Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

BAHASA INDONESIA

OLEH

NAMA : Cintia Novita Ledoh

KELAS : XII Mia 4


A. Identitas Buku
Judul buku : Anak Semua Bangsa
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Terbit : 2006
Kota terbit : Jakarta Timur, Indonesia
Jumblah halaman : 552 Halaman

B. Sinopsis
Novel anak semua bangsa karya Pramoedya Ananta Toer menggambarkan
penderitaan rakyat Jawa dibawah pemerintahan Belanda Yang Licik dan haus
kekuasaan. Minke adalah seorang penulis pribumi yang begitu mendewakan Eropa.
Minke kehilangan istrinya,  Annelies Mellema  pada bagian awal novel.
Sahabatnya,  Panji Darman atau Robert Jan dapperste-lah  yang menemani annelies
sampai ajalnya di Belanda. Banyak surat dikirimkan oleh Panji Darman untuk minke
dan mertuanya, Nyai Ontosoroh. Selama waktu ini,   minke dan mertuanya (mama) 
saling mendukung untuk melepas duka cita
Pandangan minke akan dunia dan bangsa-bangsa yang ada di dalamnya
dipengaruhi oleh teman-temannya yang kebanyakan orang Eropa, karena ia sendiri
lulusan HBS ( Hoogere Burgeschool). Ia sering berkirim surat dan bertukar pikiran
dengan keluarga De la croix (Sara, Miriam, Herbert) salah satu sahabatnya Jean
Marais adalah seorang seniman berkebangsaan Perancis, Suatu hari ia meminta Minke
untuk menulis dalam bahasa Melayu, dengan tujuan agar bangsanya sendiri dapat
membaca karya Minke .Minke terkejut dan merasa terhina, ia merasa rendah apabila
harus menulis Melayu. karena percakapan Ini hubungannya dengan jean marais
menjadi dingin. Hanya karena Maysaroh,anak Jean Minke akhirnya mau berbaikan
dengan Jean.
Selanjutnya Minke di minta Maarten Niijman, atasanya  di A.N v/d D , untuk
mewawancarai Khouw Ah Soe  dalam bahasa Inggris, Ia seorang aktivis dari Cina
yang berusaha membangun bangsanya dari mimpi-mimpi mereka. Ia dapat melihat
Jepang mulai menyamai kedudukan negara-negara Eropa
Tetapi betapa terkejutnya Minke, saat harian itu terbit, yang tercetak berbeda
sekali dengan wawancara dan tulisan yang telah Ia kerjakan. Artikel tersebut berisi
tuduhan pada Khouw Ah seo  yang mengatakan dirinya seorang pelarian. Kejadian ini
menyadarkan Minke  bahwa Eropa yang selama ini ia agung-agungkan tidak
selamanya benar.
Sepertinya semesta belum mengizinkan Minke  untuk tenang, karena setelah
itu Kommer, teman Jean marais, mendukung apa yang telah Jean katakan
sebelumnya. Selama ini kommer dalam menerjemahkan tulisan Minke  ke dalam
bahasa Melayu. kommer  mengatakan bahwa Minke  tidak mengenal bangsanya
sendiri, karena selama ini ia melihat keadaan dari kacamata Eropa. Minke tidak terima
dikatai  seperti itu, tapi ia tidak dapat membuktikan Sebaliknya juga.
Karena masih diselimuti kesedihan, minke dan mama lalu memutuskan libur
ke Tulangan Sidoarjo kampung halaman mama. Mereka menginap di rumah Sastro
kasir saudara mama. Mata minke menjadi terbuka akan kenyataan bangsanya. Dulu
mama dijual untuk menikahi tuan Administratur  Mellema.kini surati,anak sastro
kassier, terpaksa menikahi tuan Administratur Vlekkebaaij  kena jebakan  orang
Belanda waktu itu. Untungnya sudah disengaja menularkan cacat dari Kampung
Sebelah pada Vlekkeanbaaij. Jadilah Vlekkeanbaaij meninggal dan Surati yang dulu
Jelita kembali ke rumah dengan borok di wajahnya.
Kepercayaan Minke kepada Belanda mulai pudar, Iya makin bertekad untuk
mengenal bangsanya. Maka menginaplah ia selama beberapa hari di rumah salah satu
petani, Trunodongso, yang tinggal bersama dengan istri dan empat anaknya.
Trunodongso bercerita kepadanya  mengenai kecurangan-kecurangan pemerintah
Belanda yang sering memaksa dan tidak menepati janji, para petani tidak bisa berbuat
apa-apa untuk menuntut hak mereka.
Minke berjanji pada trunodongso akan membantunya dengan jalan menuliskan
penderitaannya. Selain itu ia juga menulis tentang surati. Tetapi saat ingin
menerbitkan tulisannya tentang trunodongso,Niijman  menolak. Minke  putus asa, Ia
memutuskan melanjutkan studinya di Betawi untuk menjadi dokter. Di tengah
perjalanan di laut, ia bertemu dengan Ter Haar yang menceramahi nya cara kerja dan
tujuan penjajah Belanda di Hindia. Minke ampir berkunjung ke kantor koran lokal di
Semarang untuk menulis lagi. Sayangnya,  ia malah dijemput polisi untuk kembali ke
Wonokromo,rumah mama.
Saat Minke pulang, Mama harus berhadapan dengan anak resmi tuan
Administratur Mellema, Ir. Mauritis Mallema. Karena perebutan warisan Annelies
meninggal.
c. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema yang diangkat dalam novel anak semua bangsa adalah tentang bagaimana
seorang lelaki mulai mengenal orang-orang negaranya sendiri dan mulai prihatin
dan sadar akan situasi yang sebenarnya.
2. Tokoh
1) Minke
a) Pencemburu
“Hatiku panas dan cemburu timbul... Dari Sarah della croix , dari
Magda peters dari Robert suurhof untuk....kurang ajar. Dihujani 
istriku dengan surat.... Dari Miriam de la croix, dari..... Robert
Suurhof untuk Annelies.”
Kutipan diatas menggambarkan Minke  yang memiliki pikiran
cemburu karena Minke baru mengetahui bahwa temannya Robert
suurhof selama ini telah banyak mengirim surat kepada istrinya
Annelies
b) Pemarah
“Jangan anggap berat sekiranya ada surat-surat datang dari dia.
Anggap saja dari orang gila.Jadi jelas teman-teman sekolah pada
mengetahui adanya surat-surat untuk Annalies. Hanya aku
seorang yang tidak tahu. Betapa butanya Aku.”
kutipan diatas menggambarkan minke yang kesal karena ia
mendengar ucapan dari teman-temannya yang mengatakan bahwa
ia tidak usah merasa terbebani jika ada surat datang dari Robert
suurhof. Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa mimpi memiliki
watak pemarah
c) Curiga
Kutipan dibawah ini menggambarkan pikiran minke memiliki
watak pencuriga, dalam beberapa peristiwa yang dihadapinya.
Pikiran curiga ini membuat minke berhati-hati dalam berinteraksi
dengan orang lain di sekelilingnya ia dapat membuat minke merasa
gelisah dan waspada.
“Aku Jadi curiga, betapa memalukan bila dia tahu ada surat-surat
Suurhof untuk istriku. Betapa aku sebagai suami. Dan cincin dalam
saku celana ini berubah Menggatali pahaku.”
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa minke memiliki watak
penurigaan.
d) Mudah tersinggung
“Apa? Dengus nya dengan Jawa rendah,kasar. Kau juga? Aku
tersinggung. Terasa darah menjomplak pada mukaku. Tak pernah
ada seorang Jawa berani itu padaku. Apalagi menyebut dengan
hanya kau. Pasti dia jenis kurang ajar, tak pernah mendapat didikan
Jawa yang patut.”
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa minke memiliki watak
mudah tersinggung
e) Mudah berpuas diri
“Dua-duanya mempunyai nilai Abadi, hasil kerja untuk keabadian.
Dan aku lebih bangga lagi pada naskah yang belakangan ini:
pembelaan terhadap semua mereka yang senasib dengan
Trunodongso”
kutipan diatas menggambarkan Minecraft memiliki pikiran
bangga pada kedua tulisan yang dibuatnya. Dari pikiran tersebut
dapat dilihat bahwa minat memiliki watak mudah puas
f) Teguh pendirian
“Tiba-tiba saja aku lihat diriku sebagai yang sebodoh-bodohnya,
kurang berpikir, kurang tahu menimbang, kurang pengetahuan.
Tapi tetap merasa pada pihak yang benar.”
Kutipan diatas menggambarkan minke memiliki pikiran merasa
benar. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa Minggu memiliki
watak Teguh pendirian.
g) Mudah tersentuh
“Seluruh keluarga ini kurus. Apapula guna kau perhatikan cincin
berlian sialan ini? Apapula arti protes karena surat-surat Robert?
Dongkol, geram, panas, dan cemburu hati lambat-lambat mereda
didesak oleh iba kasihan.”
Kutipan diatas menggambarkan Minke memiliki pikiran iba.
Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa itu memiliki watak
mudah tersentuh.
2) Darsam
1) curiga
“Anak ini tak menangis waktu ku angkat. Matanya besar, mata
Belanda. Maka aku Jadi curiga. Benar anak ini anak Sinyo, atau
anak... maaf, Nyai atau anak tua mellema?”
Kutipan di atas menggambarkan tokoh yang memiliki pikiran
curiga. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Darsa
memiliki watak pencurigaan.
2) pemarah
“Dengar, majikanku cuma Nyai dan Noni. Mereka suka dengan
tuan muda. Awas kalau ada apa-apa terjadi pada mereka bertiga,
Aku tahu siapa orangnya, sinyo juga yang bakal Aku bunuh. Sana
pergi! Jangan main-main sama darsam.”
Kalimat diatas menunjukkan bahwa tokoh dari Samara serta
mengancam Robert mellema yang menyuruh ia untuk membunuh
Minke. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa tokoh dan memiliki
watak pemarah
3) Sastro Kassier
1) gelisah
Dan pergilah Sastro kassier kembali pada pekerjaannya. Sejak itu
ia gelisah. Sekilas terpikir olehnya untuk mengungsikan anaknya
ke Wonokromo.
Kutipan di atas menggambarkan tokoh sastro kassier memiliki
pikiran gelisah. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa tokoh
sastro kassier memiliki watak pemikir.
4) Surati
1) mudah putus asa
“Ia tanda kehilangan kemauan dalam hari-hari tegang ini. Haruskah
ia Menyerah saja pada apa bakal terjadi?”
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Surati memiliki pikiran
putus asa. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa tokoh seperti
memiliki watak mudah putus asa.
2) tidak gentar
“Juga ia Tak Gentar. Iya sudah sampai pada suatu tingkat dimana
kesesakan jiwa telah mengatasi ketakutan. Datang.”
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Surati memiliki pikiran
tidak gentar pada sesuatu yang dapat membinasakan dirinya.
5) Robert Mellema
1) Penakut
“Aku lari ketakutan, baik ke rumah Ah Tjong. Baba mengangguk-
angguk tapi tak berbicara apa-apa. Dan aku sendiri mulai belajar
merupakan peristiwa yang baru lalu. Kini aku takut bertemu
Darsam.”
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Robert mellema
memiliki Batak penakut.
6) Nyai Ontorosoh
1) kritis
2) teguh pendirian
7) Jean Marais
1) Bijaksana
8) Maysaroh
1) manja
2) periang
9) Djumilah
1) teguh pendirian
10) Kommer
1) Menghargai
11) Khow Ah Soe
1) rendah hati

3. Alur
Alur yang digunakan dalam novel anak semua bangsa karya Pramoedya Ananta
Toer adalah alur maju.
dalam novel anak semua bangsa karya Pramoedya Ananta Toer dapat disimpulkan
menjadi tiga tahap yaitu tahap awal, tahap Tengah, dan tahap akhir.:
1). Tahap Awal
Pembukaan cerita dengan dikenalkannya tokoh utama minke dengan awal
kehidupannya. Seperti pada kutipan berikut:
“sudah tiga hari mama dan aku tidak diizinkan keluar rumah, juga tidak
diperbolehkan menerima tamu.”
“Seorang pelaut datang berluda. Aku tak keluar dari bilik. Mama yang
menemuinya, sebentar. Kemudian terjadi pertengkaran mulut dalam
Melayu. Mama memanggil aku keluar. Mereka berdua sedang berdiri
berhadapan.”
2). Tahap Tengah
Kehidupan Minke mulai menjelajah.
“Pergi dari Surabaya,ma, ke Betawi barangkali. Aku kira aku akan belajar
lagi, belajar sungguh-sungguh, biar kelak barangkali bisa jadi seperti
dokter marinet.”
3). Tahap akhir
Meninggalnya Istri Minke, Annalies Mellema.
“Hanya dirinya seorang yang mengantarkan Annalies ke peristirahatannya
yang terakhir. Semua dilakukan oleh perusahaan pengangguran.”
4. Latar
a. latar waktu
 Pagi
“Pada suatu pagi datang surat panggilan untuk panji Darman dahulu
Robert jan Dapperste”
 Siang
“bangun tidur  Hari Sudah terang. Siang sudah nampak dari kaca
patrisporta”
 Sore
“pada sore hari ia sering  nampak duduk di kursi depan rumah, mungkin
setengah mabuk, dengan senapan angin di atas meja”
 Malam
“dalam kegelapan dan kesepian malam antara sebentar nampak oleh Nya
bersitan-bersitan api”
b.Latar Tempat
 Di atas kapal
Surat ini ku tulis diatas kapal menuju ke Betawi, di laut Jawa yang tenang
tanpa angin.
 Nederland
Mevrouw, kita sudah sampai di Nederland
 Sidoarjo
Orang-orang bilang Nyai berasal dari sidoarjo. Benar itu Nyai?
 Wonokromo
Administratur pengganti itu memang beberapa kali pernah datang ke
wonokromo.
c. latar suasana
 Panas
“Hatiku panas dan cemburu timbul... Dari Sarah della croix , dari Magda
peters dari Robert suurhof untuk....kurang ajar. Dihujani  istriku dengan
surat.... Dari Miriam de la croix, dari..... Robert Suurhof untuk Annelies.”
 Cemas
“Kira-kira 500 m dari daerah pelabuhan di sebuah jalanan yang diapit
hutan bakau bakau serombongan orang Madura sengaja menolak
memberikan jalan. Kereta kereta mererose dan mevrouw annelies
berhenti . Aku berdebar-debar melihat peristiwa itu dari suatu jarak.
Jangan-jangan terjadi perkelahian lagi. “
5. Sudut pandang
Meski ditulis dengan sudut pandang orang pertama 'aku'  bahkan banyak peristiwa
yang tidak dialami oleh tokoh Minke. Seperti ada cerita di dalam cerita. yang
dikisahkan melalui orang ketiga , atau dikisahkan oleh orang ketiga. Atau sebagai
bahan tulisan minke sendiri dari wawancara wawancaranya.
6. Gaya bahasa
a. Majas simile
“Annilies telah berlayar. Kepergiannya laksana cangkokan muda direnggut
dari batang induk”
b. Majas metefora
“kami hanya semut-semut yang hendak membangunkan astana sejarah
baru”
c. Majas personifikasi
“Belakangan ini matahari bergerak begiru lambat, merangkaki angkasa
inci demi inci seperti keong”
d. Majas hiperbola
“Aku terdengar rintihan, keluh kesah, juga dentum dan gelegar jantungnya,
pancaran, dan sambaran pikirannya.”
D. Unsur Ekstrinsik
a. Latar belakang penulis
Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa Timur. Ayahnya
seorang kepala sekolah nasionalis namun pemabuk. Beliau adalah seorang
penulis Anshar yang menulis tentang jeripayah Indonesia untuk merdeka.
Beliau pernah menjadi anggota pasukan bersenjata. Iya juga pernah dipenjara
Belanda karena anti kolonial
b. Latar belakang masyarakat
Saat itu masyarakat masih sangat diantara mengagungkan bangsa kulit putih
atau membenci mereka . Saat itu abad ke-20 an juga masih ada sisa-sisa dari
pengaruh Indonesia tua yaitu dimana masih banyak orang yang menganggap
remeh masalah politik, sosial, dan masih suka melihat perempuan sebagai
kelas rendah.
c. Nilai-nilai kehidupan
 Sosial
“Tidak, Jean. Buat tuan kommer sendiri.siapa tahu, tuan kommer pada
suatu kali mempunyai waktu senggang untuk mengubahnya, sebagai
kenang kenangan pada persahabatan kita, dan pada hari ini.”
 Adat
“Ia nampak gugup mengetahui kepalanya telanjang tidak sopan menurut
adat Jawa. aku ambilkan dasternya  yang jatuh, diserahkan padanya. Ia
membungkuk bungkuk turun dari andong. berterima kasih merasah terlalu
besar mendapatkan perhatian dan kehormatan seperti itu”
 Pendidikan
“Maka kau harus belajar berendahati. Minke kau lulusan H.B.S ! sekolah
mu itu belum lagi apa-apa”
 Agama
“mama, Minke   Maafkan Aku, karena aku tak tahu apa agamanya
mevrouw yang sesungguhnya, sekalipun aku tahu ia kawin secara islam”
 Moral
“Sejak kecil ia diajarkan takut dan patuh pada orang tua”
d. Kelebihan dan kekurangan buku
 Kelebihan
pemaparan cerita runtut dari awal sampai akhir dan dapat
memperkenalkan lebih dalam pada sejarah Indonesia pada masa
kolonialisme Belanda
 Kekurangan
Tokoh yang diangkat oleh Pramoedya dalam rumahnya terlalu banyak,
sehingga terkadang jadi tidak fokus dalam pembuatan alur masing-
masing. Sehingga ada beberapa tokoh yang perannya samar, tidak jelas
keterkaitan antara satu dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai