Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Qada Dan Qadar Menurut Islam

Pengertian Qada :
Qada dan qadar adalah rukun iman yang disebut secara bersamaan namun mempunyai
pengertian menurut bahasa yang berbeda. Jadi tidak hanya pelafalannya saja yang berbeda
meskipun keduanya sama-sama mengarah pada takdir Allah.
Menurut bahasa qada berarti hukum, ketetapan, pemberitahuan, perintah, penciptaan,
dan kehendak. Ada tokoh ulama yang berpendapat bahwa qada merupakan ketetapan yang
sudah terjadi. Oleh karena itulah qada dapat diartikan pula sebagai keputusan. Untuk lebih
jelasnya qada ada;lah mencakup ketetapan Allah SWT bagi makhluk ciptaan-Nya seperti
penciptaan, perubahan, dan termasuk peniadaannya.

Hukum atau keputusan (Q.S. Surat An- Nisa’ 4 ayat 65)


           
       
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.

Mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Surat Fussilat 41 ayat 12)


          
        
 
Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.

Kehendak (Q.S. Surat Ali Imron 3 ayat 47)


            
            
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin Aku mempunyai anak, padahal Aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak
menetapkan sesuatu, Maka Allah Hanya cukup Berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia.

Perintah (Q.S. Surat Al- Isra’ 17 ayat 23)


            
            
            

1
            
   
Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia

Sedangkan menurut istilah qada adalah ketetapan Allah sejak zaman azali terkait semua hal yang
berhubungan dengan makhluk ciptaan-Nya dan sesuai dengan iradah-Nya. Dalam hal ini qada
mencakup semua hal yang baik dan buruk, hidup dan mati, dan sebagainya. Jika sesuatu telah
datang pada waktu terjadinya sesuai ketetapan sebelumnya, maka hal tersebut disebut qada.
Adapun yang di maksud dengan zaman azali itu sendiri yaitu zaman saat segala sesuatu belum
tercipta.
Qadar
Pengertian Qadar menurut bahasa :
Menentukan sesuatu menurut batas-batasnya (Q.S. Surat Fussilat 41 ayat 10 )
          
    
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. QS. Al Fussilat 41; 10

Ukuran (Q.S. Surat Ar- Ra’du 13 ayat 17)


        
           
          
           
   
Allah Telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka
lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. adapun buih itu,
akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan

Kekuasaan atau kemampuan (Q.S. Surat Al- Baqarah ayat 236)


‫اَل ُجَناَح َع َلْيُك ْم ِاْن َطَّلْقُتُم الِّنَس ۤا َء َم ا َلْم َتَم ُّسْو ُهَّن َاْو َتْفِرُضْو ا َلُهَّن َفِر ْيَض ًةۖ َّو َم ِّتُعْو ُهَّن َع َلى اْلُم ْو ِس ِع َقَدُر ٗه َو َع َلى‬
‫اْلُم ْقِتِر َقَدُر ٗه ۚ َم َتاًعاۢ ِباْلَم ْع ُرْو ِۚف َح ًّقا َع َلى اْلُم ْح ِس ِنْيَن‬
Tidak ada dosa bagimu, jika kamu menceraikan istri-istri kamu yang belum kamu sentuh
(campuri) atau belum kamu tentukan maharnya. Dan hendaklah kamu beri mereka mut‘ah, bagi
yang mampu menurut kemampuannya dan bagi yang tidak mampu menurut kesanggupannya,

2
yaitu pemberian dengan cara yang patut, yang merupakan kewajiban bagi orang-orang yang
berbuat kebaikan.

ketentuan atau kepastian (Q.S. Al- Mursalat 77 ayat 23)


‫َفَقَد ْر َنۖا َفِنْع َم اْلٰق ِد ُرْو َن‬
lalu Kami tentukan (bentuknya), maka (Kamilah) sebaik-baik yang menentukan.
Surah Al Qamar ayat 49 ini semakna dengan firman-Nya dalam surah Al Furqan ayat 2,
‫َو َخ َلَق ُك َّل َش ْي ٍء َفَقَّد َر ٗه َتْقِد ْيًرا‬
dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat."
Firman Allah SWT dalam surah Al A'la ayat 1-3,
‫ َو اَّلِذ ْي َقَّد َر َفَهٰد ۖى‬٢ ‫ اَّلِذ ْي َخ َلَق َفَس ّٰو ۖى‬١ ‫َس ِّبِح اْس َم َر ِّبَك اَاْلْع َلۙى‬
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan, lalu menyempurnakan
(ciptaan-Nya), yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,"
Perwujudan kehendak Allah swt terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk-bentuk batasan
tertentu (Q.S. Al- Qomar ayat 49)
Qadar menurut istilah bisa diartikan sebagai perwujudan dari ketetapan (qada) Allah terhadap
semua yang berkenaan dengan mahkluk-Nya yang sudah ada sejak zaman azali sesuai iradah-
Nya.
Qadar juga bisa di katakan sebagai takdir Allah SWT yang berlaku kepada semua makhluk
hidup. Mencakup takdir yang sudah terjadi, sedang terjadi, ataupun yang akan terjadi di masa
yang akan datang. Jika Allah SWT sudah menentapkan terjadinya sesuatu hal pada waktu yang
ditetapkan, maka hal tersebut disebut qadar.

Perbedaan Qada Dan Qadar


Perbedan qada dan qadar, qada ialah kehendak Allah SWT dalam memenuhi suatu takdir yang
ketika di tengah jalan masih bisa diubah. Sedangkan, qadar adalah takdir yang sudah di pastikan
ketentuannya atau tidak dapat berubah lagi.

B. Macam-Macam Qada
1. Qada muallaq
yaitu qada yang masih digantungkan pada usaha dan ikhtiar manusia. Misalnya seseorang ingin
kaya, pintar, dll berarti orang ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya.
Allah SWT berfirman:
           
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya,
Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). QS. An Najm 53; 39-40

2. Qada Mubrom

3
yaitu qada yang sudah tidak bisa dirubah oleh manusia walaupun ada ikhtiar dan tawakal.
Misalnya adalah kematian manusia.
Allah SWT berfirman:
           
 
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu[537]; Maka apabila Telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. Al Aáraf
7; 34

Hubungan Qada Dan Qadar


Berkaitan dengan qada dan qadar, Rasulullah SAW bersabda :
‫ َح َّد َثَنا َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم وُهَو الَّصاِد ُق‬: ‫َع ْن َع ْبِد ِهللا بِن َم ْس عْو ٍد َر ِض َي ُهللا َع ْنُه قاَل‬
‫ ُثَّم َيُك ْو ُن ُم ْض َغ ًة ِم ثَل‬، ‫ ُثَّم َيُك ْو ُن َع َلَقًة ِم ْثَل َذ ِلَك‬،‫ إَّن َأَح َد ُك م ُيْج َم ُع خلُقُه ِفْي َبْط ِن ُأِّمِه َأْر َبِع ْيَن َيْو ًم ا ُنْط َفًة‬: ‫اْلَم ْص ُد ْو ُق‬
، ‫ َو َش ِقٌّي َأْو َسِع ْيٌد‬،‫ َو َع َم ِلِه‬،‫ َو َأَج ِلِه‬،‫ ِبَك ْتِب ِرْز ِقِه‬:‫ َو ُيْؤ َم ُر ِبَأْر َبِع َك ِلَم اٍت‬، ‫ ُثَّم ُيْر َس ُل ِإَلْيِه اْلَم َلُك فَيْنُفُخ ِفْيِه الُّر ْو َح‬، ‫َذ ِلَك‬
‫ ِإَّن َأَح َد ُك ْم َلَيْع َم ُل ِبَع َمِل َأْهِل اْلَج َّنِة َح َّتى َم ا َيُك ْو ُن َبْيَنُه َو َبْيَنَها ِإَّال ِذَر اٌع َفَيْس ِبُق َع َلْيِه اْلِكَتاُب‬،‫َفَو ِهللا اَّلِذ ْي َال ِإَلَه ُغ ْيُر ُه‬
‫ َو ِإَّن َأَح َد ُك ْم َلَيْع َم ُل ِبَع َمِل َأْهِل الَّناِر َح َّتى َم ا َيُك ْو ُن َبْيَنُه َو َبْيَنَها ِإَّال ِذَر اٌع َفَيْس ِبُق‬،‫َفَيْع َم ُل ِبَع َمِل َأْهِل الَّناِر َفَيْد ُخ ُلَها‬
‫ َر َو اُه اْلُبَخاِر ُّي َو ُم ْس ِلٌم‬.‫ َفَيْع َم ُل ِبَع َمِل َأْهِل اْلَج َّنِة َفَيْد ُخ ُلَها‬، ‫َع َلْيِه اْلِكَتاُب‬
Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ash-
Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau bersabda,
”Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40
hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah
(segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu
pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan
diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka
atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga,
sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir)
mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya.
Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak
antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia
beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”. [Diriwayatkan oleh al
Bukhari dan Muslim]
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak
sebelum dia di lahirkan. Walaupun setiap manusia sudah di tentukan nasibnya, tidak berarti
bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap
wajib untuk berusaha, karena keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Tidak boleh menjadikan takdir sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Berusaha dan
berikhtiar kunci dari keberhasilan. Kewajiban berusaha dan berikhtiar seperti ditegaskan dalam
sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah ada seorang Arab Badui datang

4
menghadap nabi. seseorang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, kemudian ia
turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Lalu
Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab,
”Biarkan, saya bertawakkal kepada Allah”. Kemudian Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu,
kemudian bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah sudah menentukan segala sesuatu,
namun manusia tetap wajib berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri
kita, oleh karena itu kita harus berikhtiar.
Jika ingin pandai, maka belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, maka bekerjalah dengan
rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan semua segala urusan kita kepada Allah
SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita bisa menerimanya dengan ridha dan ikhlas.

‫َو ُقِل ٱْع َم ُلو۟ا َفَسَيَر ى ٱُهَّلل َع َم َلُك ْم َو َر ُسوُل ۥُه َو ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ۖ َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلٰى َٰع ِلِم ٱْلَغْيِب َو ٱلَّش َٰه َد ِة َفُيَنِّبُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم َتْع َم ُلوَن‬
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." At
Taubah Ayat 105

Anda mungkin juga menyukai