Anda di halaman 1dari 8

Kereta dan Tukang Kupat Tahu

Pada suatu hari yang cerah ceria, ada seorang tukang kupat tahu berdagang
di depan SMA 1 Ciamis dari pagi hingga siang (sudah terbiasa jualan). Pada
jam 12 siang, biasanya dia menyusuri rel kereta sebagai jalan pintas untuk
pergi ke lokasi dagang berikutnya, yaitu Pasar Induk. Namun hari itu
kebetulan dagangannya sudah habis oleh pembeli, dan si pembeli yang
terakhir adalah membeli kupat tahu di pinggir rel kereta. Selesai melayani si
pembeli terakhir itu, tukang kupat tahu itu membersihkan piring bekasnya
menggunakan kain lap berwarna merah, kemudian mengeringkan lapnya
dengan cara dikibar-kibarkan.
Nah secara kebetulan, saat itu ada kereta yang sedang melintas. Karena si
masinis melihat ada tanda merah dikibar-kibarkan dari jauh, maka masinis
pun kaget dan kemudian menginjak rem keras-keras. Dia kira ada sesuatu
yang darurat yang membahayakan. Akhirnya kereta pun berhenti tepat di
samping tukang kupat tahu itu.
Masinis: Wah ada apa ini pak?
Tukang Kupat Tahu: Gak ada apa-apa pak cuma tinggal bumbunya saja.
Kemudian si masinis itu turun dan memukuli si tukang kupat tahu.

1
Penjual Roti

Pada suatu hari, ada seorang penjual roti keliling dan kebetulan sedang ada
di depan rumah, kemudian teman saya si Komar memanggil si penjual roti
tersebut. Tidak lama kemudian, si penjual roti pun datang dan menghampiri
kita yang sedang ngobrol-ngobrol manja di depan rumah.
Komar: Ada Roti apa aja nih bang?
Penjual Roti: Wah banyak dek, ada berbagai macam rasa
Komar: Oh, kalau yang ini rasa apa bang?
Penjual Roti: Yang itu sih rasa rambutan dek
Komar: Kalau roti yang ini bang?
Penjual Roti: Kalau yang itu rasa stroberi dek, wah mantep tuh yang itu
Komar: Hmm bentar, kalau yang ini gimana bang?
Penjual Roti: Itu rasa mangga dek
Komar: Lah dari tadi saya nanya jawabannya malah nyebutin buah-buahan
terus, rotinya mana bang? Abang ini jualan apa sih? Roti atau buah? Gak
konsisten amat bang. Kalau begini sih saya gak jadi beli deh bang.
Penjual Roti: *Hening*Kemudian si penjual roti tersebut kejang-kejang lalu
pingsan mendadak.

2
Warna Danau

Suatu hari di sebuah danau, ada 4 orang laki-laki zaman now yang sedang
menikmati keindahan dan kesejukan alam danau tersebut.
Laki-laki 1: Gila coy, danau ini sejuk sekali ditambah dengan keindahan
danau dengan airnya yang berwarna biru
Laki-laki 2: Biru dari mananya itu bro, kan air danau itu warnanya coklat, ah
buta warna lu nih
Laki-laki 3: Hahaha kalian ini ngarang-ngarang saja kerjaannya. Kalian salah
semua, yang benar itu airnya danau ini berwarna hijau, itu mata apa
hiasan?Ke tiga laki-laki tadi pun akhirnya berantem untuk memenangkan
pendapatnya masing-masing tentang warna air danau tersebut.
Kemudian laki-laki ke 4 pun berbicara setelah merasa kesal dengan ketiga
temannya itu.
Laki-laki 4: Dasar ya lu pade, warna air danau ini bening bro, biru dari
mananya coba, coklat sama hijau apalagi. Coba lu pade buka semua kaca
mata gih, huh, dasar ya kalian ini seperti anak kecil saja, kerjaannya
bertengkar aja.
Lalu ketiga laki-laki itu pun membuka kaca matanya, dan ternyata semuanya
nyengir enggak jelas. (Ternyata ketiga laki-laki tersebut memakai kacamata
berwarna).

3
Calon Anggota MPR

Pak Kadi dan Pak Dadang adalah salah satu kader parpol yang sama-sama
mencalonkan diri sebagai anggota MPR. Kemudian suatu ketika ketika
mereka sudah selesai menyerahkan berkas-berkas pencalonan ke KPU,
mereka pun menyempatkan diri untuk mengobrol di sebuah warung yang
berada di dalam gedung tersebut.
Pak Kadi: Apa yang akan kamu lakukan kalau nanti kita terpilih menjadi
anggota MPR?
Pak Dadang: Saya akan menjadi anggota MPR yang memperjuangkan
aspirasi rakyat. Kenapa? Karena dari awal kita sudah dititipi aspirasi oleh
rakyat. Jadi sebagai wakil rakyat kita harus menjalankan amanah tersebut
sebaik-baiknya sehingga dapat tercipta kehidupan masyarakat yang makmur
dan sejahtera, masyarakat yang adil, serta masyarakat yang aman.
Pak Kadi pun manggut-manggut mendengar jawaban dari Pak Dadang itu.
Namun setelah itu Pak Kadi menambahkan satu pertanyaan lagi.
Pak Kadi: Terus apa pendapatmu tentang korupsi?
Pak Dadang: Korupsi itu menurut saya adalah suatu tindakan yang tidak
memiliki moral yang seharusnya tidak dilakukan oleh siapa pun termasuk kita
sebagai wakil rakyat yang telah diberikan amanah oleh rakyat. Tentunya hal
ini bertujuan agar kelak nanti kita bisa menciptakan masyarakat yang
sejahtera secara keseluruhan. Jika saya menjadi anggota MPR nanti saya akan
membuat hukuman yang cocok bagi para pelaku koruptor, yaitu hukuman
mati. Cara tersebut menurut saya akan membuat dampak jera bagi oknum-
oknum yang ingin melakukan korupsi.
Mendengar jawaban dari Pak Dadang tersebut, entah kenapa Pak Jono malah
tertawa terbahak-bahak, lalu ia berkata:
Pak Kadi: Kamu ini mau jadi anggota MPR atau majelis ta’lim?

4
Kantin Sekolah

Suatu hari di suatu sekolah atau lebih tepatnya di dalam kelas, sebelum
mengawali pelajaran, ada seorang Ibu guru yang sedang mendata kehadiran
anak-anak muridnya.
Guru: Dara?
Dara: Hadir bu!
Guru: Gagan?
Dara: Tidak tahu bu, paling si Gagan masih ada di luar kelas Bu
(Tidak lama kemudian, datanglah Gagan masuk ke dalam kelas)
Gagan: Minta izin bu, apakah saya ini boleh masuk kelas?
Guru: Kamu habis dari mana aja Gagan kuh?
Gagan: Saya abis beli makanan di luar sekolah Bu, maaf
Guru: Loh, kan kita punya kantin sendiri. Terus ngapain kamu perlu ke luar
sekolah segala?
Gagan: Iya Bu, tapi kan kantinnya mirip gudang, kecil, dan kotor.
(Semua murid pun akhirnya tertawa menyimak pernyataan Gagan tersebut)
Guru: Kamu itu, masih mending sekolah ini punya kantin sendiri. Eh tapi
kamu ada benarnya juga sih. Karena memang kantin di sekolahan kita ini
udah agak kurang dijaga kebersihannya.

5
Bebas Hukuman

Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah ruangan kelas sedang berlangsung
proses pembelajaran. Dikarenakan kondisinya begitu santai, maka sang guru
pun terlibat percakapan dengan salah satu muridnya.
Murid: “Bu, ibu guru tanya bu!”
Ibu Guru: “Ya silakan, apa yang ingin kamu tanyakan Pul?”
Murid: “Bu guru, sebenarnya boleh tidak seseorang dihukum karena
perbuatan yang belum dilakukannya?”
Ibu Guru: “Ya jelas tidak boleh dong. Seseorang itu baru boleh dihukum
apabila dia terbukti bersalah Pul.”
Murid: “Alhamdulillah Bu, jadi saya bebas hukuman ya Bu? Soalnya saya
belum mengerjakan PR.
Ibu Guru: “Ooohhh…. dasar bocah gendheng.”

Pak Dora dan Lomba Renang

“Anak-anak, dengerin Bapak ya, sekarang berkumpul sama kelompok renang


kalian sesuai keahlian”, pengumuman dari pak Dora.
Kemudian semua siswa dan siswi pun segera berkumpul dan membentuk
kelompok yang terdiri dari
1. kelompok gaya dada.
2. kelompok gaya punggung.
3. kelompok gaya bebas.
4. kelompok gaya kupu kupu.
Namun ada satu orang siswi yang tidak ikut dalam kelompok.
“Yuni, kok kamu kenapa nggak masuk ke kelompok manapun?”, tanya pak
Dora.
“Hmm anu pak, saya bikin kelompok sendiri aja deh ya pak.. tapi….”, Yuni
menjawab dengan ragu-ragu.
“Anu, eh tapi apa?”, tanya pak Dora.
“Tapi pada nggak ada yang mau gabung pak, soalnya kelompok renang saya
namanya gaya batu. Hehehehe” Jawab Yuni.

6
Bersedekah

Alkisah, terdapat seorang pengemis tua yang sedang meminta-minta kepada


anak muda. “Nak, minta sedekahnya Nak,” pinta si pengemis tersebut.
Si anak muda lantas mengambil uang sepuluh ribuan di sakunya.
Diberikannya uang tersebut kepada sang pengemis tua sambil berkata,
“Kembali lima ribu ya Pak!” pinta pemuda tersebut.
Bapak pengemis tua tersebut kemudian menyodorkan mangkuk yang berisi
uang kembalian, “Ini Nak kembaliannya silakan diambil.”
“Tunggu Pak, kembaliannya kok tujuh ribu, ini kelebihan Pak.” ucap pemuda
tersebut keheranan.
“Oh, tidak apa-apa Nak. Ambil uang itu, anggap saja saya bersedekah.”

Tukang Roti

Suatu hari ada tukang roti yang lewat depan rumah, terus teman gue si
Enggar manggil. Tidak lama kemudian tukang roti tersebut datang
menghampiri kami yang lagi duduk santai di taman depan rumah.
Enggar : “Roti apa aja yang ada bang ?”
Tukang Roti : “Macam-macam, dek.”
Enggar : “Yang ini roti rasa apa yah bang ?”
Tukang Roti : “Yang ini coklat.”
Enggar : “Kalau yang ini rasa apa bang ?”
Tukang Roti : “Ini rasa strawberry dek.”
Enggar : “Kalau ini rasa apa bang ?”
Tukang Roti : “Kalau yang ini rasa nanas dek.”
Enggar : “Terus rotinya mana bang ? dari tadi kok ngomongnya buah-buahan
terus ? emangnya abang jual buah apa jual roti ? Kalo kaya gini caranya gue
enggak jadi beli bang.”
Tukang Roti : *Hening*
Seketika itu tukang roti mendadak pingsan.

7
Beo Nakal

Sassi, Shafira dan Citra bertetangga dan selalu bersama-sama pergi ke


kantor. Sebelum mencapai jalan raya untuk naik kendaraan umum, mereka
harus melewati sebuah gang yang salah satu rumahnya memelihara burung
beo.
Setiap kali ketiga perempuan ini melewati depan rumah orang yang
memelihara beo, si burung beo selalu menyebutkan tiga warna. Sassi curiga
bahwa beo tersebut mengetahui warna celana dalam mereka bertiga.
Untuk membuktikan itu benar atau engga mereka janjian untuk
menggunakan warna celana dalam yang sama.
Keesokan harinya mereka lewat gang tersebut, si beo berkata “Hitam, hitam,
hitam.” Ketiga perempuan tersebut terpana dan kagum. Hari berikutnya
dengan tepat si beo menebak warna celana dalam mereka dengan berkata,
“Pink, pink, pink.”
Citra mempunyai ide yang sedikit konyol. “Bagaimana kalau besok kita tidak
menggunakan celana dalam ? Mau bilang apa coba si beo usil itu ?”
Keesokan harinya ketika mereka lewat, si beo mondar-mandir di dalam
sangkarnya seperti kebingungan.
Citra dan kawan-kawannya mulai tertawa karena bisa ngerjain burung beo
yang usil itu. Tapi tertawa mereka tidak berlangsung lama, karena si beo
berkata, “lurus, lurus, keriting.”

Anda mungkin juga menyukai