Anda di halaman 1dari 10

Cinta Khanaya

BAB 2
Meyakini Qada’ dan Qadar
dapat Melahirkan Semangat Kerja

Menurut KBBI, qada’ adalah peraturan, hukum, ketentuan yang berasal dari Allah Swt.
Sementara qadar ialah ketentuan Tuhan atau takdir.
Menurut bahasa, qada’ berarti menentukan atau memutuskan, dan qadar artinya
memberi kadar, aturan, atau ketentuan.
Sedangkan menurut istilah, qada’ memiliki arti segala ketentuan Allah Swt. sejak
zaman azali dan qadar adalah ketetapan Allah Swt. terhadap seluruh makhluk-Nya tentang
segala sesuatu.
Qada’ dan qadar merupakan rukun iman keenam. Iman kepada qada’ dan qadar artinya
percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah swt. telah menentukan segala sesuatu bagi
makhluk-Nya.
Iman kepada qada’ dan qadar meliputi 4 prinsip, yakni:
1. Iman kepada ilmu Allah Swt. yang Qadīm (tidak berpermulaan), dan Dia mengetahui
perbuatan manusia sebelum mereka melakukannya.
2. Iman bahwa semua qadar Allah Swt. telah tertulis di Lauh Mahfuzh.
3. Iman kepada adanya kehendak Allah Swt. yang berlaku dan kekuasaan-Nya yang bersifat
menyeluruh.
4. Iman bahwa Allah Swt. adalah zat yang mewujudkan makhluk.
Pada umumnya, qada’ dan qadar disebut dengan “takdir”. Bagi makhluk-Nya, ada
pandangan takdir baik dan takdir buruk. Akan tetapi dalam pandagan Sang Pencipta, semua
takdir itu baik. Dibalik semua cobaan yang diberikan atau sedang dialami, tersirat akan makna
positif dari Allah Swt.
Terdapat banyak penjelasan terkait qada’ dan qadar melalui firman-firman Allah Swt.
(al-Qur’an) dan juga dalam beberapa hadist. Diantaranya sebagai berikut,
1. Dalil al-Qur’an

‫اِنَّا ُك َّل ش َۡىءٍ َخلَ ۡق ٰنهُ بِقَدَ ٍر‬


Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir).”
(Q.S. al-Qamar/54:49)

ٍ َ‫ض َو ََل فِ ٓى أَنفُ ِس ُك أم إِ ََّل فِى ِك ٰت‬


‫ب ِمن قَ أب ِل أَن‬ ِ ‫صيبَ ٍة فِى أٱْل َ أر‬ ِ ‫اب ِمن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َما ٓ أ‬
ٌ‫علَى ٱللَّ ِه َيسِير‬ َ ‫نَّب َأرأَ َها ٓ ۚ ِإ َّن ٰذَ ِل َك‬
Artinya: “Tidak ada suatu bencana apapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
diri kalian melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah Swt.”
(Q.S. al-Hadīd/57:22)

‫ت َ أقدِيرا‬ ‫َو َخلَقَ ُك َّل ش أ‬


ُ‫َيءٍ فَقَد ََّره‬
Artinya: “…Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya” (Q.S. al-Furqan/25:2)

‫َوالَّذِي قَد ََّر فَ َهدَ ٰى‬


Artinya: “Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi
petunjuk.” (Al-A’la/87:3)

ْۢ
‫ص أي َب ٍة ا ََِّل ِب ِا أذ ِن اللّٰ ِه َۗو َم أن يُّؤأ ِم أن ِباللّٰ ِه َي أه ِد َق أل َبهٗ َۗواللّٰهُ ِب ُك ِل ش أ‬
‫َيءٍ َع ِليأم‬ ِ ‫اب ِم أن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َما ٓ ا‬
Artinya: “Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah
Swt; dan barangsiapa beriman kepada Allah Swt, niscaya Allah Swt. akan memberi petunjuk
kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. at-Taghabun/64:11)
‫ظونَ ۥهُ ِم أن أَ أم ِر ٱللَّ ِه ۗ إِ َّن ٱللَّهَ ََل يُغَيِ ُر َما بِقَ أو ٍم‬ُ َ‫لَ ۥهُ ُمعَ ِق ٰبَت ِم ْۢن بَي ِأن يَدَ أي ِه َو ِم أن خ أَل ِفِۦه يَحأ ف‬
‫س ٓوءا فَ ََل َم َردَّ لَ ۥه ُ ۚ َو َما لَ ُهم ِمن دُو ِنِۦه‬ ُ ‫وا َما ِبأَنفُ ِس ِه أم ۗ َو ِإذَآ أ َ َرادَ ٱللَّهُ ِبقَ أو ٍم‬۟ ‫َحتَّ ٰى يُغ َِي ُر‬
‫ِمن َوا ٍل‬
Artinya: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia." (QS Ar-Ra'd: 11)

.
ٰۤ
ُ ‫َم ۡن‬
‫ش ۡورا‬ ُ‫عنُ ِقه َونُ ۡۡ ِر ُُ لَهٗ يَ ۡو َم ۡال ِق ٰي ََ ِة ِك ٰتبا ي َّۡل ٰقٮه‬
ُ ‫ان اَ ۡلزَ مۡ ٰنهُ ٰط ِٕٮ َر ٗه فِ ۡى‬
ٍ ‫س‬َ ‫َو ُك َّل ا ِۡن‬
Artinya: “Dan setiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya
kalung) pada lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam
keadaan terbuka.” (Q.S. al-Isra’/17:13)

2. Dalil as-Sunah (Hadist Rasulullah)


Dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud r.a., ia berkata, Rasulullah Saw. yang dialah
orang yang jujur dan terpercaya pernah bercerita kepada kami.

‫سو ُل الل ِه‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا َر‬:‫ي اللهُ َع أنهُ قَا َل‬ َ ‫ض‬ َّ ‫َع أن اَ ِب أي َع أب ِد‬
ِ ‫الرحأ ََ ِن َع أب ِد الل ِه ب ِأن َم أسعُ أو ٍد َر‬
‫ط ِن أ ُ ِم ِه‬
‫ُوق إِ َّن أَ َحدَ ُك أم يُ أج ََ ُع خ أَلقُهُ فِى بَ أ‬
ُ ‫صد‬ ‫ِق أال ََ أ‬ ُ ‫صاد‬َّ ‫سلَّ َم َوه َُو ال‬ َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَ أي ِه َو‬
َ
‫ضغَة ِمثأ َل ذَ ِل َك ث ُ َّم‬ ‫أَ أربَ ِعيأنَ يَ أوما ث ُ َّم يَ ُك أو ُن فِ أي ذَ ِل َك َعلَقَة ِمثأ َل ذَ ِل َك ث ُ َّم يَ ُك أو ُن فِ أي ذَ ِل َك ُم أ‬
‫ى‬
ٌّ ‫ش ِق‬ َ ‫ب ِر أزقِ ِه َوأَ َج ِل ِه َو َع ََ ِل ِه َو‬
ِ ‫ت بِ َك أت‬ ُّ ‫س ُل أال ََ َلكُ فَ َي أنفُ ُخ فِ أي ِه‬
ٍ ‫الر أو َح َويُؤأ َم ُر ِبأ َ أر َب ِع َك ِل ََا‬ َ ‫يُ أر‬
ُ‫س ِعيأد فَ َوالَّذِى َلَ إِلَهَ َغي ُأرهُ ِإ َّن أَ َحدَ ُك أم لَيَ أع ََ ُل ِب َع ََ ِل أ َ أه ِل أال َجنَّ ِة َحتَّى َما يَ ُكونَ بَ أينَه‬
َ ‫أَ أو‬
‫ار فَيَ أد ُخلُ َها َو ِإ َّن أَ َحدَ ُك أم‬ ُ ‫َوبَ أينَ َها ِإَلَّ ذ َِراع فَيَ أس ِب ُق َعلَ أي ِه أال ِكت‬
ِ َّ‫َاب فَيَ أع ََ ُل ِبعَ ََ ِل أَ أه ِل الن‬
ُ ‫ار َحتَّى َما يَ ُكونَ بَ أينَهُ َوبَ أينَ َها إَِلَّ ذ َِراع فَيَ أسبِ ُق َعلَ أي ِه أال ِكت‬
‫َاب‬ ِ َّ‫لَيَ أع ََ ُل بِعَ ََ ِل أَ أه ِل الن‬
)‫ (رواه البۡاري ومسلم‬.‫فَ َي أع ََ ُل ِب َع ََ ِل أَ أه ِل أال َجنَّ ِة فَ َي أد ُخلُ َها‬
Artinya: “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya
selama empat puluh hari (berupa nutfah/sperma), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah)
selama waktu itu juga, kemudian menjadi mudghah (segumpal daging) selama waktu itu pula,
kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan mencatat empat
perkara yang telah ditentutkan yaitu; rezekinya, ajal, amal perbuatan, dan sengsara atau
bahagianya.
Maka demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, sesunggguhnya ada seseorang di antara
kalian beramal dengan amalan penghuni surga, sehingga tidak ada jarak antara dirinya
dengan surga kecuali sehasta saja, namun ketetapan (Allah) mendahuluinya, sehingga ia
beramal dengan amalan ahli neraka, maka ia pun masuk neraka.
Ada seseorang di antara kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga tidak ada jarak
antara dirinya dengan neraka kecuali sehasta saja, namun ketetapan (Allah) mendahuluinya,
sehingga ia beramal dengan amalan penghuni surga, maka ia pun masuk surga.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
j

‫ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أال َُؤأ ِم ُن‬:‫عن أبي هريرة رضي الله عنه قال‬
‫ص علَى ما‬ ‫ وفي ُك ٍل َخيأر احأ ِر أ‬،‫يف‬ َّ ‫ َخيأر َوأَ َحبُّ إلى الل ِه ِمنَ ال َُؤأ ِم ِن ال‬،‫ي‬
ِ ‫ض ِع‬ ُّ ‫القَ ِو‬
‫ فَل تَقُ أل لو أَنِي فَعَ ألتُ كانَ َكذَا‬،‫صابَ َك شيء‬
َ َ‫وإن أ‬ ‫ أ‬،‫ َوا أستَ ِع أن باللَّ ِه َو ََل تَ أع َج أز‬،‫يَ أنفَعُ َك‬
‫ان‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش أي‬
َّ ‫فإن لو تَ أفتَ ُح َع ََ َل ال‬
َّ ،‫ َولَ ِك أن قُ أل قَدَ ُر الل ِه َوما شَا َء فَ َع َل‬،‫َو َكذَا‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "… Jika sesuatu menimpamu,
maka janganlah engkau katakana, 'Seandainya aku lakukan demikian dan demikian'. Akan
tetapi hendaklah kau katakana, Sudah menjadi ketentuan Allah, dan apa yang dikehendakinya
pasti terjadi’. Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan" (HR Muslim).

Berdasarkan dalil-dalil di atas, dapat diketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan
(qada' dan qadarnya) oleh Allah Swt. sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun begitu, bukan
berarti manusia tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap
berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya
Rasulullah saw. dan malaikat Jibril kerap bertemu untuk menyampaikan wahyu atau
mengajarkan risalah Islam. Pertemuan beberapa kali bersifat rahasia atau diam-diam tanpa
diketahui banyak orang. Namun, adakalanya perjumpaan Rasulullah saw. dengan malaikat
Jibril dapat dilihat kasat mata oleh para sahabat.
Diriwayatkan dalam hadist riwayat Imam Muslim, suatu ketika para sahabat sedang
duduk bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian serba putih
dan rambutnya sangat hitam menghampiri Rasulullah. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman
dan Ihsan.
Laki-laki itu segera duduk di hadapan Rasulullah, kemudian lututnya disandarkan ke
lutut Rasulullah dan meletakkan kedua tangannya di atas paha Rasulullah. Kemudian dia
berkata, “Wahai Muhammad, beritahu kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah menjawab, “Islam adalah engkau bersaksi tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah.
Mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah
haji ke Baitullah jika engkau telah mampu melakukannya.”
Laki-laki itu berkata, “Engkau benar (Muhammad).” Maka para sahabat terheran-heran,
dia yang bertanya, dia pula yang membenarkannya.
Kemudian laki-laki itu bertanya lagi, “Beritahu kepadaku tentang Iman.” Rasulullah
menjawab, “Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik serta yang
buruk.” Laki-laki itu berkata, “Engkau benar (Muhammad).”
Laki-laki itu bertanya lagi, “Beritahukan kepadaku tentang ihsan.” Rasulullah
menjawab, “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya.
Kalaupun engkau tidak melihat Allah, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Laki-laki itu bertanya lagi, “Kapan terjadinya kiamat?” Rasulullah menjawab, “Yang
ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Laki-laki itu berkata, “Beritahu kepadaku
tentang tanda-tanda kiamat?” Rasulullah menjawab, “Jika seorang budak wanita telah
melahirkan (anak) tuannya. Jika engkau melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang dan
penggembala kambing telah berlomba mendirikan bangunan megah menjulang tinggi.”
Laki-laki itu pergi, kemudian Rasulullah berkata, “Wahai Umar, apakah kamu tahu
siapa yang bertanya tadi?” Umar bin al-Khaththab menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu.” Rasulullah berkata, “Itulah Malaikat Jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan
kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian.”
Dari jawaban yang diucapkan Rasulullah saw. ditemui rukun iman. Salah satu dari
rukun iman adalah iman kepada Qada' dan Qadar. Dengan demikian, mempercayai Qada' dan
Qadar merupakan suatu kewajiban. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu
yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak, terjadi atas kehendak
atau takdir Allah Swt. Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah
Swt. atas diri kita.
Tatkala takdir sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita bersyukur karena hal itu
merupakan nikmat yang diberikan Allah Swt. kepada kita. Ketika takdir yang dialami tidak
menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah menerima dengan sabar dan ikhlas.
Yakin bahwa dibalik musibah, ada hikmah yang terkadang belum diketahui manusia. Allah
Swt. Maha Mengetahui atas apa yang diperbuat-Nya

Dari hubungan antara qada’ dan qadar dan ikhtiar, do’a dan tawakal. Takdir terbagi menjadi
dua macam,
a. Takdir Mu’allaq
Takdir mu’allaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Misal,
seorang anak yang memiliki cita-cita sebagai perawat. Untuk mewujudkan impiannya, ia
belajar dengan giat. Ketika ia beranjak dewasa, ia berhasil mecapai cita-citanya berprofesi
sebagai perawat. Sesuai dengan firman Allah Swt.

‫ظ أونَهٗ ِم أن اَ أم ِر اللّٰ ِه ۗا َِّن اللّٰهَ ََل يُغَيِ ُر َما بِقَ أو ٍم‬ ُ َ‫لَهٗ ُمعَ ِق ٰبت ِم ْۢ أن بَي ِأن يَدَ أي ِه َو ِم أن خ أَل ِفه يَحأ ف‬
‫س ٰۤ أوءا فَ ََل َم َردَّ لَهٗ َۚو َما لَ ُه أم ِم أن د أُو ِنه‬ ُ ‫َحتّٰى يُغ َِي ُر أوا َما ِبا َ أنفُ ِس ِه ۗ أم َواِذَآ اَ َرادَ اللّٰهُ ِبقَ أو ٍم‬
‫ِم أن َّوا ٍل‬
Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari
depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
(Q.S. Ar-Ra’d/ 13: 11)

b. Takdir Mubram
ialah takdir dari ketetapan Allah Swt. yang terjadi pada ciptaan-Nya, dimana tidak dapat
diubah atau tidak dapat ditawar-tawar lagi. Misal,
 Setiap makhluk pasti akan mengalami kematian

‫ور ُك أم َي أو َم أٱل ِق ٰ َي ََ ِة ۖ فَ ََن ُزحأ ِز َح َع ِن‬ َ ‫ت ۗ َو ِإنَّ ََا ت ُ َوفَّ أونَ أ ُ ُج‬
ِ ‫ُك ُّل نَ أف ٍس ذَآ ِئقَةُ أٱل ََ أو‬
ِ ‫ار َوأ ُ أد ِخ َل أٱل َجنَّةَ فَقَ أد فَازَ ۗ َو َما أٱل َحيَ ٰوة ُ ٱلدُّ أنيَا ٓ ِإ ََّل َم ٰتَ ُع أٱلغُ ُر‬
‫ور‬ ِ َّ‫ٱلن‬
Artinya: “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali Imran/ 3: 185)

 Waktu terjadinya hari kiamat


 Jenis kelamin manusia, seseorang yang dilahirkan dengan rambut lurus, atau seseorang
dilahirkan dengan bentuk wajah oval, setiap makhluk pasti akan mengalami kematian
(umur), jodoh, dsb.

‫الز أو َجي ِأن الذَّ َك َر َو أاْل ُ أنثَ ٰى‬


َّ ُ‫فَ َج َع َل ِم أنه‬
Artinya: “lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.”
(QS. Al-Qiyamah: 39)
Qada' dan Qadar (takdir) berjalan menurut hukum “sunnatullah”. Artinya keberhasilan
hidup seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak dengan sunnatullah. Sunnatullah adalah
hukum-hukum Allah Swt. yang disampaikan untuk umat manusia yang tercantum di dalam al-
Qur’an ‘berjalan tetap dan otomatis’. Misal, tidak mau berusaha akan mengalami kegagalan,
tidak mau bekerja akan miskin, menanam benih akan tumbuh, dll. Manusia tetap berkewajiban
untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Beriman kepada qada’ dan
qadar terkait dengan 4 (empat) hal, yakni sebagai berikut:

a. Takdir
Manusia tidak mampu terbang laksana burung, tumbuh-tumbuhan berkembang subur, lalu
layu, dan kering. Rumput-rumput subur bila selalu disiram dan sebaliknya bila dibiarkan tanpa
pemeliharaan akan mati. Contoh-contoh tersebut, adalah ketentuan Allah Swt. dan itulah yang
disebut takdir.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Oleh karena itu, manusia diberi
kemampuan untuk memilih bahkan pilihannya cukup banyak. Manusia dapat memilih
ketentuan (takdir) Allah Swt. yang ditetapkan keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau
kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau tidak. Namun harus diingat setiap pilihan yang
diambil manusia. Pada saat yang sama manusia diminta pertanggungjawaban terhadap
pilihannya, karena dilakukan atas kesadaran sendiri.
Dikisahkan ketika Umar bin Khattab akan berkunjung ke negeri Syam (sekarang Syiria dan
Palestina), beliau mendengar berita bahwa di sana sedang terjadi wabah penyakit, sehingga
beliau membatalkan rencananya tersebut. Kemudian seorang tampil bertanya, “Apakah Anda
lari/ menghindar dari takdir Allah?” Umar serta merta menjawab, “Saya lari/ menghindari dari
takdir Allah kepada takdir-Nya yang lain.” Sejak zaman Rasulullah saw. telah terjadi
kekeliruan dalam menyikapi takdir, salah satunya beliau bersabda, “Pada akhir zaman ada
suatu golongan yang berbuat kemaksiatan, dengan (sangat enaknya) mereka berkata: “Allah
Swt. telah menakdirkan saya mencuri.” Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan
dalam memahami takdir, padahal dengan tegas Allah Swt. melarangnya. Akhlak yang
diajarkan Islam adalah setiap keburukan yang menimpa merupakan kesalahan kita sebagai
manusia, sementara segala kebaikan dan keberhasilan merupakan anugerah Allah Swt.
Benar adanya semua yang ada di dunia sudah berdasar ketetapan Allah Swt., akan tetapi
bukan menjadi alasan bagi manusia untuk bermalas-malasan atau sepenuhnya menyerahkan
diri kepada Allah Swt. tanpa berusaha. Allah Swt. memberikan manusia kemampuan untuk
berpikir agar bisa membuat keputusan mana yang baginya baik untuk kehidupannya.

b. Ikhtiar
Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam menggapai cita-
cita atau tujuan. Allah Swt. menentukan takdir dan manusia wajib melakukan ikhtiar.
Berdasarkan firman Allah Swt. dalam Q.S.al-Anbiyaa’/21:90 yang artinya, “Sungguh mereka
adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik.”
Kemudian dalam Q.S.al-Mukminuun/23:60, Allah Swt. berfirman: “Mereka itu bersegera
untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera
memperolehnya.”
Dari beberapa ayat di atas, Allah Swt. mendorong manusia untuk berusaha, berlomba, dan
berkompetisi menjadi orang yang tercepat. Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh,
berarti dia sedang menuju keberhasilan.
Jika sudah berikhtiar namun memperoleh kegagalan, maka dalam hubungan inilah letak
“rahasia Ilahi.” Walaupun manusia gagal mencapai tujuannya, Allah Swt. tidak menyia-
nyiakan semua amal yang sudah dilakukan. Walaupun Qada' dan qadar sudah ditentukan, di
pundak manusia lah kunci keberhasilan dan keberuntungan hidupnya. Di samping itu, Allah
Swt. telah memberi banyak anugerah kepada manusia berupa naluri, panca indera, akal, kalbu,
dan aturan agama untuk menuju kebahagiaan hidup yang diinginkan.

c. Do’a
Do’a adalah ikhtiar batin yang berpengaruh besar bagi yang meyakininya. Karena do’a
bagian dari motivasi intrinsik. Bagi yang meyakini, doa akan memberikan energi dalam
menjalani ikhtiarnya, karena Allah Swt. telah berjanji untuk mengabulkan permohonan orang
yang bersungguh-sungguh memohon.

d. Tawakal
Setelah meyakini dan mengimani takdir, lalu dibarengi dengan ikhtiar dan do’a, maka
selanjutnya manusia mengambil sikap tawakal. Tawakal adalah menyerahkan segala urusan
dan hasil ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt. Dasar pengertian tawakal diambil dari peristiwa
yang terjadi pada zaman Rasulullah saw. Pada suatu hari datang seorang sahabat ke kediaman
Rasulullah dengan mengendarai unta. Sesampainya di depan rumah beliau, (ada peristiwa
ganjil menurut pandangan Rasulullah), sehingga beliau berkata, “Kenapa unta kalian tidak
ditambatkan?” Ia menjawab, “Tidak ya Rasulullah, karena saya telah bertawakal.” Kemudian
Rasulullah berkata, “Tambatkan dulu unta kalian, baru bertawakal!” Peristiwa ini
menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru boleh dilakukan setelah usaha yang
sungguh-sungguh sudah dijalankan.

 Tambah termotivasi untuk berikhtiar (berusaha) lebih giat. Kesuksesan tidak akan terwujud
tanpa melakukan perubahan dari diri sendiri.
 Meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta tidak lepas dari sunnatullah.
 Dapat meningkatkan semangat untuk produktif dalam sehari-hari atau tidak bermalas-
malasan.
 Meningkatkan keyakinan bahwa doa turut bereperan dalam keberhasilan seseorang.
 Meningkatkan rasa optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhtiar yang
bersungguh-sungguh.
 Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha. Tidak
mudah putus asa ketika mengalami kegagalan.

Perilaku yang mencerminkan beriman kepada Qada' dan Qadar Allah Swt. diantaranya sebagai
berikut,
 Menjauhkan diri dari sifat sombong apabila berhasil meraih sesuatu
 Tidak putus asa jika mengalami kegagalan.
 Menanamkan sifat husnuzan (berbaik sangka).
 Bersikap optimis dalam melakukan sesuatu, selama tujuannya dan cara mewujudkannya
tidaklah haram atau merugikan orang lain.
 Selalu bersyukur, bersabar dan berharap akan rahmat-Nya.
 Hati akan selalu disertai dengan ketenangan.
 Terdorong untuk selalu berusaha menyejahterakan kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai