Anda di halaman 1dari 5

Transkrip Materi Kultum Singkat: Tujuan Hidup

Manusia
Coba kalau kita lihat dunia, begitu indah ya? Hijau, ranum,
membuat kita ini tertipu dalam kehidupan dunia. Kita
seringkali terbuai oleh kesenangan hidup di dunia,
saudaraku. Melihat pemandangan indah, kita lupa kepada
penciptanya. Diberikan kenikmatan, malah banyak
berpaling daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
memberikan kenikmatan.

Maka dari itulah, kita sebagai seorang hamba Allah


tentunya kita harus berpikir apa sih dunia itu?
Bagaimana sih dunia? Kita hidup di dunia itu buat apa?
Nah di sini tentunya sebagai seorang hamba Allah,
sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah, kita harus
banyak berpikir tentang itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan dunia dengan


isinya, dimana manusia Allah menciptakannya untuk
memakmurkan kehidupan dunia, demi kemaslahatan-
kemaslahatan yang ada dalam kehidupan dunia. Namun
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan dalam Al-
Qur’an tentang hakikat dunia. Allah berfirman:

ِ ‫ع ْال ُغر‬
‫ُور‬ ُ ‫َو َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا ِإال َمتَا‬

“Tidaklah kehidupan dunia, kecuali kesenangan yang menipu”


(QS. Al-Hadid: 20).
Iya, memang sangat menipu. Namun tentunya bagi
seorang mukmin, ketika ia melihat dunia ternyata
kesenangan menipu, dunia fana, bahkan Al-Qur’an dan
Hadits tidak pernah memuji dunia, tak pernah sekalipun
dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji
dunia. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pun juga
tak pernah memuji dunia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an
memberikan pemisalan tentang kehidupan dunia. Allah
berfirman:

‫األوال ِد‬
ْ ‫ال َو‬ ِ ‫ا ْعلَ ُموا َأنَّ َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا لَ ِعبٌ َولَ ْه ٌو َو ِزينَةٌ َوتَفَا ُخ ٌر بَ ْينَ ُك ْم َوتَ َكاثُ ٌر فِي األ ْم َو‬
َ ‫ون ُح‬
‫طا ًما‬ َ َّ‫ب ْال ُكف‬
ُ ‫ار نَبَاتُهُ ثُ َّم يَ ِهي ُج فَتَ َراهُ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم يَ ُك‬ َ ‫ث َأ ْع َج‬ ٍ ‫َك َمثَ ِل َغ ْي‬

“Ketahuilah, kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan


senda gurau, demikian pula perhiasan, berbangga-bangga
dengan banyaknya harta, berlomba-lomba memperbanyak anak
dan keturunan, perumpamaannya seperti air hujan yang turun
lalu kemudian tanaman-tanaman itu membuat kagum para
petani, tapi kemudian tak lama tanaman itu menjadi kuning,lalu
kemudian tanaman itu menjadi hancur“. (QS. Al-Hadid: 20).

Subhanallah, itulah dunia. Takkan lama, fana!

Kesenangan dalam kehidupan dunia tak lepas dari


keletihan dan kelelahan. Untuk mendapatkan kesenangan
dunia harus letih, banting tulang, berbagai macam
kesedihan terkadang harus dirasakan ketika seseorang
mengincar kehidupan dunia. Ketika seseorang telah
mendapatkan apa yang ia inginkan, meraih dunia dan
kesenangan, ternyata juga menimbulkan kegelisahan dan
ketakutan, takut kehilangan apa yang ia dapatkan.
Gelisah, bagaimana ia akan menjaga harta yang begitu
banyak melimpah ruah.

Itulah dunia.

Maka seorang mukmin sadar bahwa dunia memang


bukan tempatnya dia beristirahat, bukan. Tapi tempat ia
bercocok tanam. Karena ia tahu bahwa setelah ia hidup di
dunia ia akan menuju sebuah kehidupan yang lebih
panjang. Maka dari itulah seorang mukmin ketika
memandang dunia, dia melihat dunia, “Kau sangat
menipu, dunia. Aku tidak ingin tertipu oleh dirimu. Ah
dunia, kesenanganmu membuat aku lalai untuk berdzikir
kepada Allah.”

Maka seorang mukmin kemudian segera menginginkan


yang lebih baik daripada dunia. Di pandang kehidupan
akhirat, ternyata ia lihat kehidupan akhirat panjang sekali
tak pernah ada henti-hentinya. Kesenangan surga yang
luar biasa. Dimana penduduk surga diberikan oleh Allah
kenikmatan yang tak ada henti-hentinya, penduduk surga
tak pernah sakit, penduduk surga senantiasa nikmat
dalam kesenangan, penduduk surga tak pernah ada henti-
hentinya diberikan kenikmatan. Mereka selalu muda dan
tak pernah tua, mereka selalu cantik dan tampan, dan
bahkan selalu bertambah ketampanan dan kecantikannya.
Apa yang mereka inginkan selalu diberikan, ia kekal
selama-lamanya.
Seorang mukmin kemudian berpikir, buat apa ia mengejar
dunia kemudian ia menggadaikan akhirat? Buat apa ia
mengejar sesuatu yang fana kemudian ia merusak
akhiratnya yang akan terus-menerus? Sangat aneh sekali
orang yang begitu mengejar dunia demi untuk
mendapatkan sedikit daripada kehidupan dunia lalu
akhirnya merusak kehidupan akhiratnya, dimana akalnya?
Seakan ia akan hidup di dunia selama-lamanya.

Kita tentunya tidak boleh menjadi orang-orang yang


merasa tentram dengan dunia. Allah berfirman:

ْ ‫ُون لِقَا َءنَا َو َرضُوا ِب ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َو‬


‫اط َمَأنُّوا بِهَا‬ َ ‫ِإ َّن الَّ ِذ‬
َ ‫ين اَل يَرْ ج‬

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan


pertemuan dengan kami, dan ridho dengan dunia, dan merasa
tentram dengan dunia“. (QS. Yunus: 7).

Mereka itu orang-orang yang merugi kata Allah. Seorang


mukmin tak akan pernah berhenti untuk terus mencari
akhirat, dunia ia jadikan sebagai wasilah menuju
kehidupan akhirat.

Kalau dahulu Imam Ahmad pernah ditanya, sampai kapan


kau akan terus-menerus bersungguh-sungguh beribadah
wahai Imam Ahmad? Kata Imam Ahmad, sampai kakiku
aku letakkan dalam tanah surga. Masya Allah, oleh karena
itu ya akhi, mari kita berlomba kepada kebaikan, jadikan
dunia sebagai wasilah untuk mendapatkan akhirat.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
‫نِ ْع َم الـ َما ُل الصَّالِـح َم َع ال َّرجُل الصَّالِـح‬

“Sebaik-baik harta adalah harta yang berada di tangan


orang sholeh.” (HR. Ibnu Hibban).

Kenapa? karena harta itu digunakan untuk apa, untuk


kebaikan, untuk ketakwaan. Sebaliknya ketika harta itu
dimiliki oleh orang-orang yang tidak sholeh, hanya
merusak dalam kehidupan dunia ini. Maka Sadarilah, kita
pikirkan baik-baik tentang hakikat dunia, agar kita
kemudian tidak tertipu dengan kehidupan dunia, agar kita
jadikan dunia sebagai jalan menuju kehidupan akhirat.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa tidak
tertipu dengan kehidupan dunia.

Anda mungkin juga menyukai