Anda di halaman 1dari 8

Nama : Fadli

Nim : 30300121051
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi

1. Kewajiban Belajar Dalam Al-Qur’an


A. Tafsir ayat 1-5 Surah Al-Alaq

‫ق ۡٱق َر ۡأ َو َربُّكَ ٱَأۡل ۡك َر ُم ٱلَّ ِذي َعلَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم َعلَّ َم‬ َ ٰ ‫ق ٱِإۡل‬
ٍ َ‫نس نَ ِم ۡن َعل‬ َ َ‫ك ٱلَّ ِذي َخل‬
َ َ‫ق َخل‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ ِّ‫ٱس ِم َرب‬
ۡ‫ٱِإۡل ن ٰ َسنَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah..
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat pertama dari Surat Al-Alaq Ayat 1-5 di atas adalah ‫ك ٱلَّ ِذي‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ ِّ‫ٱس ِم َرب‬
َ َ‫ َخل‬. Pesan-pesan penting yang harus kita pahami dari ayat pertama ini adalah
‫ق‬
sebagai berikut:
Pertama, kata ‫ اق رأ‬dalam ayat ini adalah kata kerja perintah yang
menunjukkan arti “Bacalah.” Kata ini menunjukkan perintah Allah kepada
Nabi Muhammad untuk membaca. Muhammad Saw diperintahkan untuk
membaca, membaca, dan membaca. Apa yang harus dibaca oleh Muhammad
tidak disebutkan di dalam ayat ini. Ini menunjukkan bahwa Muhammad
diperintahkan untuk membaca, membaca, dan membaca apa saja. Perintah
membaca ini tidak hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad, tetapi juga
ditujukan kepada umatnya seluruhnya.
Kedua, frasa ‫ باس م ربك‬menunjukkan arti dengan “nama Tuhanmu.” Kita
tahu bahwa Allah mempunyai 99 nama yang paling baik yang kita kenal
dengan sebutan “Asmaul Husna.” Kata ‫ ربك‬menunjukkan arti “Tuhanmu,
Tuhan Nabi Muhammad.” Kata ‫ ربك‬ini menunjukkan arti bahwa Allah adalah
Tuhan yang telah menciptakan Nabi Muhammad, Tuhan Yang telah
memberikan segala nikmat dan rahmat, Tuhan yang telah menghidupkan dan
Tuhan yang telah mematikan.
Ketiga, frasa ‫ الذي خلق‬menunjukkan arti “yang telah menjadikan.” Kata ‫خلق‬
yang ada di dalam ayat ini sengaja tidak disebutkan objeknya, untuk
menunjukkan bahwa Allah yang telah menciptakan segala sesuatu yang ada di
alam ini, yang menciptakan manusia, yang menciptakan seluruh yang ada di
alam ini, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi.
Pesan utama dari ayat ini adalah perintah untuk membaca. Membaca tidak
hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad, tetapi juga kepada seluruh
umatnya. Seakan-akan Allah menyatakan: “Wahai Muhammad dan umat
manusia, bacalah, bacalah, dan bacalah, baik yang tertulis dan yang tidak
tertulis, yang ada di hadapanmu dan yang ada di sekitarmu, dengan menyebut
dan mengingat nama Tuhanmu, yang memberi kehidupan kepadamu, yang
mengatur segala urusanmu, yang memberi rahmat kepadamu, dan yang
mematikanmu, yang telah menciptakan dirimu, menciptakan manusia
seluruhnya, dan yang telah menciptakan alam ini seluruhnya, baik yang ada di
langit maupun yang ada di bumi ini.”
Ayat ketiga dari Surat Al-Alaq Ayat 1-5 berbunyi ‫اقرآ وربك اآلكرم‬. Rangkaian
ayat ketiga ini juga mengandung pengertian dan makna yang dalam yang perlu
kita tadabburi. Tadabbur yang pertama yang harus kita lakukan terhadap
maknanya/terjemahannya. Terjemahan dari ayat ini adalah: “Bacalah, wahai
Muhammad, sedangkan Tuhanmu adalah Zat Yang Paling Agung.”
Tadabbur kedua yang harus kita lakukan ialah kandungannya. Ayat yang
singat dan pendek ini memerintahkan kembali Nabi Muhammad untuk
membaca, membaca, dan membaca yang ada di alam ini, baik yang tertulis,
seperti Al-Qur’an maupun ayat yang tidak tertulis yang terdapat di alam
sekitarnya. Perintah membaca itu ditujukan pula kepada seluruh umatnya.
Perintah untuk membaca kepada Nabi Muhammad itu akan menghasilkan
hasil bacaan yang banyak. Dengan banyak membaca, seseorang mendapatkan
banyak ilmu dan pengetahuan.
Banyak membaca yang tertulis akan mengahasilkan pengetahuan yang luar
biasa. Membaca apa yang ada di alam sekitar menghasilkan pengetahuan
empirik yang sangat luas dan dalam. Bahkan, banyak membaca apa yang
tertulis dan tidak tertulis akan menjadikan kuatnya iman dan keyakinan
tentang pencipta alam raya ini, yaitu Allah swt.
Tetapi, harus Anda ingat sebanyak apa pun ilmu yang engkau miliki dari
hasil membaca yang tertulis dan tidak tertulis, maka Allah tetap yang Maha
Agung.
Allah Swt tetap yang paling tinggi ilmu-Nya, Allah tetap yang paling luas
ilmu-Nya, Allah tetap yang paling dalam ilmu-Nya. Tidak ada satu pun
manusia yang dapat menandingi ilmu Allah, tidak ada satu pun manusia yang
dapat menyamai ilmu Allah swt.
Oleh sebab itu, frase ‫ وربك اآلكرم‬menunjukkan pengertian dan pemahaman
bahwa sehebat apa pun ilmu yang engkau peroleh dari hasil bacaanmu sampai
kapan pun, maka ilmu Allah Swt tetap yang paling tinggi dan paling luas.
Dari pesan ini dapat kita pahami, bahwa seseorang yang memiliki ilmu
yang tinggi, ilmu yang luas, dan ilmu yang dalam, tidak boleh sombong
karena ilmunya itu. Sebab, pada hakikatnya ilmu yang kita miliki itu sangat
sedikit, Hanya Allah yg ilmu-Nya tiada tandingannya dengan ilmu manusia.
Wallahu A’lam.
B. Tafsir Ayat 122 Surah At-Taubah

‫ِّين‬ ْ ُ‫ة لِّيَتَفَقَّه‬ٞ َ‫ُوا َكٓافَّ ٗۚة فَلَ ۡواَل نَفَ َر ِمن ُك ِّل فِ ۡرقَ ٖة ِّم ۡنهُمۡ طَٓاِئف‬
ِ ‫وا فِي ٱل د‬ ْ ‫۞ َو َما َكانَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ لِيَنفِر‬
َ‫ُوا قَ ۡو َمهُمۡ ِإ َذا َر َجع ُٓو ْا ِإلَ ۡي ِهمۡ لَ َعلَّهُمۡ يَ ۡح َذرُون‬
ْ ‫َولِيُن ِذر‬
122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Tatkala kaum Mukminin dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang
kemudian Nabi saw. mengirimkan sariyahnya, akhirnya mereka berangkat ke
medan perang semua tanpa ada seorang pun yang tinggal, maka turunlah
firman-Nya berikut ini: (Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu
pergi) ke medan perang (semuanya. Mengapa tidak) (pergi dari tiap-tiap
golongan) suatu kabilah (di antara mereka beberapa orang) beberapa golongan
saja kemudian sisanya tetap tinggal di tempat (untuk memperdalam
pengetahuan mereka) yakni tetap tinggal di tempat (mengenai agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya) dari medan perang, yaitu dengan mengajarkan kepada mereka
hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya (supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya) dari siksaan Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a.
memberikan penakwilannya bahwa ayat ini penerapannya hanya khusus untuk
sariyah-sariyah, yakni bilamana pasukan itu dalam bentuk sariyah lantaran
Nabi saw. tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya yang juga melarang
seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut berangkat ke medan
perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi saw. berangkat ke
suatu ghazwah.
C. Tafsir Ayat Ke 20 Surah Al-Muzammil

ُ ‫ة ِّمنَ ٱلَّ ِذينَ َم َع ۚكَ َوٱهَّلل‬ٞ َ‫ص فَ ۥهُ َوثُلُثَ ۥهُ َوطَٓاِئف‬
ۡ ِ‫۞ِإ َّن َربَّكَ يَ ۡعلَ ُم َأنَّكَ تَقُ و ُم َأ ۡدن َٰى ِمن ثُلُثَ ِي ٱلَّ ۡي ِل َون‬
‫ان َعلِ َم َأن‬ ِ ۚ ‫وا َم ا تَيَ َّس َر ِمنَ ۡٱلقُ ۡر َء‬ ْ ‫اب َعلَ ۡي ُكمۡۖ فَ ۡٱق َر ُء‬
َ َ‫يُقَ ِّد ُر ٱلَّ ۡي َل َوٱلنَّهَا ۚ َر َعلِ َم َأن لَّن تُ ۡحصُوهُ فَت‬
َ‫ض ِل ٱهَّلل ِ َو َءاخَ رُون‬ ۡ َ‫ض يَ ۡبتَ ُغ ونَ ِمن ف‬ ِ ‫ض ِربُونَ فِي ٱَأۡل ۡر‬ ۡ َ‫ض ٰى َو َءا َخ رُونَ ي‬ َ ‫َسيَ ُكونُ ِمن ُكم َّم ۡر‬
ْ ‫ض‬
َ ‫وا ٱهَّلل‬ ۡ
ُ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َوَأق ِر‬ْ ُ‫ٱلص لَ ٰوةَ َو َءات‬ َّ ‫وا‬ ۚ
ْ ‫وا َما تَيَ َّس َر ِم ۡن هُ َوَأقِي ُم‬ ۡ ِ ِ‫يُ ٰقَتِلُونَ فِي َسب‬
ْ ‫يل ٱهَّلل ۖ ِ فَٱق َر ُء‬
‫خَي ٗرا َوَأ ۡعظَ َم َأ ۡج ٗر ۚا‬ ۡ ‫وا َأِلنفُ ِس ُكم ِّم ۡن‬
ۡ ‫خَي ٖر تَ ِج دُوهُ ِعن َد ٱهَّلل ِ هُ َو‬ ْ ‫ض ا َح َس ٗن ۚا َو َم ا تُقَ ِّد ُم‬ ً ‫قَ ۡر‬
‫ور َّر ِحي ۢ ُم‬ ْ ‫ٱست َۡغفِر‬
ٞ ُ‫ُوا ٱهَّلل ۖ َ ِإ َّن ٱهَّلل َ َغف‬ ۡ ‫َو‬
20 Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang
bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa
akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang
yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa
saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya
di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang..
Surah Al-Muzzammil ayat ke-20 merupakan tafsir/taisir/nasakh atas ayat
pertama dalam surah ini. Pada ayat ini ditegaskan bahwa Allah Swt.
memberikan belaian kasih sayang, pengakuan, dan penghargaan kepada setiap
manusia diantaranya dalam wujud memaafkan dan meringankan pelaksanaan
ibadah, sebab Allah Swt. tahu ukuran malam dan siang serta kadar ibadah
yang dilakukan oleh manusia pada setiap harinya. Imam Qurtubi berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan sesuai kadarnya adalah yang menyangkut
dengan bacaan, beliau menyatakan bahwa seseorang hendaknya tetap
membaca sesuai dengan kesanggupan walaupun bacaannya sedikit atau tidak
banyak. Kemudian pendapat dari Imam Alwasit yang menyatakan untuk
mendirikan salat selama kita segar. Kedua pendapat diatas merupakan
penjelasan dari maksud wujud keringanan yang diberikan oleh Allah Swt.
kepada setiap hamba-Nya untuk terus meningkatkan kualitas ibadah mereka.
Wujud lain dari bentuk keringanan beribadah yang Allah Swt. berikan
kepada hamba-Nya adalah mendirikan salat sesuai dengan kemampuan
masing-masing khususnya bagi orang yang sedang sakit, bahkan sunat bisa
ditinggalkan dengan tetap memperoleh pahala. Kemudian perjalanan mencari
nafkah dan berjihad yang diberikan keringanan untuk menjamak
(menggabungkan) atau mengqashar (meringkas) salat fardhu. Serta
meringankan pelaksanaan beribadah sesuai dengan kondisi yang sedang
terjadi.
D. Tafsir Ayat Ke 24 Surah Muhammad
ٍ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ۡٱلقُ ۡر َءانَ َأمۡ َعلَ ٰى قُلُو‬
‫ب َأ ۡقفَالُهَٓا‬
24. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka
terkunci?
 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan
Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
Maka kenapa orang-orang yang berpaling itu tidak memperhatikan Al-
Qur`ān dan menelaah apa yang ada di dalamnya, kalau seandainya mereka
memperhatikannya niscaya Al-Qur`ān itu akan menunjukkan kepada mereka
segala kebaikan dan menjauhkan mereka dari segala keburukan, ataukah di
hati mereka ada gembok-gembok yang telah memastikan tertutupnya hati
sehingga nasihat tidak sampai kepadanya dan peringatan tidak bermanfaat
baginya?
 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan
tafsir negeri Suriah
Apakah mereka tidak menelaah Alquran untuk mengambil pelajaran?
Namun hati mereka telah tertutup, sehingga mereka tidak faham dan tidak
beriman kepada Alquran
2. Kewajiban Mengajar Dalam Al-Qur’an
A. Tafsir Ayat Ke 1-7 Surah Al Mudatsir

َ‫ٱهج ُۡر َواَل تَمۡ نُن ت َۡس ت َۡكثِ ُر َولِ َربِّك‬


ۡ َ‫ك فَطَه ِّۡر َوٱلرُّ ۡج َز ف‬ َ َّ‫ٰيََٓأيُّهَا ۡٱل ُم َّدثِّ ُر قُمۡ فََأن ِذ ۡر َو َرب‬
َ َ‫ك فَ َكب ِّۡر َوثِيَاب‬
‫ٱصبِ ۡر‬
ۡ َ‫ف‬
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. angunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan Tuhanmu agungkanlah!
4. dan pakaianmu bersihkanlah,
5. dan pakaianmu bersihkanlah,
6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak.
7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Berikut ini tafsir dan faedah yang bisa kita ambil dari surat Al Mudattsir ayat 1-7
sebagai berikut:
 Wahai orang yang berselimut disini maksudnya adalah Nabi Muhammad
Solallahu Alaihi Wassalam.
 "Bangunlah, lalu beri peringatan!". Maksudnya disini ALlah Subhanahu
Wataala memerintahkan Nabi untuk semangat dan bangkit memberikan
peringatan kepada kaum kafir dan orang berdosa
 "dan agungkanlah Tuhanmu". Maksudnya disini adalah tegakan Tauhid
yaitu hanya kepada Allah lah segala ibadah diserahkan.
 "dan bersihkanlah pakaianmu", maksudnya disini adalah amalan
seluruhnya dan pakaian pada umumnya
 "dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji", maksudnya adalah
segala sesembahan yang disembah selain Allah Subhanahu Wataala.
 "dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak". Maksudnya adalah dilarang
mengungkit ungkit pemberian yang telah diberikan kepada orang lain.
Hanya kepada Allah lah kita berharap.
 "Dan karena Tuhanmu, bersabarlah". Maksudnya diperintahkan untuk
meraih pahala dalam kesabaran. Para ulama menjelaskan bersabar ini
dalam tiga hal yaitu, pertama sabar dalam menjalankan ketaatan kepada
Allah Subhanahu Wataala. Yang kedua adalah bersabar dalam  menjauhi
sebisa mungkin maksiat kepada Allah Subhanahu Wataala. Dan yang
terakhir adalah sabar dalam menghadapi musibah yang Allah Subhanahu
Wataala turunkan kepada kita.

B. Tafsir Ayat Ke 214 Surah Asy-Syuara

َ‫ك ٱَأۡل ۡق َربِين‬


َ َ‫َوَأن ِذ ۡر َع ِشي َرت‬

214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,

 Tafsir jalalayn
(Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat) mereka
adalah Bani Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan peringatan
kepada mereka secara terang-terangan; demikianlah menurut keterangan hadis
yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
 Tafsir Quraish shihab
Peringatkanlah keluarga dekatmu akan azab akibat kemusyrikan dan
kemaksiatan. Kemudian peringatkanlah mereka yang hubungan keluarganya
lebih jauh, dan begitu seterusnya.
C. Tafsir Ayat 79 Dan 104 Surah Al-Imran
ْ ُ‫اس ُكون‬
‫وا ِعبَ ٗادا لِّي ِمن دُو ِن‬ َ ُ‫ب َو ۡٱلح ُۡك َم َوٱلنُّبُ َّوةَ ثُ َّم يَق‬
ِ َّ‫ول لِلن‬ َ َ‫َما َكانَ لِبَ َش ٍر َأن ي ُۡؤتِيَهُ ٱهَّلل ُ ۡٱل ِك ٰت‬
َ‫ب َوبِ َما ُكنتُمۡ ت َۡد ُرسُون‬ ْ ُ‫ٱهَّلل ِ َو ٰلَ ِكن ُكون‬
َ َ‫وا َر ٰبَّنِ‍يِّۧنَ بِ َما ُكنتُمۡ تُ َعلِّ ُمونَ ۡٱل ِك ٰت‬
79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah
kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan
tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena
kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya.
 Tafsir jalalayn
(Tidaklah pantas) atau layak (bagi seorang manusia yang diberi Allah
Alkitab dan hikmah) artinya pengertian terhadap syariat (serta kenabian
lalu katanya kepada manusia, "Hendaklah kamu menjadi hamba-hambaku
dan bukan hamba-hamba Allah!" Tetapi) seharusnya ia berkata
("Hendaklah kamu menjadi rabbani) artinya ulama-ulama yang beramal
saleh, dinisbatkan kepada rab dengan tambahan alif dan nun sebagai
penghormatan (disebabkan kamu mengajarkan) dibaca pakai tasydid dan
tanpa tasydid (Alkitab dan disebabkan kamu selalu mempelajarinya.")
Karena itu bila menghendaki faedahnya hendaklah kamu
mengamalkannya.
 Tafsir Quraish shihab
Tidak dapat diterima akal dan tidak akan sampai hati, seorang nabi yang
menerima wahyu dan ilmu pengetahuan dari Allah serta berbicara tentang
Allah, untuk meminta orang lain menyembahnya, bukan menyembah Allah.
Yang dapat diterima akal dan sesuai dengan kenyataan adalah bahwa nabi
meminta oang lain menyembah Allah swt., yang menciptakan mereka, dengan
penuh ketulusan sesuai dengan ilmu yang telah diajarkan dan mereka pelajari
dari kitab
ٓ
ِ ‫ة يَ ۡد ُعونَ ِإلَى ۡٱلخ َۡي ِر َويَ ۡأ ُمرُونَ بِ ۡٱل َم ۡعر‬ٞ ‫َو ۡلتَ ُكن ِّمن ُكمۡ ُأ َّم‬
‫ُوف َويَ ۡنهَ ۡونَ َع ِن ۡٱل ُمن َك ۚ ِر َوُأوْ ٰلَِئكَ هُ ُم‬
َ‫ۡٱل ُم ۡفلِحُون‬
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
 Tafsir jalalayn
(Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada
kebaikan) ajaran Islam (dan menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari
yang mungkar. Merekalah) yakni orang-orang yang menyeru, yang menyuruh
dan yang melarang tadi (orang-orang yang beruntung) atau berbahagia. 'Min'
di sini untuk menunjukkan 'sebagian' karena apa yang diperintahkan itu
merupakan fardu kifayah yang tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula
layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh.
 Tafsir Quraish shihab
Jalan terbaik untuk bersatu dalam kebenaran di bawah naungan al-Qur'ân
dan Rasul-Nya, adalah dengan menjadi umat yang menyerukan segala bentuk
kebaikan dunia dan akhirat, menyerukan kewajiban mendorong manusia pada
kebaikan bersama dan mencegah kejahatan (amar makruf nahi munkar, al-amr
bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al-munkar). Mereka yang melakukan prinsip itu
adalah orang-orang yang memperoleh keberuntungan yang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai