Anda di halaman 1dari 16

BAB 2: Memulai

Bagian 1

Malam hari, di pusat kota, seseorang melompat dari gedung ke gedung. Pakaiannya yang
serba hitam berterbangan terkena hebusan angin, cahaya sihir yang membantu lompatannya
agar sukses mendarat dengan aman terlihat setiap kali dia menginjakkan kaki di atas gedung.
Dia berhenti, di tepi atap gedung, udara malam yang dingin tak membuatnya ingin beranjak dari
posisi berdrinya sekarang, pandangannya melihat ke segala arah dari pusat kota.

Tersenyum.

Dia tersenyum, melihat seorang warga yang sedang berjalan sendirian mengenakan pakaian
formal di sebuat pertokoan di kota. Dengan sekejab mata dia menghilang dari atap gedung itu.

Seorang pria berjalan sendirian sambil melihat smartphone nya, cahaya dari smartphonenya
menerangi wajahnya di malam hari, dia terus berjalan seorang diri tanpa perasaan takut akan
hal buruk yang sedang banyak beredar di kalangan warga setempat.

“Hoo… jadi kali ini ada korban lagi yang menghilang”

Menggeser layar smartphone nya dengan jari jempol, dia terus memegang dan menatap layar
smartponenya tanpa melihat ke arah depan jalan. Perasaannya menjadi was-was setelah
melihat artikel yang baru saja di bacanya. Dia berjalan melewati sebuah gang gelap, hanya
melewati

Sreek!

Pandangannya yang fokus pada smartphonenya teralihkan, akibat suara yang tiba-tiba muncul
dari gang gelap itu.

“Mungkin hanya kucing”

Cahaya merah terlihat saat dia melihat-lihat gang tersebut, dia mulai gelisah, keringat dinginnya
pun keluar turun dari pelipisnya ke dagu dan menetes jatuh ke bawah. Ingin lari tapi kakinya
kaku tidak bisa bergerak,cahaya merah itu semakin mendekat dan aura hitam terasa di
tubuhnya yang membuat menjadi merinding

“A-a—“

Cahaya itu menghilang

“Hahh~”

Lingkaran sihir tiba-tiba muncul dengan cepatnya, cahaya merah dari lingkaran sihir terlihat
kemudian sebuah tentakel berbentuk seperti akar pohon pun keluar, dengan cepat bergerak
menujunya

“AAKH!:
Matanya terbebelalak

Ujung tentakel yang tajam menusuk ke arah dadanya dan menembus jantungnya.

Darah menetes kebawah tanah, terus menetes banyak dan kemudian tubuh itu ambruk jatuh ke
tanah

Tentakel yang tadinya menusuk pria itu mulai menyingkirkan diri seseorang keluar dari gang
gelap itu, dia mengangkat tubuh pria yang sudah tidak bernyawa dan kaku kemudian
melemparnya ke ganggelap yang ada disana. Suara hewan buas terdengar, moncong seekor
anjing terlihat keluar dari zona gelap itu, dia menggigit kaki jasad pria yang sudah mati lalu
membawanya ke zona gelap. Cipratan darah terlihat berterbangan dan orang itu hanya melihat
ke arah cipratan darah itu berasal, matanya yang sayup dang tajam terpejam lalu terbuka
kembali

“Agro, sudah… ayo kita pergi”

Sesosok makhluk berbadan manusia kekar dan berbulu coklat berkepala serigala muncul,
ekornya yang berbentuk seperti akar pohon pelan-pelan beranjak berubah menjadi ekor
serigala biasa, kedua kakinya yang berbulu persisi seperti serigala itu melangkah ke arah
seseorang yang mengajaknya pergi. Wujudnya perlahan menyusut, berubah menjadi serigala
pada umumnya, serigala dengan bulu berwarna coklat yang normal tanpa adanya aura hitam
yang mengelilinginnya seperti wujud warewolfnya tadi.

“Ayo kita pergi”

Dia menatap kedepan melihat suasana kota yang gelap dan dingin, sepi tanpa ada seorang pun
yang berlalulalang. Dia mengangkat tangannya, melurusannya ke depan lalu tangannya yang
terkepal terbuka kemudian lingkaran sihir terbuka dan menghilang menyisakan sebuah lubang
hitam yang. Dia berjalan masuk ke lubang hitam itu dan di susul oleh serigala yang
mengikutinya, perlahan lubang itu menghilang tanpa menyisakan apapun.

Suasana malam yang gelap dan hanya di terangi oleh lampu jalan kemudian udara dingin di
malam itu, menjadi saksi bisu atas terbunuhnya seorang pria yang identitasnya belum di
ketahui, darah yang tercecer di tanah itu dan jasad yang tadinya di makan oleh serigala itu juga
habis dan hanya menyisakan darah saja.

Bagian 2

“Hahh~ panas—“

Sudah 2 hari sejakkejadian malam itu, tentang makhluk misterius yang ingin membunuhku dan
Yuukina yang datang melawan makhluk itu dengan kekuatan sihirnya. Setelah aku meminta
penjelasan, akhirnya sepulang dari kafe yuukina menjelaskan semuanya padaku tentang apa
yang sebenarnya terjadi dan apa yang mereka incar dariku
Diruang tengah, mereka berdua duduk di sofa dengan tv yang menyala, tetapi mereka tidak
fokus pada acara apa yang di tanyagkan di tv itu.

“Mereka mengejarmu dan ingin membunuhmu karna kau memiliki sesuatu yang sangat
berbahaya bagi mereka”

“Apa maksudmu?”

“Di dalam dirimu terdapat kekuatan yang sangat dahsyat,…”

Shin melihat Yuukina yang sedang berbicara dengan serius

“…Kekuatan peninggalan kuno dan hanya dimiliki oleh orang tertentu, sihir yang dapat
membentuk berbagai macam benda… yaitu sihir Alkimia…”

“Eh?”

Yuukina menatap Shin dengan tatapan dingin

“ Tetapi kau masih belum bisa mengendalikan sihir itu dan itu baik untukmu”

“Kenapa?”

“……”

Menatap ke layar tv, Yuukina tidak mau melihat wajah Shin

“11 tahun yang lalu, seorang pemilik sihir alkimia membentuk sebuah senjata yang mematikan,
dia membuat senjata yang mampu melenyapkan satu pulau sekaligus tanpa tersisa sedikit
pun…”

“Hah? Mana mungkin ada sihir yang seperti itu, mungkin saja dia menggunakan kekuatan sihir
dari orang lain—“

“—Tapi itulah kenyataan, satu pulau lenyap dengan satu tembakan”

“Lalu, apa maksud maksudnya kau juga menginginkan kekuatanku ini”

“Aku bukan menginginkannya…”

“Ha?”

“…Tapi aku berniat untuk melenyapkan kekuatan itu…”

Shin tertegu dengan ucapan Yuukina.

“Bagaimana caranya?”

“Untuk saat ini belum ada cara yang dapat membuat kekuatan abstrak itu lenyap…”
Dia berdiri, Yuukina berjalan meninggalkan shin, ketika ingin menaiki anak tangga itu,
langkanya terhenti

“…Sebenarnya masih ada satu cara untuk melenyapkan kekuatan itu…”

Shin langsung berdiri dan menghadap Yuukina

Yuukina yang masih berdiri di ujung tangga tanpa membalikan badannya ke arah Shin

“…Caranya yaitu melenyapkan orang yang menompang kekuatan itu…”

Lalu dia berjalan meninggalkan Shin yang terkejut dengan perkataannya.

“Hahh~”

Lagi-lagi Shin menghela nafasnya

Pembicaraan malam itu membuatku sangat syok, Yuukina yang terlihat sangat dingin dan
tatapan mata tajamnya itu benar-benar membuatku bepikir itu tidak seperti perilakunya sewaktu
pertama kali berjumpa dengannya. Tapi setelahmalam itu dia kembali seperti semula, bersikap
polos dengan nada bicara yang pelan dan lembut seperti anak kecil. Dia bahkan membuatan
sarapan untukku sama seperti pagi ini.

Shin berjalan melewati toko-toko yang ada di kota itu, suhu yang panas di hari itu membutnya
hanya memakai kaus lengan pendek dan celana berbahan panjang

“Hari ini adalah hari terakhir liburan musim panas, ya…”

Dia melihat jam tanganya

“Masih jam 3, sebaiknya aku kemana dulu ya…”

“Kiyomizu-kun!”

Matanya tertuju pada sumbur suara yang memanggul namanya, seorang wanita memanggilnya
sambil melambaikan tangan. Kameko menggunakan pakaian one piece selutut dengan
potongan lengan pendek. Rambunya yang panjang terikat kuncir memperlihatkan leher
jenjanganya, dia tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Shin, dengan penampilan
Kameko sekarang membuat Shin terpukau dengan penampilan manisnya, dan membuatnya
terdiam memandangan Kameko dari seberang jalan.

“Nee, Kiyomizu-kun… apa kau bekerja lagi hari ini?


“—Um”

Mereka berdua duduk di kursi taman berdua, melihat sekeliling suasana taman yangdi penuhi
oleh warga sekitar, mulai dari orang dewasa serta anak-anak yang asyik bermain,

“Seharusnya kau istirahat sebentar dari kerja sambilanmu”

“—Tidak bisa, aku membutuhkan uang untuk biaya hidupku. Kau sendiri juga tau itu”

Dia langsung menyela saran dari Kameko

“Tapi kau ini masih siswa SMA, seharusnya kau menikmati masa-masa sekarang ini! Untuk
urusan biaya hidup bukankah orang tuaku sudah sepakat untuk membantu!”

Bediri dari posisi duduknya, dia langsung menangkup wajah Shin dan mmandangnya dengan
tatapan prihatin

Tatapan itu berlangsung sekitar satu menit.

“Jangan terlalu memaksakan diri…”

“…..”

“…Kau selalu saja mencari alasan untuk menghindar…”

Shin menatap wajah Kameko yang berada tepat satu jengkal dari hadapannya.

“Jangan selalu terpuruk dengan masa lalumu, mereka sekarang sudah tidak ada. Jika ka uterus
memikirkan masa lalumu, kehidupanmu kedepan tidak akan maju dan hanya akan membuat
kehidupanmu yang sekarang atau nantinya menjadi terbebani…”

“Nakashima.. san…”

“Jangan memaksakan dirimu sendiri, disini.. masih banyak orang yang peduli padamu…”

Matanya terpukau oleh tatapan mata Kameko yang lembut, membuat jantungnya berdetak
lebih cepat

Dia tersenyum lembut, membalas tatapan Kameko yang membuat hatinya terasa lebih hangat,
merasa lebih baik dari sebelumnya

“Aku akan berjuang...!”

Kameko melepaskan tangannya dari wajah Shin dan berdiri di hadapannya, tangannya dia
sembunyikan di balik badannya lalu tersipu dan tersenyum membalas tanggapan dari Shin

Tubuh gadis yang mungil itu menutup cahaya matahari, terlihat seperti malaikat yang turun
untuk memberinya beberapa pencerahan padanya

“Eh?”
Mereka mengalihkan pandangan ke sumber suara, seorang anak kecil berdiri sambil
memegang bola kaki dengan kedua tangannya, menatap dengan tatapan bingung

“Onii-san, Onee-san.. apa yang kalian lakukan?”

Pertanyaan itu sukses membuat mereka terkaget, sadar dengan apa yang mereka lakukan tadi.
Wajah yang berdekatan dengan situasi mereka yang berada di taman kota yang banyak di
kunjungi orang.

Tersipu

Mereka berdua merasa malu dengan tatapan beberapa orang yang beraa di sekitar mereka

BUGH!

Karena kesal Kameko melampiasakan rasa malunya dengan memukul kepala Shin, korban
yang terkena pukulan dari Kameko langsung dengan cepat memegang kepalanya keskitan

“Apa yang kau lakukan!?”

“Tidak ada, ayo kita kita pergi!”

Mendapat jawaban yang ketus membuat Shin hanya tepelongo, Kameko langsung
membelakangi Shin dan berjalan meninggalkannya.

“Apa-apaan dia itu…”

Merasa terus di tinggalkan jauh oleh Kameko, dia langsung beranjak dari duduknya mengejar
Kameko

“Oy, tunggu Nakashima-san!”

“Panass~”

“Jangan mengeluh, kau ini laki-laki ‘kan”

“Tapi bagaimana pun juga, kenapa harus aku yang membawa semua barang ini”

Di tangannya terdapat banyak sekali bungkusan yang berisikan semua belanjaan dari Kameko

Sedikit syok dengan apa yang lakukan oleh Kameko di pusat perbelanjan tadi, mengikutinya
membeli beberapa barang kesana kemari dan berkerumun dengan beberapa wanita lain untuk
memprebukan barang diskon, tidak menyerah dengan beberapa wanita untuk mendapatkan
barang yang dia inginkan

“Perempuan itu sangat menyeramkan saat berbelanja…”


“Apa? Apa kau mengatakan sesuatu?”

“—Ah! Tidak, bukan apa-apa”

Dia tersenyum terpaksa, melihat Kameko yang memandangnya kebelakang

‘Jika aku mengatakan yang tidak seharusnya, habislah’

Innernya bermonolog sendiri, bersyukur dengan apa yang digumamkannya tidak di dengar oleh
Kameko

“Oy! Kalian berdua”

“—Eh?”

Dengan serentak mereka menghadap kebelakan melihat seseorang yag menegur mereka
berdua

“Haa! Kalian!”

Beberapa orang disana menyapa mereka, Dua perempua dan satu lelaki, salah satu dari
perempuan itu menghampiri mereka berdua lalu menapat Kameko.

“Lama tidak berjumpa Kameko-chan”

Beberapa orang memenuhi ruangngan itu, mereka duduk santai sambil menikmati hidangan
yang sudah tersaji di atas meja mereka, beberapa pelayan juga berajalan mengampiri
palanggannya yang ada di meja, suasana di kafe itu sungguh ramai walaupun hari sudah
malam

“Haa~ sudah lama tidak bertemu dengan kalian berdua”

Gadis itu, Chelly Taniuchi, rambut pirang ikal, mata berwarna biru, blasteran Jepang-Amerika,
ibunya yang berasal dari Amerika sedangkan ayahnya berasal dari Jepang, dia salah satu
model majalah remaja di Jepang, perawakannya yang manis membuatnya memiliki banyak fans
di kalangan laki-laki maupun perempuan, dia sudah lama mengikuti ayahnya untuk tinggl di
Jepang sedangkan ibunya sibuk bekerja di Amerika mengurus sebuah perusahaan keluarga
mereka Tainuchi Corp. Chelly juga berteman dekat dengan Shin dan Kameko walaupun tidak
sekelas karena dia duuk di kelas A

“Ah ya…”

“Nee nee.. apa kalian sedang kencan?”

Gadis yang baru saja berbicara adalah Haruna Nagakusa, gadis berambut pendek berwana
hazel itu salah satu teman sekolah mereka juga, Haruna classmate dari Kameko, berada di
kelas C dan mereka di club yang sama yaitu baseball, perawakannya yang tomboy
membuatnya memiliki julukan Lady Boy di sekolah, akibat dari itu tidak banyak laki-laki yang
berani bertindak macam-macam dengannya, walaupun begitu di clubnya dia memiliki banyak
fans dikarena ‘kan permainnnya yang selalu membuat tim mereka mendapati juara tingkat
sekolah. Dia selalu ikut menjaga Shin di sekolah karena dia sudah menganggap Shin sebagai
adik laki-lakinya sediri meskipun kenyataannya mereka seumuran

Haruna menatap Kameko yang tersipu malu dengan tatapannya yang jahil

“T-tentu saja tidak, kami hanya kebetulan bertemu dijalan..”

Kameko megalihkapandangannya dari Haruna yang membuat Haruna semkin ingin


menggodanya

“Kalau begitu, kenapa tadi Shin terlihat lesu saat di jalan dan membawa banyak barang di
tangannya, hm…”

“I-itu…”

“Haruna, sudahlah.. jangan terus menggodanya”

Haruna menatapi laki-laki itu dengan tatapan bosan

“Ayolah Yuuta, kau ini bear-benar kaku”

Yuuta Ishikawa. Lelaki berambut putih bermata dengan tampang yang cool itu adalah
classmate Shin, dia juga ketua kelas di kelasnya bersama Shin. Wajahnya yang tampan
membuatnya di di idolakan oleh banyak kaum hawa di sekolah, badannya yang tinggi serta
atletis menambahkankesan macho yang ada pada dirinya, dia juga berteman baik dengan Shin
walaupun dari segi kepopuleran Shin tertinggal jauh darinya

“Nagakusa-san, kita bukan anak-anak lagi, kita sudah siswa SMA tingkat 2”

“Baiklah..baiklah.. kau ini selalu kaku seperti biasanya, entah apa yang dilihat oleh perempuan
darimu”

Lalu dia memalingkan wajahnya ke arah Shin

“Shin-kun, apa yag kau lakukan selama lburan musim panas ini?”

“Aku hanya bekerja sambilan”

Dia tersenyum kikuk sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal dengan jari telunjuknya

“Kau ini selalu memaksakan diri…”

“Begitulah…”

“Hahh~ akhirnya kita di usir dari kafe itu”


Shin mengeluh atas apa yang terjadi di kafe tadi, Kameko dan Chelly berkelahi karena untuk
unjuk kecantikan.

“Hah! Apa maksudmu?!”

“Sudah ku katakan sebaiknya kau menyerah untuk tidak mengikuti kontes kecantikan pada
festival yang di adakan sekolah nanti”

Chelly berbicara sambil mengelus-elus rambut pirangnya

“Apa maksudmu?! Kita tidak akan tau sebelumnya mencobanya, bukan”

“Kau tau sendiri, kalau aku adalah model dan itu membuat peluang menangku sangat banyak,
jadi menyerah saja”

“Hah?!”

Kameko langsung berdiri sambil menggebrak meja dan membuat semua mata pengunjung
tertuju pada mereka

Haruna merasa risih melihat para pengunjung yang melihat ke arah mereka

“O-oi sudahlah, kalian membuat para pengunjung lainnya merasa terganggu”

“Sebaiknya kau diam saja!” Mereka dengan serentak membentak Haruna

Karena Haruna yang tau jika mereka sudah berdebat hal itu akan membuatnya tidak bisa
menyela perdebatan mereka

Mereka terus saja berdebat panjang, dua lelaki yang duduk disana hanya melihat mereka
dengan tatapan bingung tidak bisa berbuat apa-apa dan takut terjadi masalah jika mereka
menyela perdebatan mereka

Seorang pelayan datang untuk menghampiri mereka

“Nona-nona tolong jangan berisik, kalian bisa mengganggu pengunjung lainnya”

“Sebaiknya kau diam saja!”

Pelayan itu juga ikut di bentak oleh mereka berdua. Pelayan yang geram akibat ulah mereka
yang tidak berhenti berdebat mulai kesal

“Sebaiknya kalian berdua keluar dari kafe ini!”

Pelayan itu membentak mereka agar keluar dari kafe

Mereka yang kaget akibat bentakan pelayan itu terdiam…


“itu semua karena Ojou-sama itu! Beraninya dia meremehkanku”

Kameko berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya, meluapkan kekesalannya dengan terus


mengomel tidak jelas di sepanjang jalan

“Sudahlah.. lagian semuanya sudah selesai dan dia juga sudah pulang”

Malam itu, mereka berdua, Shin yang mendengarkan omelan tidak jelas dari Kameko pun
hanya bisa pasrah mendengarkannya. Shin melihat sekitaran jalan yang gelap dan sepi, hanya
ada mereka berdua yang ada di jalanan itu melewati playground di sekitara perumahan, lalu
matanya tertuju pada seseorang yang berdiri di bawah pohon di dalam playground itu, seorang
pria berjalan keluar dari playground dan di ikuti oleh seekor serigala, pria dengan seekor
serigala iti berjalan melewati Shin sekilas dan pergi begitu saja membuat Shin yang di
lewatioleh pria itu menghentikan langkahya dan melihat ke arah pria yang berjalan
membelakanginya

“Kyomizu-kun, ada apa?”

Kameko juga ikut memandangi pria dengan seekor serigala itu berjalan

“Apa kau mengenal pria itu?”

“Ah, tidak…”

Dia membalikkan badannya dan berjalan

“Ayo, ini sudah malam, besok kita harus pergi ke sekolah”

“Um…”

Kameko mengikuti Shin berjalan dan meninggalkan tempat itu

“Terimakasih telah mengantarku…”

Kameko tersenyum dan mengambil belanjaannya yang di pegang ole Shin

“Ah tidak.. sudah seharusnya aku mengantar seorang gadis di malam hari sampai kerumahnya”

“Kau ini”

Dia memukul bahu Shin pelan

“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa”

Shin pergi meninggalkan Kameko yang melambaikan tangan ke arahnya


Hin membuka pintu rumah lalu masuk, melihat keadaan rumah yang gelap tanpa satu lampu
pun yang menyala membuatnya langsung membuka sepatu dan langsung masuk ke dalam,
berjalan ke ruang tengah yang gelap, dia merab-raba dinding, mencari sebuah sekelar lampu

Klik!

Lampu pun menyala, di sana, dia melihat seorang gadis yang tidur di atas sofa dengan wajah
polosnya

“Apa dia menungguku pulang ya…”

Shin berjalan mendekati Yuukina yang sedang tertidur pulas, seakan terbawa dengan wajah
polos Yuukina, Shin juga ikut duduk di sofa itu, memperhatikan wajahpolos Yuukina saat
tertidur

“Dia tertidur seperti bayi”

Tersenyum geli melihat wajah itu, tangannya yang gatal mulai bergerak menyentuh pipi Yuukina
dengan jari telunjuknya, tertawa pelan, melihat respon yang diberikan oleh Yuukina, tubuhnya
menggeliat memperlihatkan respon tak nyaman dengan apa yang lakukan oleh Shin

“Yuukina.. bangun…”

Dia berbicara seakan seperti berbisik

“Oy.. Yuukina, jangan tidur disini, nanti kau bisa masuk angin…”

“Hmmm~”

Matanya terbuka, memperlihatkan bola mata berwarna hazel yang sayu itu. Dia memperhatikan
Shin cukup lama hingga pada akhirnya bangun dan duduk di sofa

“Kau sudah pulang…”

“Um! Aku pulang!”

“Selamat datang…”

Bagian 3

Wiiiiwiiwiiwiiwiiii~

“Tou – san! Kaa – san! Onee – san!”

Suara sirine dan suara anak kecil terdengar di saat bersamaan dengan cahaya putih yang
menyilaukan. Cahaya putih yang tampak tadi berangsur menyusut dan menjadi sebuah
ruangan hampa yang gelap. Disana, seorang anak kecil duduk dengan kaki tertekuk memeluk
lututnya dan menenggelamkan kepalanya pada lututnya
“Apa ini…”

Nada suara yang terdengar pelan keluar dari mulut anak itu.

“Gelap…”

Dia mengangkat kepalanya tapi dagunya masih bertumpu pada lutunya

“…Tidak ada apa – apa disini…”

Dia menatap kedepan dengan padangan kosong, melihat ke arah kanan dan kirinya,
tidak ada apa – apa.

“Aku hanya sendiri…”

Matanya mulai terlihat ingin mengeluarkan air mata, anak itu terlihat sangat miris.
Sendirian tanpa ada apa pun di sekitarnya, hanya ada kehampaan dan kegelapan.

“Seseorang.. tolong aku…”

Air mata yang keluar dan berlinang di matanya pun akhirnya keluar tanpa bisa
ditahannya. Dia kembali menenggelamkan kepalanya pada lutunya. Dia menangis,
menangis dengan terisak tanpa adanya suara tangisan yang keras terdengar dari
mulutnya

—Wuuusssss

Angin berhembus ke arahnya dengan cukup kuat, mampu membuat dirinya terkejut
dengan kedatangan angin itu

Kepalanya mulai terangkat lagi, aliran bekas air mata terlihat di pipinya, matanya yang
tadi menatap kosong kini focus menhadap kedepan.

“———“

Setitik cahaya terllihat, menyilaukan matanya.

Tangannya bergerak menghalangi matanya dari cahaya yang menyilaukan itu


kemudian dia terbangun, dengan pandangan yang tetap mengarah kedepan. Melihat
setitik cahaya itu walaupun tangannya mengahalangi penglihatannya agar tidak merasa
silau.

“Eh”

Entah apa yang membuat badannya terdorong untuk berjalan kedepan ke arah cahaya
itu
Dia mulai berjalan, berjalan ke arah cahaya itu perlahan dengan tangan yang mulai
bergerak mencoba meraih cahaya tersebut. Rasa kagum akan cahaya itu pun mulai
dirasakannya

Hangat.

Pandangan kosongnya terlihat lebih bersinar akibat dari kekagumannya pada cahaya
yang ada di depannya. Perlahan, dia mulai berlari mengejar cahaya itu dan mencoba
meraihnya.

Semakin dekat

Dekat

Cahaya itu berada di depannya, dia menangkap cahaya kecil yang menyilaukan itu.
Lalu cahaya itu menjadi lebih terang dan menjadi sangat terang membuat semuanya
tidak terlihat lagi

Tiitt tititiiittttt~

“Hah?”

Dia terbangun dari tidurnya, pandangan matanya menatap lurus kedepan, menatap
langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

“Mimpi itu lagi”

Pukul 08.!7, Shin berjalan sambil menguap di sepanjang lorong sekolah

“Hoaamm~”

Tangannya tergerak ke arah mulut, meutup mulutnya yang menguap sangat lebar. Dia
berjalan menuju ruang kelasnya, yaitu kelas 2-B.

“Akhir-akhir ini aku sering bermimpi aneh…”

Semenjak pertemuannya dengan Yuukina dan setelath mndapatkan penjelasan dari


Yuukina tentang kejadian di waktu dia di serang oleh makhluk misterius, Shin menjadi
merasa aneh dengan dirinya, mimpi aneh yang sering muncul, badannya yang sering
terasa sakit dan juga bayangan aneh yang terkadang sering muncul di pikirannya
sewaktu dia melamun

“Apa yang di katakan Yuukina itu benar ya…”


Langkahnya terhenti di depan pintu geres, dia menggeser pintu itu. Dan di ruang kelas
itu, semua murid terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing, mereka saling
berbicara dan juga ada yang sedang tidur di kelas.

“Yo!, Shin”

“Ah, Ohayou Yuuta”

Shin berjalan menuju mejanya, dia duduk tepat berada di belakang sang ketua kelas itu

“Hari ini kau telat, tidak seperti biasanya”

“Benarkah?”

Shin melihat jam di tangannya

“Kau benar…”

“Apa terjadi sesuatu denganmu?”

“Tidak juga”

Mereka mengobrol sambil menunggu kelas masuk. Meja Shin berada tepat di dekat
jendela, dan dia duduk di belakang teman dan sekaligus yang menjabat sebagai ketua
kelas itu.

Dia melihat keluar jendela, mengabaikan temannya yang melihatnya dengan tatapan
bingung

Diruang guru, Yuukina dengan seragam sekolah SMA, berbicara dengan salah satu
guru yang berada disana, tepatnya guru itu yang akan menjadi wali kelasnya. Wajahnya
yang polos menatap guru yang berbicara deengan serius kepadanya.

“Baiklah, Yamide-san, sebentar lagi kelas akan di mulai, sebaiknya kita ke kelas dan
memperkenalkanmu dengan murid lain yang akan menjadi classmate mu nantinya”

“Baiklah”

Kelas yang berisik, dengan murid yang sibuk dengan urusannya masing-masing, kelas
yang berisikan 27 murid dengan berbagai macam karakter yang berbeda, di antaranya
ada yang sibuk menggosipkan siswi pindahan yang nantinya akan menjadi classmate
mereka

“Ku dengar dia sangat cantik…”


“Bgaimana kalau nantinya kita mendekatinya…”

Berbagai macam pembicara yang membahas tentang siswi pindahan

Shin yang mendengarnya tersadar dari lamunannya, dia melihat sekelilingnya, murid
yang sibuk membicarakan siswi pindahan yang katanya cantik dan adda beberapa
siswa yang ingin mendekatinya, membuat Shin tersadar dengan kondisi yang dia alami
sekarang, keadaan buruk yang akan menimpanya di kelas ini nanti

“O ya, Shin, apa kau tau, kita akan kedatangan murid baru”

“Ah ya!”

“Ku dengar dia sangat cantik”

“Ahaha… ya”

Disaat mereka berdua tengah asyik mengobrol pintu geres kelas itu terbuka,
menampilkan seorang guru yang sedang membawa sebuah buku, berjalan ke arah
meja guru

“Tolong semuanya di harapkan tenang”

Kelas yang berisik menjad lebih tenang dengan datangnya seorang guru yang tidak lain
adalah wali kelas mereka

”Hari ini kalian akan mendapat kan teman baru, Yamide-san, silahkan masuk”

Seorang gadis dengan pakaian seragam SMA masuk, rambut hitamnya tergerai begitu
saja, dia berjalan mendekati guru dan berdiri di sebelah guru tersebut, bola mata
haxelnya menatap ruangan kelas itu, melihat-lihat keadaan kelas dan beberapa murid
yang menatapnya takjub, hingga tatapan matanya berhenti tepat menatap Shin, yang
sedang tersenyum kikuk

“Silahkan perkenalkan dirimu”

“Baiklah, Perkenalkan, nama saya Yuukina Yamide, dan saya tinggal bersama dengan
Shin”

Sontak kelas itu itu langsung riuh, karena mereka tau bahwa Shin hanya tinggal sendiri
selama ini, dan dengan adanya gadis itu mereka berpikiran bahwa gadis itu dan Shin
anya tinggal berdua dirumah itu

Yuuta menatap Shin dengan tatapan mengintrogasi

“kau tidak pernah memberi tauku kalau kau tinggal serumah dengan seorang
perempuan”
“Banyak hal yang terjadi yang tidak bisa kuceritakan, lagipula dia anak dari kenalan
pamanku”

Pelajaran sekolah berakhir, seisi kelas masih heboh dengan kedatangan Yuukina.
Sebagian murid di kelas itu mengkerumuni Yuunika

“Murid pindahan itu sangat popular ya”

“Ya, dia mengalahkan kepopuleranmu”

Shin dan Yuuta masih sibuk mengobrol, sambil melihat Yuukina yang di kelilingi oleh
murid lainnya

Deg deg!

Tiba-tiba saja perasaannya merasa tidak enak, perasaan yang membuatnya merasa
seperti tertusuk sesuatu benda tajam di bagian jantungnya

“hhh..hh…”

“Shin ada apa?”

“Tidak, tenang saja…”

“Tapi wajahmu terlihat pucat, apa perlu aku antar ke UKS”

“Tidak perlu, aku bisa sendiri…”

Shin berdiri dari duduknya, sambil memegag dadanya dia berjalan meninggalkan kelas.
Yuukina memperhatikan Shin yang berjalan keluar dari kelas, juga berdiri.

“Yamide-san, ada apa?”

“Tidak, aku ingin keluar sebentar”

“Baiklah, apa perlu kami menemanimu? Yamide-san masih baru disekolah ini”

“Tidak apa-apa, aku bisa sendiri”

Yuukina berjalan meninggalkan kerumanan murid yang tadinya mengelilingi dia,


meninggalkan kelas dan menyusul Shin.

Anda mungkin juga menyukai