Anda di halaman 1dari 13

Hutang Memberikan Kenikmatan

Hutang Memberikan Kenikmatan - Dalam perjalananku kembali ke Denpasar, aku


kesulitan menemukan bus yang berangkat malam. Setelah diyakinkan oleh agen bus yang
biasa aku naiki, aku terpaksa menginap di terminal untuk mendapatkan bus yang
berangkat besok pagi pukul 9-an. Aku bentangkan matras karet yang aku bawa, sambil
tiduran aku gunakan tas ranselku untuk sandaran kepala.

Aku bukan terganggu oleh kotornya lantai ruangan tunggu di terminal itu tapi suara
nyamuk yang seakan-akan mengejekku yang tidur di lantai terminal yang kotor ini,
sungguh menjengkelkan. Berulang kali aku mesti kibaskan tangan untuk mengusir.
Dalam perjalananku mendaki gunung, aku sebenarnya biasa bawa deodoran anti
nyamuk. Beberapa teman baru yang aku temui di areal kaki gunung sebelum mendaki,
berebutan meminta deodoran anti nyamukku. Karena wangi dan terasa nyaman di kulit.
Aku tersenyum sendiri terbayang mereka yang berebut. Lucu juga, batinku.

Kukeluarkan telpon genggamku membaca lagi beberapa sms dari mereka setelah kami
turun gunung dan bertukar nomor telpon. Kapan kita mendaki Semeru lagi bro, aku baca
dalam hati. Thanks untuk rotinya, bro. Aku ke Bali, boleh numpang di kost kamu, bro?
Aku baca ulang-ulang sambil senyum-senyum. Hmmmmmmsayang aku gak ketemu
pendaki cewek, gumamku.

Telpon aku masukkan ke saku celana dan aku mulai meluruskan kaki untuk peregangan
otot. Terasa capek di bagian betisku. Aku mesti pijet nih nanti nyampe di Denpasar,
batinku. Kulihat jam tanganku. Pukul 11-an malam. Pantesan ngantuk banget, gumamku
lagi. Perlahan-lahan mataku mulai menutup dan aku hanya mendengar suara hiruk-
pikuk kendaraan yang lewat di depan terminal.
Di antara alam sadar dan bawah sadarku, aku dikejutkan dengan suara jeritan seorang
wanita. Wanita tersebut menjerit minta tolong.

Aku terbangun, duduk dan mencari asal suara. Aku melihat seorang wanita yang dipukuli
oleh tiga orang laki-laki. Wanita itu terjatuh, rambutnya langsung ditarik oleh satu satu
laki-laki itu untuk menyuruhnya berdiri. Sementara dua laki-laki lain bergantian
menampar pipi dan kepalanya. Kulihat ada beberapa orang yang menonton tapi mereka
tidak berbuat apa-apa.
Karena geram dengan perlakuan ketiga laki-laki terhadap si wanita yang sedang
tersungkur jatuh itu, aku langsung berdiri dan mendekati mereka. Aku langsung melerai
memisahkan wanita itu dari mereka.

Mas, massabar, mas. Sabar, mas kataku sambil tanganku menghalangi mereka
memukul dan menampar lagi.
Hei, siapa kamu? bentak salah satu dari laki-laki itu.
Hei, mau cari mati ya? bentak satunya lagi.

Aku perhatikan laki-laki yang pertama membentakku. Bertubuh lebih pendek daripada
tinggi badanku tapi sedikit gemuk. Aku perhatikan juga laki-laki yang kedua
membentakku. Rambutnya panjang tapi awut-awutan. Sementara laki-laki yang ketiga
hanya berdiri tapi memandangku dengan sorot mata yang menyeramkan. Tangan mereka
semua mengepal dan dalam sikap siap berkelahi. Aku berusaha tenang. Aku tetap
tersenyum.

Sabar, mas. Kasihan mbaknya dipukul sampe jatuh-jatuh gitu kataku kalem.
Tapi aku siapkan kewaspadaanku dengan semua kemungkinan yang akan terjadi. Aku
berdiri dengan tanganku menghalangi mereka memukuli wanita itu lagi sambil sedikit
kurenggangkan kakiku. Aku melihat setiap pergerakan mereka.

Hiiiaaaa! salah satu dari mereka tiba-tiba bergerak cepat hendak memukul kepalaku,
dengan menunduk, kuputar badan dan kutendang betisnya dengan kuat. Satu jatuh.
Aaaah..nyari mati anak ini rupanya! seseorang dari antara mereka berteriak lalu
seorang lagi tiba-tiba menendang dengan cepat ke arah kepalaku. Dengan sigap aku
tangkap kakinya dan sambil berdiri, aku putar badanku sambil memukul ke arah
rusuknya. Dua jatuh.

Aku sedikit mundur sambil memperhatikan keadaan wanita itu. Lalu dengan isyarat
tanganku, aku meminta laki-laki yang seorang lagi untuk menghentikan tindakannya.
Kulihat dia mengeluarkan pisau belati dari balik pinggangnya.

Sabar, mas. Hati-hati dengan pisaunya. Sabar, mas kataku menenangkan dia.

Kulihat teman-temannya yang lain sedang meringis kesakitan terkapar di tanah sambil
memegangi bagian tubuh mereka yang aku serang. Aku mempersiapkan kakiku untuk
menendang saat laki-laki yang membawa pisau itu akan menyerang. Kuda-kuda siap
menhadapi serangan, dengan tanganku yang terkepal, saat laki-laki itu maju
menyerangku, aku menghindar sambil menepis sementara satu tanganku langsung
memukul wajah laki-laki itu. Tiga jatuh.

Cepat-cepat aku tarik tangan wanita tadi untuk berdiri dan kubereskan barang-barangku.
Kami berdua langsung berlari meninggalkan mereka bertiga yang masih terkapar
kesakitan. Orang-orang yang melihatku menghajar ketiga orang laki-laki itu, langsung
menyingkir dan membiarkan kami pergi.
Ayo, mbak. Cepat-cepat, mbak kataku sambil menarik tangannya. Kami langsung
berlari keluar terminal.

Pada saat aku sedang bersiap-siap menghadapi serangan mereka tadi, aku kerahkan
tenaga dalamku ke tangan dan kaki. Sehingga pada saat tangan dan kakiku mengenai
tubuh mereka, berarti serangan yang fatal mereka terima. Mungkin tulang rusuk yang
retak atau tulang kaki yang retak. Atau mungkin tulang pipi yang retak. Mereka akan
terkapar untuk sekitar 30-an menit. Ada waktu untuk kami berlari jauh.

Setelah agak jauh dari terminal, aku hentikan angkot yang melintas. Kami langsung
masuk dan menenangkan diri. Wanita tadi duduk agak jauh di sampingku. Di dalam
angkot kami terdiam tanpa bicara. Aku menoleh memperhatikan wajah wanita itu. Dia
kalihatan sangat ketakutan. Wajahnya yang pucat terlihat terluka di pipi, bibir dan
hidung. Rambutnya kusut. Kakinya kotor tanpa alas kaki. Di lututnya aku lihat darah
mengalir. Ada luka di lututnya. Angkot ternyata tidak melewati terminal sehingga aku
lebih lega.

Aku biarkan dia duduk terdiam. Tapi aku perhatikan wajahnya dengan seksama.
Lumayan cantik rupanya, batinku. Penumpang angkot di baris depan hanya satu orang.
Di depan kami kosong. Sementara kami berdua duduk di baris belakang. Aku lambaikan
tanganku memanggil wanita itu.

Duduk dekat sini, mbak. Aku mau nanya kataku.


Wanita itu duduk beringsut ke arahku. Wajahnya masih keliatan sangat ketakutan.
Jangan takut, mbak. Mbak aman sekarang kataku lagi sambil memperhatikan luka di
wajah dan lututnya.
Mas siapa? tanyanya.
Mbak sendiri siapa? Ada masalah apa tadi sampai dipukuli begitu? tanyaku.
Kita mau kemana, mas? tanyanya lagi sambil memperhatikan jalan yang dilewati
angkot yang kami tumpangi.
Kita cari tempat beristirahat dulu ya. Baru nanti kita ngobrol banyak kataku berusaha
mengerti yang sedang dipikirkan oleh wanita itu.

Aku kurang begitu mengenal kota ini walau sebenarnya aku sudah beberapa kali datang
ke sini untuk mendaki gunung. Sambil juga memperhatikan jalan yang kami lalui, aku
perhatikan apakah ada hotel atau penginapan yang dapat kami tinggali untuk malam ini.
Lalu mataku menangkap sebuah plank nama hotel, cepat-cepat aku beritahu sopir untuk
menghentikan kendaraan. Setelah membayar, kami masuk ke dalam hotel dan mendaftar
untuk menginap. Satu kamar single agar lebih murah. Sambil menunggu kamar
dipersiapkan, aku ajak wanita tadi untuk memesan makanan dan minuman di restoran
hotel. Aku mintakan untuk dibawa kekamar dan nanti akan kubayar.

Kami dapat kamar yang lumayan bagus. Ada AC dan air hangat. Tempat tidur spring-bed
ukuran queen size single dengan TV dan kulkas. Aku letakkan barang-barangku di dekat
meja. Aku hidupkan TV, sambil duduk menonton, aku hisap rokok dalam-dalam.
Sepintas mataku melihat wanita yang ikut denganku terbaring di ranjang.

Telentang dengan kaki yang terjuntai ke ranjang. Terdengar suara ketukan di pintu, aku
beranjak ke arah pintu. Setelah memastikan dari lubang pintu bahwa staf hotel yang
datang membawa makan dan minuman pesananku beserta handuk dan perlengkapan
mandi, aku buka pintu. Setelah membayar, aku bawa pesananku dan kuletakkan di atas
meja. Iba hatiku memperhatikan wanita itu. Ia tertidur dengan nafas yang berat. Aku lihat
luka di lututnya. Cukup besar lukanya. Lalu luka yang di wajah juga lumayan parah
kulihat. Kakinya kotor berdebu.

Mbak, silahkan mandi dulu. Makanan udah datang. Nanti kita makan sama-sama
kataku pelan sambil menepuk lengannya.
Tubuhnnya bergerak perlahan. Dikucek-kucek matanya lalu duduk. Ia memandang
sekeliling. Makanan dan minuman di atas meja lalu handuk hotel.
Ayo, mbak. Mbak mandi dulu kataku lagi.

Pada waktu ia berdiri, tiba-tiba ia mau jatuh, cepat-cepat aku tangkap tangannya. Aku
peluk dan kuangkat ke atas tempat tidur. Kualasi kepalanya dengan bantal. Ternyata
wanita itu pingsan. Lalu aku telpon resepsionis untuk menanyakan obat-obatan luka.
Syukurlah resepsionisnya begitu ramah. Ia akan menyuruh staf yang lain untuk
mengantarkan ke kamarku tanpa banyak pertanyaan lagi. Setelah obat-obatan
diantarkan, sambil duduk di samping wanita yang sampai saat itu aku belum tahu siapa
namanya, aku bersihkan darah kering di bibirnya.

Aku lihat ada memar dan goresan di dahi dan pipi. Aku bersihkan dengan kapas yang aku
basahi dengan obat pembersih luka. Ada juga luka di telapak tangan dan siku. Setelah aku
bersihkan luka di wajah dan tangannya, aku oleskan salep luka. Lalu luka di lututnya juga
aku bersihkan dan aku oleskan salep luka. Aku ambil teko air, aku isi dan dengan handuk
hotel yang ujungnya sudah aku basahkan dengan air teko, aku bersihkan kakinya. Setelah
selesai, aku luruskan kaki dan tubuhnya. Aku selimuti.

Aku tidak terlalu memperhatikan pahanya yang putih mulus sewaktu rok yang ia pakai
aku singkapkan. Aku singkap roknya untuk memudahkanku membersihkan luka di
lututnya. Kakinya juga kotor. Aku basuh mulai dari pangkal paha sampai ke telapak kaki.
Aku lihat pahanya yang padat, kulit pahanya yang putih bersih. Setelah selesai, aku
rapikan lagi pakaianny dan kemudian aku bergegas ke kamar mandi.
Selesai mandi, aku lihat wanita itu sedang duduk di tempat tidur sambil memegangi
kepalanya.

Pusing, mbak? tanyaku sambil duduk di dekatnya.


Iya. Kepalaku sakit sekali jawabnya.
Kita makan dulu ya. Mungkin mbak
belum makan makanya pusing.
Apalagi tadi mbak kan dipukuli
orang-orang itu jelasku.

Aku berdiri, berjalan ke arah meja


mengambil makanan yang tadi kami
pesan. Aku berikan makanan yang
dia pesan. Aku dekatkan kursi ke
tempat tidur dan kuletakkan gelas
minuman kami. Kami makan di
tempat tidur. Aku lihat wanita itu
tidak hendak menghabiskan
makanan di piringnya, aku
berinisiatif mengambil dan
meletakkan piringnya ke atas meja.
Acara TV tidak terlalu menarik tapi
aku nikmati sambil makan. Setelah
kami semua makan, aku kembali ke
tempat tidur. Sambil duduk
bersandar ke dinding yang merapat
ke tempat tidur, aku nyalakan
rokokku dan menghisap dalam-
dalam..

Nama mbak siapa? tanyaku pelan.


Ada apa tadi sampai dipukuli
mereka? tanyaku lagi.
Aku lihat wanita itu terbaring
menyamping menghadapku. Dia melirikku sesaat. Lalu bangun dan duduk bersandar
juga sepertiku.
Boleh minta rokoknya? tanyanya.
Dengan sedikit terkejut, aku sodorkan rokok kretekku.
Mereka bosku dan tukang pukulnya jawab wanita itu sambil menghembuskan asap
rokok.
Yang mana yang bos, mbak? tanyaku lagi.
Yang pegang pisau jawabnya singkat lalu menghisap rokok dan menghembuskan kuat-
kuat seperti menghela nafas.
Ada apa kog mereka sampai memukuli mbak? Sadis banget. Mbak udah jatuh gitu masih
juga dipukuli tanyaku sambil mengernyitkan dahi. Bagiku sungguh kejam
memperlakukan manusia seperti itu.
Aku kerja untuk mereka. Aku call-girl, jawabnya sambil menunduk.
Ceritanya panjang katanya lagi melanjutkan.
Aku terjebak hutang kepada bosku itu.
Cerita Sex Membuat Nikmat - Dia menghendaki aku menuruti semua kemauannya.
Semua laki-laki yang telah memesan perempuan melalui dia, aku harus layani.
Sebenarnya untuk laki-laki yang aku tolak, makanya dia marah besar, adalah laki-laki
yang sangat aku benci. Laki-laki itu yang memperkosaku waktu aku pertama kali kerja
dengan bosku ini. Aku tidak pernah lagi menerima uang bookingan karena bosku itu yang
mengambil semua. Aku terjerat hutang dan aku gak bisa keluar dari lilitan hutangku itu
ceritanya sambil menunduk.

Aku masih belum tahu namanya. Aku lihat airmata menetes ke pakaian yang
dikenakannya. Dia bercerita sambil menangis. Tapi ia menahan suara tangisannya. Lalu
dihisapnya lagi rokoknya dalam-dalam. Dihembuskan sambil menyeka airmatanya yang
jatuh. Aku benar-benar iba dengan keadaannya. Tak kusangka cerita hidup seperti ini
masih ada di alam nyata. Bukan hanya di dalam film.

Tapi kenapa bos mbak sampe segitu tega mukuli mbak? tanyaku penasaran.
Aku menolak bookingan yang kemarin dia perintahkan karena aku belum pernah sama
sekali memegang uang bookinganku.

Lagipula aku sangat membenci laki-laki yang aku harus layani. Bosku bilang aku masih
terikat hutang. Aku tanyakan sampai kapan hutangku lunas sementara uang
bookinganku dia yang ambil semua. Dia marah besar karena selama ini tidak pernah ada
cewek yang berani membantah apalagi mendebatnya lanjutnya lagi mulai sesenggukan.
Bahunya terguncang hebat karena tangisan. Mungkin ia sudah tak sanggup lagi menahan
beban yang sedang dihadapinya.
Aku duduk mendekatinya. Aku rangkul bahunya, aku elus. Aku dapat memahami
kesakitan yang sedang dirasakannnya.

Untung ada kamu. Mungkin aku bisa mati tadi. Atau aku mungkin cacat atau terluka
parah katanya sesenggukan.

Dijatuhkannya kepala ke bahuku. Aku elus-elus bahunya sambil mendengarkan. Hatiku


terasa panas karena perlakuan yang kejam dari bosnya tapi aku juga sedih dengan
nasibnya.

Kamu jago berkelahi Ratih tiba-tiba mengangkat kepalanya menatapku dengan mata
yang berlinang.
Aku gak takut lagi selama ada kamu lanjutnya.
Aku benar-benar gak tega membiarkan mbak dipukuli ramai-ramai seperti itu. Kejam
tapi pengecut tukasku.
Rencana mbak selanjutnya apa? tanyaku pelan.
Aku belum tahu jawabnya menundukkan kepala.
Mbak mau tidur sekarang? tanyaku.
Besok kita lanjutkan ya? saranku. Kami sejenak terdiam.
Aku ikut kamu aja? tiba-tiba kepalanya diangkat sambil menatapku.

Dari kedua matanya aku lihat airmata masih mengalir. Wajahnya basah oleh airmata.
Ada harapan yang besar terpancar dari kedua mata yang basah itu sewaktu menatapku.
Aku pikir dia mungkin jadi bebanku nanti. Atau mungkin dia sendiri sebenarnya bisa jadi
teman yang mengurusku di Denpasar. Aku bingung sesaat. Tidak kujawab
pertanyaannya. Aku hanya menatap tajam matanya, menumbus ke dalam relung hatinya.

Kita lihat besok aja ya? Mbak mesti tidur. Besok sebelum pukul 12 siang kita sudah harus
berangkat dari sini. Kita harus naik pesawat. Berbahaya kalau kita ke terminal lagi
kataku.
Emangnya kamu tinggal dimana? tanyanya lagi dengan heran. Mungkin karena aku
bilang naik pesawat tadi.
Aku bukan dari kota ini, mbak jawabku.

Aku udah lap kaki mbak. Lihat tuh udah bersih kaki mbak kan? Tidurlah sekarang ya
saranku dengan lemah lembut. Sambil mengangkat kedua kakinya ke atas tempat tidur.
Lalu dengan pelan aku gendong dan aku letakkan di tengah tempat tidur. Kuambil satu
bantal, aku letakkan di kakinya.
Terimakasih. Kamu baik sekali ia tersenyum manis sambil berbaring. Tangannya
dilipat di atas dada.

Untuk pertama kali, aku melihat wajahnya yang memang ternyata sangat cantik. Aku mau
katakan isi hatiku tapi tertahan karena keadaannya yang sedang shock berat. Lalu aku
berbaring di sampingnya. Sejak kemarin malam aku belum tidur sama sekali. Semua
bagian tubuhku terasa pegal. Otot-ototnya terasa kaku dan keras. Apalagi tadi di terminal
akku sempat mengerahkan tenaga dalamku. Tak terasa mataku pelan-pelan tertutup.

Saat terbangun, aku langsung teringat dengan wanita yang aku tolong tadi malam.
Kulihat di sampingku ternyata tidak ada. Kuperhatikan sekeliling kamar. Tidak ada orang
lain selain aku. Tapi sayup-sayup aku dengar suara dari dalam kamar mandi. Oh ternyata
dia di kamar mandi, pikirku.
Aku bangun dari tempat tidur, kulihat gelasku dan kutuang air lalu kuminum. Segar

Aku berjalan ke arah TV, aku nyalakan dan sambil merokok, aku duduk nonton. Sambil
nunggu si mbak selesai mandi pikirku. Aku lihat barang-barangku masih di dalam ransel
yang aku bawa. Nanti check-out tinggal berangkat pikirku. Aku periksa uang dan kartu
kreditku di dompet. Cukup untuk sampai ke airport dan bayar tiket pesawat , gumamku.
Aku memalingkan wajah ke arah kamar mandi. Dan woow ternyata pintu kamar mandi
terbuka. Aku lihat sesosok wanita telanjang sedang berdiri mandi di bawah shower yang
mengucur membasahi tubuhnya. Aku terpana tanpa sanggup berbicara apa-apa. Tapi aku
juga tak sanggup mengalihkan pandanganku ke arah lain. Terlalu indah untuk aku
lewatkan pemandangan di dalam kamar mandi itu.

Tak kusadari, aku berdiri, melepas pakaianku berjalan ke arah kamar mandi. Si mbak
tersenyum melihatku yang berjalan telanjang ke dalam kamar mandi. Sambil tetap
berdiri di bawah siraman air dengan kaki kanannya disilangkan ke kaki kiri. Bulatan buah
dadanya yang putih terlihat bersinar bersama air yang jatuh mengalir dari rambutnya.
Buah dada yang bulat dengan puting merah kecoklatan di tengah-tengah. Belahan
dadanya yang bulat begitu sempurna memisahkan bulatan buah dada kanan dan kiri.
Air jatuh mengguyur, membasahi tubuh telanjangnya, mengalir ke sela pahanya yang
dihiasi bulu-bulu tipis. Bulu-bulu tipis basah membentuk lekuk-lekuk sela pahanya yang
indah. Rapi tertata. Bulatan pinggul yang putih terang benderang ditimpa cahaya lampu
kamar mandi dan guyuran air yang jatuh mengalir di tubuhnnya. Mulai dari pinggul
sampai ke betis, aku nikmati bentuk tubuh indah yang sedang telanjang mandi di
hadapanku.

Sejenak aku berhenti di depan pintu kamar mandi. Aku nikmati lagi pemandangan itu.
Aku hendak memanjakan mataku. Otot daging di sela pahaku perlahan-lahan mengeras.
Batang kejantananku berdiri gagah dengan urat-urat yang menghiasi sekelilingnya.
Batang kejantananku berdiri keras tanpa terhalangi oleh bulu satupun. Aku biasa
mencukur bersih bulu di sekitar sela paha dan batang kejantananku. Mulai dari sela
pantat hingga ke sekeliling batang kejantananku.

Namaku Ratih katanya sambil tersenyum. Matanya memandangi batang kejantananku


yang keras berdiri gagah. Di bawah guyuran air yang jatuh membasahinya, aku lihat
wajahnya begitu berseri-seri. Tersenyum manis, bibir bawah digigit dan tangan
disilangkan di dada. Ada rona bahagia di matanya. Sangat berbeda dengan sorot mata
yang aku lihat tadi malam.
Namaku Surya kataku kemudian.

Gede panjang, mas katanya malu-malu melirik ke batang kejantananku yang tegak
berdiri keras di selangkanganku. Kepala batang kejantananku yang berdiri hampir
menyentuh pusarku. Terlihat sekali kebahagiaan di wajah Ratih. Kedua tangannya
terkembang melambai ke arahku yang berdiri di depan pintu kamar mandi.
Mempersilahkan aku masuk dan ikut mandi bersama dia.

Bersih gak ada bulu lagi katanya menatapku sambil memegang batang kejantananku
sesaat aku sudah di depannya. Tangannya meremas dengan gemas. Dikocok-kocok dan
diremas-remas lagi. Sambil mendongakkan kepala menatapku, bibir indahnya
tersenyum. Aku dekati bibirnya, kedua tanganku melingkari pinggulnya, meremas
pantatnya. Dengan menundukkan kepala, aku lumat bibirnya, aku kecup, aku hisap
kedua bibirnya. Lidah kujulur-julurkan di dalam mulut mencari lidahnya. Lalu lidahku
menggesek-gesek lidahnya. Aku hisap lidahnya sambil aku emut bibirnya.
Ratih, aku akhirnya memanggilnya seperti itu, membalas dengan menjulurkan juga
lidahnnya di dalam mulutku. Tangannya meremas dan mengocok-ngocok batang
kejantananku dengan gemas. Kepalanya didongakkan ke arahku menikmati ciuman bibir
yang kami lakukan sambil berdiri.
Oooohhh maasss desahnya setelah melepaskan ciuman di mulutku.

Aku yang sudah basah terguyur air yang tercurah dari shower, melanjutkan ciumanku di
pipi, telinga dan telinganya. Aku gesek-gesek lekukan di bagian dalam telinganya dengan
ujung lidahku.
Oooooohhhh maaasss Ratih semakin mendesah. Kali ini ia mendesah dengan keras.
Kocokan tangannya di batang kejantananku semakin cepat. Satu tangannya lagi
melingkar ke belakang memeluk punggungku. Pantatnya bergerak berputar. Sesekali
dimaju-mundurkan.
Oooohhhhhhhhhhmaaaassss Enak bangeeeeet Ratih merintih dan melenguh. Ia
menyandarkan kepalanya ke dadaku. Lalu menengadah. Kelihatan Ratih sangat
menikmati remasan tanganku di pantatnya dan gesekan lidahku di telinganya yang
berpindah ke lehernya yang jenjang putih bersih. Tangannya berhenti mengocok batang
kejantananku tiap mendesah. Berganti dengan remasan yang kuat menahan kenikmatan
sambil memaju-mundurkan pantatnya.

Sambil lebih menunduk, aku teruskan jilatan lidahku, turun ke sekitar leher dan dadanya
yang putih bersih. Aku jilat sambil sesekali gigit dengan lembut kedua bulatan dadanya.
Aku jilatin pangkal buah dadanya memutar ke atas dan turun lagi ke bawah. Di bagian
tengah belahan bulatan dadanya, aku jilat naik-turun. Aku gigit-gigit kecil sambil jilat.

Lalu lidahku mulai menjilati sekitar puting buah dadanya tanpa menghisap. Sengaja aku
tekan-tekan putingnya dengan lidahku. Aku gesek-gesek bagian tengah putingnya
dengan menekan lidahku. Aku hisap dan aku gesek-gesek pelan dengan gigiku. Ratih
mencengkeram punggungku dengan kuat. Pegangan tangannya dipererat. Tangannya
yang berada di punggungkku sedikit menarikku ke bawah. Ke arah buah dadanya.
Terkadang aku hisap putting buah dadanya sedikit kencang. Sambil aku tekan-tekan dan
gesek-gesek dengan lidahku.

Oooooohhh Enak banget, maaass Ratih mengangkat satu kakinya menjepit


pinggangku merapat ke tubuhnya. Tangannya yang meremas batang kejantananku
sejenak berhenti. Desahannya semakin menjadi-jadi.

Air yang mengguyur tubuh kami berdua menambah kemesraan kami bercinta. Ratih
mundur mendekati dinding dan bersandar menahan tubuhnya agar tetap berdiri. Sambil
bersandar, tangannya mendorong tubuhku turun ke bawah. Aku mengerti, jongkok di
depannya dan aku angkat satu kaki Ratih. Kuletakkan di bahuku. Tanganku bisa bebas
mengelus pahanya dan meremas bulatan bongkahan pantatnya.

Maassss Jilatin, mass rintihnya sambil menutup mata. Aku melihat ke atas.
Ekspresi wajah yang sangat menambah rangsangan buatku. Ratih menengadahkan
kepalanya sambil bersandar di dinding. Kedua tangannya menekan kepalaku yang
diarahkan ke selangkangannya. Air yang mengguyur tak kami hiraukan.

Aku mulai menjelajahi pinggul bulatnya. Dari samping lidahku bergerak ke arah perut.
Aku tekan-tekan lidahku di sekitar pusarnya. Aku jilat dan aku gigit-gigit pelan kulit
perutnya. Lalu lidahku bergerak terus ke arah lipatan pahanya. Lidahku tetap
menggesek-gesek sela pahanya. Dengan gerakan naik-turun, aku jilati setiap inchi
dengan lembut. Lalu daerah sekitar belahan liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-
bulu pendek yang halus aku gigit-gigit pelan sambil lidahku menjelajahi sekellilingnya.
Dari sekitar bulu-bulu itu, lidahku mulai turun ke bawah ke arah belahan liang
kewanitaannya. Di bagian atas liang kewanitaannya, lidahku sengaja menekan sambil
menggigit-gigit kecil daging kecil yang menonjol keluar.

Ooooooohhh Enak bangeeeeeet Hisap, massss Ratih menjerit sewaktu lidahku


menggesek-gesek daging kecil di atas belahan liang kewanitaannya itu. Lidahku gesek-
gesek lebih cepat sambil kutekan-tekan lebih dalam. Aku turuti kemauan Ratih. Aku
hisap kuat-kuat daging kecil itu. Ratih menekan kepalaku lebih dalam ke
selangkangannya sambil memajukan pantatnya. Wajahku terbenam di sela pahanya.
Lidahku terasa menyentuh cairan kental di belahan liang kewanitaannya. Aku jilat lalu
kutelan. Dia orgasme, pikirku.

Aku berdiri. Aku cium bibirnya lama dan dalam. Tanganku meremas bongkahan
pantatnya yang bulat. Kulihat matanya yang meredup. Wajah pasrah. Aku cium pipinya
sambil kuangkat satu kakinya. Ratih mengerti dengan tindakanku. Kedua tangannya
langsung memeluk leherku. Setelah satu kakinya terangkat, aku angkat kakinya yang satu
lagi. Sekarang Ratih berada dalam gendonganku. Kedua kakinya aku tahan di tanganku.

Masukin, sayang pintaku.

Satu tangan Ratih bergerak ke bawah pantatnya, mencari batang kejantananku,


memasukkannya ke dalam belahan liang kewanitaannya yang hangat. Lalu aku pelan-
pelan tekan batang kejantananku ke atas. Sambil memeluk leherku, Ratih mendekapkan
wajahnya ke leherku sambil mendesah panjang.

Oooooohhhh, maaasssss rintihnya menikmati gesekan batang kejantananku yang


memasuki lliang kewanitaannya dari bawah.
Ooooohhhh aku mendesah merasakan jepitan dan remasan otot-otot liang
kewanitaannya.

Batang kejantananku bertambah keras. Aku rasakan kepalanya dijepit dengan kencang.
Perlahan-lahan aku kocok-kocok liang kewanitaan Ratih dari bawah. Sambil
menggendong tubuhnya, aku angkat-angkat. Aku berdiri sedikit mengangkang agar
pijakan kakiku cukup kuat menahan berat tubuhnya. Tapi tubuh Ratih ramping.
Sementara tinggi tubuh Ratih sendiri kira-kira sebahuku. Pstur tubuh yang ideal untuk
posisi bercinta seperti ini.

Bulatan buah dada Ratih tergesek-gesek di dadaku yang menambah rangsangan


tersendiri untuk kami berdua. Tak tahan dengan aliran kenikmatan yang dirasakannya,
Ratih menciumi bibirku dengan rakusnya. Bibirku dihisap dan diemut dengan lahap.
Ratih mengencangkan pelukan tangannya di leherku.

Ooooohhh Enak banget, masss.. desahnya berulang-ulang..

Guyuran air yang jatuh membasahi terus tubuh kami, terasa bagaikan pendingin dan
penyejuk yang menguatkan aku untuk bertahan dengan posisi bercinta seperti ini.
Pantatku terus bergerak naik-turun mengocok-ngocokkan batang kejantananku ke dalam
loiang kewanitaan Ratih dari bawah.

Ooooohhh Capek, mas? tanyanya tiba-tiba.


Kita ke tempat tidur aja ya? sarannya kemudian.
Lalu aku turunkan tubuhnya, kami basuh tubuh kami dengan shower dan bergegas ke
tempat tidur. Sambil tersenyum, Ratih menggenggam batang kejantananku, menarikku
mengikutinya ke arah tempat tidur. Aku bawa handuk dan kubentangkan sebagai alas di
tempat tidur. Ratih langsung berbaring. Aku ambil bantal dua-duanya dan aku alaskan
untuk sandaran kepalanya. Sambil mengangkang, Ratih menarik batang kejantananku.
Aku memposisikan tubuh di depannya dengan sedikit berjinjit lalu Ratih mengarahkan
batang kejantananku ke dalam liang kewanitaannya.

Dengan bersandar, Ratih dapat melihat batang kejantananku keluar-masuk dengan


cepat, mengocok-ngocok liang kewanitaannya. Kedua tangannya memegang pinggulku
dengan kencang. Aku mulai gerakkan pantatku maju-mundur. Dengan berjinjit seperti
itu, aku dapat memasukkan batang kejantananku lebih dalam. Aku letakkan kedua kaki
Ratih di pahaku. Lalu aku dekatkan tubuhku ke arahnya. Sambil mengocok-ngocokkan
batang kejantananku, aku lumat bibirnya. Aku gesek-gesek lidahnya dengan lidahku. Aku
hisap dan aku gesek-gesek lagi. Ratih memutar-mutarkan pantatnya dengan cepat
mengikuti kocokan batang kejantananku.

Ooooouuuugghhh, masss Ratih melepaskan ciumanku lalu mendesah kencang. Aku


lihat wajahnya. Matanya terpejam menikmati percintaan kami.
Ooooooohh Oooooooohhhh desahnya berulang-ulang.
Aku keluar Aku keluar, maaass desahnya lagi.
Oooooohhh Aku keluar, maaaassss. Ratih mengangkat pantatnya sambil menekan
pantatku ke bawah.

Kuat sekali ia menjepitkan selangkangan kami bersatu. Aku tekan batang kejantananku
dalam-dalam di liang kewanitaannya. Terasa liang kewanitaannya berdenyut-denyut.
Batang kejantananku diremas dengan kuat tiap Ratih mengangkatkan pantatnya sambil
menjepitkan kakinya di pinggangku.

Enak, sayang? tanyaku sambil mencium kelopak matanya.


Enak banget, sayang jawabnya pelan sambil tersenyum manis. Aku tersenyum.
Hatiku berbunga-bunga mendengar sapaan sayang yang diucapkan Ratih.

Aku terusin ya sayang? tanyaku sambil mulai menggoyangkan pantatku lagi. Aku mulai
memaju-mundurkan pantatku. Sekarang aku kocokkan batang kejantananku lebih cepat.
Ratih kembali mengencangkan jepitan kakinya di pinggangku. Tangannya
mencengkeram pantatku. Sambil mellihat ke arah liang kewanitaannya yang sedang
dikocok-kocok dengan cepat, Ratih sesekali melihat ke arahku. Digigitnya bibir bawah
sambil memejamkan mata. Lalu melihat ke arah selangkangannnya lagi. Bergantian ke
wajahku. Dahinya yang mengernyit menahan kenikmatan menambah semangatku untuk
mengejar orgasme sekali lagi untuk Ratih. Aku dekati bibirnya, aku lumat sambil aku
arahkan batang kejantananku mengocok lebih dalam. Ratih membalas dengan hisapan
yang dalam di bibirku. Tangannya yang mencengkeram pantatku tiba-tiba menekan lebih
keras. Dilepaskannya ciumanku dan berteriak.

Aaaaaaahhhh, sayaaaaang Ooooooohhhh, sayaaaaaang teriaknya sambil


memejamkan mata.
Aku semakin mempercepat kocokan batang kejantananku. Aku angkat badanku sehingga
batang kejantananku masuk lurus ke dalam belahan liang kewanitaannya. Lalu tanganku
kuletakkan di sela kakinya untuk menahan kangkangannya semakin lebar. Dengan
pantatnya yang terangkat seperti itu, batang kejantananku terasa begitu dijepit. Terasa
lebih nikmat kocokan yang aku lakukan. Hingga akhirnya aku rasakan denyutan di ujung
batang kejantananku. Ditambah dengan remasan liang kewanitaan Ratih yang semakin
mengurut dengan erat, aku tak dapat menahan lagi dorongan semburan dari batang
kejantananku.

Ooooougggghhh Aku mau keluar, sayaaang kataku tertahan.


Ratih memandangku dengan mempererat cengkeraman tangannya di pantatku.
Dilepaskan kakinya yang menjepit pinggangku. Gantinya ia mengangkat-angkat
pantatnya sambil memutar-mutar pinggulnya dengan cepat.

Ooooohhhh sayaaang Ayo sayaaang desahnya memberiku semangat. Hingga


akhirnya
Aaaaarggggghhhh Sayaaaaaaaang aku menjatuhkan tubuhku ke tubuh Ratih.
Sambil siku tanganku menahan berat tubuhku, aku tekan pantatku dalam-dalam. Batang
kejantananku menyemburkan sperma dengan derasnya di dalam liang kewanitaan Ratih.
Pantatku menekan berulang-ulang mengikuti denyutan di batang kejantananku.
Selangkangan kami bersatu erat. Lalu sambil mengangkat pantatnya, Ratih menjerit lagi.
Aaaaaaaahhhhh Aku keluar, sayaaaang jerit Ratih sambil menekan pantatku dan
mengangkat pantatnya.

Kami terdiam. Nafas kami tidak beraturan. Sambil menahan tubuhku dengan siku
lenganku, aku baringkan kepalaku di dada Ratih. Kuciumi dadanya sambil memperbaiki
nafasku. Satu tangan Ratih mengelus-elus punggungku. Satu tangan yang lain mengelus
pantatku. Kedua kakinya menjepit kakiku. Ditimpakan mengapit kedua kakiku dengan
erat.

Suka, sayang? tanyaku. Aku cium kelopak matanya, hidungnya dan bibirnya.
Suka, sayang. Kamu kuat banget Aku keluar tiga kali, sayang jawab Ratih sambil
membalas mencium pipiku.

Kita beres-beres sekarang? tanyaku lagi. Aku tersenyum karena aku tahu Ratih pasti
capek banget.
Kita naik apa ke airport, sayang? Ratih balik bertanya.
Nanti minta resepsionis cariin taksi aja. Kita naik pesawat biar lebih aman. Bos kamu
sama anak buahnya mungkin dari tadi malam udah bergerak nyari kita jawabku.
Ayo, kita beres-beres! tiba-tiba Ratih bergerak untuk bangun. Aku yang masih di atas
tubuhnya langsung bangun.
Kamu gak capek? tanyaku heran.
Capek tapi nanti di taksi kan bisa tidur jawabnya cepat sambil berjalan ke arah kamar
mandi.

Di kamar mandi dia bersih-bersih lalu keluar masih dengan tubuh telanjang. Gantian aku
yang ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Kami beres-beres kamar sebentar.
Kamu mau pakai kemejaku, sayang? tanyaku.
Lebih baik pake kemejaku, sayang. Bersih lagian biar orang lain gak terlalu kenal kamu
kataku menerangkan. Ratih berpikir sebentar.
Iya deh. Pakaian itu juga udah kotor jawabnya.
Terpaksa gak pake CD sama BH, sayang katanya sambil tertawa.
Kamu pake jaketku biar gak kentara dadanya, sayang saranku.

Aku keluarkan kemejaku dan kuberikan ke Ratih untuk dipakainya. Aku ambil juga
celana pendekku lalu aku berikan ke dia.
Selesai berpakaian, Ratih bergegas menyisir rambutnya. Dengan kemeja kotak-kotak biru
lengan panjang, Ratih terlihat sangat cantik. Rambutnya yang hitam sebahu menambah
pesona wajahnya. Lebam di dahi, luka di pipi rahang kiri dan luka di bibirnya tidak
mengurangi kecantikan alaminya. Pantes aja bosnya tergila-gila dengan perempuan ini,
pikirku.

Hutang Memberikan Kenikmatan, Cerita Sex Bergairah, Hutang Membawa Kenikmatan,


Bayar Hutang Dengan Seks, Cerita Sex Pemerkosaan, Bayar Hutang Dengan di Perkosa,
Cerita Sex Panas, Cerita Dewasa, Cerita Sex Dewasa, Cerita Sex Indonesia, Cerita Seks,
ABG Bispak Telanjang, Bokep Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot Janda, Cerita
Ngentot Pembantu, Cerita Ngentot Perawan, Cerita Panas, Cerita Pemerkosaan, Cerita
SE, Cerita Seks Indonesia, Cerita Seks Sedarah, Cerita Selingkuh, Cerita Skandal, Cerita
Tante Girang, Cewek Telanjang, Foto Bugil, Memek Perawan, Tante Girang, Toket ABG
Bispak Telanjang, Toket Gede MulusGede Mulus, Skandal Seks, Toket ABG Bispak

Anda mungkin juga menyukai