Anda di halaman 1dari 11

Beriman terhadap Qadla dan Qodar

Dikky, Hana, Rai, Rizki


Abstrak
Dalam agama Islamseseorang harus memiliki keyakinan bahwa setiap manusia
pada dasarnya menjalani apa yang telah ditetapkan atau apa yang telah dituliskan
pencipta untuk kehidupannya,baik keadaan tersebut menyedihkan maupun
menyenangkan. Namun demikian islam juga melarang seseorang bersikap pasif
(hanya diam menunggu), seseorang tidak perlu berduka cita secara berlebihan atas
kejadian tidak menyenangkan yang terjadi dalm kehidupannya dan juga tidak
perlu merasa bangga secara berlebihan atas keberhasilan yang telah diraihnya
dalam kehidupan,karena semua itu terjadi atas izin dan kehendak yang berkuasa,
Dengan menggunakan metode studi literature makalah ini akan membahas apa arti
beriman terhadap qada dan qadar.
Kata kunci: iman, qada, qadar.

1. Latar Belakang

Menurut Andri (2013) menjelaskan dalam bukunya bahwa hidup ini memang
penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni kehidupan yang
sedang kita jalani di dunia ini telah Allah SWT tuliskan (tetapkan) dalam kitab
“Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah
SWT yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak
dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini
sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut
dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak,
hak, dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah
ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi
dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah
diberikan Allah SWT.

Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah SWT
ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh dan muslih, dan
berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim
yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.Yang


terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah SWT, baik takdir yang baik maupun
takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat
fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa
permasalahan yang harus dipahami oleh setiap Muslim terkait masalah takdir ini.

2. Pembahasan

2.1 Iman Kepada Qada dan Qadar

Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qada dan qadar. Dua
istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang samajika disebut salah
satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika
disebutkan qada saja maka mencakup makna qadar, demikian pula sebaliknya.
Namun jika disebutkan bersamaan, maka qada maknanya adalah sesuatu yang
telah ditetapkan Allah SWT pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan,
peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qadar maknanya
adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah SWT sejak zaman azali, dengan
demikian qadar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qada.

Toto dan Azyumardi (2009, hlm. 29) menjelaskan dalam bukunya


bahwasanya pengertian Qada dan Qadar menurut bahasa yaitu: hukum, ketetapan,
kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud
dengan qada adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya
tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar, arti
qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut
Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah SWT terhadap semua
makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Artinya:
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya (QS .Al-Furqan ayat : 2)

2.2 Definisi Qada dan Qadar serta kaitan di antara keduanya

A. Qadar

Taufik dan Hasan (2013, hlm. 28) menjelaskan Qadar, menurut bahasa
yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-
nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah
ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah:
akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya.
Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-
taqdiir.”

Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qada (kepastian)
dan hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qada
(kepastian) dan hukum-hukum dalam berbagai perkara Takdir adalah:
Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama
dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah
ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu
Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang
telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga
akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan para
makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman Azali.

Allah SWT pun mengetahui,bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-
waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu
pula,maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya. Atau
Ilmu Allah SWT, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan
penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.
B. Qada
Qada, menurut bahasa ialah: Hukum,ciptaan,kepastian dan penjelasan.
Asal (makna)-nya adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya,
menjalankannya dan menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.

2.3 Kaitan antara Qada dan Qadar

Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir,dan yang dimaksud
dengan qada ialah penciptaan.Yakni,menciptakan semua itu. Qada dan qadar
adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya,
karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi,yaitu qadar,dan yang lainnya
berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qada.
Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya,maka dia
bermaksud menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut.

Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qada ialah ilmu Allah SWT yang terdahulu,
yang dengannya Allah SWT menetapkan sejak Azali.Sedangkan qadar ialah
terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan
sebelumnya. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama
mengatakan,Qada adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman
Azali,sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari
ketentuan tersebut”.

Dikatakan, jika keduanya berhimpun,maka keduanya berbeda,di mana masing-


masing dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang telah diutarakan
dalam dua pendapat sebelumnya,dimana jika salah satu dari kedunya disebutkan
sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam (pengertian)nya.

2.4 Dalil tentang Beriman kepada Qada dan Qadar

Dalil-Dalil Dari Al-Qur’an


Dalil-dalil dari al-Qur’an sangat banyak, di antaranya firman Allah Azza wa Jalla
‫َو َكانَ َأ ْم ُر هَّللا ِ قَ َدرًا َم ْقدُورًا‬
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” [Al-
Ahzab/33:38]

Juga firman-Nya:

ٍ ‫ِإنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَاهُ بِقَد‬


‫َر‬

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”


[Al-Qamar/54 :49]

Dan juga firman-Nya yang lain:

ٍ ُ‫َر َم ْعل‬
‫وم‬ ٍ ‫َوِإ ْن ِم ْن َش ْي ٍء ِإاَّل ِع ْن َدنَا خَزَ اِئنُهُ َو َما نُنَ ِّزلُهُ ِإاَّل بِقَد‬

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya, dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” [Al-Hijr/15 :21]

Juga firman-Nya:

َ‫وم فَقَ َدرْ نَا فَنِ ْع َم ْالقَا ِدرُون‬


ٍ ُ‫َر َم ْعل‬
ٍ ‫ِإلَ ٰى قَد‬

“Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah
sebaik-baik yang menentukan.” [Al-Mursalaat/77 :22-23]

Juga firman-Nya yang lain:

ٍ ‫ثُ َّم ِجْئتَ َعلَ ٰى قَد‬


‫َر يَا ُمو َس ٰى‬

“…Kemudian engkau datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa.”


[Thaahaa/20 :40]

Dan juga firman-Nya:

‫ق ُك َّل َش ْي ٍء فَقَ َّد َرهُ تَ ْق ِديرًا‬


َ َ‫َوخَ ل‬

“…Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.” [Al-Furqaan/25 :2]
Dan firman-Nya yang lain:

‫َوالَّ ِذي قَ َّد َر فَهَد َٰى‬

“Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” [Al-


A’laa/87 :3]

Firman-Nya yang lain:

‫ض َي هَّللا ُ َأ ْمرًا َكانَ َم ْف ُعواًل‬


ِ ‫لِيَ ْق‬

“… (Allah mempertemukan kedua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan
yang mesti dilaksanakan…” [Al-Anfaal/8:42]

Serta firman-Nya yang lain :

ِ ْ‫ب لَتُ ْف ِسد َُّن فِي اَأْلر‬


‫ض َم َّرتَ ْي ِن‬ ِ ‫ض ْينَا ِإلَ ٰى بَنِي ِإ ْس َراِئي َل فِي ْال ِكتَا‬
َ َ‫َوق‬

“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, ‘Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali…” [Al-Israa’/17 :4]

Dalil-Dalil Dari As-Sunnah


Sementara dari sunnah ialah seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana yang terdapat dalam hadits Jibril Alaihissalam
ِ ‫َوتُْؤ ِمنَ بِ ْالقَد‬
‫َر َخي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬

“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk… .”

Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia mengatakan, “Saya
mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Segala sesuatu dengan ketentuan takdir.’ Ia melanjutkan,
“Dan aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, ‘Segala sesuatu itu
dengan ketentuan takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau kecerdasan dan
kelemahan.’’
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ ‫ْ لَوْ َأنِّ ْي فَ َع ْل‬:‫ك َشيٌْئ فَالَ تَقُل‬


‫ قَ َد ُر هللاِ َو َما َشا َء فَ َع َل‬: ْ‫ َولَ ِك ْن قُل‬،‫ َكانَ َك َذا َو َك َذا‬،‫ت‬ َ ‫َوِإ ْن َأ‬
َ َ‫صاب‬

“…Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan, ‘Se-andainya aku


melakukannya, niscaya akan demikian dan demikian.’ Tetapi ucapkanlah, ‘Sudah
menjadi ketentuan Allah SWT, dan apa yang dikehendakinya pasti terjadi… .’”

Demikianlah (dalil-dalil tersebut), dan akan kita temukan dalam kitab ini dalil-
dalil yang banyak dari al-Qur’an dan as-Sunnah, sebagai tambahan atas apa yang
telah disebutkan.

Dalil-Dalil Dari Ijma


Sedangkan menurut Ijma, maka kaum muslimin telah bersepakat tentang
kewajiban beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk, yang berasal dari
Allah. An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Sudah jelas dalil-dalil yang qath’i dari
al-Qur’an, as-Sunnah, ijma Sahabat, dan Ahlul Hil wal ‘Aqd dari kalangan salaf
dan khalaf tentang ketetapan qadar Allah Azza wa Jalla.”Ibnu Hajar Rahimahullah
berkata, “Sudah menjadi pendapat salaf seluruhnya bahwa seluruh perkara
semuanya dengan takdir Allah SWT.”

2.5 Fungsi Iman Kepada Qada dan Qadar

Miftah (2004, hlm. 34) menyebutkan bahwa Allah SWT mewajibkan


umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu
mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain:

a) Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah


tuhan Yang Maha Esa,maha kuasa,maha adil dan maha bijaksana.
Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat Islam) untuk
melakukan usaha-usaha yang bijaksana,agar menjadi umat (bangsa) yang
merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di
perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil,demi terwujudnya
kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
b) Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum
alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat
Islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-
masing,kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap
mahluk Allah SWT seperti manusia,hewan,tumbuhan,air,udara,barang
tambang,dan gas. Sedangkan hasil-hasil penelitiannya di manfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat
dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58:11)
c) Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam
semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah
yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung
meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan
keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT
akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah
meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang
ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan
akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya
durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat dosa, tentu akan
memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam (lihat
dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 :131 – 133).
d) Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji,serta menghilangkan sikap serta
prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat Islam
yang bertakwa) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar,
tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara
diri dari sikap dan prilaku tercela,seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk
sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu
renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
e) Mendorong umat manusia (umat Islam) untuk berusaha agar kualitas
hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat Islam) jika betul-
betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar
ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja
dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan
kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga
menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada
manusia”. (H.R. At-Tabrani).

2.6 Ciri-ciri orang yang beriman kepada Qada dan Qadar

Miftah (2004, hlm. 35) menyebutkan bahwa diantara ciri-ciri orang yang
beriman kepada qada dan qadarnya Allah SWT adalah sebagai berikut :

 Menaati perintah Allah SWT dan menjauhi serta meninggalkan segala


larangan Allah SWT.
 Berusaha dan bekerja secara maksimal.
 Tawakkal kepada Allah SWT secara menyeluruh dan berdoa.
 Mengisi kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai
kebahagiaan hidup di akhirat.
 Memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.
 Bersabar dalam menghadapi cobaan.

2.7 Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar

Dengan beriman kepada qada dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi
kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan
akhirat. Furqon (2011, hlm. 140) menyebutkan diantara hikmah beriman kepada
qada dan qadar adalah sebagai berikut:

 Menjadi pendorong bagi seseorang untuk melaksanakan amal salih serta


menimbulkan keberanian dalam menghadapi masalah-masalah yang besar
dengan keteguhan, percaya diri, dan keyakinan.
 Menimbulkan kepuasan serta ketenangan jiwa terhadap taqdir yang
berlaku, tidak gelisah karena hilangnnya sesuatu yang disenangi dan
datangnnya sesuatu yang tidak di sukai, karena yakin seluruhnya adalah
ketentuan Allah SWT.
 Dapat menghilangkan rasa kagum kepada dirinya di kala berhasil apa yang
ia cita-citakan karena yakin apa yang ia dapatkan semata-mata nikmat
Allah SWT.
 Menyandarkan kepada Allah SWT untuk semua hasil yang ia kerjakan
karena segala sesuatu ditentukan oleh taqdir Allah SWT.

2 Simpulan

Beriman kepada Qada dan Qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak


mudah putus asa,sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah
Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada
seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Oleh karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan
bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah
SWT,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah SWT.Karena
dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang
dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk
mencari takdir yang terbaik dari Allah SWT.

Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-


hari.Oleh karena itu,saya menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman
dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut
pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa
ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa
bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah SWT.
3 Pustaka Acuan

Miftah Faridh. 2004. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.

Ibrahim Taufik dan Hasan Darsono. 2013.Membangun Aqidah dan Akhlak.Solo:


Tiga Serangakai Pustaka Mandiri

Toto Suryana, Azyumardi Azri. 2009.Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga


Mutiara.

Furqon Syarief. 2011. Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Umum. Bogor:
IPB Press.

Andri Lamodji. 2013. Beriman kepada Qada dan Qadar. Bogor.Word Press.

QS. Al-ahzab: 38

QS. Al-qamar: 49

QS. Al-hijr: 21

QS. Al-mursalat: 22-23

QS. At-thaha: 40

QS. Al-furqan: 2

QS. Al-ala: 3

QS. Al-anfal: 42

QS. Al-isra: 4

Anda mungkin juga menyukai