Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang proses mengapa dan
bagaimana suatu peristiwa alam, ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan lainnya
bisa terjadi. Suatu peristiwa baik peristiwa alam maupun sosial yang terjadi
disekitar kita, selalu mempunyai hubungan sebab akibat dan proses. Teks
eksplanasi memiliki tujuan menjelaskan fenomena yang terjadi dan mejelaskan
sebab akibat suatu peristiwa.
2.2 Menyusun bagian-bagian dan menyajikan Teks Eksplanasi
Langkah-langkah menyusun teks eksplanasi secara tertulis sama dengan
langkah-langkah menulis karangan pada umumnya, hanya saja isinya yang
berbeda. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menentukan Tema Tulisan
Tahap pertama dalam menulis karangan adalah menentukan tema
atau topik. Tahap ini berguna agar tulisan yang nanti akan kita tulis tidak
melebar dan penulisannya tidak berulang. Tema yang dapat digunakan
untuk menulis teks eksplanasi misalnya peristiwa alam seperti banjir,
proses terjadinya hujan, tsunami, gempa bumi, pelangi, dan lain-lain.
Sementara itu, alternatif tema yang dapat digunakan untuk menulis teks
eksplanasi adalah peristiwa sosial seperti narkoba, kenakalan remaja,
tawuran pelajar, dan lain-lain.
2. Mengumpulkan Bahan Tulisan
Tahap ini mengharuskan peserta didik mencari bahan/data/informasi
berkaitan dengan apa yang akan mereka tulis. Bahan/data/informasi awal
ini bisa didapat dengan membaca buku-buku, majalah, koran, ataupun
artikel yang berkaitan dengan peristiwa alam atau sosial, wawancara
dengan ahli, melihat video serta gambar tentang peristiwa alam dan sosial
atau pengamatan langsung terhadap objek jika memungkinkan.
3. Membuat Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan berfungsi untuk menjaga sebuah tulisan agar
sesuai dengan apa yang direncanakan. Pada tahap ini, yang harus dilakukan
adalah merinci poin-poin penting apa saja yang akan ditulis dan
dikembangkan sesuai dengan tema. Poin-poin tersebut nantinya akan
digunakan sebagai acuan untuk membuat sebuah tulisan sehingga harus
sesuai dengan struktur teks eksplanasi. Misalnya, pada bagian pernyataan
umum dibuat poin mengenai pengertian banjir, kemudian pada bagian
deretan penjelas dibuat poin penyebab banjir adalah illegal loging,
membuang sampah sembarangan, got yang tidak cukup menampung air
dan sebagainya. Lalu pada bagian interpretasi dibuat poin penangulangan
banjir.
4. Mengembangkan Tulisan
Setelah kerangka karangan dibuat, langkah berikutnya adalah
mengembangakan kerangka menjadi sebuah tulisan (teks eksplanasi).
Tahap ini memerlukan kecermatan dalam tanda baca (EYD) dan kepaduan
kalimat.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah menyusun teks eksplanasi secara tertulis adalah sebagai
berikut.
1. Menentukan tema dari teks eksplanasi yang akan dibuat
2. Mengumpulkan bahan tentang tema yang akan ditulis
3. Membuat kerangka tulisan
Mengembangkan kerangka menjadi sebuah tulisan dengan cara: (1)
membuat penjelasan umum tentang peristiwa atau sesuatu; (2) membuat
paragraf tentang bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi; dan (3)
membuat paragraf kesimpulan
 Menyajikan Teks Eksplanasi
Demonstrasi Massa

Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap


waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah
menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita.
Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan
bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor
laparnya masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan
Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi
maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.
Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para
mahasiswa. Mereka memprotes dan meminta sang bupati mencabut
kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak
merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa
demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk
memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaran yang
terjadi di hadapannya.
Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar;
sang bupati atau pihak mahasiswa ataupun komponen-komponen
masyarakat lainnya? Barangkali logika sang bupati dikaitkan
dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya.
Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan ngamuk: menangis dan
meronta-ronta. Namun, apabila logika sang bupati dibawa pada
konteks yang lebih luas, jelaslah tidak relevan, misalnya
membandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei
yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat Indonesia yang
gampangan.
Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan
perut, bahkan banyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh
motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham
Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang
paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang
paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru
lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat
berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah
ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka diakui.
Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan,
kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan
cara berdemonstrasi.
Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa
pada awalawal reformasi di negeri ini pada tahun 1997–1998, bukan
dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal
itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal
ini adalah mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi kalau
merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam
beragam skala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi
bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah
tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka
pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur.
Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa
terbaru di Korea Utara. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya
sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum
hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim
Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan
kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik
di negerinya. Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang
terjadi kemudian hampir seluruh warganya menunduk hidmat,
mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.
Demikian pula jika kita melihat kembali kondisi masyarakat
di negara tersebut. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan
di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang
melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh
lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat
kota, yang secara umum mereka lebih makmur.
Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan
bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi.
Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan
berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-
haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran
dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes
dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila faktor-faktor itu
tidak ada di dalam diri mereka, apa pun yang terjadi di sekitarnya,
mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggutmanggut dan
berkata “ya” pada apa pun tindakan dari pimpinannya meskipun
menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.
(Sumber: Kosasih)

2.3 Menemukan gagasan umum dan fakta penting dalam Teks Eksplanasi
Gagasan umum teks eksplanasi adalah ide-ide atau gagasan-gagasan yang
menjadi topik yang dibahas dalam teks eksplanasi.
Gagasan utama dapat dilihat pada jenis paragrafnya, yaitu:
1. Paragraf deduktif
Pada paragraf deduktif, gagasan utama diwakilkan pada sebuah kalimat utama
yang terletak di awal paragraf
2. Paragraf induktif
Pada paragraf induktif, gagasan utama diwakilkan pada sebuah kalimat utama
yang terletak di akhir paragraf
3. Paragraf campuran
Pada paragraf campuran, gagasan utama diwakilkan pada sebuah kalimat
utama yang letaknya bisa di awal dan di akhir paragraf.
Fakta adalah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data
keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Catatan atas
pengumpulan fakta disebut data
 Contoh gagasan umum pada Teks Eksplanasi :
“Dampak merebaknya penyebaran virus sindrom pernapasan akut parah
(Severe Acute Respiratory Sindrome/SARS) dari negeri Jiran, Singapura,
mulai mengancam bisnis perhotelan di Batam. Jumlah tamu, baik dari luar
negeri maupun dalam negeri merosot hingga tingkat hunian hotel di Batam
berkurang hingga sepuluh persen. Demikian kata Public Relation Manager
Goodway Hotel Puri Garden, Budi Purnomo dan kata pengusaha Novotel
Hotel, Anas, ketika dihubungi Kompas di Batam.”
Pada teks diatas, gagasan umum teks tersebut adalah tentang “dampak
penyebaran virus SARS terhadap bisnis perhotelan”. Teks tersebut
menjelaskan dampak penyebaran virus terhadap kondisi perhotelan, yakni
berupa merosotnya tingkat hunian hotel yang ada Batam. Teks itu pun
tergolong ke dalam jenis eksplanasi, yakni teks yang memaparkan proses
terjadinya suatu fenomena atau kejadian dengan sejelas-jelasnya. Di dalam teks
tersebut juga terkandung sebuah gagasan umum (ide pokok), yakni dampaknya
penyebaran virus SARS. Gagasan umum tersebut terdapat pada bagian awal
paragraf. Oleh karena itu, cuplikan teks tersebut dapat pula digolongkan ke
dalam jenis paragraf deduktif.
 Contoh fakta penting dalam Teks Eksplanasi :
Gempa Bumi
“Gempa bumi merupakan getaran atau goncangan yang terjadi karena
pergeseran atau pergerakan lapisan batu bumi yang berasal dari dasar
permukaan bumi. Peristiwa alam ini sering terjadi di daerah yang berada dekat
gunung berapi atau gunung yang masih aktif dan di daerah yang dikelilingi
lautan yang sangat luas.
Gempa bumi terjadi karena pergesaran atau gerakan lapisan dasar bumi dan
letusan gunung berapi yang sangat dahsyat. Selain itu, gempa bumi terjadi
begitu cepat dengan dampak yang sangat besar bagi lingkungan sekitarnya.
Getaran gempa bumi yang sangat besar dan merambat ke segala arah sehingga
dapat meratakan bangunan dan menimbulkan korban jiwa. Berdasarkan
penyebab terjadinya, gempa bumi dapat digolongkkan menjadi dua jenis, yaitu
gempa vulkanik dan gempa tektonik. Gempa tektonik terjadi karena lapisan
kerak bumi menjadi lunak sehinggal mengalami pergeseran atau pergerakan.
Teori “Tektonik Plate” menjelaskan bahwa bumi kita ini terdiri dari beberapa
lapisan buatan. Sebagian besar daerah lapisan kerak ini akan hanyut dan
mengapung dilapisan, seperti halnya salju. Lapisan ini bergerak sangat lambat
sehingga terpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lain. Itulah yang
menyebabkan mengapa gempa bumi dapat terjadi. Sementara itu, gempa bumi
vulkanik terjadi dikarenakan adanya letusan gunung berapi yang sangat besar.
Gempa vulkanik ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan gempa tektonik.
Gempa dapat terjadi kapan saja tanpa mengenal musim. Meskipun
demikian, konsentrasi gempa cenderung terjadi ditempat-tempat tertentu saja,
seperti pada perbatasan plat Pacifik. Tempat ini dikenal dengan lingkaran api
karena banyak terdapat gunung berapi.”
Pada teks diatas, terdapat fakta penting, salah satunya “Gempa bumi terjadi
karena pergesaran atau gerakan lapisan dasar bumi dan letusan gunung berapi
yang sangat dahsyat.” Karena, gempa bumi memang terjadi karena pergeseran
lapisan dasar bumi ataupun gunung meletus yang merupakan sebuah fakta.

Anda mungkin juga menyukai