Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA MEYAKINI QADA

DAN QADAR MELAHIRKAN


SEMANGAT BEKERJA

Disusun oleh :

1. MUHAMMAD FAISAL ADNAN / 12 IPS 1 / 15


2. RIDWAN FAJAR ABDILLAH / 12 IPS 1 / 20
3. SHELMA MEIRA ROZANIA ZAFAR / 12 IPS 1 / 22
4. SHOFURA SALMA PINASTHIKA / 12 IPS 1 / 23
5. TASYA A. SALSABILA / 12 IPS 1 / 26

SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas kelompok agama yaitu tantang “Meyakini Qada Dan
Qadar Melahirkan Semangat Bekerja”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru agama
islam kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 31 Juli 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-
warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan)
dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk
Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak
dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini
sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan
bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan
kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh
Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam
kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah
SWT.

Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan
tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus
berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk
menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang
terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir
yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud makna beriman kepada qada dan qadar ?
2. Bagaima kaitan antara beriman kepada qada dan qadar dengan sikap optimis,
berikhtiar, dan bertawakal ?
3. Apakah hikmah beriman kepada qada dan qadar ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar.
2. Untuk mengetahui kaitan antara beriman kepada qada dan qadar dengan sikap
optimis, berikhtiar, dan bertawakal.
3. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Beriman Kepada Qada Dan Qadar


Beriman kepada qadha’ dan qadar Allah adalah kemestian bagi seorang muslim
yang meyakini Allah sebagai pencipta alam semesta, yang maha luas ilmu-Nya,
maha besar karunia dan kekuasaan-Nya. Sebagaimana diterangkan Rasulullah ketika
ditanya Jibril :

…‫قال اإليمان؟ عن فاخبرني‬: ‫رواه[ وشره خيره بالقدر تؤمن و األخر اليوم و وكتبه مالئكته و باهلل تؤمن أن‬
‫]مسلم‬

“Terangkan kepadaku tentang iman: Rasulullah menjawab: Hendaklah engkau


beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya,
kepada Rasul-rasul-Nya, dan kepada hari akhir, serta beriman kepada ketentuan baik-
buruknya” HR Muslim.

1. Pengertian qada dan qadar


Qada secara bahasa adalah ketetapan. Yaitu sesuatu kepastian yang telah dibuat
sejak sebelum kelahiran, yaitu di jaman Azali. Ketetapan yang membawa setiap
kehidupan manusia. Kesempurnaan Allah SWT terlihat dari betapa rinci Allah SWT
telah mengatur kehidupan setiap umat. Bahkan ketetapan telah diberikan jauh
sebelum kelahiran manusia-manusia ke bumi.

Qadar merupakan ukuran atau pertimbangan. Yang jika disimpulkan bahwa qadar
adalah suatu ketetapan yang telah diciptakan berdasarkan oleh ukuran Allah SWT
pada setiap diri manusia. Jika qada berarti ketetapan atau aturan, qadar adalah ukuran.
Namun istilah tersebut digunakan secara bersamaan untuk menggambarkan sebuah
kepastian mengenai hukum dari Allah SWT.

Qada dan Qadar sangat identik dengan Islam. Namun ternyata Qada dan Qadar
berlaku umum untuk seluruh manusia di bumi ini. Istilah qada dan qadar lebih sering
didengar dengan istilah takdir. Yang dimaksud dengan pengertian qada dan qadar
dalam keseharian tak lain adalah takdir itu sendiri.

5
Takdir menjadi satu yang mengikat pada kehidupan. Merupakan suatu ketetapan
dan bergantung dengan kegiatan manusia itu sendiri. Hukum takdir akan
berkesinambungan dan saling berpengaruh dengan hukum sebab akibat.

2. Beriman kepada qada dan qadar

Makna beriman kepada qada dan qadar ialah membenarkan bahwa yang terjadi –
baik dan buruk- itu adalah atas qadha’ dan qadar Allah. Berhusnudhon kepada Allah
bahwa semua yang telah ditakdirkan adalah untuk sebuah hikmah yang diketahui
oleh-Nya. Allah tidak pernah menciptakan/ menghendaki kecuali kemaslahatan.
Kebaikan/kenikmatan datangnya dari Allah dan bencana yang menimpa adalah peran
dari kesalahan diri sendiri. Apa yang terjadi adalah telah ditakdirkan dan siapapun
tidak akan pernah bisa lari dari ketentuan itu; maka dia harus bertawakal
mengevaluasi sebab-sebab yang tidak dilaksanakan, insyaf dan bertaubat atas
kesalahan-kesalahan. Apa yang belum terjadi adalah diketahui ketentuannya oleh
Allah, akan tetapi bagi makhluk adalah hal yang ghaib, yang dia harus rencanakan,
mengusahakan sebab-sebab demi keberhasilan ikhtiarnya, dan menyadari dalam
proses berikhtiar itulah Allah menguji hamba-Nya untuk diketahui siapa yang terbaik
amalannya. Sebab bagian dari qadar Allah adalah qadha’-Nya tentang anugerah
kemampuan pilihan dan ikhtiar dan anugerah berupa sarana-sarana untuk memilih dan
berikhtiar itu. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki karena
hikmah-Nya . Allah tidak ditanya apa yang Dia lakukan, tetapi manusialah yang
ditanya tentang amal perbuatan mereka.

3. Dalil tentang qada dan qadar

a) ‫ُورا‬ ‫َو َكانَ أ َ ْم ُر ه‬


ً ‫َّللاِ قَدَ ًرا َم ْقد‬

“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” [Al-
Ahzab/33 :38]

b) ‫ش ْيءٍ َخلَ ْقنَاهُ ِبقَدَ ٍر‬


َ ‫إِنها ُك هل‬

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” [Al-


Qamar/54 : 49]

6
c) ٍ ُ‫ش ْيءٍ ِإ هَّل ِع ْندَنَا خَزَ ائِنُهُ َو َما نُن َِزلُهُ ِإ هَّل ِبقَدَ ٍر َم ْعل‬
‫وم‬ َ ‫َو ِإ ْن ِم ْن‬

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya, dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” [Al-Hijr/15 : 21]

d) َ‫وم فَقَدَ ْرنَا فَنِ ْع َم ْالقَاد ُِرون‬


ٍ ُ‫إِلَ ٰى قَدَ ٍر َم ْعل‬

“Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah
sebaik-baik yang menentukan.” [Al-Mursalaat/77 : 22-23]

e) ‫ض َم هرتَي ِْن‬ ِ ‫ض ْينَا إِلَ ٰى بَنِي إِس َْرائِي َل فِي ْال ِكتَا‬
ِ ‫ب لَت ُ ْف ِسد هُن فِي ْاأل َ ْر‬ َ َ‫َوق‬

“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, ‘Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali…” [Al-Israa’/17 : 4]

4. Macam macam takdir


a) Takdir Muallaq

Bagian dari qada dan qadar yang pertama akan dibahas adalah mengenai takdir
muallaq. Yaitu suatu ketetapan yang sebenarnya sudah ada sejak zaman Azali jauh di
waktu lampau. Namun dalam kenyataan di kehidupan takdir ini dapat menyesuaikan
dikarenakan oleh sebab perbuatan manusia itu sendiri. Hukum sebab akibat, tentang
bagaimana keras manusia berdoa dan berusaha akan menentukan. Kegagalan menjadi
tidak akan pernah terjadi jika manusia itu tekun dan bersungguh-sungguh dalam usaha
dan berdoa.

Contoh :

1) Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras

Allah berfirman :

Artinya : “Dan katakanlah(hai Muhammad) : Bekerjalah kamu semua, maka Allah


dan Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.’ (At- Taubah ayat
105)

7
2) Bodoh Menjadi Pintar , lantaran mau belajar giat

Rasullulah SAW bersabda yang artinya : “Belajarlah kamu sekalian, ajarkanlah


bertawakal kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu kepada murid.” (H.R.
Tabrani)

3) Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa

Allah berfirman :

Artinya : “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan


permohonanmu.” (Al-Mu’minun ayat 60)

b) Takdir Mubram

Takdir mubram yaitu takdir yang merupakan suatu ketetapan dan menjadi
kepastian tidak dapat ditawar, Banyak yang menyebutkan bahwa kematian, kelahiran,
dan jodoh adalah bagian dari takdir mubram. Namun sebenarnya tidak hanya itu.
Semua ketetapan pasti menjadi takdir mubram. Termasuk didalamnya adalah tentang
kiamat, tentang siapa orang tua dan dimana dilahirkan. Hal-hal semacam itu tidak
akan pernah dapat dirubah oleh manusia. Bahkan dengan menggunakan kepintaran
dan teknologi apapun. Ketetapan Allah SWT tersebut akan tetap terjadi.

8
B. Kaitan Antara Beriman Kepada Qada dan Qadar dengan
Sikap Optimis, Berikhtiar, dan Bertawakal
1. Hubungan antara Qadha dan Qadar dengan ikhtiar

Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam


menggapai cita-cita dan tujuan. Allah Swt. menentukan takdir, kita sebagai manusia
berkewajban melakukan ikhtiar. jika Allah Swt. telah nentukan,mengapa ada ikhtiar?

Perhatikan Firman Allah Swt. dalam QS. al-Anbiyaa'/21:90 yang


artinya:“Sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera
dalam(mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik: Kemudian, dalam Q.s. al
Mukminuun/23:60, Allah Swt. Berfirman: Mereka itu bersegera untuk mendapatkan
kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.”

Dari beberapa ayat di atas, Allah Swt. mendorong manusia untuk


berusaha,berlomba, dan berkompetisi menjadi orang yang tercepat. Siapa pun yang
berusaha dengan sungguh-sungguh,berarti dia sedang menuju keberhasilan Pepatah
Arab mengatakan "Man jadda wajada, Artinya:"Siapa pun orangnya yang
bersungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan.”

Rasulullahsaw.bersabda:'Bersegeralah melakukan aktivitaskebajikansebelum


dihadapkan pada tujuh penghalang. Akankah kalian menunggu kekafiran yang
menyisihkan, kekayaanyang melupakan, penyakityang menggerogoti penuaan yang
melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajal, kejahatan terburuk yang pasti
datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat?"(Hr atTirmidzi).

Jika sudah dikhtiarkan namun kegagalan yang diperoleh, maka dalam hubungan
inilah letak "rahasia llahi" Meskipun begitu, Allah Swt. Tidak menyia-nyiakan semua
amal yang sudah dilakukan, walaupun gagal. Firman Allah Swt. "Dan bahwa manusia
hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu
kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna (Q.S. an-Najm/53:39-41).

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah mengapa Allah Swt. Mewajibkan


manusia berikhtiar. Walaupun sudah ditentukan Qada' dan qadarnya, di pundak

9
manusialah kunci keberhasilan dan keberuntungan hidupnya. Di samping itu, begitu
banyak anugerah yang telah Alah Swt. berikan kepada manusia berupa naluri, panca
indera akal. kalbu,dan aturan agama, sehingga lengkaplah sudah bekal yang miliki
manusia menauju kebahagiaan hidup yang dinginkan.

2. Hubungan antara Qadha dan Qadar dengan tawakal

Setelah meyakini dan mengimani takdir, kemudian dibarengi dengan ikhtiar dan
do'a, maka tibalah manusia mengambil sikap tawakal. Tawakal adalah "menyerahkan
segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt

Dasar pengertian tawakal diambil diantaranya dari sebuah hadis yang


diriwayatkan oleh lmam lbnu Hibban dan Imam A-Hakim dari Ja'far bin Amr bin
Umayah dari ayahnya Radhiyallahu'anhu, ia beekata:"Seseorang berkata kepada Nabi
Shallaliahu 'alaihi wa sallam, Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakal ? Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "ikatlah kemudian bertawkallah.”

Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru boleh


dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah jalankan. Hal juga memberikan
pemahaman bahwa tawakal itu terkait erat dengan ikhtiar, atau dapat disimpulkan
bahwa tidak ada tawakal tanpa khtiar. Fiman Alah Swt.: "Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah
Swt. menyukai orang-orang yang bertawakal kepadan-Nya."(QS.Ali-Imran/3:159)

3. Hubungan antara Qadha dan Qadar dengan OPTIMIS

Mengapa manusa tidak mampu terbang laksna burung, tumbuh tumbuhan


berkembang subur, lalu layu, dan kering. Rumput-umput subur bila selalu disiram dan
sebaliknya bila dibiarkan tanpa pemeliharaan akan mati. Semua contoh tersebut
adalah ketentuan Allah Swt dan itulah yang disebut Takdir.

Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan


Allah Swt. kepadanya. Di samping itu, manusia berada di bawah hukum-hukum
tersebut (Qaulyah dan kauniyah). Hanya berbeda dengan makhłuk selain manusia,
misalnya matahari, bulan, dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan takdirnya tanpa
dapat ditawar-tawar. (Q.s.Fussilāt/41:11)

10
Manusia makhluk yang paling sempurna. Oleh karena itu, ia diberi kemampuan
memilih bahkan pilihannya cukup banyak. Manusia dapat memilih ketentuan (takdir)
Allah Swt. yang ditetapkan keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau
kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau tidak. (Q.5. al-Kahfi/18:29). Namun,
harus diingat bahwa setiap pilihan yang diambil manusia, pada saatnya akan diminta
pertanggungjawaban terhadap pilihannya, karena dilakukan atas kesadaran sendiri.
Firman Allah Swt: "Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan
ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang mensucikannya (jiwa itu), dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya" (Q.S. asy-Syams/91:8-1

"Apakah manusia mengira dibiarkan tanpa pertanggungjawaban?" (Q.s. Al-

Qiyamah/75:36).

Beberapa perummpamaan peristiwa ini akan memudahkan dalam memahami


persoalan takdir.

Dikisahkan ketika Umar bin Khattab akan berkunjung ke negeri Syam (Syiria dan
Palestina sekarang) beliau mendengar berita bahwa di sana sedang terjadi wabah
penyakit, sehingga beliau membatalkan rencananya tersebut. Kemudian seseorang
tampil bertanya: "(Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Allah?)" Umar serta
merta menjawab:"(Saya lari/menghindari dari takdir Allah Swt. kepada takdir-Nya
yang lain)"

Kisah lain menceritakan bahwa pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang
pencuri tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. "Mengapa Engkau
mencuri?" tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab,"memang Allah sudah menakdirkan
saya menjadi pencuri" Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu
berkata, "Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!" para
sahabat lain bertanya, "Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?” Khalifah Umar
menjawab, "Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan
wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah.

Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan dalam memahami takdir,


padahal dengan tegas Allah Swt. melarangnya. Akhlak yang diajarkan Islam.adalah
setiap keburukan yang menimpa merupakan kesalahan kita sebagai manusia,
sementara segala kebaikan dan keberhasilan merupakan anugerah Allah Swt.

11
C. HIKMAH BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga
bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan persiapan diri untukkehidupan
akhirat. Hikmah tersebut antara lain :

1. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman kepad qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka
ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang wajib
disyukuri. Sebaiknya apabila terkena maka ia akan bersabar, karena hal tersebut
merupakan ujian baginya dan sudah merupakan kehendak Allah.

Firman Allah yang artinya :

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah (datangnya), dan bila
kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan. (S. An Nahl : 53)

2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan Putus Asa

Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan,
ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia
pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah
dan berputus asa, karena ia tidak menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah
ketentuan Allah.

Firman Allah SWT yang artinya :

....dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (S. Yusuf : 87)

Sabda Rasulullah SAW yang artinya

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat
kesombongan.” (HR. Muslim)

12
3. Memupuk Sifat Optimis dan Giat bekerja

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang akan terjadi pada dirinya. Semua orang
tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang
begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada
qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberuntungan itu.

Firman Allah SWT yang artinya :

Dan carilah dari apa yang dikaruniakan Allah untuk kebahagiaan akhiratmu dan
janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu di dunia. (S. Al Qashash : 77)

4. Menenangkan Jiwa

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa
dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa puas dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau
gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Yang artinya :

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam Surga-Ku. (Al Fajr : 27-30)

5. Mendorong orang muslim bekerja keras dan berjuang untuk meningkatkan harkat
dan martabatnya di bumi dan dapat dijadikan suatu daya ruhani yang dapat
memperteguh hubungannya dengan Allah pencipta alam dan semestanya.
6. Menanam keberanian dalam dirinya untuk untuk membela kebenaran dan
melaksanakan kewajibannya.
7. Membuat manusia sadar bahwa segala apa yang ada di alam semesta ini berjalan
mengikuti ketentuan Allah Yang Maha Bijaksana.
8. Takdir menuntut orang beriman untuk berusaha dan bekerja, lalu bertawakal dan
akhirnya bersyukur karena Allah atas karunia-Nya dan bersabar atas cobaan dan
ujian yang menimpanya.
9. Memperoleh hasil yang mengalir dan buah yang baik.
10. Memperoleh kekuatan watak dan keteguhan hati.

13
11. Memperoleh ketenangan hati.
12. Akan terlepas dari kebingunagan dan kegelisahan pada dirinya, yang terwujud
hanya keberanian yang kuat untuk mngedepankan urusan tanpa ada ketakutan,
kecemasan, dan keragu-raguan.
13. Menjadi manusia yng bersih jiwanya.
14. Di samping itu, dia menjadi manusia yang sangat mulia ucapan dan jiwanya.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qadha’ adalah merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah
disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk
direalisasikan kepada kehidupan nyata ini. Oleh karena itu, banyak sekali perbedaan
pendapat mengenai kebebasan manusia. Manusia memiliiki kebebasan dalam
bertindak, namun dalam setiap tindakannya Allah memberikan aturan tersendiri, yang
memberikan batasan disetiap tindakan yang dilakukan oleh manusia. Manusia
memiliki kewajiban untuk berusaha (ikhtiar), do’a, dan kemudian akhirnya mereka
bertawakkal kepada Allah SWt., dan hasilnya ini merupakan takdir dari allah SWT..
Dengan kita mempercayai atau beriman kepada Qadha’ dan Qadar maka kita akan
memiliki ketenangan dalam menjalani hidup ini dan mengurangi sifat kufur atas
nikmat Allah SWT.

B. Saran
Sebaiknya dalam menyikapi takdir Allah dengan penuh ikhlas tanpa mengeluh
karena apa yang telah ditakdirkan Allah untuk itu adalah yang terbaik. Akan tetapi,
takdir itu dapat berubah selama kita mau berusaha dan selalu berikhtiar kepada Allah
SWT. serta tidak lupa untuk senantiasa berdo’a hanya kepada Allah bukan kepada
selain-Nya.

15
Daftar Pustaka

1. https://www.romadecade.org/pengertian-qada-dan-qadar/#!
2. https://almanhaj.or.id/2475-dalil-dalil-iman-kepada-qadha-dan-qadar.html
3. https://uprint.id/blog/contoh-kata-pengantar/
4. https://paiftkuinsa.blogspot.com/2018/10/makalah-iman-kepada-qadha-dan-
qadar.html
5. Buku paket Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas XII,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA

16

Anda mungkin juga menyukai