Anda di halaman 1dari 5

B.

Materi Pengetahuan 2

Contoh dari jenis – jenis anekdot:

Gara Gara Takut Istri

Pada suatu hari yang lumayan mendung, datanglah seorang pria bertubuh kekar ke sebuah
rumah sakit. Namun terlihat ada yang aneh, kedua telinga pria itu melepuh dan terlihat seperti
ada bekas terbakar.

Kemudian pria bertubuh kekar tersebut masuk ke ruangan dokter.

Dokter: Silahkan, ada yang bisa saya bantu, mas?


Kekar: Ini telinga saya dok, tolong.
Dokter: Telinganya kenapa mas? Coba ceritakan pada saya.
Kekar: Gini dok, meskipun badan saya kekar, tapi aslinya saya ini takut sama istri. Jadi,
waktu kemarin istri saya lagi ke luar rumah dan menyuruh saya untuk nyetrika baju. Pada
saat saya lagi dalam nyetrika, tiba-tiba ada telpon masuk. Karena saya kira telpon itu dari istri
saya, maka saya refleks mengambil telpon dan mengangkatnya, tapi sialnya adalah yang saya
akan itu bukan telpon, tapi adalah setrika. Saya menempelkan setrika panas ke telinga kanan
saya dok.
Dokter: Hmm, saya paham sih gimana rasanya takut sama istri. Terus telinga yang bagian
kiri kenapa mas
Kekar: Nah itu dia dok. Ternyata telpon yang pertama itu gak jadi saya angkat karena saya
kesakita. Nah malah tiba-tiba ada yang nelpon lagi, yaudah saya angkat lagi pake telinga kiri.

Mendengar cerita tersebut, seketika langsung si dokter itu mengambil setrika dan
menempelkannya ke muka pria kekar tersebut.

Diatas adalah anekdot yang termasuk dalam kategori anekdot hiburan.


Sumber: https://ekspektasia.com/contoh-teks-anekdot/.
Kereta dan Tukang Kupat Tahu

Pada suatu hari yang cerah ceria, ada seorang tukang kupat tahu berdagang di depan SMA 1
Ciamis dari pagi hingga siang (sudah terbiasa jualan). Pada jam 12 siang, biasanya dia
menyusuri rel kereta sebagai jalan pintas untuk pergi ke lokasi dagang berikutnya, yaitu Pasar
Induk.Namun hari itu kebetulan dagangannya sudah habis oleh pembeli, dan si pembeli yang
terakhir adalah membeli kupat tahu di pinggir rel kereta. Selesai melayani si pembeli terakhir
itu, tukang kupat tahu itu membersihkan piring bekasnya menggunakan kain lap berwarna
merah, kemudian mengeringkan lapnya dengan cara dikibars-kibarkan.

Nah secara kebetulan, saat itu ada kereta yang sedang melintas. Karena si masinis melihat ada
tanda merah dikibar-kibarkan dari jauh, maka masinis pun kaget dan kemudian menginjak
rem keras-keras. Dia kira ada sesuatu yang darurat yang membahayakan. Akhirnya kereta
pun berhenti tepat di samping tukang kupat tahu itu.

Masinis: Wah ada apa ini pak?


Tukang Kupat Tahu: Gak ada apa-apa pak cuma tinggal bumbunya saja.

Kemudian si masinis itu turun dan memukuli si tukang kupat tahu

Anekdot di atas adalah contoh anekdot Sosial.

Sumber: https://ekspektasia.com/contoh-teks-anekdot/
Baju Tahanan KPK

Ada dua orang kader partai politik, panggil saja namanya Toni dan Jono. Mereka sama-sama
ingin mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Setelah memberikan berkas persyaratan pencalonannya ke KPU di wilayahnya, Toni dan


Jono pun berbincang-bincang disertai dengan secangkir kopi di kantin gedung itu. Dan
sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang sangat seru.

Toni: Jon, di negara kita ini sebagian besar politisi sudah banyak yang kaya raya loh!
Jono: Kalo tentang itu sih aku juga sudah tahu, Ton!
Toni: Begitu kayanya mereka, mereka bahkan sanggup membeli baju yang paling mahal di
Indonesia.
Jono: Loh, maksud kamu apa itu baju paling mahal?
Toni: Yaa itu loh Jon, masa gak tahu.
Jono: Emang apaan Jon?
Toni: Apalagi lah kalo bukan baju tahanan KPK.
Jono: Loh, kok baju tahanan KPK sih Ton? Bingung aku.
Toni: Ya iyalah, coba saja kamu pikir, seorang politisi sekurangnya-kurangnya perlu mencuri
uang negara 1 milyar terlebih dulu, baru dapat mengenakan baju tersebut.
Jono: Oh, maksud kamu gitu toh, baru sadar dong aku.

Mereka lalu memesan kopi lagi dan mengingat kembali teman-teman mereka yang
sudah bisa memakai baju paling mahal tersebut.

Anekdot diatas termasuk dalam Anekdot kritik.

Sumber:https://ekspektasia.com/contoh-teks-anekdot/
Calon Anggota MPR

Pak Kadi dan Pak Dadang adalah salah satu kader parpol yang sama-sama mencalonkan
diri sebagai anggota MPR. Kemudian suatu ketika ketika mereka sudah selesai menyerahkan
berkas-berkas pencalonan ke KPU, mereka pun menyempatkan diri untuk mengobrol di
sebuah warung yang berada di dalam gedung tersebut.

Pak Kadi: Apa yang akan kamu lakukan kalau nanti kita terpilih menjadi anggota MPR?
Pak Dadang: Saya akan menjadi anggota MPR yang memperjuangkan aspirasi rakyat.
Kenapa? Karena dari awal kita sudah dititipi aspirasi oleh rakyat. Jadi sebagai wakil rakyat
kita harus menjalankan amanah tersebut sebaik-baiknya sehingga dapat tercipta kehidupan
masyarakat yang makmur dan sejahtera, masyarakat yang adil, serta masyarakat yang aman.
Pak Kadi pun manggut-manggut mendengar jawaban dari Pak Dadang itu. Namun setelah itu
Pak Kadi menambahkan satu pertanyaan lagi.

Pak Kadi: Terus apa pendapatmu tentang korupsi?


Pak Dadang: Korupsi itu menurut saya adalah suatu tindakan yang tidak memiliki moral
yang seharusnya tidak dilakukan oleh siapa pun termasuk kita sebagai wakil rakyat yang
telah diberikan amanah oleh rakyat. Tentunya hal ini bertujuan agar kelak nanti kita bisa
menciptakan masyarakat yang sejahtera secara keseluruhan. Jika saya menjadi anggota MPR
nanti saya akan membuat hukuman yang cocok bagi para pelaku koruptor, yaitu hukuman
mati. Cara tersebut menurut saya akan membuat dampak jera bagi oknum-oknum yang ingin
melakukan korupsi.

Mendengar jawaban dari Pak Dadang tersebut, entah kenapa Pak Jono malah tertawa
terbahak-bahak, lalu ia berkata:

Pak Kadi: Kamu ini mau jadi anggota MPR atau majelis ta’lim?

Anekdot diatas termasuk dalam kategori anekdot politik.


Sumber: https://ekspektasia.com/contoh-teks-anekdot/
Kantin Sekolah

Suatu hari di suatu sekolah atau lebih tepatnya di dalam kelas, sebelum mengawali pelajaran,
ada seorang Ibu guru yang sedang mendata kehadiran anak-anak muridnya.

Guru: Dara?
Dara: Hadir bu!
Guru: Gagan?
Dara: Tidak tahu bu, paling si Gagan masih ada di luar kelas Bu
(Tidak lama kemudian, datanglah Gagan masuk ke dalam kelas)
Gagan: Minta izin bu, apakah saya ini boleh masuk kelas?
Guru: Kamu habis dari mana aja Gagan kuh?
Gagan: Saya abis beli makanan di luar sekolah Bu, maaf
Guru: Loh, kan kita punya kantin sendiri. Terus ngapain kamu perlu ke luar sekolah segala?
Gagan: Iya Bu, tapi kan kantinnya mirip gudang, kecil, dan kotor.
(Semua murid pun akhirnya tertawa menyimak pernyataan Gagan tersebut)
Guru: Kamu itu, masih mending sekolah ini punya kantin sendiri. Eh tapi kamu ada
benarnya juga sih. Karena memang kantin di sekolahan kita ini udah agak kurang dijaga
kebersihannya.

Mendengar masalah tersebut, kelas kembali lagi ke aktivitas belajar mengajar. Ibu guru
kemudian bikin jadwal piket kebersihan buat kantin dan mengajukan kepada kepala sekolah
untuk memperbaiki kantin tersebut.

Anekdot diatas termasuk dalam anekdot pendidikan.


Sumber: https://ekspektasia.com/contoh-teks-anekdot/

Anda mungkin juga menyukai