Kelompok 8
Alvan Alfiansyah/01
Angga Gymnastiar/04
Fadli Khalil/12
Novita Dwi Rahmadhani/24
2018
A. Sinopsis Cerpen
"Piutang-Piutang Menjelang Ajal" merupakan cerpen yang menjelaskan Chaerul yang
mempunyai utang yang sangat banyak kepada Om Sur,pada suatu hari Om Sur jatuh dari kamar
mandi akibat stroke yang dideritanya.kemudian para keluarga menjenguk Om Sur di Rumah
Sakit,seketika mulut Om Sur bergerak seperti mau bicara, tapi tidak keluar suara,Chaerul
terdiam. Seketika ia jengah. Perasaannya terlalu kacau untuk mengambil sikap dalam
menanggapi kejadian ini bersyukur ataukah berduka.Chaerul merasa tidak enak karena telah
banyak meminjam uang dari Om Sur untuk membuka usaha namun gagal, Chaerul pun tak
berani berhubungan dengan bank untuk mendapatkan modal usaha,karena itu Chaerul
meminjam uang ke Om Sur. Chaerul merasa tidak enak karena belum membayar seluruh utang-
utang nya sedangkan Om Sur membutuhkan uang untuk membayar tagihan rumah
sakit.Akhirnya Chaerul menjual rumah nya untuk membayar utang,setelah keadaan Om Sur
membaik ia memanggil nama Chaerul berkali-kali,lalu Chaerul langsung menemui Om Sur
setelah berbicara dengan Om Sur,Chaerul tergolek lemah di lantai dengan mulutnya berubah
bentuk.Ternyata yang dibicarakan Chaerul dan Om Sur adalah,Om Sur menganggap seluruh
Hutang Chaerul lunas.
B. Struktur Cerpen
Seperti teks yang lainnya cerpen juga memiliki struktur teks. Struktur dalam sebuah
cerpen adalah abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Cerpen “PIUTANG-
PIUTANG MENJELANG AJAL” memiliki struktur yang sama dengan cerpen lainnya. Pada
bagian ini penulis akan berusaha menjabarkan struktur dalam cerpen “PIUTANG-PIUTANG
MENJELANG AJAL”.
Abstrak
Chaerul seketika terjaga dari tidurnya yang tak nyenyak, dan spontan melihat ke
arah jam dinding yang jarum pendeknya menunjuk angka tiga.
Orientasi
No Tempat Pembuktian
1 Ruang tunggu ICU Dari Bandara Soekarno Hatta ia langsung ke
rumah sakit Pondok Indah, bergabung dengan
keluarga besar Om Sur yang sudah
berkumpul di ruang tunggu ICU.
2 Jakarta Selatan Dengan modal dari Om Sur itu Chaerul
menyewa sebuah ruko di salah satu kawasan
niaga di Jakarta Selatan untuk membuka
kantor baru.
3 Lantai Almahrum Om Sur, atau Chaerul, yang
tergolek lemah di lantai dengan mulutnya
berubah bentuk.
4 Lingkungan perkantoran Bertempat di lingkungan perkantoran, kafe
ini langsung kebanjiran pengunjung.
No Suasana Pembuktian
1 Takut Chaerul serasa mendengar petir
menggelegar di telinganya, yang
sekonyong-konyong memanaskan ruangan
yang begitu dingin.
Chaerul justru sedang merangkak memulia
usaha baru. Tak berani berhubungan
dengan bank untuk mendapatkan modal
usaha, Chaerul menemui Om Sur untuk
meminta bantuan.
No Waktu Pembuktian
1 Jam 2 lewat 15 menit pada “Kata perawat, jam dua seperempat dini hari
siang hari tadi Om Sur membuka mata. Siuman.
Mulutnya bergerak seperti mau bicara, tapi
tidak keluar suara.”
2 Tiga bulan yang lalu Ialah kekacauan yang sebetulnya sudah
dirasakannya sejak tiga bulan lalu, saat ia
menerima kabar dari Jakarta perihal
dirawatnya Om Sur di rumah sakit setelah
terjatuh di kamar mandi akibat stroke yang
menderanya
3 Sekarang “Sekarang aku minta kasihkan sisa uang kamu
ke aku! Kali ini aku yang buka usaha! Kamu
diam di rumah!”
Komplikasi
"Piutang-Piutang Menjelang Ajal" merupakan cerpen yang menjelaskan Chaerul
yang mempunyai utang yang sangat banyak kepada Om Sur,pada suatu hari Om Sur
jatuh dari kamar mandi akibat stroke yang dideritanya.kemudian para keluarga
menjenguk Om Sur di Rumah Sakit,seketika mulut Om Sur bergerak seperti mau
bicara, tapi tidak keluar suara,Chaerul terdiam. Seketika ia jengah. Perasaannya
terlalu kacau untuk mengambil sikap dalam menanggapi kejadian ini bersyukur
ataukah berduka.Chaerul merasa tidak enak karena telah banyak meminjam uang
dari Om Sur untuk membuka usaha namun gagal, Chaerul pun tak berani
berhubungan dengan bank untuk mendapatkan modal usaha,karena itu Chaerul
meminjam uang ke Om Sur. Chaerul merasa tidak enak karena belum membayar
seluruh utang-utang nya sedangkan Om Sur membutuhkan uang untuk membayar
tagihan rumah sakit.Akhirnya Chaerul menjual rumah nya untuk membayar
utang,setelah keadaan Om Sur membaik ia memanggil nama Chaerul berkali-
kali,lalu Chaerul langsung menemui Om Sur setelah berbicara dengan Om
Sur,Chaerul tergolek lemah di lantai dengan mulutnya berubah bentuk.Ternyata
yang dibicarakan Chaerul dan Om Sur adalah,Om Sur menganggap seluruh Hutang
Chaerul lunas.
Evaluasi
Chaerul antara merasa panik dan kasihan,dengan kondisi ia masih berhutang
kepada Om Sur sedangkan Om Sur jatuh sakit. Pada saat Chaerul bertanya kepada
Arifin anak dari Om Sur,Chaerul tambah merasa seperti terdakwa karena akhir akhir
ini usaha batu Om Sur miss-management, sudah beralih kepemilikan ke orang lain.
Pabrik metanolnya sudah hampir enam bulan berhenti beroperasi karena bahan
bakunya sudah habis. Sahamnya di garmen juga bisa dibilang sudah enggak ada
nilainya karena pabriknya collapse setelah hampir setahun vakum gara-gara demo
buruh yang tidak habis-habis.
Resolusi
Chaerul pun menjual rumahnya dan membayar seluruh hutang-hutang
nya,setelah Om Sur bisa berbicara akhirnya Chaerul menemui Om Sur dan Om Sur
mengatakan bahwa hutang-hutang Chaerul sudah ia ikhlaskan karena kaget kedua
nya pun tergolek lemah di lantai dengan mulutnya yang berubah bentuk.
Koda
Jika kita sudah berbuat kebaikan untuk orang lain dengan memberi,
sebaiknya kita tidak mengharapkan imbalan sedikitpun.
Harus peduli terhadap sesama dengan membantu sesame yang sedang
kesusahan.
Bertanggung jawab dalam perkara kecil seperti membayar utang kepada
orang.
Selalu berpikiran positif, jangan berikiran negatif kepada orang yang kita
benci.
C. Unsur Intrinsik
Tema
Kebaikan sampai ajal menjemput
2 Istri Chaerul pekerja keras “Sekarang aku minta kasihkan sisa uang
kamu ke aku! Kali ini aku yang buka
usaha! Kamu diam di rumah!” Giliran istri
Chaerul yang membuka usaha yang sudah
lama diimpikannya, dan sangat sesuai
dengan pendidikan dan keahliannya, yaitu
klinik perawatan gigi. Usaha ini
berkembang lumayan bagus, dan untuk
sementara kehidupan rumah-tangga
Chaerul bisa terselamatkan.
mudah Namun istri Chaerul tak pernah merasa
khawatir tenang, sebab bagaimanapun CHaerul
masih memiliki banyak utang pada Om
Sur, yang total jumlahnya mencapai
hampir semiliar.
3 Om Sur pantang Di luar dugaan, kondisi Om Sur semakin
menyerah membaik. Tatapan matanya bersinar lagi
dan bahkan mulutnya yang suka bergerak-
gerak mulai mengeluarkan suara. Suara
itu berangsur makin jelas dan para
pembezuk bisa menangkap yang beliau
ucapkan: “Chaerul… Chaerul…
Chaerul….”
baik hati,dan “Om ingin… menganggap lunas seua
pemaaf utangmu…. Dengan nama Allah, Om
bersumpah… taka da lagi… utang-piutang
di antara kita…. Lailaha ilalaah….”
4 Arifin(Anak peduli “Aku khawatir Papa terlalu banyak
Om Sur) memendam perasaan,” jawab Arifin lirih.
selalu Pada saat Arifin keluar dari ruang ICU
bersedih dengan wajah beku, serentaklah mereka
berdiri dan tertib mengantre untuk
menyalami putra Om Sur ini,
mengungkapkan simpati dan keprihatinan.
Siratan wajah duka berubah jadi duka
mendalam. Air mata yang menetes
berubah jadi bercucuran. Isak-isak
tertahan berubah jadi raungan tangis. Dan
Arifin menanggapinya dengan wajah
dingin, nyaris tanpa perubahan ekspresi.
berkorban “Tinggal Bang Chaerul yang belum.
untuk Pembayaran utang Abang benar-benar
ayahnya ditunggu karena kami mulai
kekurangan dana untuk menutup biara
rumah-sakit.”
Dan Arifin langsung pula
mentransfernya ke rumah sakit untuk
menutup semua tagihan. Semua pihak
merasa lega, dan berharap OmSur
menjadi lebih tenang di masa akhir
hayatnya.
5 Bang Amri bertanggung “Bang Ari kemarin memngembalikan tiga
jawab lukiasan Papa yang selama ini dipajang di
dengan rumahnya.
utangnya
No Tempat Pembuktian
1 Ruang tunggu ICU Dari Bandara Soekarno Hatta ia langsung ke rumah
sakit Pondok Indah, bergabung dengan keluarga besar
Om Sur yang sudah berkumpul di ruang tunggu ICU.
No Suasana Pembuktian
1 Takut Chaerul serasa mendengar petir menggelegar di telinganya, yang
sekonyong-konyong memanaskan ruangan yang begitu dingin.
Chaerul justru sedang merangkak memulia usaha baru. Tak
berani berhubungan dengan bank untuk mendapatkan modal
usaha, Chaerul menemui Om Sur untuk meminta bantuan.
No Waktu Pembuktian
1 Jam 2 lewat 15 menit pada “Kata perawat, jam dua seperempat dini hari tadi Om
siang hari Sur membuka mata. Siuman. Mulutnya bergerak seperti
mau bicara, tapi tidak keluar suara.”
2 Tiga bulan yang lalu Ialah kekacauan yang sebetulnya sudah dirasakannya
sejak tiga bulan lalu, saat ia menerima kabar dari
Jakarta perihal dirawatnya Om Sur di rumah sakit
setelah terjatuh di kamar mandi akibat stroke yang
menderanya
3 Sekarang “Sekarang aku minta kasihkan sisa uang kamu ke aku!
Kali ini aku yang buka usaha! Kamu diam di rumah!”
Sudut Pandang
Amanat
Jika kita sudah berbuat kebaikan untuk orang lain dengan memberi, sebaiknya
kita tidak mengharapkan imbalan sedikitpun.
Harus peduli terhadap sesama dengan membantu sesame yang sedang
kesusahan.
Bertanggung jawab dalam perkara kecil seperti membayar utang kepada orang.
Selalu berpikiran positif, jangan berikiran negatif kepada orang yang kita
benci.
Gaya Penceritaan
No Kalimat Ir Smi Met Sines Meto Lit Hip Per
1 Chaerul pulang ke
Lampung dalam
kondisi lemah-
lunglai. Setelah lebih
dari empat jam
berdiskusi dengan
istrinya dalam
suasana yang sangat
panas dan keras, ada
akhirnya mereka
sepakat menjual
rumah mereka yang
besar dan berlantai
dua berikut tanah
seluas dua ribu meter
untuk membeli rumah
yang jauh lebih kecil.
2
Ket :
1. Ir : Ironi
2. Smi : Simile
3. Met : Metafora
4. Sin : Sinestesia
5. Meto : Metonimi
6. Lit : Litotes
7. Hip : Hiperbola
8. Per : Personifikasi
Lampiran
Chaerul seketika terjaga dari tidurnya yang tak nyenyak, dan spontan
melihat ke arah jam dinding yang jarum pendeknya menunjuk angka
tiga. ”Berita apa?”
”Om Sur….” Istrinya tak kuasa melanjutkan ucapannya.
”Innalilaahi….”
”Ssst! Bukan meninggal…!”
”Lho..???”
”Kata perawat, jam dua seperempat dini hari tadi Om Sur membuka
mata. Siuman. Mulutnya bergerak seperti mau bicara, tapi tidak keluar
suara.”
Chaerul terdiam. Seketika ia jengah. Perasaannya terlalu kacau untuk
mengambil sikap dalam menanggapi kejadian ini: bersyukur ataukah
berduka. Ialah kekacauan yang sebetulnya sudah dirasakannya sejak
tiga bulan lalu, saat ia menerima kabar dari Jakarta perihal dirawatnya
Om Sur di rumah-sakit setelah terjatuh di kamar-mandi akibat stroke
yang menderanya. Waktu itu ia buru-buru ke bandara untuk mengejar
penerbangan terakhir ke Jakarta. Dari bandara Soekarno-Hatta ia
langsung ke rumah-sakit Pondok Indah, bergabung dengan keluarga
besar Om Sur yang sudah berkumpul di ruang-tunggu ICU. Semua
wajah menyiratkan duka. Tak sedikit yang matanya basah.
Pada saat Arifin keluar dari ruang ICU dengan wajah beku,
serentaklah mereka berdiri dan tertib mengantre untuk menyalami
putra Om Sur ini, mengungkapkan simpati dan keprihatinan. Siratan
wajah duka berubah jadi duka mendalam. Air mata yang menetes
berubah jadi bercucuran. Isak-isak tertahan berubah jadi raungan
tangis. Dan Arifin menanggapinya dengan wajah dingin, nyaris tanpa
perubahan ekspresi.
Chaerul sendiri mendapat giliran terakhir menyalami Arifin, dan
Chaerul melihat wajah adik sepupunya ini sedikit berubah. Arifin lalu
mengajak Chaerul menjauhi keramaian untuk bicara empat mata.
”Apa kata dokter, Rif?” tanya Chaerul.
”Aku khawatir Papa terlalu banyak memendam perasaan,” jawab
Arifin lirih.
”Memang ada persoalan apa?”
”Tak banyak yang tahu kalau Papa sebetulnya sudah tidak punya apa-
apa. Usaha batu-baranya miss-management, sudah beralih
kepemilikan ke orang lain. Pabrik metanolnya sudah hampir enam
bulan berhenti beroperasi karena bahan bakunya sudah habis.
Sahamnya di garmen juga bisa dibilang sudah enggak ada nilainya
karena pabriknya collapse setelah hampir setahun vakum gara-gara
demo buruh yang enggak habis-habis.”
Arifin sejenak berhenti bicara, lurus-lurus menatap Chaerul dan
berbisik dengan suara sangat dalam. ”Sebulan terakhir ini Papa
beberapa kali bicara soal piutang-piutangnya.”
Chaerul serasa mendengar petir menggelegar di telinganya, yang
sekonyong-konyong memanaskan ruangan yang begitu dingin. Ia
langsung merasa dirinya bagaikan seorang terdakwa.