Anda di halaman 1dari 3

Contoh anekdot cerita :

Hukuman Pencuri Sandal vs Koruptor 

Di suatu hari, Jamal melintas di Masjid Nurul Iman dan dia melihat banyak sandal yang ditinggalkan
pemiliknya. Kemudian tanpa berpikir panjang, Jamal langsung mengambil sandal paling bagus yang ada
di Masjid tersebut. 

Apesnya nasib Jamal. Pasalnya saat mengambil sandal sang pemilik mengetahui jika sandalnya diambil
oleh si Jamal. Jamal pun dikejar-kejar pemilik sandal tersebut. Sang pemilik sandal kemudian membawa
Jamal ke kantor Polisi atas tindakan yang dilakukannya. Setelah dilakukan penyelidikan, Jamal dijatuhi
sanksi pasal pencurian, kemudian kasusnya akan disidangkan minggu depan. Akhirnya tiba hari
persidangan, Jamal berada ditempat duduk tersangka disertai muka tertunduk.

Hakim: Baiklah, Jamal, umur 22 tahun, ternyata ketahuan mencuri sandal seharga Rp50 ribu. Oleh sebab
itu, dikenakan sanksi 5 tahun penjara. 

Jamal : Lho?! pak, ini tidak adil bagi saya, kenapa hukuman lebih berat daripada koruptor?

Kemudian hakim menjelaskan kepada Jamal bahwa dia mencuri sandal dan merugikan seseorang senilai
Rp50 ribu. Sementara koruptor melakukan korupsi uang senilai Rp2 miliar dan itu sama saja dengan
merugikan 200 juta rakyat Indonesia. 

Bila dihitung-hitung, koruptor cuma bikin rugi Rp20 ribu masing-masing orang. Dengan begitu, kerugian
yang dilakukan Jamal lebih besar dibandingkan aksi yang dilakukan para koruptor

Contoh anekdot dialog :

Kaos Tahanan KPK 

Andin: Din, kamu tahu di negara kita sudah terdapat banyak politisi-politisi yang kaya raya?!
Dinda : Emm, masalah itu aku juga sudah tahu, Din!

Andin : Dengan kekayaan yang mereka miliki, mereka semua sanggup untuk membeli baju yang
termahal di Indonesia. 

Dinda : Lho, maksud kamu apa ya?

Andin : Ya, apalagi kalo bukan baju tahanan KPK. 

Dinda : Kok malah kaos tahanan KPK sih din?, aku gak paham.

Andin : Coba aja deh kamu pikir Din, seorang politisi terlebih dahulu harus mengambil uang negara
minimal Rp1 miliar baru mereka semua bisa menggunakan kaos tersebut. 

Dinda : Ohh, aku baru paham kalau maksudmu seperti itu, Din. 

Contoh anekdot puisi :

Saat Ingin Belajar

Maksud hati ingin belajar

Aku malah ambil remot TV

Maksudku ingin belajar

Aku malah main HP

Bukannya fokus belajar

Aku malah buka Facebook

Betapa susahnya belajar

Menonton TV tiga jam aku kuat

Membaca sebentar aku mengantuk

Main HP berjam-jam aku sanggup

Membaca buku aku lambaikan tangan


Mengapa diriku ini?

Mengapa seakan berat lembaran buku itu?

Mengapa kemajuan teknologi membuatku malas?

Betapa sulitnya mematikan TV

Betapa sulitnya meninggalkan HP

Betapa sulitnya membuka buku

Anda mungkin juga menyukai