Anda di halaman 1dari 27

Oleh : Joe Gehansen Garry/9C/15

Pendahuluan
 Cerpen merupakan suatu karya sastra yang diceritakan secara pendek.
Salah dua dari cerpen tersebut adalah cerpen yang berjudul “Alesia” dan
“Kucing Kiyoko”. Ada beberapa alasan mengapa saya memilih cerpen ini
sebagai bahan analisis saya.

 Alasannya adalah cerpen tersebut memiliki unsur cerita yang unik, berbau
mistis, dan ada unsur ketegangan.
Alesia
Sinopsis
 Cerpen “Alesia” menceritakan seorang gadis berumur sebelas tahun yang
tengah merawat ibunya yang sedang sakit keras. Gadis itu merasa sangat
sedih ketika dia tahu bahwa malaikat Tuhan akan menjemput ibunya yang
diduga akan segera meninggal. Malaikat tersebut datang. Karena itu Gadis
itu membunuh dirinya sendiri, tetapi malaikat tersebut menyembuhkan
ibunya.

 Dari sinopsis cerpen tersebut, dapat dilihat kelakuan orang yang terlalu
berimajinatif dan tidak sadar akan lingkungannya, dan ada juga fakta
bahwa bunuh diri adalah pekerjaan yang sia-sia.
Analisis Cerpen (Unsur Intrinsik)
 Penokohan
 Alesia (Tokoh Utama/Protagonis):
Tokoh Alesia adalah pemeran utama dari cerpen ini. Bisa dilihat dari jumlah
percakapan gadis ini yang paling banyak di antara tokoh-tokoh lainnya. Dia adalah tokoh yang
imajinatif, kurang berwawasan, dan tidak takut mati,
 “apa malaikat itu bisa dibunuh?”
 ” Dan ketika malaikat itu beberapa kali melihat ke arah jam dinding, saat itulah Alesia tiba-tiba
mengacungkan pisau dapur itu ke udara… Lantas ia menusukkannya, ke arah perutnya sendiri.”

 Ibu Alesia (Tokoh pembantu/Tritagonis):


Tokoh Ibu Alesia adalah tokoh pembantu dilihat dari banyaknya percakapan.
Ibu Alesia ini adalah tokoh yang lemah, pasrah, dan peduli terhadap anaknya
 “Kalau ibu pergi, Alesia, berjanjilah untuk tidak bersedih terlalu lama.”

 Ia dengar ibunya membisikkan kalimat itu di telinganya. Samar-samar ia


rasakan napas ibunya yang lemah, semakin lemah sejak beberapa hari terakhir
ini ibunya hanya bisa terbaring tanpa bisa melakukan apa-apa lagi.
 Malaikat (Tokoh Utama/Antagonis)
 Tokoh ini adalah tokoh yang menyebabkan konflik, serta tokoh yang
menyebabkan kematian anak itu. Tokoh ini adalah tokoh yang pintar, tertutup,
dan kurang peduli.
 “Meski begitu, sang malaikat bergeming, ”Ah, tapi ini bukan tugas saya.””

 “Sekarang cepatlah temui anakmu, sepertinya ada sedikit salah paham. Aku pamit
dulu. Ada banyak kabar lain yang harus kusampaikan.”
 Latar
 Latar Tempat:
 Di Rumah Alesia
 “Alesia pun mengintip dari ruang tengah.”

 Latar Waktu:
 Pada pagi hari
 “lalu ia pergi ke halaman belakang, sesaat memandangi langit biru. Begitu biru.”
 Latar Suasana:
 Sedih, kesepian
• ”Kalau ibu pergi, Alesia, berjanjilah untuk tidak bersedih terlalu lama.”
• “Apakah ini karena ibunya juga merasa kesepian? “
 Tema:
 Cerpen Alesia bertema tentang kemistikan. Malaikat yang muncul untuk
menyembuhkan ibunya dan setan-setan kecil di foto lukisan ayah Alesia
yang berpakaian menggambarkan setan yang sudah tidak pulang lagi.
 “Sang malaikat lantas masuk menembus pintu.”
 “ia melihat beberapa setan kecil yang sedang berkerumun di sebuah lukisan yang
terpajang di tembok bagian kiri.”
 “Lukisan itu menampakkan sesosok manusia yang berdiri memegang pedang dan
perisai, memakai topi bertanduk, dengan mata berwarna merah menyala.”
 Sudut Pandang
 Sudut Pandang Ketiga Serba Tahu
 Kita bisa mengetahui bahwa sudut pandangnya adalah Ketiga Serba Tahu karena
sang penulis mengetahui isi pikiran dan hati dari setiap tokoh.
 “Sang ibu nampak terkejut mendengar pertanyaan itu.”

 “Maka diam-diam ia pun menyiapkan sebuah rencana khusus.”


 Gaya Bahasa
 Majas Personifikasi
 Kita bisa melihat Majas Personifikasi dari kalimat yang menirukan benda mati
dengan benda hidup
 “udara menempel di gorden”

 Majas Hiperbola
 Kita bisa melihat Majas Hiperbola dari kalimat yang melebih-lebihkan
 “Sejak saat itu, terbalik sudah kehidupan Alesia, dari kebahagiaan minimalis,
menjadi kesunyian yang berlapis-lapis, kesunyian yang terus menyambar hatinya
siang dan malam.”
 Alur
 Alur Maju mundur
 Dapat dilihat bahwa alur pada cerpen ini adalah maju dan mengikuti peristiwa
kronologis dari awal sampai akhir, namun terdapat juga Flashback
 “dan suatu hari, harus pergi ke Finlandia untuk bekerja di sebuah pelabuhan dan
menetap sampai waktu yang tak diketahui. Sejak saat itu, terbalik sudah kehidupan
Alesia, dari kebahagiaan minimalis, menjadi kesunyian yang berlapis-lapis,
kesunyian yang terus menyambar hatinya siang dan malam.”
 “Ia dengar ibunya membisikkan kalimat itu di telinganya.”
 Amanat:
 Amanat yang bisa kita ambil dari cerpen Alesia adalah bahwa kita tidak
boleh terlal banyak berfantasi apalagi percaya sangat pada dongeng yang
tidak nyata. Sudah banyak kasus yang terlibat karena orang menyatukan
dunia nyata dengan dunia fantasi, sehingga kasus bunuh diri pun juga
banyak.

 “Dan ketika malaikat itu beberapa kali melihat ke arah jam dinding, saat itulah
Alesia tiba-tiba mengacungkan pisau dapur itu ke udara…Lantas ia
menusukkannya, ke arah perutnya sendiri. Sang malaikat menoleh pada gadis itu.
”Apa yang kamu lakukan?” Ia tetap menampakkan raut yang tenang melihat gadis
itu mulai terengah-engah dan darah membasahi pakaiannya. ”Se… Sekarang, kau
tak punya pilihan lain, bukan? Kau terpaksa harus mengambil nyawaku terlebih
dahulu sebelum bertemu ibuku.” Kata Alesia. Ia sudah tersungkur di lantai.”
Unsur Ekstrinsik
 Latar belakang Penulis:
 Sungging Raga lahir pada 25 April 1987 di Situbondo, Penulis tinggal di Desa Curah Jeru
Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo. Alumni SMA Negeri 1 Situbondo. Pernah merantau
ke Yogyakarta untuk kuliah di jurusan Matematika Universitas Gadjah Mada. Mulai tertarik
menulis cerita pendek setelah membaca karya-karya Bakdi Soemanto, Bre Redana, Hamsad
Rangkuti dan Seno Gumira. Cerpen-cerpennya telah dimuat di beberapa media cetak,
antologi dan blog pribadi http://www.surgakata.wordpress.com. Karya buku Sarelgaz
(Kumpulan cerpen), Simbiosa Alina. Terlihat bahwa gaya penulisannya dari cerpen ini adalah
Mistikisme, sementara kondisi psikologis penulis masih baik-baik saja.
 Nilai-nilai terkandung dalam cerpen
 Nilai religius
 Kita bisa melihat nilai religius dari tokoh malaikat, setan-setan kecil, dan ibu
Alesia yang memberitahukan Alesia tentang hal itu.
 “Semua itu menjadi seperti rutinitas, sampai siang ini, cerita ibunya tentang
malaikat dan kematian, membuatnya semakin gelisah.”
 Latar Belakang Masyarakat
 Ideologi Negara : Pancasila
 Kondisi Politik Negara : Pada Tahun 2014 saat cerpen dibuat,
Politik negara dinilai tak beretika
 Kondisi sosial : Penulis pasti sering mendengar orang-orang
membicarakan makhluk mistis, karena cerpen ini banyak mengangung
unsur mistis
Kucing Kiyoko
Sinopsis
 Cerpen “Kucing Kiyoko” merupakan cerpen yang menggambarkan bahwa
setiap makhluk memiliki arti. Mulai dari tokoh “aku” yang menemukan
seekor kucing milik Kiyoko yang ingin dibunuh untuk menjadi Shamisen
oleh pemilik kucing tersebut bernama Kiyoko. “Aku”, yang menyukai
Kiyoko dan juga berpikir Kiyoko juga mencintai dia, terkejut saat dia telah
memakan sukiyaki yang terbuat dari kucing tersebut dan kulitnya dibuat
menjadi Shamisen.

 Dari sinopsis tersebut dapat dilihat bahwa kucing juga memiliki makna
hidup dan untuk menjadi teman bagi manusia. Bukan untuk disiksa dan
dibunuh tanpa arti.
Analisis
 Penokohan
(unsur Intrinsik)
 Aku (Tokoh Utama/Protagonis)
 Tokoh “Aku” merupakan tokoh utama cerita ini. Dapat dilihat dari jumlah percakapannya
yang paling banyak, dan yang menemukan kucing tersebut. Dia adalah tokoh yang murah
hati, lemah lembut, dan tangguh
 “Meski sesungguhnya tak menyukai kucing, aku tidak tega membiarkannya kedinginan di
luar.”
 “Setelah memastikan tidak ada yang terlewatkan, aku kembali berjuang menembus badai
hujan demi mencapai flatku.”
 Kiyoko (Tokoh Utama / Antagonis)
 Tokoh Kiyoko merupakan tokoh antagonis, yang sudah mencoba untuk membunuh
kucingnya Takeshi sementara tokoh “Aku” melindunginya. Dia adalah tokoh yang kejam
dan penyembunyi.
 ”Apalah arti seekor kucing…,”
 “Ketika kutanyakan apa rahasia bumbu masakan itu dan bagaimana caranya ia bisa membuat
sayuran dan daging dalam sukiyaki itu lebih menyegarkan, ia tak mau mengaku. Menurutnya
itu adalah sesuatu yang harus dia rahasiakan. ”Jika kuberi tahu, nanti masakanku tidak akan
menjadi spesial lagi.””
 Takeshi (Tokoh Utama/Tritagonis)
 Tokoh Takeshi merupakan tokoh yang membuat pertemuan antara Kiyoko dan
tokoh “Aku”, serta yang menjadi bagian terbesar mengapa tokoh “Aku” menyukai
Kiyoko. Takeshi adalah kucing yang pandai dan tidak berdaya.
 “Takeshi adalah bagian terbesar dari dirinya yang kucintai.”

 “Usaha itu gagal karena Takeshi berhasil lepas dan terdampar di tempatku.”

 Nguyen (Tokoh Pembantu/Tritagonis)


 Tokoh Apoteker adalah tokoh pembantu yang membantu tokoh “Aku”
menyembuhkan Takeshi. Dia adalah tokoh yang cerdik dan penolong.
 “Nguyen, mahasiswa farmasi asal Vietnam yang nyambi bekerja di apotek tersebut
menyarankan aku untuk mengoleskan salep chloramphenicol pada luka si kucing.”
 Latar
 Latar Tempat: flat tokoh “Aku”, tempat kediaman Kiyoko, apotek, minimarket
 “Aku bergegas membayar, lantas menuju ke minimarket, sekitar lima puluh meter dari
apotek.”
 “Aku bergegas memakai jas hujan, meninggalkan kucing itu sebentar demi mendapatkan
obat yang pantas untuk luka yang mengerikan itu dari apotek seberang jalan.”
 “Setelah memastikan tidak ada yang terlewatkan, aku kembali berjuang menembus badai
hujan demi mencapai flatku.”
 “dia berpamitan dan menawarkan aku untuk berkunjung ke flatnya,”
 Latar Waktu: Pagi hari, Malam Hari
 “Pagi-pagi sekali, aku dikejutkan oleh kemunculan seekor kucing belang tiga di depan
pintu flatku.”
 ” Kiyoko datang pada suatu malam, menanyakan padaku apakah ada seekor kucing
belang tiga gemuk yang nyasar masuk ke dalam flatku.”
 Latar Suasana: ngeri
 “Aku kemudian membayangkan apa yang sudah kami makan dalam sukiyaki tadi. Jangan-
jangan itu daging Takeshi.”
 Tema:
 Kepedulian
 Dapat dilihat temanya dari perilaku tokoh “Aku” yang mempedulikan Takeshi,
tetapi Sebaliknya, Kiyoko malah tidak peduli dengan Takeshi, bahkan membuat
Takeshi menjadi Sashimen dan Sukiyaki yang dimakan oleh tokoh “Aku”
 “Meski sesungguhnya tak menyukai kucing, aku tidak tega membiarkannya
kedinginan di luar.
 ”Apalah arti seekor kucing…,”
 Sudut Pandang
 Sudut Pandang orang pertama
 Kita bisa melihat Sudut pandang adalah orang pertama dari kata ganti “Aku” yang
menamakan tokoh utama pada cerita tersebut, yang membuat seolah-olah sang
pengaranglah yang mengalami kejadian dalam cerpen tersebut.
 “Pagi-pagi sekali, aku dikejutkan oleh kemunculan seekor kucing belang tiga di
depan pintu flatku.”
 ” Meski sesungguhnya tak menyukai kucing, aku tidak tega membiarkannya
kedinginan di luar.”
 Gaya Bahasa
 Majas Personifikasi
 Kita bisa melihat Majas Personifikasi dari kalimat yang menirukan benda mati
dengan benda hidup
 “Tanpa kusadari, kedua mataku basah membayangkan nasib Takeshi.”

 Majas Hiperbola
 Kita bisa melihat Majas hiperbola dari kalimat yang melebih-lebihkan, secepat-
cepatnya orang bereaksi, tidak mungkin orang langsung membalas dalam sedetik.
 “Sebagaimana yang kukira sebelumnya, tanpa penolakan, ia menerimaku sebagai
kekasihnya sedetik setelah pernyataan keseriusanku.”
 Alur
 Alur Maju
 Dapat dilihat alur dalam cerita ini maju karena cerita ini terus maju ke masa
depan dan mengikuti kronologis,. Tidak ada Flashback atau semacamnya.
 “Pagi-pagi sekali, aku dikejutkan oleh kemunculan seekor kucing belang tiga di
depan pintu flatku.”
 ” Kuabaikan dia, langsung bergegas ke kamar mandi dan muntah di sana. Aku
berpamitan tanpa memperhatikan reaksinya. Setibaku di flat, aku tidak bisa
melakukan hal lain kecuali memikirkan untuk membatalkan hubungan kami karena
bagaimanapun, Takeshi adalah bagian terbesar dari dirinya yang kucintai. Tanpa
kusadari, kedua mataku basah membayangkan nasib Takeshi.”
 Amanat
 Amanat yang dapat diambil adalah bahwa kita harus menghargai
makhluk hidup. Makhluk hidup tidak boleh disiksa dan dibunuh jika
digunakan untuk keinginan diri sendiri yang serakah. Hewan peliharaan
seperti kucing adalah sebagai teman bagi manusia, bukan alat yang bisa
kita pergunkana seenaknya.
 ”Apalah arti seekor kucing…,” ungkapnya enteng.
 “Setibaku di flat, aku tidak bisa melakukan hal lain kecuali memikirkan untuk
membatalkan hubungan kami karena bagaimanapun, Takeshi adalah bagian
terbesar dari dirinya yang kucintai.”
Unsur Ekstrinsik
 Latar Belakang penulis
 Nama : Rama Dira
 Tanggal Lahir : 4 Februari 1980
 Tempat Lahir : Tarakan
 Aliran : Realis
 Kondisi Psikologis : Normal
 Nilai-nilai yang Terkandung
 Nilai Budaya
 Dapat dilihat budaya orang yang berbeda-beda, ada yang memakan kucing, ada yang
tidak.
 Latar Belakang Masyarakat
 Ideologi Negara : Pancasila
 Kondisi Politik Negara : Politik negara normal
 Kondisi sosial : Penulis sering mendengar kebudayaan Jepang.
Perbandingan Cerpen
No. Analisis (unsur Intrinsik) Alesia Kucing Kiyoko

1 Tokoh Alesia (Tokoh Utama/Protagonis), Ibu “Aku”(Tokoh Utama/Protagonis),


Alesia (Tokoh Pembantu/Tritagonis), Kiyoko(Tokoh Utama/ Antagonis), Takeshi
Malaikat (Tokoh Utama/Antagonis) (Tokoh Utama/Tritagonis), Nguyen (Tokoh
Pembantu/Tritagonis)
2 Latar Latar Tempat : Rumah Alesia Latar Tempat : flat “Aku”, flat Kiyoko,
Latar Waktu : Pagi Hari minimarket, tenah jalan
Latar Suasana : Sepi sunyi, gelisah Latar Waktu: Pagi Hari, Malam Hari
Latar Suasana : ngeri
3 Tema Kemistikan Kepedulian

4 Sudut Pandang Sudut pandang Ketiga Serba Tahu Sudut pandang orang pertama

5 Gaya Bahasa Majas Personifikasi Majas Personifikasi


Majas Hiperbola Majas Hiperbola

6 Alur Maju mundur Maju

7 Amanat Bedakan Dunia Fantasi dengan Dunia Kita harus bisa memaknai makhluk hidup!
Nyata!
Kesimpulan
 Setelah proses penganalisaan dari kedua cerpen tersebut, ada beberapa perbandingan yang
dapat kita tunjukkan. Ada perbedaan dan juga persamaan di antara kedua cerpen tersebut.

 Jika di cerpen Alesia sang tokoh sedang berkeluarga dengan gelisah, di cerpen Kucing Kiyoko
tokoh-tokohnya jauh dari keluarganya yang berkecukupan. Jika di cerpen alesia mempunyai
rumah, di cerpen Kucing Kiyoko sang tokoh membeli Flat untuk mendiami. Walaupun begitu
kedua cerpen tersebut mengangdung 2 majas yang sama yaitu majas personifikasi dan majas
hiperbola.

 Kedua cerpen tersebut cukup menantang, karena detil-detil yang cukup banyak. Namun, kedua
cerpen tersebut menarik karena ceritanya yang tidak terduga dan tidak tertebak. Ending dari
kedua cerpen tersebut sama-sama membuat pembaca heran.

Anda mungkin juga menyukai