1. Latar Belakang
Menurut Andri (2013) menjelaskan dalam bukunya bahwa hidup ini memang
penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni kehidupan yang
sedang kita jalani di dunia ini telah Allah SWT tuliskan (tetapkan) dalam kitab
“Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah
SWT yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak
dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini
sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut
dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak,
hak, dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah
ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi
dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah
diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah SWT
ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh dan muslih, dan
berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim
yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
2. Pembahasan
Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qada dan qadar. Dua
istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang samajika disebut salah
satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika
disebutkan qada saja maka mencakup makna qadar, demikian pula sebaliknya.
Namun jika disebutkan bersamaan, maka qada maknanya adalah sesuatu yang
telah ditetapkan Allah SWT pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan,
peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qadar maknanya
adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah SWT sejak zaman azali, dengan
demikian qadar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qada.
A. Qadar
Taufik dan Hasan (2013, hlm. 28) menjelaskan Qadar, menurut bahasa
yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-
nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah
ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah:
akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya.
Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-
taqdiir.”
Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qada (kepastian)
dan hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qada
(kepastian) dan hukum-hukum dalam berbagai perkara Takdir adalah:
Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama
dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah
ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu
Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang
telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga
akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan para
makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman Azali.
Allah SWT pun mengetahui,bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-
waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu
pula,maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya. Atau
Ilmu Allah SWT, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan
penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.
B. Qada
Qada, menurut bahasa ialah: Hukum,ciptaan,kepastian dan penjelasan.
Asal (makna)-nya adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya,
menjalankannya dan menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.
Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir,dan yang dimaksud
dengan qada ialah penciptaan.Yakni,menciptakan semua itu. Qada dan qadar
adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya,
karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi,yaitu qadar,dan yang lainnya
berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qada.
Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya,maka dia
bermaksud menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut.
Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qada ialah ilmu Allah SWT yang terdahulu,
yang dengannya Allah SWT menetapkan sejak Azali.Sedangkan qadar ialah
terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan
sebelumnya. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama
mengatakan,Qada adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman
Azali,sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari
ketentuan tersebut”.
Juga firman-Nya:
ٍ َُر َم ْعل
وم ٍ َوِإ ْن ِم ْن َش ْي ٍء ِإاَّل ِع ْن َدنَا خَزَ اِئنُهُ َو َما نُنَ ِّزلُهُ ِإاَّل بِقَد
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya, dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” [Al-Hijr/15 :21]
Juga firman-Nya:
“Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah
sebaik-baik yang menentukan.” [Al-Mursalaat/77 :22-23]
“…Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.” [Al-Furqaan/25 :2]
Dan firman-Nya yang lain:
“… (Allah mempertemukan kedua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan
yang mesti dilaksanakan…” [Al-Anfaal/8:42]
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, ‘Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali…” [Al-Israa’/17 :4]
“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk… .”
Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia mengatakan, “Saya
mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Segala sesuatu dengan ketentuan takdir.’ Ia melanjutkan,
“Dan aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, ‘Segala sesuatu itu
dengan ketentuan takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau kecerdasan dan
kelemahan.’’
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Demikianlah (dalil-dalil tersebut), dan akan kita temukan dalam kitab ini dalil-
dalil yang banyak dari al-Qur’an dan as-Sunnah, sebagai tambahan atas apa yang
telah disebutkan.
Miftah (2004, hlm. 35) menyebutkan bahwa diantara ciri-ciri orang yang
beriman kepada qada dan qadarnya Allah SWT adalah sebagai berikut :
Dengan beriman kepada qada dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi
kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan
akhirat. Furqon (2011, hlm. 140) menyebutkan diantara hikmah beriman kepada
qada dan qadar adalah sebagai berikut:
2 Simpulan
Furqon Syarief. 2011. Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Umum. Bogor:
IPB Press.
Andri Lamodji. 2013. Beriman kepada Qada dan Qadar. Bogor.Word Press.
QS. Al-ahzab: 38
QS. Al-qamar: 49
QS. Al-hijr: 21
QS. At-thaha: 40
QS. Al-furqan: 2
QS. Al-ala: 3
QS. Al-anfal: 42
QS. Al-isra: 4