Anda di halaman 1dari 6

Titik Balik Seorang Hamba

Identitas Buku

Judul Novel : Hijrah Itu Cinta (Pantaskah Seorang


Pendosa Mendapatkan Jodoh Terbaik?)
Pengarang : Abay Adhitya
Penerbit : Penerbit Bunyan (PT Bentang Pustaka)
Tahun Terbit : 2018
Tempat Terbit : Yogyakarta
Tebal : 276 halaman

Image 1 Kover Buku Novel Hijrah Itu Cinta

Pendahuluan

Novel Hijrah Itu Cinta merupakan novel karangan seorang content creator,
songwriter, dan penulis kelahiran Cianjur dan kini menetap di Bandung bernama Abay
Adhitya atau biasa dipanggil Kang Abay. Sebagai content cretor, Kang Abay adalah
penggagas project #CintaPositif dan #Singlelillah yang populer di Youtube dan media
sosial dengan viewers lebih dari 7 juta.
Novel Hijrah Itu Cinta merupakan novel kedua setelah novel pertamanya berjudul
Cinta Dalam Ikhlas terbitan Bunyan (Bentang Pustaka) pada 2017 yang berhasil menjadi
best seller di Indonesia. Novel yang bergenre islamic romance ini tidak jauh dari kisah
hijrah dan cinta. Hijrah itu bergerak. Bergerak meninggalkan kondisi atau perbuatan yang
Allah tak suka, lalu bergerak menuju kondisi atau perbuatan yang Allah cinta. Tiap
tahapan dan proses hijrah yang dialami beberapa tokoh utama dalam novel ini
memberikan inspirasi dan motivasi tersendiri bagi pembacanya.

Unsur Ekstrinsik yang Membangun Novel

1. Latar Belakang Masyarakat


Latar belakang masyarakat ini ditinjau berdasarkan lingkungan dan aspek yang
mendominasi serta turut mempengaruhi ide-ide pengarang dalam menulis novel ini.
Lingkungan dengan mayoritas penduduk beragama Islam merupakan unsur penting yang
mendasari terciptanya ide pada karya novel Hijrah Itu Cinta. Dengan adanya berbagai
bentuk gambaran yang terjadi di lingkungan seperti ini memberikan ide yang bisa
dituangkan oleh penulis sebagai suatu karya tulis yang memuat nilai-nilai sosial, religi,
moral, dan budaya.

2. Latar Belakang Pengarang


Abay Adhitya atau biasa dipanggil Kang Abay adalah seorang penulis, content
creator, song writer, dan motivator kelahiran Cianjur yang menetap di Bandung. Sebagai
content cretor, Kang Abay adalah penggagas project #CintaPositif dan #Singlelillah yang
populer di Youtube dan media sosial dengan viewers lebih dari 7 juta.
Lagu-lagu Kang Abay terpilih menjadi official song banyak komunitas positif di Indonesia
seperti Komunitas Pengusaha Tangan di Atas (TDA), Teladan Rasul, Muda Mulia, Tweet
Nikah, dan lain-lain.
Pada 2016, sebagai seorang pencipta lagu, Kang Abay memperoleh dua penghargaan
yaitu Best Song Writer di Indonesi Nasheed Award (INA) 2016 dan penghargaan Best
Song Writer di Bandung Nasheed Award (BNA) 2016.
Selain itu, aktivitas Kang Abay yang lain adalah sebagai seorang pembicara publik
khususnya menjadi pembicara untuk tema cinta positif, pra nikah, dan bagaimana
menggapai cita-cita/impian. Ratusan event seminar di lebig 50 kota di Indonesia pernah di
hadiri oleh Kang Abay selama 4 tahun ini dengan 50.000 lebih audience yang terlibat.

3. Kisah di Balik Layar


Kisah di balik layar novel Hijrah Itu Cinta memuat kesan dan harapan dari penulis
yang bertujuan untuk sarana sharing ilmu dan semangat untuk memotivasi para pejuang
hijrah yang berada di luar sana sehingga energi positif bisa ikut tersampaikan. Didukung
oleh latar belakang penulis, novel ini juga menyampaikan konflik-konflik sosial yang
mendominasi kaum remaja saat ini sehingga memberikan gambaran pencegahan bagi
pembaca untuk menghindari dampak dari konflik tersebut.

Unsur Intrinsik yang Membangun Novel

1. Tema
Tema pada novel Hijrah Itu Cinta ialah tentang kisah mengenai proses hijrahnya
seorang hamba yang memiliki masa lalu kelam hingga ia dipertemukan dengan cinta yang
dulu hampir menjerumuskannya pada jalan yang tidak di ridhai Allah. Dengan niat karena
Allah, ia kemudian meninggalkan semua hal-hal negatif yang selama ini ia jalani dan
memilih jalan hijrah untuk memperoleh ridha dan kasih sayang dari Sang Khaliq.
Tema ini bisa kita ketahui setelah kita membaca keseluruhan novel dengan
menyimpulkan pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan penulis.

2. Tokoh/Penokohan
 Tokoh Senja Aurelia/Senja Ainul Mardhiah merupakan tokoh utama dalam novel
Hijrah Itu Cinta yang memiliki watak kurang baik pada awal cerita dari novel ini.
Hal ini bisa dilihat pada kutipan berikut.

Malam itu, Senja baru saja keluar dari diskotek. Ini adalah kali kedua Senja
main ke sana. Kali pertama di ajak temannya bulan lalu. Dan sekarang, dia
memberanikan diri untuk melepas penat setelah seharian dipenuhi jadwal
pemotretan. (Halaman 3 paragraf pertama)

Namun kemudian, dengan fakta-fakta kehidupan yang ia alami akhirnya Senja


menemukan titik balik dari dirinya dan menempuh jalan hijrah untuk berubah
menjadi lebih baik.

Kesadaran adalah hadiah terindah dari Allah. Senja merasa kesadaran itu
mulai muncul dalam hatinya.
Hal ini yang akhirnya membuat Senja memberanikan diri bertanya kepada
Mang Didin. Pamannya yang selama ini dikenal religius.(Halaman 85 paragraf ke-
4)
 Tokoh Satria Pradipta merupakan pasangan dari tokoh utama. Tokoh ini memiliki
watak yang tidak baik, playboy, nakal, dan ugal-ugalan. Hal ini bisa dilihat
melalui dialognya bersama tokoh bernama Angga sebagai berikut.

“Sat, kapan kamu mau berhenti dan berubah? Kasihan perempuan-


perempuan yang kamu taklukkan, lalu kamu tinggalkan begitu saja.”
“Enggak banyak, kok Ngga, kamu jangan lebay. Lagian semuanya dilakukan
atas dasar suka sama suka.”
“Ya, tapi semuanya karena termakan modus hebatmu. Dan, kalau kamu
enggak berubah, korbannya akan terus bertambah”. (Halaman 20)

Kemudian, sama halnya dengan tokoh Senja, Satria pada akhirnya menemukan
titik balik bagi dirinya untuk berubah menjadi seorang hamba yang lebih baik
dengan menempuh jalan hijrah. Hal ini ditandai dengan penyesalan yang ia
rasakan dan keputusan untuk menetap di Kampung Hijrah hingga mengabdi untuk
menjadi pengurus disana.

Menangis dan menyesal. Hanya itu yang bisa dilakukan Satria malam ini. Di
tangannya ada buku karangan Kang Umar, Jalan Pertobatan. Salah satu babnya
yang berjudul “Bertobat dari Maksiat Zina” berhasil membuat sekujur tubuhnya
merinding. Air mata penyesalan tak henti membasahi pipinya. (Halaman 208
paragraf pertama)

“Satria ingin menjadi warga di Kampung Hijrah. Mengabdi menjadi


pengurus. Kalau bisa mengurus perpustakaan peninggalan Kang Umar ini. Dan,
juga nanti bisa mengikuti jejak Kang Umar menulis buku. Satria ingin berada di
sini selamanya, Abah. Ingin sampai meninggal di sini.” (Halaman 267 paragraf
ke-4)

 Tokoh Angga merupakan sahabat Satria yang telah dahulu memilih hijrah dari
masa lalunya yang suram.

Akan tetapi, setahun ini mereka jarang bertemu. Bukan hanya karena sudah
lulus kuliah, malainkan jalan yang mereka ambil berbanding terbalik. Angga yang
dulu adalah teman nakal Satria, sekarang lebh sering menghadiri kajian ilmu dan
keislaman. Apalagi setelah kakanya yang merupakan anggota geng moto Bandung
meninggal dunia karena overdosis narkoba. Saat itulah Angga merasa dirinya
harus berubah. (Halaman 21 paragraf ke-3)

Isi Resensi

Sinopsis :

Novel Hijrah Itu Cinta menceritakan perjalanan hijrah seorang gadis selebgram yang
bernama Senja Aurelia. Senja Aurelia adalah nama bekennya di Instagram, bukan nama
lengkap Senja yang sebenarnya. Nama asli Senja adalah Senja Ainul Mardhiah. Dalam
novel ini, diceritakan pertemuannya dengan seorang lelaki bernama Satria. Lelaki yang
menyelamatkannya dari godaan pria-pria hidung belang di malam hari saat Senja berjalan
pulang setelah menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Dalam pertemuan itu
menumbuhkan benih-benih cinta antara keduanya. Satria tertarik pada Senja dan ingin
memiliki Senja seutuhnya. Angga yang merupakan sahabat Satria, telah berhijrah terlebih
dahulu.

Ia terdorong untuk berhijrah setelah mengalami masa-masa sulit yang kini sangat ia sesali.
Ia menyaksikan sendiri bagaimana sang kakak meninggal dunia akibat overdosis alkohol,
oleh karena itu ia mulai tersadar dan mencoba untuk berubah menjadi pribadi yang lebih
baik. Namun kini, tinggal sang sahabat yang masih saja melakukan perbuatan-perbuatan
tercela dan dilarang oleh agama. Ia sangat mengenali sahabatnya ini. Ia tahu akal bulus
Satria apabila telah menjalin hubungan dengan perempuan. Dengan berbagai upaya telah
Angga lakukan untuk menyadarkan sahabatnya ini. Angga selalu mencoba memberikan
nasehat pada Satria berharap ia mau berubah dan sama-sama berhijrah dengannya.
Senja yang sejak kecil tidak pernah mengenal sosok ayah dan mendapatkan kasih
sayang dari figur seorang ayah membuatnya dengan mudah termakan bujuk rayu Satria.
Ayah yang seharusnya melindungi tak pernah hadir dalam kehidupan Senja. Semua hal ini
mengantarkannya pada persepsi bahwa sang ayah adalah sosok lelaki paling tidak
bertanggung jawab dan lelaki yang paling ia benci di dunia ini. Setelah mengenal Satria ia
merasa ada sosok laki-laki yang bisa menjaganya dan memberikannya kasih sayang.
Namun, keyakinan itu mengantarkannya pada peristiwa yang mungkin akan disesalinya
kemudian hari. Satria menginginkan Senja, seutuhnya.
Sementara itu, sebuah rahasia dari masa lalu menampar Senja. Tentang sosok ayah
yang selama ini tidak jelas keberadaannya. Tentang masa lalu kelam ayah dan ibunya.
Kisah itu nyaris mirip dengan keadaannya saat ini. Sebuah kesadaran untuk berubah
menyeruak dalam hati. Apalagi, setelah Senja bertemu kembali dengan Fajar, seorang
lelaki shaleh yang pernah dikenalnya pada masa lalu. Tekad hijrah menjadi semakin kuat.
Fajar yang selama ini tengah berjuang untuk menggapai cita-citanya sebagai hafizh Al-
Qur’an merasa bersyukur telah dipertemukan dengan gadis yang meminjamkannya juz
amma sehingga ia termotifasi untuk menjadi seorang hafizh. Masa kecil mereka terasa
singkat namun bermakna dalam bagi Fajar, Senja-lah satu-satunya orang yang tidak
mengejek Fajar saat teman-teman yang lainnya menjulukinya Si Yatim Miskin. Benih-
benih cinta pun mulai bermekaran di hati Fajar hingga ia berniat untuk melakukan ta’aruf
dengan Senja dan siap untuk mendampingi Senja meniti perjalanan hijrahnya.
Di lain kondisi, Satria juga mengalami perubahan setelah upayanya untuk memiliki
Senja tiba-tiba gagal. Saat itu seketika ia teringat wajah sang adik perempuan. Dengan
menyesali semua perbuatannya selama ini, Satria mulai bertekad untuk berhijrah dan
memperbaiki masa depannya. Angga yang selalu mendoakan hal ini untuk Satria juga ikut
merasa bahagia dan ia pun bersedia untuk mendampingi sahabatnya ini berhijrah
bersamanya di Kampung Hijrah yang berada di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung.
Perlahan namun pasti, Satria mulai menuntut ilmu agama di Kampung Hijrah ini
bersama Angga dan temannya bernama Demoy. Mereka bertiga menjadi geng hijrah
jemput hidayah. Tahapan demi tahapan mereka lalui dengan sungguh-sungguh.
Mengenai prosesi ta’aruf yang telah di jalani Senja dan Fajar, akhirnya sampailah
pada titik penentuan. Senja memutuskan untuk tidak melanjutkannya pada jenjang yang
lebih serius hal ini dikarenakan ketidaksiapan Senja untuk mendampingi Fajar. Fajar yang
memahami perjuangan Senja selama ini dengan berjiwa besar menerima keputusan
tersebut. Fajar yakin semua keputusan Allah atas dirinya merupakan jalan terbaik yang ia
peroleh.
Pada akhirnya, Allah mempertemukan kembali Satria dengan Senja yang kala itu
mengunjungi perpustakaan Kampung Hijrah. Kunjungan Senja ini bukan tanpa sebab
melainkan dilandasi atas niatannya untuk mulai lebih mengenal sang ayah yang ternyata
selama ini juga menuntut ilmu dan berhijrah di Kampung Hijrah ini. Namun sayangnya
sang ayah telah wafat beberapa bulan yang lalu sehingga Senja tidak bisa bertemu
dengannya dan hanya bisa melihat kegigihan perjuangan sang ayah yang ikut serta untuk
membangun perpustakaan di Kampung Hijrah. Satria yang kala itu sedang membaca buku
di perpustakaan merasa amat bersalah terhadap Senja dan ia terniat untuk meminta maaf.
Senja yang terkejut saat bertemu kembali dengan Satria bergegas untuk pergi dan
mencoba untuk menghindar. Peristiwa kelam yang pernah terjadi antara ia dan Satria
kembali menghantui dan menggoreskan penyesalan yang amat dalam.
Namun rencana Allah jauh lebih baik, kedua insan yang terpisah untuk memperbaiki
diri dan berhijrah memperoleh ridho-Nya, Allah jadikan berjodoh dengan jalan yang lebih
baik. Abah Iwan selaku pengurus Kampung Hijrah dan merupakan sahabat ayah Senja
melakukan prosesi khitbah untuk kedua sejoli ini. Satria dan Senja yang sebenarnya masih
saling mencintai akhirnya saling menerima dan di pertemukan bersama dengan jalan
pernikahan. Mereka pun hidup bahagia membina biduk rumah tangga di lingkungan
Kampung Hijrah dan ikut memberikan kontribusi untuk kemajuan pendidikan agama bagi
para penghijrah yang ada di Kampung Hijrah.

Keunggulan Novel

Novel Hijrah Itu Cinta disajikan dengan jalan cerita yang tidak terlalu rumit. 49 bab
yang terdapat dalam novel ini menggambarkan dengan jelas suasana dan rincian peristiwa
yang mampu manghanyutkan pembaca dalam ikut mengilustrasikan tiap peristiwa yang
diceritakan.
Berikut contoh kutipannya.
Di hadapan mereka terhampar kebun teh yang luas. Juga, banyak pepohonan tinggi
menjulang. Angin berdesir sejuk terasa menyentuh kulit. Matahari baru seperempat
tinggi, sinarnya terasa menghangatkan hati.
Angga, Satria, dan Demoy berhenti sebentar menikmati udara khas perkebunan.
Semakin dalam, terikan napas mereka semakin terasa melegakan. (Halaman 131 paragraf
pertama).

Ide ceritanya sangat menginspirasi dan juga memotivasi pembaca terutama dalam hal
berhijrah.
Beberapa kutipan kalimat dalam novel ini terdengar indah dan begitu puitis.
Rangkaian katanya juga memikat dan mampu membuat kita baper. Salah satunya sebagai
berikut.
Dia lelaki yang hadir di waktu Fajar.
Bak mentari yang cahayanya menerangi gulita.

Dia lelaki yang selalu bersujud di waktu Dhuha.


Bak harapan yang bersinar mewarnai hati yang tertimbun luka.

Dia yang menghafal surat-surat cinta sang pemilik jiwa.


Bak pangeran yang sedang mengukir mahkota terindahnya di surga.

Dia yang menjadikan taat sebagai jalan kehidupan.


Bak dedaunan jatuh yang selalu patah pada angin yang menerbangkan.

Dia,
Diakah cinta yang Tuhan janjikan untuk seorang Dewi Senja?
(Halaman 190)
Dari cover bukunya juga terlihat bagus dan menampilkan kesan yang mendalam
mengenai isi novel yang diceritakan.
Kelemahan Novel

Ada beberapa bagian cerita dari novel yang menyajikan dialog dengan logat dan
bahasa daerah yang terkadang sulit untuk difahami. Dan juga terdapat istilah dari bahasa
Sunda yang kurang umum dan harus di cari tahu terlebih dahulu bagi pembaca pemula.
Berikut contoh kutipannya.

“Hellooo, Brayyy…, maneh kadieu oge akhirna, Angga” Maksud Deden, ‘akhirnya kamu
kesini juga, Angga.’ (Halaman 124 paragraf 4)

“Asyiik, lamun akhirat mah, ngiluan lah… Asal jangan politik saja, it’s suck lah. Eh, eta
saha?” Demoy melirik ke belakang kepada Satria yang tersenyum tipis. (Halaman 124
paragraf 7)

Penutup

Terlepas dari kekurangannya, novel ini sangat inspiratif dan juga memotivasi.
Permasalahan dan juga konflik yang disajikan dalam novel pernah kita jumpai dalam
kehidupan dunia nyata. Novel seperti ini sangat direkomendasikan bagi teman-teman yang
sedang menempuh jalan dan proses untuk hijrah karena banyak pesan mendalam dan
beberapa amalan bermanfaat yang disajikan dalam ceramah-ceramah ustadz terkemuka.
Kita bisa memetik hikmah dan juga pelajaran dari kisah yang di sampaikan sehingga lebih
menguatkan kita untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dalam mencari ridhanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Anda mungkin juga menyukai