Anda di halaman 1dari 64

Overlord - Bluray 1 Special - Emissary of the king

Bluray 1 Special - Utusan sang raja

Ruang kosong terdistorsi, dan pemandangan di depan matanya langsung berubah.

Setelah kembali ke kamarnya dengan meja besar di sana, Ainz menghela nafas lega.
Dia telah berteleportasi berkali-kali sebelumnya, dan dia tahu seharusnya tidak ada
masalah kali ini, tapi dia berada di dunia yang tidak dikenal ini baru beberapa
hari. Oleh karena itu, ketakutan akan kemungkinan dia akan berteleportasi ke tempat
yang asing masih tetap membuatnya khawatir.

Dia mengusap cincin Ainz Ooal Gown di jari manis kanannya dan melihat ke
sekeliling.

Tidak ada orang di sekitar.

Itu bagus. Dia tidak ingin ada siapapun yang melihat apa yang akan dia lakukan.

Ainz akan berjalan ke arah meja tersebut ketika dia berhenti dan melihat ke atas.
Dia memiliki magic pandangan yang bahkan bisa melihat tembus benda-benda yang tidak
tampak, dan menyadari ada figur-figur Eight Edge Assassin yang sedang diam di atap.

Tatapan mereka saling bertemu.

Tidak, Ainz mungkin tidak tahu ke arah mata berbagai mata itu melihat, tapi dia
mungkin tidak salah merasa bahwa mata mereka bertemu. Dia merasa tidak enak jika
ada orang lain melihat ke arahnya, meskipun mungkin saja itu hanya perasaan
berlebihan dari Ainz sendiri.

“Kalian semua, pergilah.”

Membalas deklarasi Ainz, salah satu dari Eight Edge Assassin – yang mungkin adalah
pimpinan mereka – menjawab:

“Maafkan ketidaksopanan hamba, Ainz-sama. Mungkin saja ada penyusup yang mungkin
akan mencoba membahayakan nyawa anda di sini. Untuk menghindari kemungkinan sekecil
ini, tolong biarkan kami untuk tetap di sini melayani anda sebagai perisai. Tolong
pertimbangkan.”

“Penyusup? Di sini? Aku hanya bisa menganggap ini sebagai hinaan bagi mereka yang
telah menjaga delapan lantai di atasku.”

“Ah! Bukan begitu yang dimaksud oleh pelayan anda yang hina ini! Maafkan dosa
hamba. Bagaimanapun, jika ada sesuatu yang akan terjadi kepada Supreme Being
terakhir yang tinggal bersama kami, itu akan menjadi tanggung jawab kami. Untuk
mempertimbangkan seluruh kemungkinan bahaya dan melindungi para Supreme Being
adalah tugas semua yang ada di sini. Kami akan menutup mata, mulut dan telinga, dan
melindungi diri Yang Mulia sambil bersembunyi di dalam bayangan.”

Dia menyebutkan sesuatu tentang bersembunyid di dalam bayangan, tapi bagi Ainz,
monster-monster berbentuk serangga itu menggantung dengan mencolok di atap
tersebut.

Dia mengerti keinginan mereka unguk melayani, tapi dia tidak bisa membiarkan orang
lain tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Hmm ? Tiba-tiba dia menyadari apa yang dia rasakan mirip dengan bocah empat belas
tahun yang ingin sebuah kunci untuk kamarnya sendiri.

“Ditolak. Aku akan melakukan ritual rahasia di dalam ruangan ini. Ini adalah
rahasia dari yang paling rahasia jadi tidak ada seorangpun yang boleh
menyaksikannya. Aku percaya kepada kalian semua, tapi aku ingin meminimalisir
resiko kebocoran ini... Ini adalah ucapanku sebagai penguasa absolut dari Great
Tomb of Nazarick, mengerti?”

“ – Saya dengar dan patuhi. Kami tidak bisa menolak karena itu adalah kehendak dari
Supreme Being.”

Eight Edge Assassin turun dari atap. Mereka memutus kaki mereka dari permukaan di
atas lalu jatuh ke lantai.

Mereka mendarat tanpa ada suara dan berdiri seperti itu pula.

“Kami akan mundur dari ruangan ini sekarang.”

Setelah Ainz mengangguk, mereka meninggalkan ruangan itu dengan elegan dan dalam
barisan yang disiplin. Karena suatu sebab, ini mengingatkan Ainz terhadap klip
dokumentasi semut yang berjalan berbaris, yang ditunjukkan kepadanya oleh Blue
Planet.

Setelah yang terakhir dari mereka meninggalkan ruangan dan membungkuk kepada Ainz
dari koridor, dia menutup pintu itu dengan lembut.

Ainz memeriksa sekelilingnya sekali lagi. Tentu saja atap juga.

- Tak ada orang lain di sekitar. Ruangan ini benar-benar kosong sekarang.

Ada dua set pintu di dalam ruangan ini. Satu pintu digunakan oleh Eight Edge
Assassin, yang menuju koridor, sementara yang lainnya terhubung ke ruangan lain –
kamar pribadi Ainz, yang terdiri dari beberapa ruangan seperti royal suite di dalam
hotel, seperti kamar tidur, kamar ganti dan kamar mandi – semuanya tersambung.

Ainz berjalan ke arah pintu yang menuju kamar lain dan membukanya dengan mudah. Dia
melongokkan kepalanya dan melihat ke dalam.

Tidak ada tanda adanya orang lain. Meskipun dia mendengarkannya dengan cermat, dia
masih tidak mendengar adanya suara orang lain.

Ainz mengira ada seorang pelayan yang mungkin sedang membersihkan kamar-kamar
lainnya, tapi kelihatannya itu tidak benar.

Tidak, dia tidak bisa mengendurkan kewaspadaannya.

Ainz melepaskan sikap santainya dan kembali tegang.

Berjalan menyusuri ruangan itu, Ainz membuka pintu yang menuju koridor. Di masing-
masing pintu itu ada seekor monster tipe serangga yang berjalan dengan dua kaki
yang diutus oleh Cocytus, berdiri di sana sebagai penjaga. Dia tidak melihat ada
tanda-tanda Eight Edge Assassin. Mereka tidak mungkin pergi terlalu jauh, tapi
mereka tidak ada di sini.

“...Kalian berdua.”

“Tuan! Ainz-sama, apa perintah anda?”

Menghentikan para bawahannya yang akan berlutut untuk menunjukkan kesetiaan mereka,
Ainz bertanya,

“Sudah berapa lama kalian berjaga di sini?”

“Tuan! Dua puluh lima jam – Tidak, dua puluh lima jam dan empat puluh menit.”

Ainz mengedipkan matanya yang tidak ada.

“Ya?”

Ainz bisa tahu bawahannya sedang bingung, Ainz yakin sekali.

Itu bukan sesuatu yang menggembirakan, tapi kemampuannya dalam membaca ekspresi
para serangga telah meningkat dengan tajam. Adalah hal yang bagus jika kemampuan
pengamatannya meningkat, tapi jika bukan begitu, itu akan menjadi kemampuan yang
tidak berguna.

Tidak, ada monster-monster berbentuk serangga yang berada di bawah Cocytus,


seharusnya ini adalah kemampuan yang sangat berguna bagi penguasa Nazarick.
- Pemikiran yang muncul di sudut otak yang bahkan tidak ada telah hilang karena
kemarahannya.

Sekarang bukan waktunya untuk mempertimbangkan semua ini. Dia seharusnya memikirkan
kondisi pekerjaan yang bukan manusia lagi dari para bawahannya.

Dia mengeluarkan suara “um”, lalu mencoba menutupinya dengan pura-pura batuk. Ainz
lalu bertanya kepada para bawahannya:

“Aku tanya sekali lagi, kamu bilang ini baru saja satu hari?”

“Begitulah. Baru satu hari sejak kami diberi kehormatan sebagai penjaga pintu di
depan ruangan Ainz-sama.”

“begitukah... Satu hari... kamu kemari karena perintah Cocytus tentunya?”

“Ya, Ainz-sama”

Berdiri berjaga seharian penuh tanpa istirahat sedikitpun. Ini akan membuat malu
perusahaan manapun yang tidak memiliki etika. Ainz tidak bisa berkata apa-apa lagi
saat dia memikirkan Cocytus. Perpisahannya yang terakhir dengan Herohero masih
segar di dalam ingatannya. Jika Herohero tidak babak belur karena pekerjaannya, dan
merasa sehat dan segar secara mental, dia mungkin akan berdiri di sini dengan Ainz
sekarang.

Bagaimana mungkin dia membiarkan bawahannya sendiri dipaksa ke dalam situasi yang
membuat Herohero terampok kesehatannya?

Pekerjaan Ainz menghabiskan banyak waktunya, tapi setidaknya dia memiliki waktu
untuk bermain game-game virtual.

Ada banyak orang yang menyerah beramin game karena perubahan drastis dalam
lingkungan tempat tinggal mereka. Herohero tidak membatalkan akunnya, tapi dia sama
saja dengan pensiun – Jika bukan begitu, dia tidak akan meninggalkan item-itemnya
dan bilang kepada Ainz dia bebas melakukan apa saja dengan item-item tersebut.

Saat dia menggerutu diam-diam, Ainz bersuara keras:

“Melaksanakan tugasmu dalam waktu yang sangat lama tanpa istirahat pasti sudah
membebanimu. Kerja kerasmu layak untuk dipuji. Kalian boleh menyerahkan tugas
kalian kepada para pengganti, jadi kembalilah dan beristirahat. Jika Cocytus
mengatakan sesuatu kepada kalian, bilang saja itu adalah perintahku.”

Namun, reaksi dari para bawahannya benar-benar berbeda dari apa yang dia duga.

“Jangan-jangan, jangan-jangan kami sudah melakukan hal yang salah?”


“Apa? Tidak, kalian tidak salah apapun...”

Suara mereka gemetaran, tapi bukan karena bingung, tapi karena alasan lain. Ini
membuat Ainz mengerutkan dahi matanya di dalam hati.

Apakah Cocytus seseram itu? Sementara Ainz mempertimbangkan kemungkinan itu, para


bawahan melanjutkan:

“Jika memang begitu, mengapa anda memerintahkan kami untuk mundur dan menyerahkan
tugas kami?”

Permohonan yang menyedihkan dari para bawahan nya itu membuat Ainz bingung sekali
lagi.

“Mengapa? Apakah kalian harus tanya? Terus-terusan menjaga postur sambil berdiri
berjaga selama dua puluh lima jam pastilah sangat melelahkan, ya kan?”

“Tidak sama sekali. Tidak ada yang melelahkan dengan hal ini. Ditugaskan untuk
menjaga kamar Ainz-sama adalah pengalaman seperti surga bagi kami.”

Apa kamu yakin kamu tidak akan naik ke surga setelah ini karena kelelahan?

“Tidak, itu... Ahem. Kalian tidak akan bisa berkonsentrasi seperti ini. Kurasa
merubah jam kerja secara rutin akan memastikan keamantan lebih ketat, ya kan?”

“Mohon jangan khawatir. Ketika kami ditugaskan kemari, Cocytus-sama meminjamkan


kepada kami sebuah item yang membuat kami beroperasi tanpa butuh tidur. Ditugaskan
untuk pos penting menjaga kamar Ainz-sama membuat kami gembira, kami tidak bisa
mengendurkan kewaspadaan.”

Ainz bisa merasakan tekad dari suara mereka.

“Be, begitukah? Kalau begitu lakukan tugas yang diberikan dengan sebaik mungkin.”

Dia mungkin terguncang, tapi Ainz masih mengangguk dengan sikap mulia dari seorang
tuan.

“Kami sangat berterma kasih, Ainz-sama.”

Dia sedang berpikir bahwa seharusnya dialah yang berterima kasih kepada mereka,
namun sebagai tuan, Ainz tidak bisa berkata begitu. Bagaimanapun, harus ada sesuatu
yang dikatakan.
“Terima kasih, dan kerja yang bagus.”

“Ya!”

Terima kasih dan kerja yang bagus.

Seorang anggota masyarakat yang tidak menggunakan dua istilah ini dengan benar
adalah seseorang yang gagal.

“Sebelum melaksanakan tugasmu, biarkan kutanya hal ini. Sementara aku pergi hari
ini, apakah ada orang yang masuk ke kamarku?”

“Tak ada satupun yang masuk hari ini. Hanya Sebas-sama, para pelayan dan Albedo-
sama yang berhenti di depan kamar, namun setelah tahu bahwa Ainz-sama sedang pergi.
Tak ada satupun dari mereka yang meninggalkan pesan apapun.”

Dia merasa penasaran dengan mengapa mereka datang sejak awal, tapi itu bukan
masalahnya sekarang.

“Aku mengerti, biarkan aku memastikan ini sekali lagi, tak ada yang masuk ke
kamarku, benar kan?”

“Ya.”

Memang aman berada dalam kamar kalau begitu. Dia sudah menanyakan semua yang dia
ingin tahu.

”Jangan terlalu memaksa diri, dan teruslah bekerja dengan baik.”

Ainz menutup pintu tersebut saat dia mendengarkan respon bersemangat dari dua orang
itu. Dia berjalan menyusur kamar-kamar tersebut sekali lagi lalu duduk di atas
sebuah kursi.

Ainz memeriksa sekitarnya lagi.

Meskipun dia tahu tidak ada orang di dalam kamar, dia masih melihat sekeliling
dengan teliti. Apa yang akan dia lakukan nantinya sangat penting dan tidak boleh
dilihat oleh siapapun.

Ainz sedikit menyesal karena tidak mempelajari mantra-mantra dengan tipe informasi
dan mulai merapalkan beberapa mantra pertahanan.

Dia mungkin merasa terlalu khawatir, tapi ini memang sangat dibutuhkan.
Setelah menyelesaikan seluruh persiapannya, Ainz membuka jendela itemnya – atau
lebih tepatnya ruang di tempat dia menyimpan item-item, dan mengeluarkan hal-hal
yang dia inginkan.

Setelah menyusup ke dalam perpustakaan, dia telah menggunakan beberapa mantra untuk
mengelabui dan mengeluarkan beberapa buku dengan kerahasiaan absolut.

Dia mengeluarkan satu, lalu meletakkannya di atas meja.

Dia mengeluarkan satu, lalu meletakkannya di atas meja.

Dia mengeluarkan satu, lalu meletakkannya di atas meja.

Dia mengeluarkan satu, lalu meletakkannya di atas meja –

Dia mengulang tindakan ini lusinan kali. Jilid-jilid buku itu semuanya sangat
tebal, dan membentuk sebuah menara di atas meja.

“Ini... aku mengacaukannya.”

Ainz menyadari kesalahannya dan mengeluarkan helaan nafas kecil karena penyesalan.

Ada terlalu banyak buku. Jika saja hanya Elder Lich Chief Librarian (Kepala
Perpustakaan), akan lebih mudah untuk mengelabui matanya. Tapi menyembunyikannya
dari indera Overlord, kelas dengan tempat tertinggi dalam undead, sangatlah sulit.
Bagi Ainz, yang kurang dalam hal kemampuan menyusup, bertemu dengan salah satu dari
lima Overlord artinya dia sudah ditemukan.

Itulah kenapa dia menggunakan kesempatan yang langka ini untuk mengeluarkan seluruh
buku ini. Namun, akan memakan waktu yang banyak untuk bisa menyelesaikannya.

“..Jadi, apa yang harus kulakukan... aku tidak punya tempat untuk meletekkan ini,
Akan menjengkelkan jika buku-buku ini ditemkan.”

Mudah saja menyembunyikan satu lembar kertas, tapi lain halnya dengan sebuah
tumpukan buku kecil. Tidak banyak waktu yang berlalu sejak dia datang ke dunia ini,
jadi meja Ainz tidaklah sekacau meja Suzuki Satoru di perusahaannya. Meja itu
dijaga tetap bersih dan rapi, tanpa ada apapun yang tidak diperlukan di atasnya.

Saat Ainz akan membuka laci dan meletakkan buku-buku itu di dalam, dia berhenti.

Seharunsya tidak ada bawahan satupun yang akan membuka laci Ainz, tapi apakah
memang benar begitu?
Dari pengalaman Suzuki Satoru sebagai orang kantoran, ada orang-orang tidak sopan
yang akan dengan entengnya membuka laci dari orang lain.

Dimana lagi dia bisa menyimpan buku-buku itu?

Dia berencana untuk menumpuknya di dalam kamar tidur, kamar ganti, kamar mandi—
semua kamar lain, tapi ada peluang pelayan yang sedang membersihkan kamar itu
mungkin akan menemukannya.

Ibunya telah tiada sejak awal jadi dia tidak pernah mengalami itu sebelumnya, tapi
ada anggota guild yang kembali ke kamar mereka untuk menemukan koleksi-koleksi
porno mereka terlihat rapi di meja, sehingga membuat otak mereka menjadi blank.
Menurut mereka, hal paling menakutkan adalah ibu-ibu mereka tidak berkata apapun
selama makan malam, meskipun mereka sedang berhadap-hadapan.

Itu adalah akun tangan kedua, tapi Ainz bisa berempati atas apa yang mereka
rasakan. Meskipun tubuh undeadnya tahan terhadap serangan psikologi yang kuat, dia
tidak ingin mengalami derita luka semacam itu lagi.

“Ahhh, kalau begitu, aku hanya bisa menempatkannya di sini.”

Ainz membuka kantong ruangnya dan menempatkan buku-buku itu di dalam sekali lagi.
Mempertimbangkan bahwa buku-buku itu adalah item-item dengan level yang sangat
rendah, sangat mudah bagi mantra-mantra untuk informasi atau mereka dengan level
dalam kelas thief membaca judul buku itu. Itulah kenapa Ainz tidak ingin
membawasnya kemanapun, tapi hanya itu satu-satunya metode yang teraman.

Dia meletakkan buku-bukunya satu demi satu, dan hanya dua yang tersisa pada
akhirnya.

Judul-judul buku itu adalah –

“Rahasia membangun kepercayaan dengan bawahan sendiri”

“Hal-hal yang tidak dilakukan oleh para bos yang dibenci”

- Dua buku ini.

Hak cipta dari karya-karya ini telah habis, setelah dipublikasikan lebih dari tujuh
puluh tahun yang lalu.

Ainz duduk di depan meja tersebut, mengambil salah satu buku lalu mengangkatnya,
dan mulai mencari-cari di halaman-halaman buku itu.

Isi dari buku bisnis ini sangat mempengaruhi Suzuki Satoru sang pekerja kantoran.
“Ternyata begitu..”

“Itu benar...”

“Jika saja ada bos-bos seperti itu...”

Ainz mengucapkan kalimat-kalimat itu secara tidak sadar sambil membacanya. Saat dia
fokus melahap pengetahuan di dalamnya, dia menghela nafas penuh kagum.

“Ini hebat. Tidak kukira ada buku bisnis sebagus ini.”

Suzuki Satoru tidak banyak membaca buku-buku bisnis. Dia tidak terlalu senang
dengan pekerjaannya sebagai pegawai kantoran, dan tidak memiliki orang yang bisa
disebut bawahan. Tentu saja, dia tidak berniat untuk memahami mentalitas seorang
bos.

Namun, dia tidak lagi pegawai kecilan, tapi penguasa Great Tomb of Nazarick.
Menggunakan posisi-posisi di dalam sebuah perusahaan sebagai contohnya, dia harus
menjalankan organisasi tersebut sebagai presiden.

“Bersedia menerima tanggung jawab. Terbuka dan terus terang. Mudah bergaul dan
tenang. Menerima pendapat dengan rendah hati-“

Seorang bos yang ideal.

Tapi mudah saja bagi siapapun membicarakan tentang teori. Yang mempraktekkan hal
ini sangat sedikit dan jauh sekali. Itulah kenapa hanya ada beberapa bos yang
berkompeten meskipun ada buku-buku bisnis yang luar biasa seperti itu.

Ainz, yang tahu tentang hal ini yang disebut para bos, membuat wajah pahit.

Pada kenyataannya, mereka cenderung jauh keluar dari bentuk-bentuk idealnya.

Ainz, yang hampir terjatuh pada renungan yang dalam, menggelengkan kepalanya dan
menyingkirkan kerasnya dunia itu dari ingatannya. Sekarang ini, dia seharunsy tidak
lagi tersiksa atas jarak antara ideal dan kenyataan.

Malahan, sebagai Ainz Ooal Gown, dia harus mendapatkan kepercayaan dari para NPC
dan bekerja keras sebagai penguasa yang hebat.

Tatapan Ainz jatuh kepada buku itu sekali lagi, dengan pemikiran baru ini di
otaknya.

Ada banyak sekali yang tertulis di dalamnya, tapi tiu bukanlah sesuatu yang bisa
dia cerna dalam sekali lahap. Ini membutuhkan pekerjaan yang didedikasikan dalam
waktu yang panjang. Hanya itu satu-satunya cara agar Ainz bisa menjadi bos ideal
bagi semua orang.

Namun, itu akan memakan waktu terlalu lama. Bagi seorang pria yang sedang
kelaparan, sepuluh ribu yen sekarang ini jauh lebih berharga daripada seratus juta
yen dalam beberapa tahun kemudian.

“Jadi apa yang harus kulakukan?”

Meskipun terlalu dini untuk mengkhawatirkan tentang itu sebelum menyelesaikan


bahkan satu buah buku, sebagai seorang undead, Ainz tidak membutuhkan istirahat
atau tidur. Dia masih memiliki sisa-sisa manusianya dan akan merasakan kelelahan
mental, tapi dia bisa bekerja tanpa istirahat selama 24 jam jika harus. Itu artinya
jika dia ingin menghabiskan seharian membaca, dia bisa menyelesaikan seluruh buku
dalam satu hari penuh. Namun, berselancar dalam sepuluh baris sekaligus artinya dia
akan melewatkan beberapa titik.

Bukanlah ide yang buruk untuk menyerap esensi dari seluruh buku ini sebelum membuat
gerakan.

- Namun.

Bisakah dia benar-benar mencerna seluruh materi ini dalam satu hari?

Sayangnya, Suzuki Satoru tidak memiliki kesempatan untuk mengejar pendidikan yang
lebih tinggi, jadi pengetahuan yang dia dapatkan dari berinteraksi dengan orang
lain adalah bias. Jika orang seperti itu membaca sepuluh buku dalam sehari,
mampukan dia memahami seluruh konsep ini?

Sekarang masih tidak apa karena dia masih belum menyelesaikan dua buku. Tapi jika
dia akan menyerap pengetahuan dari banyak buku, situasi dimana isi dari buku-buku
berbeda saling kontradiksi satu sama lain mungkin akan muncul. Itu akan diluar
kemampuannya. Bukankah lebih baik melakukan sesuatu sekarang sebelum dia menjadi
bingung?

Ainz melihat ke langit-langit, terjebak di dalam labirin pemikirannya.

Sekarang ini, dia ingin sekali mencoba apa yang telah dia pelajari dan segera
bertindak.

Namun, masalah lain muncul dengan sendirinya.

Bagian mana dari buku itu yang harus dijadikan referensi, dan apa yang harusnya dia
lakukan dengan apa yang telah dia pelajari?
Ainz membalik-balik buku yang sedang dia baca, membiarkan halaman-halaman itu
terbalik dengan cepat.

Saat dia tiba di sebuah halaman tertentu, sebuah inspirasi menyerangnya seperti
sebuah petir, menyetrum otak Ainz yang tidak ada.

Dia membalik lagi halaman itu cepat-cepat dan mulai membacanya dengan teliti.

Halaman tersebut berbicara tentang percakapan dengan bawahan seseorang, keuntungan


dan kerugian dengan menanyakannya kepada mereka tentang masalah yang mereka hadapi
dan kekhawatirannya. Beberapa bawahan menyimpan sendiri masalah itu karena mereka
enggan mendiskusikannya dengan atasan mereka. Itulah kenapa para atasan harusnya
proaktif dan menanyakan masalah mereka.

Ainz mengangguk seakan dia telah menemukan sebuah jalan.

Ini dia.

Pasti ini.

“- Sebuah pembicaraan dari hati ke hati. Aku harus menanyakan kepada mereka apa
yang membuat mereka susah.”

Gawat jadinya jika ada yang menjadi depresi karena mereka menyimpan semuanya. Ini
mengingatkan Ainz terhadap kelelahan yang menguras Herohero saat dia melihatnya
sebelum datang ke dunia ini.

Para NPC mungkin merasa tidak enak sekarang, karena mereka baru saja dipindahkan ke
dunia ini.

Sebuah debuff yang dikenal dengan “fear” (ketakutan) ada di dalam Yggdrasil. Jadi,
bisa dibetulkan dengan mantra-mantra. Namun, tidak ada debuff yang disebut
“troubled” (bermasalah). Mungkin saja itu tidak bisa disembuhkan dengan magic.
Tidak ada yang tahu jika debuff semacam itu ada, tapi Ainz harusnya memikirkan
skenario terburuk dan menyikapinya.

- Dia tidak ingin para NPC seperti Herohero.

Ketika Ainz membulatkan tekadnya, dia mulai memikirkan langkah selanjutnya.

Nazarick sangat luas dan memiliki populasi yang besar. Meskipun dia mengeluarkan
para bawahan tingkat yang lebih rendah dan monster-monster yang muncul secara
otomatis, masih ada jumlah NPC yang besar. Akan memakan terlalu banyak waktu untuk
bicara dengan mereka secara individu.

Tidak, meskipun begitu, dia harusnya melakukan itu demi para NPC.
Sebagai yang terakhir tetap bertahan, Ainz harus menerima tugas dari anggota-
anggota guildnya pula.

Dia akan mencobanya dengan beberapa orang dahulu, mengamati bagaimana nantinya,
lalu bicara dengan orang lain nantinya.

Selanjutnya adalah siapa yang harus dia pilih, lalu Ainz mendapatkan jawabannya
langsung.

Disamping Guardian Floor yang bertanggung jawab terhadap segala macam pekerjaan
penting, siapa lagi yang akan menjadi pihlihan yang terbaik untuk tugas ini?

Untuk Pilihan pertamanya, Ainz sudah memikirkan seseorang.

Ainz berdiri dari tempat duduknya dan memberikan perintah kepada dua penjaga yang
ada di luar untuk memanggil seseorang.

Part 2

Seorang pria tua masuk ke dalam kamar Ainz. Namun, tubuhnya tegak lurus, seakan
terbuat dari baja. Meskipun dari pakaiannya, bisa dilihat tubuhnya kokoh dan sehat.

Ini adalah kepala pelayan, Sebas. Ainz menyambutnya dengan tangan terbuka.

“Terima kasih sudah datang kemari, Sebas. Kamu lebih awal dari yang kuduga. Apakah
kamu ada di dekat sini?”

“Tidak, namun ketika Ainz-sama memanggil saya, saya kemari dengan sesegera
mungkin.”

Postur dan suaranya dipenuhi dengan kekuatan. Alasan mengapa Ainz memanggil Sebas
dahulu adalah karena dialah yang paling familiar dengan lantai 9, yang bisa
dibilang merupakan lantai dengan kondisi yang paling mirip dengan dunia nyata.
Dibandingkan dengan yang tinggal di medan penuh lahar lantai 7, atau bahkan dunia
gersang yang beku di lantai 5, pengetahuan dan pengalaman Sebas akan menjadi yang
paling relevan dari apa yang telah dipelajari oleh Suzuki Satoru.

Jadi, dia adalah subyek percobaan yang paling ideal untuk eksperimen ini.

“Begitukah? Kalau begitu, kamu sudah bekerja keras... aku merasa tidak enak
membuatmu terburu-buru. Maafkan aku yang sudah mengganggu tugasmu.”

“Apa yang anda katakan, Ainz-sama? Sebagai pelayan Nazarick, tidak ada yang lebih
penting selain melayani Ainz-sama.”

“Wah-“

“Tolong, tidak perlu berterima kasih kepada kami. Semuanya memang sudah seharusnya
seperti itu.”

“Begitukah,” balas Ainz. Dia menelan ludah meskipun tidak memiliki tenggorokan
sejak awal.

Ainz tidak menggunakan mantra ‘Message’, namun mengirimkan utusan untuk memanggil
Sebas.

Itu karena dia ingin memberinya waktu sejenak untuk mempelajari kembali baris
kalimat yang ingin dia katakan. Tentu saja, Ainz sudah berpikir untuk menunggu
hingga dia selesai berlatih sebelum memanggil Sebas, namun masalahnya adalah
menentukan kapan tepatnya latihan itu selesai. Mungkin akan memakan waktu setahun
atau lebih baginya untuk bisa menyempurnakan dirinya sebagai seorang penguasa.

Sebenarnya, dia hanya mengulur waktu untuk membulatkan tekad.

Ainz berpaling ke arah Sebas lalu bicara kepadanya dengan sangat santai, namun
bernada berwibawa sebisa mungkin. Itu adalah sebuah suara yang dia rasa sangat
cocok dengan statusnya sebagai seorang penguasa.

“Apakah kamu mengalami kesulitan sedikitpun yang ingin kamu beritahukan kepadaku?
Silahkan saja katakan apa yang kamu pikirkan.”

“Tidak ada yang semacam itu, Ainz-sama.”

Respon cepat Sebas meninggalkan beberapa detik keheningan diantara mereka.

Ainz menyadari kesalahannya. Dia tidak bisa menanyakan hal ini dari posisi sebagai
penguasa. Pihak lain akan langsung terpukau dan tunduk serta menolak untuk bicara.

“Tidak perlu bersikap formal. Sudah tugasku untuk membuat hidupmu lebih bahagia.
Seperti – benar juga. Kamu bisa bicara kepadaku tentang apapun, bahkan masalah
sekecil apapun.”

“Tidak, tak ada yang seperti itu, Ainz-sama. Great Tomb of Nazarick ini yang
dikuasai Ainz-sama tidak kurang dari tempat suci yang diberkahi bagi kami. Tak ada
kekurangan sedikitpun dengan tinggal di sini.”

Ainz menundukkan garis pandangannya, lalu tersenyum saat dia menjawab.


“Begitukah... mungkin memang begitu. Sebas, aku lega mendengar itu.”

“Kelegaan anda membuat saya sangat gembira, Ainz-sama. Bolehkah saya tahu apa yang
anda inginkan dari saya?”

- Aku membawamu kemari untuk menjawab pertanyaan itu. Hanya itu.

Tentu saja, Ainz tidak bisa berkata seperti itu. Ini pasti rasanya bagi seorang
komedian yang melakukan rutinitas kesehariannya tanpa menerima satupun reaksi.
Begitulah yang dirasakan Ainz sekarang.

Sebas sedang menunggu jawaban. Namun, dia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Saat
dia akan membalas “itu saja”, sebuah cahaya menyinari hatinya yang diselimuti
kegelapan.

Inspirasi berkelebat pada Ainz, dan ketika dia sudah menata pikirannya, Ainz
berkata.

“-Sebas, aku dengar kamu mengunjungi kamar ini ketika aku sedang tidak ada. Pasti
ada suatu darurat, jadi aku panggil kamu menghadapku.”

“Ohh, tidak saya kira Ainz-sama akan bersusah payah seperti itu untuk masalah
kecil. Maafkan saya sepenuhnya.”

Ainz mengangkat tangannya untuk memotong Sebas, yang mana jika tidak akan terus
minta maaf kepada Ainz.

“Yah, itu tidak apa. Jadi, apa sebenarnya masalah itu?”

“Saya mengerti. Saya kemari untuk meminta izin menugaskan para pelayan wanita dan
pria.”

“Pleiades? Sebagai battle maid, mereka seharusnya memiliki level yang jauh lebih
tinggi daripada pelayan pria. Tidak apa-apakah mendistribusikan tugas seperti itu?”

“Ah, tidak, maafkan saya karena sudah tidak menjelaskan dengan jelas. Para pelayan
yang saya maksud adalah pelayan biasa dibawa tanggung jawab Kepala Pelayan
Pestonya. Tugas-tugas yang saya bicarakan adalah bersih-bersih setiap hari di
lantai 9 dan lantai 10.

“Ahh, jadi itu ...”

Meskipun Ainz benar-benar mempertimbangkan masalah tersebut, dia tidak memiliki


rencana tertentu yang ingin dia lakukan.
Para anggota guild yang menciptakan para pelayan pernah berpikir bahwa “Akan
memalukan jika tidak ada pelayan-pelayan di tempat yang besar seperti ini”. Tidak
ada signifikan tertentu yang menempel pada ciptaan mereka. Masalahnya adalah, dari
perhatian yang sangat detil terhadap desain para pelayan oleh Whitebrim-san –
seorang pria yang menembus dalam industri dengan memasukkan gambar-gambar pelayan,
dan sekarang merupakan mangaka serial – jelas sekali bahwa para pelayan sangat
spesial baginya, meskipun pada dasarnya hanya menjadi tambahan latar belakang.

Perasaan nostalgian membuat Ainz tersenyum, lalu dia membalas Sebas.

“yah, kalian berdua pada dasarnya dimaksudkan untuk menangani para pelayan itu.
Tidak perlu diriku memberimu izin untuk melakukan pekerjaanmu...”

Suara Ainz memantul di dalam lorong. Dia ingat dengan sesuatu yang dia baca di
dalam dua buku bisnis tadi. Dengan terbatuk lirih, Ainz bertanya.

“...Tidak, kamu datang kepadaku karena suatu alasan. Meskipun mungkin bagimu akan
menyusahkan, bisakah kamu menjelaskan detilnya kepadaku?”

“Bagaimana mungkin saya merasa susah? Saya hanya tidak ingin membuang waktu Ainz-
sama dengan masalah kecil.. saya mengerti. Kalau begitu, izinkan saya
menjelaskannya sendiri.”

Sebas menjelaskan setiap orang yang dikirimkan dan tujuan dibelakangnya.

Saat Ainz mendengarnya biara, yang bisa dia pikirkan adalah “Hmph, begitukah...”.
Namun, karena wajahnya tidak menunjukkan perubahan apapun dalam ekspresinya, pihak
lain akan mengira dia sedang memperhatikan dengan detil.

Penjelasan Sebas menjadi semakin bergerak.

Jika dia seperti itu, akan sulit untuk berpura-pura dengan suara seperti
“begitukah” dan “Umu”.

Ainz mengangkat tangannya, dan menyela ucapan monolog Sebas.

“Sebas, aku mengerti apa yang coba kamu katakan, kita memang memiliki jumlah
pelayan yang sedikit. Meskipun begitu, bukankah agak berlebihan memberi setiap
orang tugas untuk dikerjakan?”

“Ya, seperti yang anda katakan. Namun, para pelayan semuanya diberi item yang bisa
menetralkan lelah. Karena itu, tidak ada masalah berapa lamapun mereka bekerja...”

“Itu tidak benar, Sebas. Kita harus memberi mereka waktu senggang dan kesempatan
untuk mengistirahatkan pikiran mereka agar bisa berpikir bagaimana memberikan
performa dalam tugas mereka lebih baik. Jika yang dibutuhkan hanyalah boneka yang
hanya tahu bagaimana mengikuti perintah, maka kita bisa menggunakan undead level
rendah dari lantai satu dan sudah selesai.”

Mata Sebas melebar.

“Ohh! Seperti yang diduga dari Ainz-sama! Ternyata begitu, saya salah! Seperti yang
anda katakan! Para pelayan adalah homunculi yang diciptakan secara spesial. Saya
harus mempertimbangkan keingingan dan kepribadian mereka!”

“Ah, tidak, tidak perlu sungkan, Sebas. Kalau begitu, bisakah kamu melanjutkan
penjelasan rencanamu kepadaku?”

“Saya mengerti! Saya akan gunakan nasehat serius yang diberikan oleh Ainz-sama
kepada saya untuk menggunakan kemampuan mereka secara efektif!”

Penjelasannya berlanjut lagi.

Waktu itu, Ainz akan mengeluarkan pertanyaan, dan Sebas akan menjawabnya. Pada
akhirnya, meskipun Ainz tidak seberapa paham dengan detilnya, kelihatannya mereka
seakan berhasil mengeluarkan rencana penyebaran yang disetujui oleh Sebas.

“Terima kasih banyak, Ainz-sama. Saya bisa membuat rencana penyebaran dengan
sempurna sekarang.”

“Begitukah? Yah, karena kamu setuju, maka sudah tidak ada masalah. Aku izinkan kamu
dan Pestonya untuk menangani masalah ini. Sebas, kamu dipersilahkan melanjutkan.”

“Saya mengerti.”

Saat Ainz melihat Sebas yang puas meninggalkan kantornya, Ainz memegang kepalanya
saat dia menyadari kebodohannya.

“Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku...”

Alasan mengapa dia tidak mendapatkan tujuannya jauh terlalu gamblang. Bagaimana
bisa dia tidak menyadari hal yang sangat sederhana itu?

Jawabannya berada pada kondisi yang mengelilingi mereka.

Jika kepala departemen dari sebuah perusahaan besar tiba-tiba memanggil seorang
pekerja ke depan dirinya dan berkata, “katakan kepadaku masalah apapun yang kamu
miliki”, siapa yang akan benar-benar mengeluarkan protes mereka terhadap
perusahaan? Jelas sekali mereka akan mencoba memantulkan pertanyaan itu atau
bilang, “saat ini saya tidak terpikirkan masalah apapun” untuk mencoba lolos.

“Aku tak percaya bisa tidak terpikirkan hal itu; bisakah aku menjadi atasan yang
bagus? Tidak-“

Dia bangkit sendiri dari keterpurukannya.

“-Sejak awal, aku tahu aku masih belum siap. Karena itu, aku harus bekerja lebih
keras untuk meningkatkan diri. Kegagalan ini akan menjadi pengalaman yang
berharga.”

Singkatnya, masalahnya adalah bahwa dia telah mencoba bicara secara langsung kepada
Sebas tentang masalah itu.

Ainz mempertimbangkan jika dia harusnya memakai ‘Message’ malahan. Namun, dia
mempertimbangkan bahwa tidak ada pekerja yang akan mengutarakan kesusahan mereka
kepada bosnya melalui telephone, lalu mengabaikan rencana itu.

Pada akhirnya, dia harusnya mengirimkan orang selain dirinya. Mengulang skenario
sebelumnya, kepala departemen mungkin akan mendapatkan hasil yang lebih baik jika
pekerja itu bicara kepada sang sekretaris malahan. Ucapan yang ingin dia katakan
akan lebih keluar secara wajar kepada sesama bawahan daripada kepada bos itu
sendiri.

Pertanyaannya adalah, siapa yang akan menjadi pengganti Ainz?

Beberapa orang muncul di dalam pikirannya, tapi jika mereka ditanya mengapa mereka
harus melakukan ini, dia tidak ada pilihan lain selain menjelaskannya sendiri. Ainz
ingin menghindari hal itu pula.

Saat Ainz mulai semakin lelah menggapai jalan berduri di depannya, inspirasi turun
dari langit saat dia mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Ide brilian itu membuat Ainz penasaran apakah dia sedang terkena serangan berelemen
cahaya.

Ainz menunjuk ke lantai, dan menggunakan sebuah skill.

Apa yang keluar selanjutnya adalah seorang Death Knight.

Meskipun menggunakan mayat manusia akan membuat Death Knight bisa tetap ada tanpa
menghilang, tugas khusus ini tidak membutuhkan waktu sebanyak itu.

“Apakah kamu mengerti apa yang sedang aku pikirkan tadi?”


Death Knight itu mengangguk dan mengerang.

Monster-monster yang disummon diberikan sebagian dari pemikiran dan pengetahuan


sang summoner, jadi mereka bisa langsung mengambil tindakan menurut keinginan sang
tuan langsung setelah disummon. Mereka bisa membedakan teman dan lawan, tentu saja.
Jika tidak, tidak mungkin Death Knight di desa Carne bisa tahu niat Ainz secara
penuh dari hanya beberapa kata.

-Meskipun kenyataannya dia langsung bergegas entah bagaimana diluar perkiraan Ainz.

Itulah kenapa Ainz mensummon makhluk undead.

Mereka akan bertindak menurut tujuan Ainz, meskipun tanpa dijelaskan secara penuh.

Ditambah lagi, mereka tidak akan seintimidasi Ainz ketika bicara dengan orang-
orang.

Ada banyak keuntungan dari arah tindakan ini.

“Bagus. Kalau begitu pergilah. Laporkan apa yang kamu pelajari dari para guardian
dari seluruh lantai. Dimulai dengan Shalltear. Dia adalah Guardian terkuat dan
ditugaskan dengan barisan pertama pertahanan terhadap penyusup. Dia adalah orang
terpenting di dalam Nazarick. Kita harus memberinya prioritas terhadap segala
permintaan bantuan darinya.”

Ainz sudah bisa merasakan bahwa para Guardian Floor memiliki loyalitas terhadap
dirinya ketika dia mengumpulkan mereka di dalam Colosseum, tapi tidak ada salahnya
meningkatkan hubungan itu lebih dalam lagi. Ditambah lagi, jika dia harus memilih
antara mengalokasikan sumber daya kepadanya atau orang lain, Ainz mungkin
seharusnya mengatur untuk memberi Shalltear prioritas.

“Kalau begitu, ketika kamu sudah mendapatkan gambaran jelas dari semua orang,
kembalilah dan laporkan kepadaku. Detil itu akan menjadi dasar untuk meningkatkan
operasional harian Nazarick – mereka akan berguna dalam rapat di masa depan dengan
para guardian.”

Death Knight itu mengaum dan bergegas keluar dari ruangan tersebut. Saat Ainz
melihat punggungnya yang perlahan menjauh, dia terbayang dengan pemandangan dari
desa Carne.

Death Knight maju seakan dia bahkan tidak repot-repot membuka pintu – lalu di saat
terakhir dia berhenti, dengan hati-hati membuka pintu untuk bisa keluar, lalu
meneruskan lari lagi.

Sendiri lagi, Ainz menutup matanya.


“Death Knight... Death Knight... apakah aku memilih orang yang salah – tidak,
undead yang salah untuk pekerjaan ini?”

Ada banyak makhluk yang seperti manusia – jika memang begitu istilahnya – diantara
makhluk-makhluk undead yang bisa dia summon.

Oleh karena itu, Ainz penasaran apakah makhluk undead yang berbeda akan memberikan
hasil yang lebih baik.

Dengan berpikir demikian, mengapa dia memilih Death Knight? Dia tidak bisa
memikirkan alasan yang bagus. Sebenarnya, mungkin karena dia terbiasa dengan salah
satunya saat di desa Carne, jadi gambaran Death Knight dalam pikiran lebih segar di
kepalanya.

Sayangnya, sudah terlambat sekarang.

Setelah Death Knight kembali dengan ucapan dari Shalltear, Ainz akan
mempertimbangkan apakah dia harusnya menggunakan orang lain.

“Death Knight, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku percaya padamu bahwa tak ada
yang salah nantinya. Karena aku yang menciptakanmu sendiri, aku yakin kamu akan
melakukan tugas itu tanpa ada masalah apapun.”

Saat Ainz mengatakan ucapan ini, Ainz menekan perasaan tidak enak dalam dirinya
saat dia melihat ke arah Death Knight itu, yang telah meninggalakn ruangan itu.
Sebagian dari dirinya merasa bahwa itu adalah kalimat yang bagus, jadi dia membuat
catatan dalam ingatan untuk itu. Kelihatannya seperti sebuah kalimat yang bisa
digunakan di depan orang lain.

“Kalimat, huh... kelihatannya akan berguna di masa depan. Mungkin aku harus
melihatnya...”

Part 3

Death Knight itu berlari.

Dia berlari pendek dengan kecepatan penuh menembus lantai 9 Great Tomb of Nazarick.

Agar bisa segera memenuhi perintah sang tuan, dia berlari dengan hanya memikirkan
satu hal.

Cara makhluk itu berlari, dengan tinggi lebih dari dua meter dan terbungkus armor
plate hitam yang berat dari kepala hingga mata kaki, mirip dengan gerakan dari batu
raksasa yang bergulung-gulung. Lalu, gerakan yang kelihatannya tidak bisa
dihentikan itu tiba-tiba berhenti dengan sebuah teriakan.
“-Hey!”

Suara itu datangnya dari seorang wanita dari samping.

Sambil mencari-cari apakah teriakan itu diarahkan kepad dirinya, Death Knight
tersebut melanjutkan gerakan untuk sepuluh meter lagi.

“Hey! Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu berlari secepat itu? Aku akan marah
tahu!”

Setelah melihat ke belakang, dia melihat yang beribcara itu adalah seorang pelayan.

Dia tahu dia adalah pelayan biasa dari pengetahuan yang dia dapat dari sang tuan.

“Ini adalah lantai 9, kediaman para Supreme Being! Beraninya kamu membuat
keributan? Mengapa kamu berlarian di sini – tidak, tidak berlari – mengamuk di
seluruh tempat ini!”

Death Knight tersebut memikirkan ucapannya, dan mencatat bahwa itu memang benar.
Meskipun sang tuan menguasai tempat ini dan telah memberinya perintah langsung,
membuat suara keributan seperti itu tidaklah sopan.

Saat pelayan terseut melihat Death Knight tersebut merendahkan kepalanya meminta
maaf, pelayan tersebut mengangguk puas.

“Bagus sekali. Kamu harus ingat, kamu bisa berlarian di suatu tempat dan bukan di
tempat lain. Karena kamu sudah minta maaf, aku akan merahasiakannya dari sang tuan.
Kamu beruntung telah bertemu denganku. Jika kamu bertemu dengan orang yang lebih
keras, mungkin saja akan menyusahkan tuanmu. Bersikaplah lebih hati-hati di masa
depan!”

Pelayan itu menyentuh dagu Death Knight dengan lirih menggunakan jari telunjuknya,
lalu memiringkan kepalanya.

“Meskipun... aku tak pernah melihatmu sebelumnya... Jika kamu undead, apakah kamu
bawahan dari Shaltear-sama?”

Death Knight tersebut menggelengkan kepalanya, dan ekspresi pelayan tersebut


menjadi kaku. Wajahnya menjadi pucat, lalu keringat muncul di dahinya.

“Lalu.. bawahan siapa kamu...”

Setelah Death bilang kepada pelayan itu siapa nama sang tuan, wajah pelayan itu
berubah menjadi sangat pucat putih.

“Aku.. Aku.. apakah aku melakukan kesalahan?.. Um.. lalu.. apakah Ainz-sama
memberimu perintah darurat?”

Tidak heran, pikir Death Knight itu. Bagi sang tuan, yang menguasai tempat ini
setiap peraturan hanyalah saran yang bisa dia rubah sekehendak hatinya. Dengan kata
lain, tuannya membuat peraturan. Jika Death Knight benar-benar berada dalam urusan
darurat, tindakan tidak sopan dari pelayan itu akan dihukum dengan kematian
setidaknya.

Saat sang pelayan menyadari ini, tanda-tanda ketakutan muncul di wajahnya.

Tetap saja, apakah memang begitu?

Death Knight tersebut bisa merasakan niat dari tuannya yang ada di dalam hati.
Namun, karena sang tuan tidak benar-benar mengucapkan kalimat itu, dia tidak
menganggapnya sebagai perintah.

Hal yang paling penting adalah... Death Knight itu menatap ke arah pelayan yang
sedang gemetaran dari sudut matanya dan berpikir.

Bukan hanya pelayan ini. Death Knight bisa merasakah bahwa sang tuan dihormati oleh
setiap makhluk di sini. Hanya dengan memandang sang tuan, bahkan makhluk rendahan
seperti dirinya memiliki status yang lebih tinggi dari mereka semua.

Death Knight itu menjelaskan kepada pelayan tersebut bahwa dia sedang tidak berada
dalam perintah, dan dia hanya berlari agar bisa cepat-cepat mengabulkan keinginan
dari sang tuan.

Pelayan itu berkedip, lalu menghela nafas lega. Warna mulai kembali ke wajahnya.

“Haaaaa-“

Dia terlihat merosot, seperti sebuah boneka yang putus talinya.

“Yah, Untung saja. Itu benar-benar bagus...”

Dia terbatuk.

“Maaf yang tadi. Tidak kukira aku sudah bersikap tidak sopan terhadap bawahan dari
Ainz-sama. Maafkan aku.”

Death Knight itu melambaikan tangannya untuk memberitahukan bahwa dia tidak
keberatan. Sejujurnya, kesalahan itu berada pada dirinya karena sudah membuat
keributan di tempat suci ini. Namun, pelayan itu mungkin tidak akan bisa menerima
permintaan maafnya melihat keadaan itu.

Itu benar-benar tidak apa, tapi pelayan itu tidak berniat untuk mengabaikannya.
Memang wajar bagi yang lebih rendah untuk melihat atasan yang akan pergi. Namun,
Death Knight tersebut merasa dirinya bahkan lebih rendah dari pelayan itu, dan
beban dari tatapan sang pelayan sangat susah untuk diterima.

Mereka saling menunggu satu sama lain untuk membuat gerakan pertama, berhati-hati
saling menatap satu sama lain, seperti sebuah duel antara dua orang ahli pedang.

Keadaan akan menjadi canggung jika mereka berdiri di sini saling melihat satu sama
lain.

Sebagai orang yang telah menyebabkan mereka berdua saling menatap satu sama lain
sejak awal, seharusnya Death knight itu membuat gerakan pertama.

Death Knight itu menguap dan merasa tatapan pelayan itu membakar punggungnya saat
dia berjalan menjauh. Dia sedang berjalan karena keadaan akan menjadi susah jika
ada pelayan lain yang meneriakinya untuk berhenti berlari di lorong tersebut. Death
Knight itu setidaknya bisa belajar dari yang tadi.

Tanpa adanya insiden lebih lanjut, dia tiba di gerbang teleportasi menuju lantai di
atas.

Dari sini, dia akan melewati lantai 7, 6, 5 dan 4. Dengan tujuan akhir adalah
ruangan Shalltear Bloodfallen di lantai dua. Bergerak kesana dengan berjalan akan
memakan banyak waktu, tapi tidak ada jalan lain.

Alasan mengapa dia tidak melalui lantai 8 adalah karena memasukinya adalah
terlarang. Karena itu, sebuah jalan dibuat untuk melewatkannya.

Beberapa orang mungkin juga ingin melewati semua lantai dan langsung pergi ke
lantai 2, tapi hanya satu orang di Nazarick yang bisa melakukan itu. Orang ini
adalah pencipta dari Death Knight, Ainz Ooal Gown, ketua guild. Atau lebih
tepatnya, bahkan sang tuan pun takkan bisa melakukannya tanpa cincin Ainz Ooal
Gown. Tidak mungkin bagi seorang Death Knight melakukan itu sendiri.

Death Knight telah melangkah masuk ke dalam cahaya berkilauan dari gerbang
teleportasi. Karena jarng melihat seorang undead menggunakan gerbang teleport
sendirian, Guardian dari Sakura Sanctuary – yang bertanggung jawab terhadap gerbang
teleportasi itu – menolehkan tatapannya ke arah Death Knight itu, namun dia tidak
mengirimnya ke tempat khusus, dan Death Knight sukses berteleport sendiri.

Dia melewati dunia membara dari lantai 7


Dia melewati Colosseum dari lantai 6

Dia melewati gurun beku dari lantai 5

Dia melewati danau bawah tanah dari lantai 4

Akhirnya, dia tiba di tempat yang layak memiliki nama ‘makam’.

Death Knight itu keluar dari gerbang teleportasi, masuk ke dalam kapel bawah tanah
tanpa jendela. Mungkin dulu ruangan itu berkilauan dengan kekayaan, namun sekarang
yang tersisa di sana adalah tulang belulang yang hancur. Satu-satunya yang tersisa
adalah sebuah altar dimana patung seorang dewa seharusnya berdiri. Sebagai gantinya
ada sebuah bendera Ainz Ooal Gown.

Kapel tersebut sekitar seratus meter di seberang dan sama sekali gelap. Jika Death
Knight itu tidak mampu melihat di dalam kegelapan, dia akan ditelan oleh kegelapan
yang begitu pekat seingga dia tidak akan mampu melihat tangan sendiri di depan
wajahnya.

Beberapa lusin undead berkeliaran di dalam kegelapan tersebut. Karena mereka tidak
merasakan adanya panas tubuh, mereka tidak menunjukkan sikap permusuhan.

Death Knight tersebut meninggalkan kapel melalui satu-satunya pintu dan menuju
keluar.

Di depan kapel tersebut ada sebuah jembatan tali yang sudah tua dan usang yang
ditahan oleh sebuah tali yang terlihat seakan mau putus. Papan yang ada di bawah
kakinya sangat lapuk, dan di tempat ikatan tali itu longgar ada papan yang sudah
hilang, meninggalkan ruang kosong di sana. Jembatan itu berayun lembut meskipun
tidak ada angin di udara, berderit pilu.

Di bawah jembatan itu ada siluet mayat-mayat yang tak terhitung jumlahnya. Mereka
mengerang dan mengangkat lengan mereka.

Bagi seorang manusia, ini akan menjadi sebuah pemandangan yang sangat menakutkan
hingga membuat mereka terdiam di tempat. Namun, bagi seorang undead seperti
dirinya, tidak ada yang perlu ditakutkan. Eksterior yang hancur itu hanya sebuah
tampilan muka – sebenarnya, jembatan itu sangat kokoh. Selama tidak ada yang dengan
sengaja menginjak bagian yang hilang, bahkan satu makhluk dengan berat yang besar
bisa dengan mudah menyeberangi jembatan tersebut.

Tanpa menghiraukan jeritan kayu yang sudah lapuk di bawah kakinya, Death Knight
tersebut tetap maju.

Setelah jembatan, dia akan tiba di tujuannya.


Jalanan berakhir pada sebuah pintu batu yang sederhana.

Meskipun sulit dikenali dari luar, pintu ini adalah pintu masuk ke kamar pribadi
Shalltear Bloodfallen.

Death Knight itu mengetuk pintunya. Suara ketukan itu tidak seperti ketukan pada
batu, tapi pada logam. Itu adalah sebuah pintu logam yang dibuat mirip dengan batu.

Setelah beberapa saat, dia mengetuk lagi.

Pintu tersebut terbuka, dan salah satu pelayan Shalltear, seorang vampire bride
(penganting vampir), menjulurkan kepalanya keluar.

“Ara, kamu adalah...?”

Karena dia datang melalui gerbang teleportasi yang menuju lantai bawah, vampire
bride tersebut yakin dia bukanlah seorang musuh. Namun, dia masih terperangah saat
dia melihat undead yang tidak dikenal ini, karena Death Knight tidak biasanya ada
di dalam Nazarick.

Sistem spawn otomatis hanya akan menghasilkan monster-monster dengan level paling
tinggi 30. Death Knight, yang memiliki level 35, tidak akan di spawn oleh sistem
itu. Ditambah lagi, sistem mercenary yang men summon makhluk-makhluk dengan imbalan
mata uang Yggdrasil tidak memperbolehkan mensummon Death Knigt. Kebingungannya
memang bisa dipahami.

Death Knight itu memperkenalkan diri, agar menghindari situasi seperti dengan
pelayan yang tadi, dimana mereka akhirnya hanya saling menatap satu sama lain
karena terkejut atau malu.

Mata vampire bride itu melebar saat dia berkata bahwa tuannya – sang penguasa
absolut dari wilayah ini – telah mengirimkannya kemari untuk berbicara dengan
penguasa dari lantai ini.

“A, Apakah itu masalahnya?  Ka-Kalau begitu aku minta maaf sudah membuatmu
tertahan! Shalltear-sama sedang mandi sekarang, dia akan – tidak, tidak sopan
membuat anda menunggu di sini. Silahkan masuk!”

Death Knight itu tidak apa-apa menunggu di luar, tapi menolak sebuah undangan
seperti ini akan menjadi sangat tidak sopan.

Dengan begitu, Death Knight tersebut mengangguk lirih, lalu masuk ke dalam ruangan.

Sebuah keharuman yang manis dan lekat menggantung di udara. Meskipun itu tidak
memiliki efek kepada undead, bisa dibayangkan jika ada makhluk hidup yang gagal
menahan efeknya, mereka akan terkena semacam status negatif. Bau yang menyengat
seperti ini, yang kelihatannya ditaburkan kepada kulit seseorang, ada jebakan yang
wajar digunakan di sarang undead.

Tudung tipis merah muda sifon menggantung di langit-langit, mengaburkan pandangan.


Suara wanita yang sedang tertawa dan mengerang dengan mesum terdengar dari
kejauhan. Benar-benar tidak seperti daerah lain di dalam makam, dan dia merasa
seakan ditarik ke dalam dunia lain. Melakukan pertarungan kelompok di sini akan
sangat menyusahkan, setidaknya.

Suasana erotis dari ruangan tersebut dipecahkan oleh para vampir bride yang sedang
berlarian tergesa-gesa. Mereka kelihatanya sedang membantu Shalltear – yang telah
menyelesaikan mandinya – berpakaian sendiri.

“Pakaian-“

“Keringkan rambut Shalltear-sama-“

“Utusan Ainz-sama sedang menunggu-“

“Meskipun dia undead, kita harus menawarkan sebuah penyegar sebagai rasa hormat-“

“Siapkan sebuah tempat duduk untuknya dahulu-“

Semua kalimat ini melayang ke arah Death Knight itu, ditemani oleh suara-suara
tindakan yang tergesa-gesa.

“Si-Silahkan kemari.”

Segera, seorang vampir bride yang berbeda muncul di depannya, lalu membawa Death
Knight itu ke dalam sebuah ruangan dengan sebuah meja putih kecil, diatur untuk
berdua.

Masing-masingnya ada satu set cangkir teh porselen di depannya, dipenuhi dengan
sebuah cairan merah cerah, aroma teh memenuhi udara.

“Shalltear-sama akan segera kemari; mohon tunggu sebentar.”

Setelah membungkuk, vampir bride itu pergi.

Death Knight itu duduk, khawatir jika kaki kursi yang rapuh itu tidak akan mampu
menahan bebannya yang sangat berat. Meskipun teh itu baru diseduh untuknya, dia
meninggalkan cangkir yang tidak tersentuh itu dan menunggu. Dia tidak akan
menderita efek buruk apapun jika dia meminum teh tersebut, tapi jika dia
melakukannya, mungkin teh itu akan keluar dari tubuhnya dan mengotori lantai. Dia
tidak ingin mengotori kamar orang lain.
Setelah beberapa menit, Shalltear keluar, diapit oleh dua vampir bride.
Kelihatannya kemunculannya yang tergesa-gesa itu sangat terburu-buru, melihat
kenyataan rambut panjang Shalltear belum benar-benar kering dan dibiarkan
menggantung di belakangnya, daripada disanggul.

Death Knight itu berdiri dari tempatnya untuk menyabut Shalltear. Matanya melebar,
lalu diam-diam dia terjatuh berlutut dengan satu kaki.

“Guardian Floor Shalltear Bloodfallen mempersembahkan diri. Saya minta maaf karena
sudah terlambat muncul, wahai utusan dari Ainz-sama.”

Saat Shalltear menyambutnya tanpa melihat statusnya, Death Knight tersebut


mengungkapkan harapannya agar Shalltear tidak mengadopsi sikap itu. Seharusnya
dialah yang harus berlutut di depan Shalltear.

“Tapi, saya tidak mungkin bisa menunjukkan sikap tidak hormat kepada seorang utusan
dari Ainz-sama.”

Ketika mendengar penolakan Shalltear, Death Knight memohon kepadanya untuk tidak
bersikap terlalu formal sekali lagi. Namun, Shalltear kelihatannya tidak bisa
menerima fakta itu. Saat Death Knight itu menduganya, dia mungkin mengira bahwa
segala sikap tidak sopan kepada utusan dari Ainz sama dengan tidak sopan kepada
Ainz sendiri.

Setelah beberapa kali berputar ke belakang dan ke depan, dua orang itu akhirnya
sepakat. Untuk menunjukkan saling sikap hormat, mereka akan berbicara seperti biasa
satu sama lain.

Sebuah senyum keluar dari kedua wajah mereka saat kesepakatan itu tercapai.

“kalau begitu, bisakah anda beritahu ada urusan apa? Aku belum pernah menerima
pesan dari seorang utusan daripada magic sejak Albedo memerintahkan kepada kami
untuk berkumpul di colosseum. Itu pasti urusan yang penting, jadi aku harap biarkah
saya mendengarnya di dalam kamar yang buruk ini.”

Shalltear melihat para vampire bride yang dia bawa serta.

Kelihatannya ini adalah urusan rahasia.

Saat Death Knight itu memastikan bahwa ini harus dirahasiakan, Shalltear
mengisyaratkan dengan dagunya ke arah pintu. Para vampir bride itu mengangguk dan
perlahan meninggalkan ruangan tersebut.

“Kalau begitu... mari duduk dan bicara.”


Meskipun mereka berdua adalah undead dan tidak perlu khawatir dengan lelah,
kelihatannya agak lucu juga jika mereka berdua terus berdiri, terutama ketika
minuman sudah disiapkan.

Dua orang menyamakan timing saat duduk berbarengan.

Mata mereka saling bertemu sesaan, lalu Shalltear berbicara dengan suara lirih.

“Lalu, bisakah anda katakan kepadaku?”


<![if !supportLineBreakNewLine]>
<![endif]>

Suaranya dipenuhi dengan kegembiraan dan antisipasi. Shalltear pasti merasa bahwa
Death Knight itu akan mempercayakan sebuah misi yang rahasia yang hanya bisa
dilakukan oleh Guardian Floor Shalltear Bloodfallen. Panas dari kegembiraan yang
dia rasakan seperti sebuah tekanan fisik – atau bukan.

Menurut sang tuan, hal pertama yang harus dia tanyakan kepada para Guardian adalah
“Apakah anda baik-baik saja?”

Setelah berkata demikian, Shalltear berkedip karena terkejut, lalu bergerak tidak
teratur dari samping ke samping sambil memikirkan pertanyaan tersebut. Akhirnya,
seakan mengakui kekalahan, Shalltear berbicara.

“Apakah ada alasan tertentu untuk pertanyaan itu? Apakah ada sesuatu yang tidak
biasa yang terjadi?”

Mempertahankan kesehatan seseorang adalah hal yang penting, jadi sang tuan merasa
bahwa menanyakan kesehatan mereka akan meningkatkan suasana. Lagipula, ketika
melakukan bisnis, seseorang harus menemukan dasar yang sama setelah menjernihkan
suasana.

Meskipun Death Knight itu bertanya dengan niat seperti itu, hasilnya malah
sebaliknya dari apa yang dia duga. Mata Shalltear melebar dengan pertanyaan yang
tidak terduga.

“Seperti yang Ainz-sama pasti ketahui, sebagai seorang undead, saya kebal dengan
sebagian besar efek status dan baik-baik saja. Meskipun begitu, saya tahu beberapa
efek khusus bisa mempengaruhi undead. Apakah salah satu efek itu muncul?”

Undead memang benar-benar kebal terhadap sleep (ngantuk), poison (racun), disease
(penyakit) dan efek-efek lain yang mempengaruh metabolisme makhluk hidup. Namun,
beberapa serangan musuh bisa melewati kekebalan itu.

Serangan-serangan itu biasanya milik dari musuh kelas dunia.


Contohnya, ‘Five Rainbow Buddhas’, ‘Five Celestial Death Throes’, ‘Corpse Venom
Breath’ dihembuskan oleh salah satu dari delapan naga, atau ‘Seven Deadly Sins’
milik Lords of the Seven Sins.

Meskipun ada 30 pemain dengan level 100, dengan persiapan penuh dan sudah tahu
terlebih dahulu pertempuran yang akan dihadapi, bertempula melawan salah satu dari
musuh kelas dunia, hasil dari pertempuran itu masih bisa diragukan. Jika salah satu
dari mereka ini muncul di depan mereka, itu akan menjadi ancaman bagi seluruh
penghuni Nazarick.

Death Knight itu menggelengkan kepalanya. Tidak ada yang seperti itu, dan disamping
itu, jika sesuatu yang seperti itu terjadi, tidak mungkin Shalltear tidak
diberitahu.

“...Jadi seperti itu... meskipun itu adalah pertanyaan dari Ainz-sama... benar-
benar tidak seperti yang kuduga.”

Setelah itu, Death Knight tersebut berkata bahwa dia akan menanyai Guardian lain
dengan pertanyaan yang sama.

“Aku mengerti sekarang. Meskipun aku tidak mengira jika Guardian lain akan
melakukan apapun yang bisa berakibat negatif terhadap kesehatan mereka, apakah
orang seperti itu memang ada?...Tidak, itu tidak benar.”

Shalltear menyangkal pendapatnya sendiri saat dia mengatakannya.

“Tidak mungkin Ainz-sama tidak bisa menyadari ada sesuatu yang seperti itu. Karena
beliau berasumsi bahwa kami akan melalui persiapan yang sangat matang, dia hanya
akan bertanya seperti itu untuk tetap membuat kami tetap fit. Seperti yang diduga
dari Ainz-sama, tuan kami yang tak pernah bisa diasosiasikan dengan kalimat
‘kecerobohan’.”

Meskipun Death Knight itu tidak yakin jika itu adalah apa yang sebenarnya
diinginkan oleh tuannya, Death Knight itu setuju bahwa itu memang benar.

“Lalu, apakah alasan anda kemari kepadaku pertama karena aku yang paling jauh dari
Ainz-sama? Apakah itu sama sekali karena jarak?”

Bukan seperti itu.

Death Knight tersebut mengatakan kepadanya apa yang sang tuan katakan, bahwa
“Shalltear adalah orang yang sangat penting.”

Suasana di situ menjadi berubah dalam sekejap.

Sesuatu yang seperti udara panas bergolak di depannya.


Tidak ada perubahan pada Shalltear – tidak, pupilnya yang berwarna merah tua
berkialu seperti lahar.

“-Maafkan saya. Saya pasti sudah tuli untuk sesaat, jadi saya tidak dengar apa yang
baru saja anda katakan. Maafkan saya, bisakah anda katkan apa yang Ainz-sama
katakan, sekali lagi?”

Sulit dipercaya bahwa undead, dengan kekebalan mereka terhadap segala efek status
biologis, bisa menjadi tuli. Tapi dia tidak punya alasan untuk menolak permintaan
Shalltear.

Jadi, dia mengulanginya lagi.

Sudut bibir Shalltear naik ke atas.

“-Ha! Hahaha! Ahhh, jika saja Albedo di sini mendengarkan ini! Hahaha!”

Setelah tertawa senang, Shalltear melanjutkan bertanya kepada Death Knight


pertanyaan lain.

“Apakah Ainz-sama mengatakan sesuatu tentang Albedo?”

Setelah mendengar bahwa Ainz tidak menyebutkan apa-apa. Shalltear tersenyum lebar.

“Jadi begitu, jadi memang begitu. Itu benar-benar... Kemarilah, tuan utusan,
bisakah anda mengatakan kepadaku pertanyaan selanjutnya?”

Pertanyaan selanjutnya adalah, “Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?”

“Tentang ini..”

Shalltear mengerutkan dahinya dan menempatkan jarinya di bibir sambil melihat ke


atap.

Beberapa detik kemudian, dia melihat ke arah Death Knight kembali.

“Tidak ada apapun yang benar-benar mengangguku.”

Saat dia melihat Death Knight itu mengangguk, curiga dan kerguan mendorong
Shalltear berbicara.
“Apakah saya salah menjawabnya? Apakah saya salah mengerti niat sebenarnya dari
Ainz-sama?”

Percakapan itu seperti melemparkan bola basket. Jika percakapan itu berakhir
setelah hanya beberapa ronde, ada sesuatu yang salah.

Death Knight itu telah menggenggam pemikiran sang tuan ketika diciptakan, tapi
meskipun begitu, dia hanya bisa mengira secara kasar niat sang tuan dan tidak
memahami dengan sepenuhnya. Jadi dia tidak bisa berkata apapun untuk menenangkan
Shalltear.

Melihat Shalltear yang tidak tenang, Death Knight itu bertanya yang terakhir
kalinya, “Apa yang kamu inginkan?”

Senyum Shalltear sangat indah mempesona saat menjawabnya.

“Aku menginginkan cinta dari Ainz-sama. Aku tidak bermaksud untuk menguasainya
sendiri. Lagipula, wajar bagi seorang pria hebat untuk memiliki banyak wanita
sendiri. Mengherankan jika ada wanita manapun yang bisa menaan pria luar biasa
seperti Ainz-sama. Namun, aku ingin menjadi yang pertama di hatinya.”

♦ ♦ ♦

Death Knight meninggalkan ruangan itu dan kembali menuju gerbang teleportasi untuk
kembali ke lantai 9. Dari sini, dia harus melewati setiap lantai untuk kembali ke
sisi tuannya, tapi sebagai seorang undead, dia tidak akan merasa kelelahan baik
tubuh maupun pikiran, jadi perjalanan yang panjang ini bukanlah masalah.

Tiba-tiba saja, perintah sang tuan bergetar di dalam pikirannya. Seorang makhluk
yang disummon memiliki hubungan mental dengan sang tuan, jadi meskipun tanpa
‘Message’ mereka bisa menerima perintah dan memengirimkan pikirannya secara umum.

Death Knight itu mematuhi perintahnya, dan berhenti.

Jelas sekali tidak ada siapapun di jalan ini, namun dia bisa melihat bentuk sang
tuan semakin jelas keluar dari udara yang tipis. Dia pasti menggunakan magic tipe
invisibilitas (tidak terlihat) untuk bisa mendekat dengan sembunyi-sembunyi.

“Meskipun aku bilang kepadamu untuk kembali, itu akan membuang-buang waktu. Memang
tidak masalah berapa kalipun kamu pergi dan pulang, tetap saja aku masih harus
memanfaatkan waktuku dengan baik. [Repel Undeath].”

Ainz merapalkan sebuah mantra yang menciptakan sebuah barrier (penghalang) untuk
mengusir undead level rendah. Biasanya, Death Knight tersebut akan terkena pula,
namun karena dia berada dalam kendali langsung sang tuan, dia tidak menyingkir dari
Ainz.
“Begini bagus juga. Sekarang, katakan kepadaku apa yang Shalltear katakan.”

Death Knight itu mengangguk dan dengan cepat memulai laporannya. Dia mulai dengan
pertanyaan tentang kesehatan.

Setelah mendengarkan, Ainz melihat ke atas.

“Yah, itu memang benar. Menanyakan kesehatan Shalltear adalah hal yang percuma
karena dia adalah undead. Tidak... seharusnya sama halnya dengan Guardian-Guardian
lain. Tak ada satupun dari mereka yang akan gagal melindungi diri mereka sendiri
terhadap penyakit atau racun. Pertanyaan yang tidak berguna. Yah, mau bagaimana
lagi, memang itu ditujukan untuk meningkatkan suasana, jadi tidak masalah.
Sekarang, katakan kepadaku tentang pertanyaan selanjutnya.”

Saat dia mendengarkan jawbannya, Ainz mengerutkan dahinya yang tidak ada.

“Hanya itu? Apakah dia hanya bersikap sopan?”

Death Knight tersebut menggelengkan kepalanya.

“Tidak? Tidak... apakah itu artinya dia salah duga dengan pertanyaan itu? Kita
memang baru sebentar di sini, jadi mereka mungkin belum menemukan masalah apapun.
Aku akan menanyakan hal lain.”

Ainz berpikir sebentar, lalu berbicara kepada Death Knight tersebut.

“mari kita rubah pertanyaan kedua... Lain kali.. hm, apa yang harus kutanya. Apakah
kamu punya ide?”

Death Knight itu mengerang karena bingung. Dia tida bisa memberikan ide bagus
apapun meskipun diminta.

“Ah, ya, benar juga. Maaf. Kurasa aku akan melihat bible kalau begitu.”

Ainz mengambil sebuah buku dari udara dan membalik halamannya, berhenti pada
halaman tertentu.

“...Ternyata begitu. Aku paham, itu juga tidak apa. ‘Interpersonal Relationships.
Siapa yang paling dekat denganmu dan siapa yang paling jauh darimu.’. Apakah ada
pertanyaan yang lebih penting dari ini?”

Cahaya merah tua di mata sang pemiliknya semakin bersinar cerah.


“Interpersonal relationship adalah hal yang penting. Meskipun di dalam perusahaan
yang tidak memiliki etika, jika hubungan seseorang baik, mereka mungkin bisa
selamat tanpa memperdulikan itu. Dan di dalam perusahaan tidak beretika,
interpersonal relationship yang buruk akan menyebabkan banyak pengunduran diri. Hal
yang sama berlaku juga dengan Ainz Ooal Gown.”

Yang Ainz maksud bukanlah Death Knight itu. Kelihatannya Ainz sedang bicara
sendirian.

Suara Ainz menjadi semakin lirih dan lembut, hingga titik dimana tidak bisa
didengar. Api di matanya berubah, seakan melihat ke arah yang jauh.

“Benar sekali, interpersonal relationship. Hubungan antara Guardian Floor sangatlah


penting. Bisakah kamu melakukan itu, Death Knight? Untuk selanjutnya, tanyakan itu
sebagai gantinya... Baiklah. Biarkan aku dengarkan jawaban untuk pertanyaan yang
terakhir.”

Saat dia mendengar jawaban Shalltear, Ainz merosot seperti boneka yang putus
talinya.

Dia bicara kepada Death Knight tersebut.

“...Selain dari Ainz. Tambahkan itu pada pertanyaan terakhir ketika lain kali kamu
menanyakannya. Mengerti?”

Part 4

Udara dingin membekukan bertiup dari segala arah. Biasanya akan ada efek luas dari
damage berbasis dingin dari waktu ke waktu di sini, tapi dengan dinonaktifkannya,
disini hanya ada suhu yang sagnat dingin. Tetap saja, Death Knight itu akan baik-
baik saja meskipun efek luas itu tidak dimatikan.

Ini karena sebagian besar undead kebal terhadap dingin, tapi lemah terhadap api.
Karena itu, tak perduli seberapa dingin suhunya, undead tidak akan terpengaruh, dan
karena mereka semua mengabaikan efek-efek dari status yang berhubungan dengan
metabolisme tubuh, mereka bisa berfungsi sangat baik di dalam area-area dengan suhu
yang tinggi, meskipun mereka akan menerima damage tambahan akibat serangan-serangan
berelemen api.

Ngomong-ngomong, Death Knight benar-benar kebal terhadap dingin, namun tidak lemah
terhadap api.

Satu-satunya yang memperlambat langkah kakinya adalah salju.

Mengenakan armor full plate akan memperlambatnya, dan itu menyebabkan seluruh
kakinya tenggelam ke dalam salju. Jika dia bukan undead, dia tidak akan tahan
dengan keletihan sejak lama.
Setelah beberapa saat, Death Knight akhirnya menemukan bola salju yang besar tempat
tinggal Cocytus.

Enam es kristal menjulang dari tanah di sekeliling bola salju itu.

Death Knight melanjutkan perjalanannya, dan tiba-tiba tubuh Cocytus muncul di pintu
masuk bola salju tersebut. Mata mereka bertemu.

“Seorang. Tamu....? Apakah. Kamu. Adalah. Orang. Yang. Mengaktifkan. Gerbang? Aku.
Menerima. Laporan. Jika. Ada. Seorang. Undead. Nazarick. Melewatinya. Tapi. Kamu.
Tidak. Terlihat. Familiar.”

Ketika Death Knight tersebut berkata dia disummon oleh Ainz, Wajah serangga Cocytus
menjadi terkejut. Tidak, suara benturan dari rahang bawahnya yang besar adalah
sebuah tanda terkejut. Itu mungkin jawaban yang lebih akurat.

“Ohhhh! Saya. Saya. Tidak. Menunjukkan. Sikap. Hormat. Yang. Benar. Tidak. Saya.
Kira. Anda. Adalah. Utusan. Dari. Ainz-sama!”

Death Knight itu bergerak menghentikan Cocytus yang sedang berlutut, dan bilang
kepadanya tentang kejadian di ruangan Shalltear.

Namun, sulit baginya membiarkan pihak lain memahami jika dia lebih rendah, jadi
Death Knight itu memutuskan agar mereka mulai dengan saling memanggil satu sama
lain secara setara dahulu.

“Ternyata. Begitu. Jadi. Kamu. Tadi. Dari. Tempat. Shalltear. Juga... Aku.
Mengerti. Kalau. Begitu. Silahkan. Lanjutkan.”

Apakah itu karena sifatnya yang seorang warrior? Atau apakah karena dia adalah
seorang pria? Yang manapun, dia kelihatannya lebih menerimanya jauh lebih cepat
daripada Shalltear.

“Ini. Bukan. Tempat. Untuk. Menerima. Tamu. Terutama. Utusan. Dari. Ainz-sama.
Jika. Tidak. Keberatan. Silahkan. Masuk. Ke. Dalam. Rumahku?”

Tubuh Death Knight itu tidak terpengaruh oleh lelah, jadi berdiri di sini juga
tidak apa-apa. Namun, dia tidak memiliki alasan untuk menolak tawaran tersebut. Dan
juga, seperti yang Cocytus bilang, sikap hormat yang dia tunjukkan bukan hanya
karena sang tuan. Menolak undangan juga akan terlihat buruk bagi mereka berdua.

Dia mengikuti Cocytus masuk ke dalam bola salju besar itu.

Dinding-dindingnya, atap dan perabotannya semua terlihat seperti dari es. Ini
mungkin adalah keputusan artistik. Selain itu, tidak ada bedanya dengan rumah
biasa.

Namun, rumah itu besar. Cukup besar untuk bisa membuat Cocytus mengayunkan
pedangnya tanpa khawatir ada masalah dimanapun di dalam. Mungkin didesain untuk
pertarungan indoor.

Mereka tiba di tempat yang terlihat seperti sebuah ruang konferensi.

Death Knight tersebut menolak tawaran minuman. Minuman itu sudah dipersiapkan
baginya waktu di tempat Shalltear, tapi dia merasa tidak enak membuat orang lain
mempersiapkan minuman itu secara khusus baginya.

“Maafkan. Aku. Sudah. Membuatmu. Terburu-buru. Tapi. Bisakah. Aku. Mendengarkan.


Pertanyaannya?”

Cocytus berbicara dari tempat berlawanan dari Death Knight tersebut di meja.

“Ains-sama. Tidak. Menggunakan. ‘Message’. Namun. Mengirimkan. Seorang. Utusan.


Undead. Ini. Pasti. Sangat. Penting. Ada. Masalah. Apa?”

Death Knight itu mengerti jika sang tuan ingin dia membukanya dengan “Maaf, ini
tidaklah penting”, tapi dia juga memahami jika para Guardian, semua yang berkenaan
dengan Ainz-sama adalah masalah penting. Tetap saja, dia tahu jika itu bukan yang
diinginkan oleh sang tuan.

“Apa. Maksudmu. Ini. ‘Tidak. Penting.’ Ainz-sama. Adalah. Yang. Mengumpulkan. Para.
Supreme. Being. Yang. Membuat. Tanah. Ini. Dan. Semuanya. Apa. Yang. Lebih.
Penting. Dari. Ucapan. Beliau?Harus. ada. Batasan. Terhadap. Kerendahan. Hati.
Disini. Meskipun. Itu. Adalah. Kamu.”

Ucapan Cocytus terngiang kuat oleh Death Knight, lalu mengangguk dalam-dalam tanda
setuju.

Dua orang itu saling bertatapan sekali lagi. Mata mereka saling bertemu untuk
sesaat – sebuah waktu yang amat pendek – tapi itu tidak cukup. Komunikasi yang
mereka saling tukar menembus jiwa mereka tidak perlu hal-hal yang kasar seperti
kata-kata.

Keduanya bangkit dari tempat duduk, lalu secara reflek mengulurkan tangan mereka,
lalu berjabat sewajarnya.

Sebagai warrior yang percaya kuat terhadap loyalitas, kejujuran, dan pelayanan yang
tulus, mereka melihat spirit-spirit yang sama satu sama lain.

“-Senang. Bertemu. Denganmu.”


Death Knight itu meraung lirih setuju.

Dengan ogah-ogahan, masing-masing tidka ingin menjadi yang pertama melepaskan


genggaman mereka, keduanya kembali duduk.

“Kalau. Begitu. Kita. Harus. Menuju. Topik. Utama. Apa. Yang. Ainz-sama. Katakan?”

Death Knight itu menanyakan kepada Cocytus tentang hubungan interpersonalnya;


tentang orang yang merasa paling dekat dengan dirinya dan yang kurang dekat
dengannya.

Cocytus berkedip – sebuah tindakan yang mengesankan mempertimbangkan dia memiliki


mata yang majemuk.

“Yang. Paling. Dekat. Dan. Yang. Kurang. Dekat... sebuah. Pertanyaan. Yang. Sulit.”

Cocytus melipat keempat tangannya.

“Dekat. Maksudnya. Adalah. Teman. Yang. Paling. Akrab? Ataukah. Yang. Lain.”

Death Knight itu mengindikasikan yang pertama. Saat Cocytus tenggelam dalam
pikiran, dia meraung.

“Jika. Aku. Tahu. Niat. Sebenarnya. Dari. Ainz-sama. Aku. Bisa. Memberinya.
Jawaban. Yang. Lebih. Baik. Jika. Maksudnya. Adalah. Guardian. Floor. Aku.
Berhubungan. Baik. Dengan. Demiurge. Jika. Itu. Termasuk. Semua. Guardian. Maka.
Juga. Termasuk. Kyouhukou. Dan. Aku. Juga. Mempertahankan hubungan. Dengan. Grant.
Dan Gashokukochuuo.”

Death Knight itu mengangguk paham, lalu menunggu jawaban selanjutnya.

Cocytus berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.

“Ketika. Aku. Memikirkannya. Tidak. Ada. Siapapun. Diantara. Para. Ciptaan.


Supreme. Being. Yang. Aku. Rasa. Kurang. Dekat. Namun. Dari. Sebagian. Besar. Aku.
Hanya. Bicara. Dengan. Mereka. Dan. Aku. Tidak. Bertemu. Dengan. Mereka. Empat.
Mata. Seperti. Yang. Kulakukan. Dengan. Guardian. Area. Denga. Izin. Ainz-sama.
Aku. Ingin. Berkunjung. Kepada. Mereka. Dan memperdalam. Pertemanan. Kami.”

Death Knight itu berjanji bahwa dia akan menyampaikan pesan itu. Mempertimbangkan
pertemuan sebelumnya, ada peluang yang tinggi dia akan bertemu sang tuan di luar,
saat dia meninggalkan bola saljut tersebut. Dia mungkin bisa memenuhi janjinya
kepada Cocytus lebih awal dari yang diduga.
“Meskipun. Ini. Tidak. Ada. Hubungannya. Dengan. Topik. Tersebut. Aku. Ingin.
Meminta. Sebuah. Peluang. Untuk. Melakukan. Sparring. Dengan. Sebas. Dan. Albedo.
Dalam. Latihan. Tempur. Secara. Real – Terutama. Dengan. Petarung-petarung. Yang.
Kuat – tentunya. Akan. Memberikan. Keuntungan. Bagi. Ainz-sama.”

Ini terdengar seperti sebuah saran yang sudah bisa diduga dari seorang artis yang
mendedikasikan hidupnya untuk menyempurnakan karyanya. Death Knight itu bisa
memahami darimana datangnya Cocytus dan akan menyampaikan keinginannya kepada sang
tuan.

Selanjutnya, Death Knight tersebut menanyakan pertanyaannya. “Apa yang kamu


inginkan.... selain dari Ainz-sama.”

Cocytus kelihatannya menyeringai dengan tambahan itu.

“...Aku. tahu. Pasti. Sebelumnya. Ada. Yang. Meminta. Ainz-sama. Jika. Bukan.
Albedo. Atau. Shalltear.”

Untuk melindungi reputasi Shalltear, Death Knight tersebut tetap terdiam.

“Meskipun. Aku. Tidak. Tahu. Yang. Mana. Dari. Mereka. Yang. Mengatakannya. Jika.
Jawaban. Itu. Diperbolehkan. Maka. Aku. Juga. Akan. Meresponnya. Dengan. Aku.
Menginginkan. Keturunan. Dari. Ainz-sama.”

Cocytus mengangkat sebuah tangan untuk menghentikan Death Knight tersebut,


menandakan dia ingin melanjutkan.

“Aku. Tahu. Ini. Adalah. Permintaan. Yang. Tidak. Sopan. Kepada. Ainz-sama. Namun.
Aku. Merasa. Kita. Membutuhkan. Seorang. Keturunan. Untuk. Melanjutkan. Kekuasan.
Di. Nazarick. Tanpa. Keturunan. Aku. Tidak. Bisa. Merasa. Tenang. Untuk. Masa.
Depan. Selama. Itu. Adalah. Perintah. Kami. Para. Guardian. Akan. Mematuhinya.
Meskipun. Sang. Penerus. Adalah. Dari. Luar. Namun. Tanpa. Hubungan. Darah. Dari.
Tuan. Kami. Maka. Pertikaian. Secara. Emosi. Dan. Ideologi. Akan. Terjadi. Tapi.
Jika. Ainz-sama. Memiliki. Seorang. Keturunan. Kami. Para. Guardian. Akan. Dengan.
Senang. Hati. Melayaninya.”

Death Knight itu tidak bisa berkata apapun lagi kepada Cocytus yang sedang berdiri
dengan dada membusung. Ini adalah sebuah perasaan bahwa dia, yang diciptakan untuk
mematuhi penciptanya, tidak bisa mengerti.

“Ahh... seorang. Keturunan... darahku. Mendidih..”

Cocytus kelihatannya sedang memikirkan tentang sesuatu yang aneh.

Akhirnya, dia mengangguk puas.


“...Keturunan. Ainz-sama. Pastinya. Akan. Menjadi. Magic. Caster. Yang. Luar biasa.
Oleh. Karena. Itu. Aku. Tidak. Akan. Memiliki. Peluang. Mengajarinya. Ilmu.
Berpedang. Sudah. Kuduga. Ibunya. Haruslah. Seorang. Warrior.. Tidak. Itu. Salah.
Karena. Beliau. Adalah. Seorang. Magic. Caster. Maka. Dia. Memerlukan. Seorang.
Warrior. Yang. Mumpuni. Untuk menjaga tubuhnya. Oleh. Karena. Itu. Aku. Akan.
Melakukan. Tugas. Itu. Aku. Akan. Mengajarinya. Bagaimana. Menghadapi. Para.
Penyerang. Jarak. Dekat – tidak. Dengan. Diriku. Di. Dekatnya. Tak. Ada. Yang.
Akan. Bisa. Mendekatinya. Sampai. Cukup. Mengancam. Jiwa.”

Mata majemuk Cocytus seakan sedang memandang pemandangan yang indah yang hanya bisa
dia lihat.

“Ohhh. Benar. Sekali. Aku. Sangat. Kuat. Aku. Tidak. Akan. Biarkan. Musuh-musuh.
Yang lemah. Seperti. Itu. Mendekati. Tuan. Muda. Hmph. Datanglah. Jika. Kalian.
Tidak. Takut. Dengan. Kematian!”

Cocytus hanya bisa kembali sadar setelah Death Knight itu berterima kasih atas
waktunya.

“..Terbatuk! Ahem. Kalau begitu.. Aku. Yakin. Ini. Penting. Tolong. Beritahu. Ainz-
sama. Tentang. Masalah. Penerus.”

♦ ♦ ♦

Saat Death Knight itu meninggalkan bola saljut dan memasuki sebuah dunia salju yang
terus turun, ucapan sang tuan bergeme di dalam pikirannya, seperti yang dia duga.

Death Knight tersebut memanjangkan jangka kakinya untuk memenuhi perintah. Tidak,
karena ada jarak yang panjang antara lokasinya saat ini dan lokasi yang ditunjuk,
dia harus bergerak cepat agar bisa menghindari membuang-buang waktu Ainz. Dengan
raungan yang kuat, Death Knight tersebut berubah menjadi berlari kecil. Dia
mengaduk salju-salju itu ke pinggir saat berlari, menuju sang tuan secepat mungkin.

Saat dia tiba di tempat yang ditentukan dan mulai melihat sekeliling, sebuah bentuk
hitam legam mengotori dunia yang putih alami. Atau lebih tepatnya, karena Death
Knight itu juga merupakan figur berwarna hitam, mungkin sebaiknya dikatakan bahwa
dunia yang hitam itu semakin menguat.

“Maaf sudah membuatmu terburu-buru, dan cobalah untuk tidak membuat suara gaduh,
itu mengundang perhatian.”

Ketika mendengar ucapan pertama sang tuan, Death Knight itu cepat-cepat menutup
mulutnya.

“Kamar Cocytus dikelilingi oleh bawahan-bawahan yang disebut Frost Virgin, dan
mereka memiliki kemampun untuk melihat tembus invibilitas, jadi aku tidak bisa
menunggu di sana. Ahhh. Itu benar-benar beresiko. Baiklah, biarkan aku mendengar
laporanmu kalau begitu.”

Death Knight tersebut mulai menjelaskan, lalu Ainz menganggukkan kepalanya dengan
agung saat dia mendengarkan.

“Ternyata begitu. Yah, aku melihat kemiripan antara Cocytus dan Demiurge, dan
bagaimana mereka berkawan baik. Sedangkan untuk mengapa Entoma tidak dimasukkan...
mungkin karena para maid Sebas tidak bekerja di tempat yang sama dengannya.
Meskipun, Memang benar, Kyouhukou dan Gashokukochuuo berada pada lantai-lantai yang
berbeda pula... yah, tidak ada gunanya terlalu mengkhawatirkan itu.”

Setelah mengetahui sang tuan mengerti, Death Knight itu melanjutkan dengan
berbicara tentang permintaan yang entah tidak ada hubungannya. Ainz mengangguk
setuju berkali-kali saat dia mendengarnya.

“Bahkan diantara Guardian Nazarick, mereka bertiga bisa dianggap sebagai yang
teratas diantara kelas warrior. Cocytus memiliki keunggulan terhadap Albedo, namun
tidak terhadap Sebas. Sebas kuat melawan Cocytus, namun tidak melawan Albedo.
Albedo mungkin bisa menang melawan Sebas, tapi tidak terhadap Cocytus. Dan
permintaannya untuk berlatih benar-benar merefleksikan kepribadian Cocytus...
Meskipun, benarkah kita bisa menjadi lebih kuat? Jika mereka kuat karena data
mereka berkata begitu, bukankah itu artinya batasan mereka juga ditentukan oleh
data?”

Sang tuan tenggelam dalam keheningan dan melihat ke tangannya. Death Knight itu
merasa bahwa ucapan tersebut tidak diarahkan kepadanya, jadi dia tetap diam dan
tetap tidak bergerak.

“Tangan ini bisa membawa, tapi tidak bisa memakai sebuah pedang besar. Apakah itu
tidak menggambarkan maksudku? Jika batasan mereka sudah ditentukan, kita harusnya
lebih berhati-hati, karena kita tidak tahu darimana bahaya muncul.”

Death Knight tersebut tidak tahu bagaimana membantu rasa tidak tenang sang tuan,
dan tetap diam untuk sementara. Tentu saja, tuannya tidak mengharapkan Death Knight
itu berkata apapun.

Garis pandangan Ainz berubah, dan terpaku pada Death Knight itu.

“Jika bisa, aku ingin mendapatkan Death Knight yang muncul secara alami dari suatu
tempat dan melatihnya dengan Death Knight yang aku summon, untuk melihat perbedaan
hasilnya...Ah, apakah Death Knight liar memang ada? Jika memang ada, aku bisa
menyelidiki banyak hal, meskipun.. aku kira, mendapatkan informasi memang vital.
Ah, maafkan aku. Mari kembali ke topik. Bagaimana dengan pertanyaan selanjutnya?”

Saat Death Knight menyebutkan masalah tentang anak Ainz, kebingungan melanda wajah
sang tuan.

“...Eh? Apa itu tadi?”


Death Knight itu berasumsi bahwa dia sedang diminta untuk mengulangi, jadi dia
mengulanginya.

“Anak...”

Ainz melihat ke arah pinggangnya dan memiringkan kepalanya.

“Bagaimana mungkin mengharapkan aku membuat anak? Dilahirkan dengan magic? Mungkin
mantra-mantra super-tier bisa melakukannya....”

Death Knight itu menatap saat sang tuan memegangi kepalanya, tak mampu membantunya.

“Tidak, itu akan terlalu sia-sia, jadi tidak bisa dilakukan. Anak...yah, untuk
sekarang, tidak perlu khawatir dengan hal itu. Meskipun, kekhawatirannya dengan tak
ada yang tersisa..huh. Yah, aku tentunya memahami perasaan itu. Aku benar-benar
paham. Jika ada orang lain tetap tinggal...yah, keadaan akan berbeda.”

Ucapan itu tidak diarahkan kepada Death Knight tersebut. Dia bisa melihat sang tuan
sedang melihat ke arah kejauhan, ke tempat yang berbeda, di waktu yang berbeda.
Ainz menggelengkan kepalanya, lalu melihat kembali ke arah Death Knight.

“Baiklah. Setelah ini, tanyakan kepada mereka untuk tidak meminta apapun yang ada
hubungannya denganku sama sekali.”

Death Knight itu mengangguk dalam-dalam, memahami pertanyaan tersebut.

“Lalu, selanjutnya adalah si kembar dark elf. Karena ada dua orang, mungkin kamu
tidak akan memiliki banyak waktu untuk bertanya kepada mereka, tapi kurasa tidak
ada masalah. Aku akan serahkan kepadamu.”

Saat Ainz menatap sang tuan pergi dengan kekuatan cincinnya, Death Knight itu
meraung, dan mulai menuju lantai selanjutnya.

Part 5

Setelah dunia es yang beku, dia tiba di hutan lebat.

Setelah berjalan menyusuri jalanan beraspal batu dan keluar Colosseum sebuah warna
hijau yang luas memanjang di depan matanya dan terlihat seakan tidak ada batasnya.

Kelembaban dan suhu dari udara sekitar sangat kondusif untuk ditinggali, dan
siapapun di sini akan bisa mencium tanda-tanda alam dan oksigen yang melimpah di
udara. Tentu saja, sebagai seorang undead Death Knight tidak perlu bernafas, jadi
yang dia tahu tentang tempat ini adalah apa yang telah diberikan oleh sang tuan
kepadanya.

Death Knight itu berjalan ke arah pohon yang paling berbeda di sekitar sana.

Itu adalah pohon raksasa.

Lebar pohon itu sangat mencolok daripada tingginya, dan bisa dideskripsikan sebagai
pohon yang gemuk dan pendek.

Saat Death Knight itu tiba di dasar pohon raksasa tersebut, suara anak yang
melengking datang dari atas.

“Oi~ Death Knight, datanglah kemari~”

Setelah melihat ke atas, dia melihat figur Aura, salah satu Guardian Floor, lebih
dari 20 meter di atasnya. Dia sedang bergantung di ranting dengan kepala di bawah,
didukung hanya dengan lututnya, jadi dia terlihat seperti kelelawar. Rambuntya
tertarik lurus ke bawah oleh gravitasi, menunjukkan dahinya.

“Jadi yang mengaktifkan gerbang teleportasi adalah..?”

Death Knight itu mengindikasikan kepada Aura bahwa dialah pelakunya.

“Dari bawah ke atas dan atas ke bawah. Total dua kali. Apakah itu kamu?”

Death Knight tersebut percaya diri dengan hal itu, lalu Aura menunjukkan ekspresi
berpikir dalam-dalam, mengerucutkan bibirnya yang kecil seperti bebek.

“Hm-mm. Death Knight... apakah Shalltear memiliki salah satu bawahan seperti
ini? ...Atau jika bukan Shalltear...Ohhhh! Baiklah~”

Aura mengayunkan tubuh bagian atasnya dan menggunakan momentum itu untuk bersalto
di atas ranting, tempat dia duduk. Karena dia tidak memaki sepatu, Death knight itu
bisa melihat telapak kakinya yang kecil.

“Lalu, mengapa kamu datang kemari... apa yang kamu inginkan?”

Death Knight itu menjelaskan kepada Aura bahwa dia kemari atas perintah sang tuan
untuk menanyakan beberapa pertanyaan. Karena terkejut, Aura kehilangan
keseimbangannya.

Meskipun jatuh dari tinggi segini tidak melukai Aura, Death Knight itu memutuskan
untuk bermain aman dengan mengulurkan tangannya untuk menangkap Aura, namun dia
akhirnya menyadari jika tubuhnya dipenuhi dengan duri. Jika dia menunggu di bawah
Aura dengan benda seperti ini menonjol keluar dari tubuhnya, itu akan membuat
keadaan tambah parah. Tetap saja, dia merasa tidak enak karena tidak mampu berbuat
sesuatu.

Ini adalah fenomena yang umum dari monster-monster yang disummon; jika mereka
memiliki perintah, mereka akan bertindak dengan cepat, tapi tanpa perintah,
tindakan mereka akan pelan dan bimbang. Jika mereka lebih cerdas, mereka bisa
bertindak tidak seperti biasa merespon halangannya, tapi sayangnya, Death Knight
tidak secerdas itu.

Sementara Death Knight masih bingung dengan apa yang harus dilakukan, Aura sudah
mendapatkan lagi keseimbangannya.

“Aiyaya, itu bahaya sekali~ Jadi kamu dari Ainz-sama? Seperti yang diduga! Tunggu
se-sebentar.”

Aura berdiri di atas ranting dan melompat ke atas. Dia mendorong beberapa ranting
seperti sebuah batu yang melompat-lompat di permukaan air, bergerak dengan cepat
dan mudah menembus ranting-ranting dari pohon raksasa.

Setelah beberapa saat, setelah menjelajahi 20 meter secara vertikal ke atas, dia
hilang ke dalam bagian dari pohon itu, seakan disedot masuk. Pasti ada pintu
rahasia di sana, yang membuatnya bisa masuk ke dalam batang pohon itu.

Death Knight tersebut menegangkan telinganya untuk mendengar, dan dari udara datang
sesuatu seperti sebuah raungan dari Aura.

“Mare! Kita ada tamu! Seorang utusan dari Ainz-sama! Lihat dirimu, kamu kacau
sekali, bersihkan dirimu dulu sana!”

Segera setelah itu, sebagian dari pohon itu terbuka seperti sebuah jendela.
Sebenarnya, itu memang jendela. Karena itu, dia bisa mendengar suara anak-anak lain
yang lebih lembut, yang pastinya bukan Aura.

“A-Aku mengerti.... Aku akan segera bersiap, jadi Nee-san, kamu pergilah dulu...”

“Jika kamu mencoba untuk tidur lagi aku akan memukulmu!”

“Y-Ya...”

Suara pang yang keras terdengar membuat Death Knight itu penasaran apakah ada orang
yang benci dengan pintu sehingga membantingnya dengan keras. Diikuti dengan suara
seseorang berlari turun dari tangga.

Segeralah setelahnya, ada suara pang lain saat pintu lain terbuka.


“Maaf sudah membuat menunggu.”

Sebagian dari batang pohon itu terbuka, dalam bentuk sebuah pintu.

Saat Death Knight itu menatap ke dalam, dia melihat interior dari pohon raksasa itu
kosong. Ada sebuah pilar besar di tengah, dengan tangga spiral yang
mengelilinginya. Tangga itu memanjang ke atas hingga tempat dimana si kembar dark
elf itu tinggal.

“Yah, dimensi interiornya sudah diatur dan tidak bisa dirubah, jadi bisakah kamu
memakai ini?”

Beberapa dungeon didesain untuk memperbolehkan siapapun masuk, jadi pintu-pintu dan
interiornya memanjang untuk menampung orang-orang yang tinggi dan gemuk. Dengan
begini, mereka bisa menahan monster-monster besar dan menghilangkan peluang monster
yang dikatakan itu terjebak di belakang daerah tersebut dan perlahan dirontokkan
sampai mati dari kejauhan. Beberapa desainer juga menggunakan prinsip untuk
memasukkan beberapa raksasa ke dalam ruangan sebagai lelucon, tapi Death Knight
tersebut dan pemilik tempat ini tidak tahu apapun tentang itu.

Dan tentu saja, beberapa orang terpikat dengan keuntungan menjadi semakin besar –
serangan mereka akan meningkat dan jumlah damage yang diberikan akan bertambah
tegantung seberapa besar seseorang itu daripada lawannya.

Untuk merespon kekhawatiran ini, respon dari para pengembang adalah melarang ukuran
dari dungeon menurut ukuran monster-monster, jadi meskipun jika seseorang memasuki
ruangan sambil melebar, ruangan itu akan tetap berukuran sama.

Solusinya sederhana – pakailah sebuah item yang akan membiarkan siapapun pergi
melalui lorong itu.

Salah satu dari item-item ini saat ini berada di jari Death Knight tersebut, yang
tubuhnya perlahan mengecil. Item itu seperti sebuah kelas sementara yang bisa
dibeli dari cash shop, Minimum, dan sekarang dia hanya satu kepala lebih tinggi
daripada dark efl di sampingnya.

“kalau begitu, bisakah anda ikut dengan saya?”

Death Knight tersebut sudah bilang kepada Aura bahwa dia berharap untuk bisa
bercakap-cakap dengan Aura dengan setara. Sebagai salah satu Guardian Floor, dia
berpikir sebentar untuk menerima permintaan, tapi setelah berkedip beberapa kali,
dia berkata, “Aku mengerti”.

“Mmm – kalau begitu kita akan coba melakukannya begini. Dan kamu tak perlu
menggunakan panggilan yang sopan juga.”
Death Knight itu mengikuti Aura ke atas tangga spiral.

Di atas tangga tersebut ada tempat dimana dua orang itu biasanya tinggal.

Itu adalah rumah yang nyaman dipenuhi dengan perabotan kayu. Dinding-dindingnya
tidak dicat atau diberi wallpaper, tapi dibuat seluruhnya dari kayu alami, yang
juga menghiasi atap dan lantai pula. Memberikan perasaan nyaman dan tenang.
Meskipun jelas dari saat pertama kali melihat dari luar, ruangan itu dipenuhi
dengan jendela-jendela yang dikamuflasekan dengan hati-hati sehingga membiarkan
sinar matahari masuk mencerahkan bagian dalam.

Dibalik tangga itu ada sebuah ruang tamu, dapur, lorong ke berbagai kamar, tangga
spiral yang terus ke atas, dan pintu menuju ke luar, yang Aura gunakan untuk masuk
ke tempat ini.

“Sudah lihat yang kamu sukai? Atau apakah kamu tidak pernah melihat hal semacam ini
sebelumnya?”

Death Knight itu menandakan bahwa yang terakhir adalah masalahnya, lalu Aura
mengangguk sambil berkata, “Apakah itu~”

“Kalau begitu biarkan aku memberimu tur singgal tempat ini. Rumah kami adalah...
yah, jika kamu menganggap ini adalah lantai pertama, maka kami memiliki tiga lantai
di sini. Lantai kedua ada kamar kam dan beberapa kamar lain, dan lantai ketiga
dimana kamar tamu dan balkoni berada. Lantai ini ada dapur, kamar mandi, toilet-
toilet, dan seterusnya, jadi pada dasarnya kami tinggal di lantai pertama dan
kedua. Masalahnya adalah, meskipun kamarku di lantai dua, aku cenderung
menghabiskan waktu di luar daripada di dalam pohon ini, daripada tidur di tempat
tidur, aku lebih memiliki memanggil salah satu binatang peliharaanku dan tidur
dengannya. Rasanya enak ketika kulit mereka agak menusuk-nusuk. Jadi biasanya,
satu-satunya yang ada di dalam pohon ini adalah... mengapa dia belum kemari?!”

Aura menghela nafas.

“Bisakah kamu duduk di sebelah sana? Kelihatannya Mare belum siap, aku katakan
kepadamu, anak itu...”

Setelah Death Knight itu bertanya apa masalahnya, Aura duduk dan wajahnya
menunjukkan tanda-tanda frustasi.

“Anak itu... ketika dia tidak melakukan apapun, dia akan tidur dan tidur dan tidur
saja, oh, dan dia akan merendahkan suhu di ruangan ini hingga titik terendah, lalu
bersembunyi di dalam selimut kapasnya dan tidak bergerak sama sekali. Ketika
giliranku berjaga, dia akan tidur di dalam kamarnya seharian! Dia menganggap bangun
lebih awal adalah tengah hari, dan dia melakukan hal yang sama ketika berpatroli di
hutan, meskipun ada sesuatu yang harus dikatakan tentang berjalan-jalan di dalam
hutan setelah matahari tenggelam... apakah dia belum kemari? Aku akan memberinya
sebuah –“
Saat Aura berkata begitu, suara sebuah pintu yang terbuka datang dari atas, diikuti
dengan suara langkah kaki lembut.

Mare akhirnya menampakkan diri. Dia masih agak ngantuk dan matanya hanya separuh
terbuka. Sudut mata aura naik lebih tinggi lagi.

“A-A-Aku benar-benar minta maaf sudat terlambat...”

Death Knight itu merespon bahwa ini tidak bisa dihindari ketika dia tidak diberi
pengumuman sebelumnya dan datang dengan sendirinya.

“Ta-Tapi, aku-aku sudah membuat utusan Ainz-sama menunggu... itu...it-“

“...Haaa. Mare. Dia sudah berkata tidak apa. Daripada membuang-buang waktunya,
duduklah di sebelah sini.”

“Uuu... mm.”

Setelah Mare duduk, Death Knight itu dengan sopan menolak minuman-minuman sebelum
menjelaskan bahwa dia kemari untuk bertanya beberapa pertanyaan atas nama sang
tuan.

Dua orang itu langsung menunjukkan ekspresi yang serius, telinga mereka yang
panjang perlahan berkedut. Melihat dua orang itu bertekad untuk tidak melewatkan
satu katapun, Death Knight itu bertanya.

“...Eh?”

“...Eh?”

Suara bocah dan gadis itu saling tumpang tindih. Kelihatannya seakan pertanyaan itu
membuat mereka terkejut. Atau lebih tepatnya, itu adalah sebuah kejutan.

Death Knight itu mengangguk merespon pertanyaan yang diragukan oleh Aura.

“Be, be, benarkah begitu? Ka-Kalau begitu, Nee-san... tentang itu..”

“Mhm. Karena itu adalah Ainz-sama, beliau pasti memiliki rencana besar di pikiran.
Siapa yang tahu, beliau mungkin sedang merencanakan pengaturan besar-besaran atau
semacamnya. Ah, aku akan jawab pertanyaan pertama dahulu. Mari kita lihat, selain
Mare, lalu... hmm, jika tidak termasuk Mare, maka binatang-binatang buasku tidak
termasuk pula. Tinggal Albedo dan ... Shalltear, kurasa.”
“I-Itu, tentang itu, aku-aku tidak, me-memilikinya satupun...”

“Ah, ya, Mare senang bersembunyi di dalam kamarnya untuk membaca buku. Mengapa kamu
tidak pergi keluar dan biarkan terkena sinar matahari?”

“Aku-Aku tidak seberapa senang bergerak... jadi. Itu.. dan... dan aku senang berada
di dalam kamarku...”

“Lihat dia, sulit dipercaya dia adalah nomer dua diantara para Guardian, ya kan?”

Setiap Guardian Floor memiliki spesialisasi.

Diantara mereka, Shalltear dianggap yang terkuat dari semua kemampuannya.

Tempat ketiga miliki Cocytus untuk skill dan kemampuannya dengan senjata, diikuti
oleh Sebas yang mahir dalam pertarungan tangan kosong, lalu Albedo, yang
membanggakan pertahanannya yang terkuat.

Sama halnya di tempat ke 6 ada Aura Bella Fiora, yang terkuat dalam pertempuran
kelompok, lalu ada Demiurge dengan bentuk ketiganya – Bentuk paling keji dari Iblis
di dalam Ainz Ooal Gown – yang merupakan terkuat menurut kejantanan pria.

Di tingkat terbawah ada Victim. Sayangnya, dia tidak bisa dianggap sebagai yang
terkuat dalam segala bidang, meskipun jika tertekan, bisa dikatakan dia adalah yang
terbaik dalam hal mengulur waktu lawan.

Di keseluruhan Nazarick, hanya dua orang yang mungkin memiliki lebih besar
kemungkinan dalam mengalahkan Mare adalah Shalltear Bloodfallen dan Albedo. Tetap
saja, meskipun saudari kembarnya akan memegang kepala karrena jengkel ketika dia
melihat perbedaan diantara kekuatan Mare – yang merupakan terkuat kedua diantara
para Guardian – dan sikapnya yang menyedihkan. Bagi Death Knight tersebut, karena
dia adalah undead yang tidak terkena akibat dari emosi, dia mampu dengan tenang
mengevaluasi situasinya, yang bisa dianggap semacam dorongan.

“Bagaimanapun, pergilah keluar dan carilah teman!”

“Eh, tapi, tapi bagaimana caranya mencari teman?”

“Kamu tak perlu berpikir sebanyak itu tentang hal ini. Pergi saja dan ganggu orang
lain, duduklah dengan mereka, dan nantinya mereka tiak akan mampu tetap diam dan
mulai bicara. Lalu biarkan situasinya berkembang dan sekarang kamu sudah dapat
teman!”

“Ehhh-“
“Seperti yang kukatakan, yang kamu perlukan hanya bilang halo saja kepada mereka.
Setelah itu, mereka akan mulai bicara denganmu. Disamping itu, hanya orang yang
benar-benar ekstrovert saja yang bisa meladeni banyak orang sekaligus, jadi aku
tidak akan bilang kepadamu untuk melakukan hal itu. Dan ketika kamu ada di dalam
Nazarick, kamu bisa bertemu dengan orang-orang kapanpun kamu mau, ya kan?”

Merespon ucapan Mare yang “Uuu, uu, baiklah –“, Aura mengeluarkan ekspresi serius
dan mengangguk dengan suara “Hmph”.

“Ah, um. Baiklah, biarkan Ainz-sama tahu. Mare akan bekerja keras untuk mencari
teman mulai hari ini, jadi kamu tidak perlu khawatir tentang itu pula. Ahhh,
mulailah dengan si penjaga perpustakaan, setidaknya kalian berdua akan memiliki
ketertarikan yang sama.”

“Ah, uuu, um... jika itu adalah penjaga perpustakaan, seharusnya tidak apa, ya
kan?”

Death Knight itu berjanji bahwa dia akan menyampaikan pesan tersebut.

“Meskipun kamu tidak tahu banyak orang yang dekat denganmu sekarang, akan lebih
baik nantinya saat berjalannya waktu. Benar kan, Mare?”

Death Knight itu setuju saat dia melihat kepala saudaranya mengangguk dengan
kecepatan tinggi.

“Kalau begitu, lalu, tentang, tentang pertanyaan selanjutnya, itu yang terakhir, ya
kan? Hanya dua, ya kan? Lalu, lalu, jangan-jangan, jangan-jangan ada sesuatu yang
belum kami kerjakan?”

“Itu karena Mare tidak punya orang yang dekat dengannya, ya kan?”

Death Knight tersebut menenangkan dua orang itu dengan berkata bahwa dia hanya
menanyakan kepada para guardian pertanyaan yang sama.

Setelah dia memastikan mereka memahami, Death Knight itu melanjutkan pertanyaannya.

“Apa yang kumau? Yah, aku ingin binatang buas magis yang baru! Aku janji aku akan
menjaganya!”

“..Nee, Nee-san, kurasa, kurasa yang dia maksud adalah istilah itu adalah apa yang
kita butuhkan untuk melindungi lantai ini...”

Sebelum Death Knight tersebut bisa menyela, Aura membalas, dengan wajah merah.

“Aku tahu itu! Itulah kenapa aku meminta binatang buas magis yang baru, tidak ada
yang salah dengan itu, ya kan? Aku bisa lebih mengencangkan keamanan dengan cara
itu!”

“Ah, uu, um. I-itu benar. Ma-Maaf.”

“Dan jika boleh, aku ingin meminta binatang buas magis yang bisa terbang. Ngomong-
ngomong, Mare, bagaimana denganmu? Apa yang kamu inginkan?”

“Ah, itu, er, tentang itu, aku... aku akan gembira dengan beberapa monster tanaman.
Aku akan merawat mereka dan menjaga mereka agar tidak layu.”

“Lihat kan, bukankah itu sama saja?”

“Uuu, tapi, tapi selain dari itu, monster itu juga bisa menjaga lantai ini...”

“Seperti yang kubilang, mereka juga sama, ya kan? Mungkin setelah beberapa saat
kamu bisa memikirkan sesuatu yang berbeda, tapi sekarang ini, mereka sama saja, ya
kan?”

“Mm, yeah, kurasa seperti itu...”

Dua orang itu kelihatannya sedang bercakap-cakap dalam cara yang bisa mereka pahami
sendiri. Karena tidak banyak ucapan lain yang bisa dikatakan oleh Death Knight
tersebut saat ini, itu artinya pekerjaannya sudah selesai.

Death Knight tersebut membiarkan mereka tahu dia akan pergi, dan bangkit dari
tempat duduknya. Dua orang itu berdiri untuk mengantarkannya.

Dia mengikuti si kembar turun ke bawah tangga, dan mengembalikan cincinnya ketika
dia sudah berada di luar.

Death knight tersebut melambaikan tangan perpisahan kepada si kembar yang sedang
melambai kepadanya dan menuju ke arah Colosseum. Itu adalah tempat dimana gerbang
teleportasi di lantai 7 berada.

Sebelum dia bisa masuk, tuannya bicara ke dalam pikirannya sekali lagi.

Saat dia melangkah ke arah salah satu kamar di dalam arena, dia melihat sang tuan
sedang bersandar ke tembok dan membaca buku.

“-Timing yang bagus.”

Aizn menutup bukunya dan mengembalikan buku itu ke kantung dimensi sebelum
mengangguk.
“Tidak perlu menyapa. Katakan kepadaku apa yang kau pelajari.”

Karena ini adalah ketiga kalinya dia melakukan ini, Death Knight tersebut telah
belajar bagaimana menyimpulkan laporannya.

“Oh begitu. Bagi Aura itu adalah Albedo dan Shalltear, ya kan? Lagipula, mereka
semua adalah guardian. Tapi mengapa tidak menyebutkan Yuri Alpha, atau Pestonya
Shortcake Wanko, atau Eclair Egglair Egglayer?”

Death Knight itu menggelengkan kepalanya.

“..Begitukah. Kukira mereka akan berteman baik karena mereka semua adalah NPC yang
dibuat oleh wanita.. yah, aku mengerti setidaknya tentang Shalltear. Lagipula,
Peroroncino-san yang menciptakan dia. Namun Albedo... jika hubungan itu hanya
dimulai ketika kita datang ke dunia ini, maka jika kita tidak menjaga hubungan
mereka, mungkin akan hancur dengan sendirinya dari dalam, ya kan?”

Death Knight itu menatap sang tuan dengan diam, yang sedang menutup mulutnya dengan
tangan.

Dia bisa mendengar potongan-potongan ucapan yang datang dari sisi lain tangannya.

Namun pada akhirnya, yang bisa dia keluarkan adalah, “Mereka baru saja dibuang ke
dunia baru ini, jadi tidak ada gunanya memikirkan terlalu keras tentang itu ketika
nantinya tidak ada jawaban yang keluar. Karena itu, aku perlu mengingatnya dan
mewaspadainya.

Jadi artinya, dia hanya menendang kaleng di jalanan.

Setelah ditekan berbicara tentang Mare, Death Knight itu memberikan jawabannya,
lalu Ainz bergumam “Ternyata begitu.”

“Yah, karena Mare sudah bergerak, tidak perlu berkata lebih banyak lagi. Disamping
itu, tidak perlu seseorang yang senang menyendiri dipaksa keluar dan berbaur dengan
orang lain. Sejak awal, itu hanya untuk melihat siapa yang berada dalam stres
berat. Jika itu menjadi bumerang dan membuatnya stres malahan, itu seperti istilah
memasang gerobak sebelum kudanya (melakukan sesuatu dengan urutan yang salah). Yah,
aku akan mengawasinya dan siapa tahu, mungkin akan lebih baik jika aku memicu
insiden apapun sebelum berkembang... mungkin aku harus bicara dengan Kepala penjaga
perpustakaan sebelum Mare bicara dengannya. Itu mungkin bisa membantu.

Akhirnya, saat Ainz mendengar keinginan dari si kembar, dia terus mengulang,
“bukankah itu menakjubkan?”

“Itulah yang ingin kudengar. Ternyata begitu, binatang buas magis yang baru. Dan
mereka bahkan bisa digunakan untuk memperkuat Nazarick, tidak buruk. Yah, Mare juga
sama, jadi, aku bisa tenang memikirkan mereka berdua. Setelah ini adalah Demiurge.
Ingat untuk tidak mengatakan hal yang tidak perlu, dan aku akan serahkan itu
kepadamu.”

Death Knight tersebut membungkuk kepada Ainz saat dia berteleport pergi, lalu
melanjutkan ke lantai selanjutnya.

Part 6

Itu adalah sebuah dunia yang udaranya seakan berkilau dengan cahaya merah.

Lava merah tua mengalir seperti sungai, dengan banyak gelembung di dalam aliran ini
yang meletus saat mereka sampai di permukaan.

Seharusnya adalah efek luas dari damage berelemen api di tempat ini, tapi karena
efek itu sementara ditangguhkan, area tersebut hanya panas saja. Namun, meskipun
ucapan “hanya”, ini bukanlah tempat dimana makhluk hidup bisa dengan mudah selamat.
Udara yang menyengat akan dengan mudah merontokkan kelembababan tenggorokan dan
kulit dalam beberapa detik.

Bahkan keringat yang baru saja keluar akan cepat menguap, menyebabkan akumulasi
kelelahan yang terus bertambah.

Tempat ini, yang seluruhnya bertentangan dengan makhluk hidup, sangat cocok dengan
deskripsi “dunia neraka”. Meskipun begitu, banyak makhluk yang tinggal di sini,
bagian dari Nazarick.

Seperti contohnya, para demon.

Banyak demon yang tahan terhadap api. Meskipun lingkungan yang berbahaya seperti
ini tidak akan berefek kepada mereka. Memang benar, bisa dilihat garis besar
beberapa demon di dalam awan asap yang menggantung rendah dan berat di udara.

Ditambah lagi, ada spirit-spirit api yang telah terkorupsi dikenal dengan mephit,
monster-monster yang tahan dengan api. Lebih jauh ke dalam, bisa ditemuakn undead
dengan ketahanan api yang sangat. Ditambah lagi-

--Ada aliran sungai lahar yang meliuk-liuk. Death Knight tersebut sedang mengikuti
arahnya, berjalan menyusuri jalan yang melewati sebuah bendungan. Sekali-sekali,
dia menolehkan tatapannya ke arah lahar tersebut.
Saat itu, makhluk raksasa yang menggeliat dan menjaga jarak dengan Death Knight –
meskipun dia tidak tahu jika dia sedang berjalan atau sedang berenang,
mempertimbangkan dia tidak bisa dengan jelas melihat makhluk di bawah lahar itu –
kelihatannya hilang ketertarikan kepadanya, lalu pergi.

Itu adalah Guardian Area dari lantai 7 Sungai Api, raksasa lendir abyssal – Guren.

Sebagai makhluk yang dioptimalkan untuk bertarung, kemampuan bertarungnya bisa


dengan mudah dilihat setara dengan Guardian Floor.

Jika Death Knight itu adalah musuh, dia akan diseret ke dalam lahar yang seperti
pasir hisap oleh tentakel Guren dan diserang oleh lawan yang secara kasat mata
tidak terlihat. Sederhananya, Guren adalah lawan yang jauh lebih berbahaya daripada
Demiurge, Guardian Floor dari lantai ini. Karena dia tidak perlu bernafas, dia bisa
menyembunyikan tubuhnya di dalam magma, dan mengalahkannya dengan metode biasa yang
hampir tidak mungkin.

Meskipun Death Knight tidak menganggap bahwa Guren akan benar-benar menyerang dan
semua itu mungkin saja hanya lelucon, Death Knight itu tahu jika pukulan keras yang
seperti lelucon saja mungkin akan menghasilkan damage dengan jumlah berbahaya
baginya.

Perasaan lega adalah hal yang asing bagi makhluk undead, tapi saat Guren mundur,
Death Knight itu bisa memahami emosi itu.

Death knight tersebut melanjutkan perjalanan panjangnya. Segera, dia bisa melihat
sebuah klaster kolom putih yang berserakan dan acak-acakan di depan. Dulunya,
tempat ini mungkin adalah kuil dengan gaya Yunani yang agung, tapi kolom-kolom yang
berserakan sepertinya mereka barusan saling berbenturan satu sama lain, dan patung-
patung dari berbagai dewa telah dicemari dan dihancurkan. Atapnya sudah hancur, dan
bagian-bagiannya sudah bersarang di tanah.

Tempat itu mirip dengan reruntuhan yang ditinggalkan setelah demon-demon


menjatuhkan para dewa dari tempat mereka di surga. Kesunyian dan kesepian meresap
ke dalam seluruh pemandangan.

Dan diantara mereka ada figur-figur demon yang jauh, jauh lebih unggul dari Death
Knight itu.

Mereka adalah para Evil Lord, demon-demon yang memiliki level 80.

Mata mereka seakan mengandung sebuah emosi yang mirip dengan keingintahuan. Itu
adalah reaksi yang wajar melihat penampilan dari makhluk yang sampai sekarang tidak
diketahui. Namun, mereka masih bisa membedakan jika Death Knight itu berada dalam
pihak yang sama dengan mereka, jadi mereka tidak menuruti insting dasar demonik
mereka – untuk membuat pihak lain menderita.

Mereka bertanya kepada Death Knight Guardian Floor mana yang dia layani, dengan
penuh kesopanan.

Respon mereka pada jawaban Death Knight tersebut sangat dramatis, setidaknya
begitu. Mereka semua membungkuk dengan penuh hormat kepadanya, dan bertanya alasan
kedatangannya dengan bahaya yang sangat rendah hati.

Ketika mereka menerima jawaban bahwa dia tiba untuk bicara dengan Guardian Floor
bersangkutan dan menanyainya, salah satu dari kelompok mereka dengan cepat mundur,
dan hampir langsung kembali dengan demon lain.

Dia memakai tudung putih kotor yang menutupi tubuhnya yang bengkok dan kental, dan
terlihat seakan bisa membisikkan beberapa godaan kepada manusia biasa agar mereka
berubah menjadi seorang demon.

Dia mengenakan permata keemasan yang besar di leher, bertuliskan dengan sesuatu
seperti tulisan.

“Silahkan kemari.”

Death Knight itu mengikuti di belakang penunjuk jalannya.

Setelah melewati kuil yang telah ternoda, mereka kelihatannya telah tiba di pusat
area. Sebauh singgasana putih pucat yang duduk di atas tanah yang agak tidak rata
dan tidak halus, dan di atas singgasana itu duduk orang yang dicari oleh Death
Knight itu.

Dia bisa merasakan Demiurge sedang menggunakan matanya sipit untuk mengamatinya.

“Demiurge-sama. Saya telah membawakan utusan Ainz-sama ke depan anda.”

“Terima kasih atas kerja kerasmu. Pergilah.”

Demiurge perlahan bangkit di atas kakinya.

Hampir berbarendan, Death Knight itu menyela untuk tidak perlu bersikap formal.

“Aku mengerti. Kamu adalah... ternyata begitu. Seperti yang kuduga.. seperti ini.
Barusan sejam yang lalu, seseorang melewati lantai tujuh; apakah itu dirimu?”

Tidak diragukan lagi dengan itu. Setelah Death Knight itu mengangguk setuju,
Demiurge tersenyum.

“Jadi – perintah apa yang Ainz-sama ingin berikan kepadaku?”


Senyum Demiurge kelihatannya bersinar dengan penuh harap.

Tidak herannya, pertanyaan pertama sama dengan sebelumnya.

“oh begitu. Ini adalah niat dari Ainz-sama. Kalau begitu... aku yakin aku bisa
berkoordinasi dengan semua Guardian lain agar bisa mencapai tujuanku. Namun, aku
menganggap diriku sebagai orang yang bisa melakukan semua pekerjaan, jadi ketika
bertarung, aku ragu aku bisa bekerja dengan sangat baik bersama Aura yang
berorientasi perintah. Aku merasa aku akan bekerja dengan sangat baik ketika aku
berpartner dengan Cocytus, tapi seperti yang kubilang sebelumnya, meskipun aku
tidak bisa bekerja sama dengan semua guardian, jika Ainz-sama menginginkannya, aku
akan memadukan kemampuanku dengan segala guardian atau bawahan mereka.. memang
benar, meskipun aku hampir tidak pernah cocok dengan Sebas, aku ragu dia akan
mengambil tindakan apapun yang bisa melawan perintah Ainz-sama.”

Meskipun Death Knight itu bicara dengan beberapa guardian lain hingga sekarang, ini
adalah pertama kalinya dia bertemu dengan siapapun yang benar-benar berkata bahwa
mereka tidak akan bisa bergaul dengan baik bersama orang lain. Mungkin jika dia
seorang makhluk hidup, dia mungkin akan melanjutkannya dengan beberapa pertanyaan
lain, tapi Death Knight adalah undead dan hatinya tidak disusahkan oleh dorongan
hati yang remeh. Melihat Demiurge yang tidak berniat melanjutkan, dia menanyakan
pertanyaan selanjutnya.

“..Keinginanku, kalau begitu. Memang benar, itu adalah sesuatu yang menantang..”

Demiurge membenarkan kacamatanya.

“...Bolehkah aku menanyakan motif dibalik pertanyaan itu? Oh, maafkan aku, kamu
tidak perlu menjawabnya... itu adalah tugas dari bawahan yang istimewa untuk bisa
memahami niat sebenarnya dari sang tuan dan mengambil tindakan seperlunya untuk
memenuhinya. Meskipun dengan estimasiku, alasan sebenarnya dari motif-motif itu
bisa dipersempit hingga dua pilihan, tapi yang mana yang benar? Atau mungkin, yang
ketiga...”

Demiurge kebal dengan api, namun keringat mulai keluar dari dahinya. Meskipun Death
Knight itu bebas dari beban jawaban, bukannya seakan dia bisa menjawab sejak awal.
Pada akhirnya, Demiurge yang bergumam dan komat-kamit akhirnya menghela nafas di
akhir perenungannya.

“Pasti salah satu dari dua pilihan ini, Pertama, jika Ainz-sama ingin tahu daerah
mana yang ingin diatur untuknya setelah dunia ini menjadi miliknya, maka aku akan
meminta izin untuk mengelola langit sebagai pengganti beliau.”

Death Knight itu mengangguk. Lagipula, hanya sang tuan yang bisa memutuskan siapa
yang menerima langit.

“Alternatifnya, jika dia ingin tahu apa yang aku butuhkan untuk memperkuat
Nazarick, lalu jawabanku adalah aku tidak memerlukan apapun. Meskipun aku tidak
tahu jika kamu bisa sepenuhnya menyampaikan pesanku kepada tuan kita, aku harap
kamu akan mengawasi daerah ini.”

Demiurge membentangkan lengannya.

“Tanah ini, daerah ini didesain dan diciptakan untukku oleh Ulbert-sama, jadi sudah
mengandung semua hal yang aku perlukan untuk melaksanakan fungsiku. Memang benar,
kelihatannya seperti hanya reruntuhan bagimu, dan pusat dimana kita berdiri mungkin
kelihatannya sedikit lebih dari tanah gersang, tapi banyak hal yang tersembunyi di
dalamnya. Reruntuhan yang sudah hancur ini adalah ekspresi cinta sejati dari
Ulbert-sama.”

Demiurge tersenyum lebar.

“Tetap saja, sebuah jawaban seperti itu akan terlalu membosankan. Jika Ainz-sama
tertarik dengan jawaban, kalau begitu tolong sampaikan kepadanya kenyataan bahwa
ada jawaban yang ingin aku ketahui. Pada awalnya, aku berniat untuk menguasai dua
belas demon, namun sekarang hanya tersisa tujuh. Aku akan sangat terhormat jika
kamu bisa mengatakan kepadaku alasannya kenapa.”

Demiurge mengucapkan nama-nama dari demon yang hilang – Garira, Iabel, Belias,
Kainon, Abiretsia.

“Aku harap kamu akan menanyakan keapda tuan jika ada lima demon yang tersisa di
Nazarick. Lalu, apakah ada yang lain?”

Death Knight itu menggelengkan kepalanya.

“Begitukah. Kalau begitu, persilahkan diriku mengantarmu kepada gerbang


teleportasi.”

Death Knight itu mengindikasikan bahwa dia tidak membutuhkan pengantar seperti itu.
Lagipula, dia benar-benar mengerti keinginan sang tuan untuk tidak terliaht oleh
Guardian manapun.

Dengan itu, Death Knight tersebut mengucapkan perpisahan kepada Demiurge, dan
berjalan sendirian ke gerbang teleportasi.

Kali ini, tuannya tidak bicara kepadanya.

Setelah memasuki gerbang teleportasi dan kembali ke lantai 9, dia mendengarkan


suara sang tuan. Dia memang diinstruksikan untuk kembali ke ruangan Ainz, dan
mungkin dia mulai berlari, namun akhirnya dia teringat perjumpaan dengan sang
pelayan.

Sebagai gantinya, Death Knight itu berlari kecil tnapa suara sehingga tidak
menimbulkan keributan, dan saat dia mempertimbangkan bagaimana dia mungkin suatu
ketika mengaung dari waktu ke waktu, dia menutupi mulutnya dengan kedua tangan
sebagai pencegahan terhadap hal itu.

Setelah mengambil beberapa putaran, dia akhirnya melihat para pelayan yang sedang
menjaga kamar sang tuan. Mereka ingat kepadanya saat dia meninggalkan kamar, jadi
mereka langsung minggir dari pintu dan membiarkan dia lewat.

Setelah membuka pintu, Ainz meloncat kaget dan menyelipkan sesuatu di bawah meja
agar tidak terlihat oleh Death Knight tersebut. Setelah melihat bahwa itu adalah
Death Knight yang membuka pintu, Ainz menghela nafas lega dan mengangkat tangan
kanannya.

“...Huh? ternyata kamu toh. Untuk sesaat aku ingat bagaimana rasanya terkejut itu..
yah, lain kali, ketuklah sebelum masuk.”

Ainz, sambil menyelipkan buku di tangan kanannya kembali ke kantung dimensi,


mengomel kepada Death Knight yang dengan hati-hati menutup pintu itu.

Biasanya, sang tuan seharusnya bisa merasakan kehadiran dan lokasi Death Knight
itu. Mungkin rasa terkejutnya datang dari kenyataan bahwa semua perhatiannya
difokuskan pada buku yang baru saja dia singkirkan.

“yah, kalau begitu. Biarkan aku dengan jawaban Demiurge.”

Saat Death Knight tersebut membicarakan tentang orang-orang yang dekat dengan
Demiurge dan jauh darinya, karena menginginkan sesuatu yang lebih baik untuk
dikatakan, Ainz – meskipun dia tidak memiliki ekspresi wajah karena menjadi
skeleton – tersenyum.

“Ternyata begitu. Yah, bisa juga jika aku membayangkan orang-orang yang menciptakan
mereka. Touch-san dan Ulbert-san. Ah, itu adalah hari-hari...”

Dari kantung dimensinya. Ainz menarik sebuah piringan perak yang lebih besar
daripada tangannya. Setelah memanipulasi piringan tersebut, sebuah gambaran muncul.

Gambaran ini digambarkan oleh lebih dari tiga puluh makhluk heteromorfik, dan Ainz
menunjuk dua orang.

“Mereka berdua ini tak pernah bisa akur sebelum dibentuk Ainz Ooal Gown. Selain
dari foto kelompok ini, kamu takkan pernah bisa melihat mereka berada di foto yang
sama bersama-sama. Kurasa kamu bisa menghitung gambar itu dengan jari di satu
tangan, dan itu termasuk yang kami ambil setelah mengalahkan Nazarick. Benar-benar.
Mereka berdua tak pernah bisa akur.”

Meskipun Ainz kelihatannya sedang menjelaskan ini kepada Death Knight, dia tahu
bahwa sang tuan tidak benar-benar bicara dengannya. Oleh karena itu, Death Knight
itu tidak membuat balasan. Dia merasakan bahwa itu adalah apa yang sang tuan
harapkan.
“Jadi anak-anak mewarisi orang tua mereka ternyata...”

Ainz kelihatannya sangat menyayangi piringan ini, melihat tampang puasnya.

“Seperti ayah mereka... hm? Seperti orang tua mereka?”

Ainz mengerutkan dahinya yang tidak ada.

“Yah, dia memang kelihatannya sangat bersemangat, mungkin seharusnya aku


berkunjung... atau tidak. Meskipun hanya dengan melihat membuat merasa... huh,
apakah begitu? Aku merasa... tidak tenang? Hmm... Tidak tenang, begitu ya. Hah,
kalau begitu, biarkan aku mendengar sisanya.”

Mendengar “langit” saat menjawab kelihatannya mengejutkan Ainz.

“Apakah dia benar-benar berkata begitu?”

Death Knight itu mengangguk dalam-dalam.

“Langit, huh... yah, dia benar-benar memasang pandangan tinggi.. benar-benar


isyarat yang romantis tak terduga. Atau apakah dia muncul ide itu ketika kita
sedang melihat langit malam? Benar-benar orang yang menarik Demiurge itu. Mungkin
bisa dikatakan itu adalah hasrat yang murni... Yah, tak perduli bagaimana, aku
tidak bisa memberikannya langit, tapi aku bisa memberinya sesuatu yang hampir
mendekati.”

Jawaban lainnya adalah “Aku harus memperkuat Nazarick.”, lalu wajah Ainz seperti
terkejut setelah mendengarnya. Death Knight itu menyampaikan sisa ucapan Demiurge
kepada sang tuan, dan setelah mendengarnya, Ainz menghela nafas.

“Dia memang benar. Itu tepat sekali. Setiap Guardian yang hidup di sebuah tempat
yang dipenuhi perasaan setiap orang. Namun aku – berpikir aku bisa melakukan yang
lebih baik daripada pencipta mereka – pergi untuk bertanya kepada mereka apa yang
mereka perlukan. Apa yang sedang aku pikirkan? Satu-satunya jawaban yang seharusnya
bisa mereka berikan adalah mereka tidak perlu apapun. Dulu, ketika aku mendesain
Pandora’s Actor, aku juga memberinya sebuah tempat yang sudah dilengkapi dengan
perlengkapan untuk hidup. Meskipun itu berarti menjadi markas rahasia mereka... ah,
memalukan sekali, betapa bodohnya aku. Aku...apakah aku cocok untuk berkuasa,
mengatur tempat ini?”

Keheningan menyelimuti mereka untuk sesaat.

Udara disana sangat muram dan berat, tapi Death Knight itu tidak bisa mengucapkan
ucapan menenangkan lagi, karena dia tidak diizinkan untuk melakukannya.
Sang tuan melihat ke arahnya kembali dengan tampang pahit.

“Karena itu adalah keputusanku, seharusnya aku bisa melihatnya hingga akhir.
Lagipula, ini juga adalah pelajaran untuk mengingatkan aku terhadap kebodohanku
sendiri. Kalau begitu, yang terakhir seharusnya adalah Albedo. Pergilah, kalau
begitu.”

Tapi Death Knight itu tidak bergerak. Dia tidak bisa bergerak.

Itu karena dia tidak tahu apapun tentang subyek pertanyaan.

Sedangkan untuk alasannya-

“Ada apa? Mengapa kamu tidak bergerak? Sebelum itu, ruangan Albedo... dimana ya?”

Part 7

Monster-monster yang diciptakan atau disummon bisa dibuang dengan beberapa cara –
ketika waktu summonig mereka berakhir, ketika mereka menerima damage terlalu
banyak, atau ketika tuan mereka melepasnya secara manual. Ketika satu monster
dibuang karena menerima terlalu banyak damage, itu adalah taktik yang biasa untuk
langsung memanggil lagi monster lain dengan tipe yang sama.

Setelah Ainz membuang Death Knight, dia merapalkan ‘Message’. Seperti sebuah
panggilan telefon yang tersambung, Ainz mulai berbicara ketika dia merasa
sambungannya sudah terbentuk.

“—Albedo.”

『—Ya, Ainz-sama? Apa yang anda inginkan dari hamba?』

“Tidak, bukan hal penting, Aku hanya ingin mengobrol denganmu. Dimana kamu
sekarang?”

『Ngo, ngobrol! Anda hanya perlu memberi perintah kepada saya dan saya akan segera
ke sisi anda!』

“Tidak perlu bersusah payah seperti itu. Aku hanya ingin mengobrol denganmu di
kamarmu. Dimana kamu sekarang?”

『Ka-Kamar saya?!』

Jeritan melengking gembira tiba-tiba berubah menjadi datar dan muram.


『Saya berada di ruang tahta…』

“Maksudmu kamu sedang berpatroli di ruang tahta?”

Balasan itu meluncur begitu saja.

『Tidak, bukan begitu... jika anda mengizinkan saya atas kekurang ajaran ini, ini
adalah, sedikit banyak, kamar tidur saya …』

Ainz membayangkan ruang tahta di dalam pikirannya, lalu terdiam. Ruangan itu memang
sangat mewah, namun sebagai tempat tinggal, sangat kurang.

Balasan gugup itu datangnya dari Albedo, yang kelihatannya salah paham dengan
kediaman Ainz sebagai suatu hal yang seluruhnya lain.

『Ma-Maafkan saya, beraninya saya menganggap ruang tahta Ainz-sama yang megah
sebagai area tidur hamba sendiri! Jika Ainz-sama tidak senang, saya akan pergi dari
tempat ini dalam sekejap!』

Ainz tidak berkata apapun, tapi mengaktifkan cincinnya.

Setelah tiba di ruangan dengan atap separuh bola yang diapit oleh lusinan golem,
dia cepat-cepat mendorong pintu besar yang diukir dengan angel dan demon.

Pintu itu perlahan terbuka, menunjukkan pemandangan megah dari ruang tahta ke dalam
matanya.

“Albedo!”

Ainz meneriakkan nama dari pengawas para guardian.

Albedo terdiam karena panik di samping singgasana, dan meskipun pada jarak ini dia
bisa melihat dengan jelas figur sempurna Albedo yang terdiam.

“Albedo! Maafkan aku!”

Ainz melangkah maju sambil minta maaf.

“Aku memilih tempat ini sebagai ruanganmu. Itu adalah salahku karena tidak
memberimu kamar yang tepat. Maafkan aku.”
Tepatnya, kesalahan itu adalah milik Tabula Smaragdina. Lagipula, seharusnya dialah
yang harus memberi Albedo tempat tinggal. Tapi dia harus mempertimbangkan kenyataan
bahwa sebelum mereka dipindahkan ke dunia baru ini, Albedo tidak lebih dari
sekumpulan data. Mengharapkannya memperhitungkan kemungkinan ini dan mendesain
sebuah ruangan baginya akan terlalu berlebihan bahkan bagi gangguan obsesif
kompulsif.

Memang benar, Ainz dan para pencipta guardian lain telah melakukan itu, tapi itu
sulit dianggap biasa. Meskipun Tabula Smaragdina adalah maniak setting yang
menghasilkan dokumen desain yang panjang untuk ciptaannya, bayangannya mungkin
berada di dalam parameter-parameter normal.

Jika harus menunjuk seseorang, maka Ainz hanya bisa menominasikan satu orang.

Itu adalah Ainz Ooal Gown.

Nama dari satu orang – sejauh ini – yang datang ke dunia baru ini dengan berani.

Setelah datang ke dunia ini, para NPC mulai begerak menurut keinginan mereka
sendiri. Lalu, sebelum itu, dia harusnya memahami situasi mereka yang sebenarnya
dan memastikan kualitas kondisi hidup mereka, agar mereka bisa memastikan bisa
melakukan tugas mereka tanpa ada masalah.

Tidak kukira, di tempat seperti ini...

Ainz memaksa melangkah di atas karpet merah, menggeretakkan giginya. Lantainya


marmer putih, lalu ketika dia menengadahkan kepalanya dia bisa melihat langit-
langit yang luas dan kosong.

Tidak ada apapun di sini yang bisa mendukung kehidupan.

Tidak kukira, dia harus tidur di tempat ini!

Dia teringat dengan gerutuan yang dia dengar dari Herohero-san.

-Kami harus menggunakan sleeping bag di dalam kantor, dan akhirnya membeli dua.
Satu untuk jaga-jaga ketika yang satunya dibersihkan. Hahaha-

Ainz merasa seperti baru saja dihajar di kepala dengan sebuah bat. Dia ingin jatuh
berlutut dan bertekuk lutut sambil menangis dan memohon ampun.

Kamu sudah ngomong besar tidak akan membiarkan situasi Herohero-san muncul di
Nazarick... Ainz, kamu sudah melakukan dosa besar, sebuah kesalahan yang tidak bisa
dimaafkan!
Meskipun emosinya berkali-kali dibatalkan, Ainz masih dilahap oleh rasa bersalah.

“Apa yang anda katakan? Para Supreme Being telah memberikan tempat ini. Oleh karena
itu, saya harus menggunakannya untuk bisa menyelesaikan tujuan mereka dengan semua
–“

“Tidak usah berkata apapun lagi, Albedo.”

Ainz akhirnya tiba di dasar tangga, lalu dia mengangkat tangannya saat dia
mengangkatnya untuk menutup mulut Albedo.

“Ini disebabkan oleh kecerobohanku. Aku akan segera mempersiapkan sebuah kamar
untukmu. Apakah kamu punya tempat yang ingin kamu tinggali?”

Mata Albedo berkedip kiri dan kanan. Ainz menganggap ini adalah tanda dia sedang
berpikir, dan dengan tenang menatapnya dalam keheningan.

Setelah waktu yang lama, yang mungkini sebuah tanda berpikir dalam-dalam, Albedo
akhirnya membalas.

“Meskipun ini mungkin terdengar agak kurang ajar, selama saya bisa tinggal di sisi
Ainz-sama, dimanapun juga tidak apa. Lagipula, saya adalah yang paling ahli dalam
bertahan diantara para guardian. Tak ada yang lebih baik dalam menjaga tubuh Ainz-
sama selain diri saya sendiri. Namun, jika saya dipisahkan dari Ainz-sama, maka
mungkin saja ada kesempatan anda mungkin bisa terluka, baik itu satu atau satu juta
atau satu miliar. Oleh karena itu saya akan dengan senang hati diberikan sebuah
sudut di suatu tempat di kamar Ainz-sama...”

Saat Albedo cepat-cepat membalas, dia berusaha mencondongkan tubuhnya ke depan,


sayapnya terkepak dengan keras.

Meskipun dia telah mempertimbangkan untuk memuaskan keinginan Albedo dengan segala
cara, berbagi kamar akan memberikan beberapa masalah nantinya.

Karena tubuhnya dia memiliki hasrat seksual dan telah kehilangan berbagai macam,
dia percaya diri bahwa dia tidak akan melakukan hal-hal hina kepadanya. Namun, jika
dia tinggal Ainz, maka Ainz tidak akan punya waktu untuk membaca buku secara
rahasia, dan dia akan terus-terusan memasang wajah seorang penguasa, dan itu hanya
akan meningkatkan stres mentalnya.

“Memang benar, kamarku memang besar, tapi sayangnya aku harus menolak
permintaanmu.”

“Begitukah...”

Sayap Albedo menggantung. Saat Ainz melihat ini, perasaan bersalahnya semakin
menguat.

“Terlebih lagi, aku yakin para guardian dari berbagai lantai tidak akan mengizinkan
penyusup manapun ke dalam benteng luar biasa Nazarick hingga kamar tidurku.
Bukankah begitu?”

“Seperti yang anda katakan.”

Pikiran Ainz bekerja keras saat dia melihat Albedo dengan sayapnya yang
menggantung. Jika dia harus memilih kamar pribadi dari lantai 9 hingga lantai 10,
dia harus mengeluarkan lantai 10 karena semua kamar disana sudah didesain untuk
tujuan lain, yang mana tinggal lantai 9. Di lantai itu, satu-satunya kamar kosong
yang dia tahu adalah yang menjadi milik mantan rekan-rekannya.

Meskipun mungkin itu hanya angan-angan, tapi jika dia meminjamkan salah satu kama
mereka kepada Albedo, hatinya akan selamanya dipenuhi dengan keraguan karena
mungkin saja dia telah merampas kamar yang merupakan hak rekan guild yang mungkin
telah datang ke dunia ini, meski sekecil apapun kemungkinan itu.

Daripada meminjamkan sebuah kamar milik salah satu rekan-rekannya, akan lebih baik
meminjamkan salah satu kamar cadangan.

“Kalau begitu, Albedo. Aku akan memberimu salah satu kamar di lantai sembilan untuk
kamu gunakan. Itu adalah kamar cadangan yang dipersiapkan untuk kemungkin bahwa
mungkin saja kami harus menyambut tambahan baru ke dalam guild. Tentu saja, aku
akan mencoba memberimu sebuah kamar sedekat mungkin dengan kamarku, dan jika ada
keadaan darurat terjadi – ya, ketika sudah waktunya, bisakah aku mengandalkanmu?”

“Ya! Tentu saja! Itu sudah seharusnya, Ainz-sama!”

Sayap Albedo tiba-tiba terkepak sendiri.

Saat Ainz melihat Albedo yang matanya bersinar dengan senyum brilian di wajahnya,
Ainz pun mau tidak mau tergerak hatinya. Untuk mengkamuflasekan itu, Ainz terbatuk
dengan keras.

“kalau begitu, aku akan mengantarmu ke kamar barumu. Kita akan pergi ketika kamu
sudah mengepak barang-barangmu.”

Saat Ainz berkata begini, dia penasaran apakah dia punya barang-barang yang harus
di packing.

Para NPC seharusnya memiliki kantung inventory seperti Ainz untuk meletakkan
perlengkapan. Mungkin bagi yang lain akan terlihat seperti mereka sedang
mengulurkan tangan ke tempat hampa, tapi sebenarnya seperti sedang menggunakan
smartphone. Sementara para pemain – dengan akses mereka kepada item-item cash –
bisa menyimpan lebih banyak lagi di inventori mereka daripada milik NPC, bahkan NPC
masih bisa memuat perlengkapan mereka ke dalam inventorinya.

Kelihatannya perlengkapan Albedo diletakkan di dalam inventorinya. Barang-barang


yang seharusnya ada di dalamnya adalah item-item recovery dan scroll yang
membuatnya bisa menggunakan magic.

“Saya mengerti. Kalau begitu, saya minta maaf sudah mengulur waktu anda, tapi
bisakah anda menunggu sebentar lagi?”

“Ah, ahhh...”

Ainz sedikit gemetar karena jawabannya adalah nada yang tidak diduga.

“Ucapan itu seharusnya adalah ucapanku. Kalau begitu, Albedo, ambillah barang-
barangmu.”

“Ya.”

Sayap Albedo berkibas dengan keras saat dia terbang.

Sebagai seorang succubus, sayap Albedo bukan hanya dekorasi.

Setelah terbang sekitar tiga lantai ke udara, dia mengotak-atik sebuah bagian
dinding, dan mengambil sebuah tas yang cukup besar bisa dia peluk dengan kedua
tangan untuk dibawa. Sebagai seorang guardian, kekuatan fisiknya cukup besar
sehingga dia bisa mengangkatnya dengan mudah. Karena itu, Ainz tidak tahu apa saja
di dalam.

“...Apakah ini adalah barang-barangmu?”

“Ya. Ini adalah item-item yang Tabula Smaragdina tinggalkan untuk saya. Apakah anda
ingin melihatnya?”

“Ah? Ahhh. Ngomong-ngomong, Tabula Smaragdina, dia.. hm. Maukah kamu membiarkanku
melihat ke dalam?”

Meskipun Tabula Smaragdina tidak mempersiapkan sebuah kamar untuk Albedo, dia masih
mempersiapkan tas ini untuknya. Rasa penasaran Ainz terhadap apa saja yang ada di
dalam tas itu semakin menguat.

Mungkin saja ada item spesial di dalam... atau tidak.

Jika memang ada item langka.. jiwa kolektor di dalam diri Ainz akan sulit
dikendalikan.
“Silahkan dilihat.”

Saat Ainz melihat ke dalam resleting yang terbuka, bagian dalamnya sebesar
kelihatannya dari luar, dan kelihatannya tidak ada item-item spesial apapun di
dalamnya. Ataupun ada mayat berlumuran darah yang sedang menatap keluar ke arah
Ainz dengan kebencian di matanya atau apapun seperti itu.

Apa yang dia lihat adalah banyak set baju yang dilipat dengan rapih, semuanya
adalah benda-benda yang sangat normal untuk dipakai wanita. Tidak ada apapun yang
menarik minat Ainz. Namun, dibalik pakaian itu ada banyak obyek-obyek beraneka
warna yang dibuat menjadi bola. Tidak mungkin tidak menyadari itu. Karen Tabula
Smaragdina adalah seorang penggemar film horror, dia tidak tahu apa yang akan dia
temukan selanjutnya. Campuran rasa takut dan rasa penasaran memantik rasa
tertariknya.

“Apakah itu... sapu tangan?”

“...Bukan, Ainz-sama. Mengapa anda tidak mengambil satu dan memperhatikannya?”

Albedo berdiri di sana dengan diam, dengan sebuah senyum misterius di wajahnya.

Dalam sekejap, antisipasinya semakin tinggi.

Ya, benda-benda itu mungkin digabungkan dengan semacam tipuan...

Dengan kegembiraan di hatinya, Ainz meraih sebuah gumpalan bola itu dan membukanya.

Setelah itu menjadi hening.

Bahkan Ainz tahu apa itu.

Itu adalah pakaian dalam. Pakaian dalam wanita.

“Bukankah ini.. apa yang akan dilakukan oleh Peroroncino-san..? bagamana aku harus
mengatakan ini... kelihatannya aku sudah mempelajari terlalu banyak informasi
tentang teman..”

Saat bahu Ainz menggantung, dia teringat bahwa dia belum minta maaf untuk seseorang
yang layak mendapatkan maaf.

“..Maafkan aku, Albedo.”

Saat Albedo melihat gerakan Ainz, wajahnya tersipu merah, dan nafasnya menjadi
tidak karuan.

Ainz yang tidak nyaman mencoba untuk melipat kembali celana dalam yang terbuka,
tapi tidak berhasil melakukannya. Jadi Albedo memberi bantuan dari samping, dan
dengan rapih melipatnya.

“Aku bukan Peroroncino-san, aku tidak akan gembira dengan sebuah pakaian jika tidak
dipakai oleh seseorang.”

Agar bisa menyembunyikan rasa tidak nyamannya, Ainz mencoba untuk lolos dengan
ucapan yang tidak seberapa dia mengerti. Tiba-tiba saja, Ainz teringat bahwa dia
tidak tahu apa yang terjadi kepada seni erotis yang dia terima dari mantan
rekannya.

“Kalau begitu... apakah anda perlu saya memakainya untuk diperiksa?”

Ainz yang terkejut melihat ke samping ke arah Albedo, yang matanya memancarkan
sebuah kilauan mesum.

“Ah, tunggu, Albedo. Sebelum itu, mari kita selesaikan masalah kamarmu. Aku akan
membawamu kesana dengan kekuatan cincin itu, jadi ayo pergi.”

“Saya mengerti, Ainz-sama.”

Saat Albedo semakin dekat, menyelimuti Ainz dengan parfumnya dan menggelitikinya
dengan nafas, dia mengaktifkan kekuatan cincinnya.

Epilogue

Ruangan yang diberikan kepada Albedo sangat mewah. Tidak, sebagai ruangan yang
layak bagi Supreme Being,  itu memang bisa diduga.

Dibalik meja di tengah kamar ada bendera berkilau dari Ainz Ooal Gown,

Tak lama setelah Albdo melihat tuannya pergi dengan senyum bahagian di wajahnya,
Sebuah perubahan datang kepadanya, dan wajahnya sedingin musim dingin.

“-Hmph.”

Albedo mengangkat bendera dengan satu tangan, dan membuka pintu dari dalam.

Di dalamnya ada kamar tidur dari penguasa absolut dari Nazarick.


Setelah memasuki ruangan itu dan memastikan itu sudah dikunci dengan benar, dia
membuang bendera di samping.

Bendera brilian itu jatuh ke tanah.

“Ainz Ooal Gown yang membuang kami.. membuatku marah.”

Meskipun dia dipenuhi dengan kegembiraan ketika yang dia cintai telah mengambil
nama itu untuk dirinya sendiri, itu berubah menjadi kekhawatiran ketika itu juga
diartikan kepada orang-orang yang membuat Albedo marah.

Dengan ekspresi sangat jahat di wajahnya, Albedo mendekati bendera di lantai itu
dan mengangkat kakinya untuk menginjak bendera itu.

“-Sialan! Beraninya si brengsek ini menghina nama cintaku!”

Albedo menyumpah serapah saat dia menginjak bendera itu, dengan nafasnya yang tidak
beraturan, dia kelihatannya menyadari sesuatu dan mengangkat wajahnya, ekspresinya
melunak saat dia melihatnya.

Albedo membuka inventorinya dan menarik sebuah bendera baru yang besar. Dia
menggosok bendera itu ke wajahnya dengan ekspresi penuh kebahagiaan, lalu ketika
itu tidak cukup, dia menggosokkan seluruh tubuhnya ke bendera itu.

Bendera yang dia pegang adalah salah satu dari 41 bender yang dipajang di ruang
tahta, yang merepresentasikan namanya sendiri yang Momonga turunkan.

Albedo cepat-cepat mengambilnya setelah itu.

“Ahhh, Ainz-sama. Tidak, Momonga-sama. Hanya kamulah tuanku yang sejati. Aku akan
membuatmu menjadi penguasa satu-satunya Nazarick. Tidak perlu orang lain itu. Hanya
kamu, dan hanya kamu yang menguasai selamanya-“

Seakan tuannya benar-benar ada di sana, Albedo merapalkan ucapan itu dengan nada
mendesah dan lembab.

“Ya, tentu saja. Jika ada siapapun yang mencoba menghentikanmu, aku akan
menghancurkan mereka meskipun mereka adalah Guardian. Akulah pengikut sejatimu,
budak setiamu. Jadi aku mohon, berikan kasih sayangmu kepada tubuhku...”

Albedo perlahan menggelincirkan tangannya ke bawah, ke bagian bawah perutnya.

Anda mungkin juga menyukai