.

1. Pengalaman adalah Harta

Claude Simone

Pengarang novel Prancis, Claude Simon, menyatakan bahwa untuk mengumpulkan bahan untuk sebuah
novel, sebenarnya cukup hanya dengan mengitari sebuah blok di kotanya. Setelah pulang, tuliskan apa
yang kita lihat, pikirkan, rasakan, ingat, dan seterusnya, dan ini semua sudah cukup! Oke, mungkin dia
terlalu berlebihan, tetapi pesannya sungguh jelas: kita tidak membutuhkan pengalaman yang luar biasa
untuk digunakan sebagai bahan cerita fiksi.
2. Berita Sumber Peristiwa
Hamsad Rangkuti

Hamsad Rangkuti mengatakan, “Berita adalah kunci kontak kita menulis, dan SIM-nya adalah bahasa”.
Ia juga mengatakan, cerpen “Wedang Jahe” lahir setelah ia membaca sebuah berita di koran yang
memberitakan kesiapsiagaan warga sebuah desa di Jawa yang sangat berlebihan. Diberitakan
bagaimana kesiapsiagaan itu dipaparkan. Penduduk sangat mencurigai para pendatang ke desa mereka.
Pukul enam sore waga telah bersiap-siap menjaga kampung mereka dari orang yang tidak dikenal.
3. Menengok Sejarah

Dan Brown

Salah satu cara menulis fiksi sejarah, yaitu dengan menghadirkan tokoh-tokoh fiktif, seperti yang
dilakukan olehDan Brown. Meski tokoh-tokoh dalam novel Da Vinci Code itu fiktif, Dan Brown
mengakui bahwa, “Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, dan ritus rahasia dalam novel ini
adalah akurat.”
4. Mengubah Dongeng atau Cerita Rakyat
AA Navis

Tentu kamu pernah mendengar cerita Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu karena durhaka
kepada ibunya. Bagimana jika sebaliknya, ibunya Malin Kundang yang durhaka? Dalam cerpen A.A.
Navis yang berjudul “Malin Kundang Ibunya Durhaka”, dongeng Malin Kundang dibuat sungsang.
Bukan Malin Kundang yang durhaka, melainkan ibunya.
5. Mencuri dari Buku

Seno Gumira Ajidarma

Berdasarkan ingatan akan cerita rakyat Kalimantan Tengah “Anjing Menjadi Manusia”, Seno Gumira
Ajidarmamenulis sejudul cerpen, “Legenda Wongasu”. SGA menuturkan, pada gilirannya, “Legenda
Wong Asu” mendorong lahirnya cerita “Wong Asu” karya Djenar Maesa Ayu, yang bisa dibaca dalam
kumpulan cerpennya,Mereka Bilang, Saya Monyet. Namun, ketiga cerpen itu masing-masing sangat
berbeda.
6. Riwayat dalam Kitab Suci
Danarto

Dalam cerpen “7 Sapi Kurus Memakan 7 Sapi Gemuk” Danarto menghidupkan kembali riwayat Nabi
Yusuf. Akan tetapi, ia tidak berusaha menghadirkan riwayat dalam Al Quran tentang mimpi Firaun
yang kemudian ditafsir oleh Nabi Yusuf sebagaimana adanya. Danarto menghadirkan peristiwa itu ke
tengah-tengah negeri Indonesia selepas peristiwa bentrokan antara demonstran PDI yang mendukung
pimpinan Megawati Soekarnoputri dengan aparat keamanan di depan stasiun Gambir.
7. Eksplorasi Bawah Sadar

Andre Breton

Andre Breton, seorang penulis asal Prancis, pada tahun 1924 menulis sebuah manifesto surealisme,
sebuah gerakan kesenian yang merayakan alam mimpi dan pikiran bawah sadar. Para surealis justru
memanfaatkan waktu tidur mereka sebagai proses kreatif dalam menghasilkan sebuah karya. Beberapa
teknik surialisme, yaitu mencatat mimpi, kolaborasi, dan otomatisme.
8. Latar Sebagai Landasan Cerita
Josip Novacovich

Josip Novakovic mengungkapkan sebuah rumus: Latar = Tokoh = Plot. Dari sebuah tempat kita akan
mendapatkan tokoh; dari motif yang dimiliki tokoh, bisa muncul sebuah plot (hubungan sebab akibat).
Latarnya sebuah perkebunan yang jauh dari kota dan baru saja dihantam badai. Kira-kira siapa tokoh
yang mungkin muncul dari kondisi itu? Pemilik kebun yang lugu? Lencho, seorang yang lugu—untuk
tidak mengatakannya bodoh—tapi punya keimanan yang kuat kepada Tuhan. Apa yang kira-kira akan
dilakukannya dalam kondisi itu? Ia mengirim surat buat Tuhan melalui pos, minta dikirimi uang. Tokoh
itu ada dalam cerpenSurat buat Tuhan karya Gregorio Lopes Y. Fuentes.
9. Tokoh Sebagai Landasan Cerita

Putu Wijaya

Untuk menulis cerita yang kita butuhkan hanya seorang tokoh yang kuat. Bahkan kebiasaan positif dari
tokoh cerita pun berpotensi menimbulkan sebuah konflik seperti pada cerpen “Pencuri” karya Putu
Wijaya. Kebaikan tokoh “dia” dalam cerita Putu Wijaya itu, justru menimbulkan sebuah konflik di
lingkungan mereka. Suatu kali ada pencuri tertangkap di rumahnya ingin dihakimi oleh tetangga-
tetangganya, tapi tokoh “dia” melarang dan malah menasihati pencuri itu. Saat dinasihiati itulah, si
pencuri wajahnya pucat dan mati.
Kamu punya sumber ide lainnya? Share di komentar, ya. [Spoila]

Anda mungkin juga menyukai