Anda di halaman 1dari 53

Pendidikan Agama

Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, dan Nabi/Rasul-


Nya.

• Penguatan Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab dan Nabi/Rasul-Nya.


a. Iman kepada Allah swt
• Islam mengusung faham monotheisme yaitu iman kepada Tuhan yang
Esa, yakni Allah Swt. Meskipun sifat iman Islam monotheisme, akan
tetapi keimanan di dalam Islam tidak kukuh dan tidak diakui
kesahihannya, jika belum beriman kepada rukun Iman yang 6, yaitu;
1) Iman Kepada Allah Swt,
2) Iman kepada para Malaikat-Nya,
3) Iman kepada Kitab-kitab-Nya,
4) Iman kepada para Rasul dan Nabi-Nya,
5) Iman Kepada Hari Kiamat, dan
6) Iman Kepada Qadha dan Qadar.
A. Iman Kepada Allah Swt
• Iman kepada Allah berarti percaya bahwasanya Allah itu Esa, tidak berbilang,
tidak beranak, dan tidak pula dilahirkan. “Iman kepada Allah berarti
menerima atau percaya kepada zat-Nya, sifat-Nya dan af’al-Nya” (Al-Haq,
2009).
• Dialah Pemberi rizki, Pemberi anugerah, Yang menahan pemberian, Yang
menghidupkan, Yang mematikan, dan Yang mengatur segala urusan
makhlukNya (Tim Ahli Ilmu Tauhid, 2010).
• Pengertian tentang iman kepada Allah di atas menunjukkan bahwa sifat Allah
amat beragam. Namun, zat Allah abstrak, tidak terlihat dengan kasat mata.
Akan tetapi, eksistensiNya pasti, dan tak ada keraguan sedikitpun tentang hal
itu. Sebab, keyakinan seseorang akan adanya sesuatu, menunjukkan bahwa
sesuatu itu ada, meskipun Allah itu Ghaib. Namun demikian, keberadaan
Allah dapat dibuktikan dengan metode atau dalil tertentu.
Dalil dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Dalil fitrah

• Kata al-fitrah berasal dari akar kata al-fathr yang bermakna “belahan”,
dari makna tersebut muncul beberapa makna lain, seperti;
“penciptaan” atau “kejadian”.
• Fitrah manusia berarti kejadiannya sejak awal atau bawaan sejak lahir
(Shihab M. Q., 1996).
• Hakikat fitrah adalah potensi yang dimiliki manusia untuk menerima
agama, iman dan tauhid serta perilaku suci (Assegaf, 2011).
• Berarti Allah menciptakan semua manusia memang sudah membawa
fitrah atau suci.
• Fitrah juga dimaknai sebagai berbagai potensi tersembunyi di dalam diri
manusia. Setelah memperoleh support dari luar dirinya, maka fitrah
tersebut dapat bertransformasi menjadi sesuatu yang aktual. (Anwar,
2022). Nampaknya, pendapat ini didasarkan pada sabda Rasulullah Saw
berikut ini.
‫ فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو ميجسانه‬،‫كل مولود يولد على الفطرة‬
“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapanyalah
yang menjadikannya yahudi, nashrani atau majusi” (Hadis).
• Ilyas menjelaskan bahwa fitrah yang termaktub dalam hadis di atas
adalah Islam, karena lafadz yang disebutkan Rasul hanya kedua
orangtua yang mampu meyahudikan, menashranikan dan
memajusikan, dengan tidak menyebutkan kata “mengislamkan”.
Simpulannya adalah bahwa “setiap anak dilahirkan sebagai Muslim…”
(Ilyas, 2004).
• Burhanuddin menjelaskan bahwa dalam makna jisim, al-fitrah
merupakan ciptaan dasar alamiah yang menjadi sistem keadaan
jasmani. Sedangkan dalam arti agamis, al-fitrah merupakan bawaan
manusia sejak awal kejadiannya telah mengenal Allah (Burhanuddin,
2007).
2. Dalil Rasio atau Akal

• Rasio atau akal suci manusia pada hakikatnya mampu


mencapai kebenaran. Oleh sebab itu, manusia dapat
membuktikan eksistensi Allah Swt. Salah satu caranya adalah
merenungi keberadaan diri kita sendiri. Apalagi jika kita
mau merenungkan segala ciptaanNya di alam semesta ini.
• Namun demikian, kemampuan akal terbatas, sehingga
membutuhkan bantuan unsur lain, termasuk unsur fitrah
yang telah dimiliki manusia sejak dini.
• Dalil rasio juga harus dibantu dengan ayat-ayat al-Quran. Di antara
aya-ayat al-Quran tersebut:
a. Quran Surah al-Mu’mim (40: 67)
۟ ُ‫طفَ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة ثُ َّم ي ُْخر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغ ٓو ۟ا َأ ُش َّد ُك ْم ثُ َّم لِتَ ُكون‬
‫وا‬ ْ ٍ ‫هُ َو ٱلَّ ِذى َخلَقَ ُكم ِّمن تُ َرا‬
ُّ‫ب ثُ َّم ِمن ن‬
ِ
َ ُ‫ُشيُو ًخا ۚ َو ِمن ُكم َّمن يُتَ َوفَّ ٰى ِمن قَ ْب ُل ۖ َولِتَ ْبلُ ُغ ٓو ۟ا َأ َجاًل ُّم َس ًّمى َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِل‬
‫ون‬
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes“
mani, sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu
sebagai seorang anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu
sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi)
sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami
perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan
.”dan supaya kamu memahami(nya)
• Lihat juga:
b. Quran Surah al-Nahl, 16: 10
c. Quran Surah al-Nahl, 16: 11
a. Quran Surah al-Nahl, 16: 12
b.Quran Surah al-Nahl, 16: 13
c. Quran Surah al-Nahl, 16: 14
d.Quran Surah al-Nahl, 16: 15
e. Quran Surah al-Nahl, 16: 16
• Ayat-ayat yang dikemukakan di atas menguraikan bahwa adanya ke-
Mahakuasaan sesuatu Zat yang mustahil dilakukan oleh manusia atau
makhluk hidup lainnya, sehingga akal suci manusia berupaya mencari dan
mendalami serta merenungkan sesuatu Zat yang Maha Hebat dan Maha
Kuasa dimaksud, yakni “Allah SWT”.
• 3. Dalil Naqli

• Walaupun fitrah dan rasio/akal manusia dapat menyingkap


bukti adanya Allah dengan jalannya masing-masing, akan
tetapi agar keyakinan manusia tentang adanya Allah tersebut
lebih kukuh, maka harus didukung oleh dalil-dalil naqli (al-
Quran dan al-Sunnah.
• Fitrah dan rasio/akal fikiran juga tidak mampu menuntun manusia
untuk sampai pada Tuhan Allah yang hakiki, karena fitrah dan rasio
memiliki keterbatasan dalam menjelaskan siapa Tuhan Allah yang
sesungguhnya.
• Ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang keberadaan Allah SWT
sangat banyak, diantaraya:
‫قل هو اهلل أحد‬
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa” (Q.S Al-
Ikhlas. 112: 1)
ِ َ‫س َك ِم ْثلِِۦه َش ْى ٌء ۖ َوهُ َو ٱل َّس ِمي ُع ْٱلب‬
‫صي ُر‬ َ ‫لَ ْي‬
• “tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang
Maha mendengar dan melihat,” (Q.S. asy-Syuura, 42: 11).

ْ َّ ٰ
‫اط ُن ۖ َوهُ َو بِ ُك ِّل َش ْى ٍء َعلِي ٌم‬
ِ َ‫ َوٱلظ ِه ُر َوٱلب‬U‫اخ ُر‬ ْ ‫هُ َو ٱَأْل َّو ُل َو‬
ِ ‫ٱل َء‬
Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Hadid, 57: 3).
B. Iman kepada para Malaikat Allah
1. Pengertian

• Arti iman kepada para malaikat Allah adalah percaya dan meyakini
adanya para malaikat yang diciptakan oleh Allah Swt.
• Beriman kepada para malaikat meliputi iman kepada sifat-sifatnya.
Para malaikat tidak memiliki jenis kelamin, laki-laki ataupun
perempuan, diciptakan dari nur (cahaya), tak memiliki nafsu, tidak
makan atau minum, tak pernah ingkar dengan perintah Allah, selalu
taat menjalankan perintah-Nya, serta tak henti berdzikir dan
bertasbih, di malam dan siang hari (Hawwa, Al-Islam, 2004).
• Hadits bahwa Malaikat dari cahaya:

.‫ وخلق آدم مما وصف لكم‬،‫ وخلق الجان من مارج من نار‬،‫خلقت المالئكة من نور‬
“Malaikat diciptakan dari nur (cahaya), jin diciptakan dari api dan
Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya kepadamu
(dari tanah)” (Hadis riwayat Muslim dari ‘Aisyah ra.).
2. Sifat-sifat Malaikat

• Malaikat adalah hamba Allah yang memiliki sifat paling baik di antara
makhluk lainnya. Mereka tak pernah menyimpang dari perintah dan
larangan Allah.
• Hal ini terus mereka lakukan sejak awal penciptaannya sampai hari akhir
kelak, dan tetap konsisten pada ketaatannya terhadap Allah Swt.
َ ‫ُون َع ْن ِعبَا َدتِِۦه َواَل يَ ْستَحْ ِسر‬
‫ُون‬ ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
َ ‫ض ۚ َو َم ْن ِعن َد ۥهُ اَل يَ ْستَ ْكبِر‬ ِ ‫َولَهۥُ َمن فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫ُون‬ َ َ‫ُون ٱلَّي َْل َوٱلنَّه‬
َ ‫ار اَل يَ ْفتُر‬ َ ‫يُ َسبِّح‬
“Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat)
yang di sisiNya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan
tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-
hentinya malam dan siang” (Q.S al-Anbiya’: 19-20).
۟ ُ‫َوقَال‬
َ ‫وا ٱتَّ َخ َذ ٱلرَّحْ ٰ َم ُن َولَ ًدا ۗ ُسب ٰ َْحنَهۥُ ۚ بَلْ ِعبَا ٌد ُّم ْك َر ُم‬
‫ون‬
َ ُ‫اَل يَ ْسبِقُونَهۥُ بِ ْٱلقَ ْو ِل َوهُم بَِأ ْم ِر ِهۦ يَ ْع َمل‬
‫ون‬
Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah Telah mengambil
(mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat
itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan (26) Mereka itu tidak
mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-
perintahNya”(27) (Q.S Al-Anbiya’ 26-27).
• Ayat yang lain menegaskan:
‫َعلَ ْيهَا َم ٰلِٓئ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِش َدا ٌد اَّل يَ ْعص ُْو َن هّٰللا َ َم ۤا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُ ْو َن َما يُْؤ َمر ُْو َن‬

“Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak


durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS at Tahrim
66: 6)
• Beberapa ayat di atas menjelaskan sifat dan kepatuhan para malaikat
terhadap perintah Allah SWT kepada mereka.
• Sifat-sifat dimaksud antara lain adalah:
a. Tidak sombong
b. Tidak pernah merasa lelah
c. Siang dan malam terus bertashbih dan berdzikir kepada Allah
d. Tidak pernah membantah ataupun menunda perintah Allah
e. Tidak pernah durhaka pada Allah
f. Tidak pernah berbuat maksiat
• Sifat-sifat yang disebutkan di atas bersifat psykhis.
• Disamping itu, malaikat juga memiliki sifat fisi yang tidak sama seperti sifat fisik
yang kita fahami, tak dapat dilihat dengan kasat mata.
• Sifat fisik yang dilekatkan kepada malaikat hanya sekedar penyebutan untuk
membedakan sifat jiwa yang dimiliki malaikat dengan sifat zat malaikat itu sendiri.
• Secara fisik, malaikat dijadikan Allah dari cahaya, merupakan makhluq yang kuat,
memiliki sayap-sayap yang banyak, yang memungkinkan mereka dapat melakukan
gerakan yang sangat cepat.
• Dalam al-Quran ada sebuah symbol kecepatan yang digambarkan mengenai daya
gerak Malaikat, yaitu kecepatan sehari bagi Malaikat sama dengan 50.000 tahun
lamanya di dunia (Razak, 1973). Firman Allah berikut ini, menjelaskan hal tersebut
ْ ‫َأ‬ ْ َ ُ َ ٰٓ ْ
‫ف َسنَ ٍة‬ ‫ل‬ ‫ين‬‫س‬ ‫م‬‫خ‬َ ‫ۥ‬
‫ه‬ ‫ر‬
ُ ‫ا‬ ‫د‬‫ق‬ ‫م‬ ‫ان‬
َ َ ِ ْ ُ َ ِ َ ٍ ْ َ ِ ِ ‫ِإ‬ َ
‫ك‬ ‫م‬‫و‬‫ي‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫ه‬‫ي‬ْ ‫ل‬ ‫ح‬
ُ ‫و‬ ُّ‫ٱلر‬‫و‬ ‫ة‬‫ك‬َ
َ ‫تَ ْع ُر ُج ٱل َملِئ‬
Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara
dengan lima puluh ribu tahun” (Q.S. al-Ma’arij, 70: 4).
3. Wajibkah Beriman kepada Malaikat?

• Iman atau percaya kepada para malaikat Allah merupakan


perintah yang wajib bagi setiap Muslim, sama wajibnya
dengan iman kepada Allah. Bagi yang tidak beriman kepada
malaikat, maka ia telah sesat atau kufur. Kewajiban tersebut
berdasarkan perintah Allah dalam al-Quran yang berbunyi:
ٓ
‫ول مِب َٓا ُأن ِزَل ِإلَْي ِه ِمن َّربِِّهۦ َوٱلْ ُمْؤ ِمنُو َن ۚ ُكلٌّ ءَ َام َن بِٱللَّ ِه َوَم ٰلَ َكتهۦ َوُكتُبِهۦ َوُر ُسلۦه اَل نُ َفِّر ُق‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِئ‬ ُ ‫ٱلر ُس‬
َّ ‫ءَ َام َن‬
ِ ‫ك ٱلْم‬
‫ص ُري‬ ‫ِإ‬ ‫َأ‬ ِ ۟ ِ ِ ٍ
َ َ َْ َ َََّ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ‫َأح ِّ ُّ ُ َ َ ُ مَس‬
‫ي‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ب‬‫ر‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫ا‬
‫ر‬ ‫ف‬ ‫غ‬ ۖ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ع‬‫ط‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫و‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫و‬ ۚ ‫ه‬
‫ۦ‬ ‫ل‬ ‫س‬‫ر‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫د‬ َ َ ‫َبنْي‬
Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasulrasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taati." (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali."(Q.S al-Baqarah, 2: 285).
‫ى‬ ‫ذ‬ َّ ‫ٱل‬
ٓ ِ ِ ِ َ ِِ َ ‫ب‬ َ ٰ
‫ت‬ ‫ك‬ ْ
‫ٱل‬ ‫و‬ ‫ۦ‬
‫ه‬ ‫ل‬‫ُو‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ى‬ٰ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫ل‬
َ َّ
‫ز‬ َ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫ذ‬َّ ‫ٱل‬ ‫ب‬ ٰ
‫ت‬ ‫ك‬ ْ
ِ ِ ِ َ ِ ِ ٓ َ َ ِ ِ ِ َ ٓ َ َ ِ َ َ‫ٰي‬
َ ‫ٱل‬ ‫و‬ ‫ه‬
‫ۦ‬ ‫ل‬ ‫ُو‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫هَّلل‬ ‫ٱ‬‫ب‬ ‫وا‬۟ ُ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬‫ء‬ ‫ا‬۟ ‫و‬ُ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ء‬ ‫ين‬
َ ‫ذ‬ َّ ‫ٱل‬ ‫ا‬‫ه‬ ُّ ‫ي‬‫َأ‬ٓ
‫ضلَٰاًۢل‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫اخ ِر فَقَ ْد‬ ْ ‫ بِٱهَّلل ِ َو َم ٰلَِئ َكتِ ِهۦ َو ُكتُبِ ِهۦ َو ُر ُسلِ ِهۦ َو ْٱليَ ْو ِم‬U‫َأن َز َل ِمن قَ ْب ُل ۚ َو َمن يَ ْكفُ ْر‬
ِ ‫ٱل َء‬
‫بَ ِعي ًدا‬
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan
kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu
telah tersesat sangat jauh. (Q.S. An-Nisa’, 4: 136).
• Dua ayat tersebut mendeskripsikan bahwa iman pada para malaikat
hukumnya wajib bagi setiap Muslim. Jika seseorang mengingkarinya,
maka digolongkan kepada sesat dan kufur.
4. Nama-nama Malaikat dan Tugasnya

• Hadist Nabi saw menjelaskan bahwa “sesungguhnya Baitul Makmur


berada di kaki langit, setentang dengan Ka’bah di bumi, setiap hari
ada tujuh puluh ribu malaikat yang sholat di dalamnya. Kemudian
apabila mereka telah keluar maka tidak akan kembali lagi (Hadis
riwayat Bukhari dan Muslim)” (Junaidi, 2009).
• Hadist ini mengindikasikan bahwa jumlah Malikat tak terhitung oleh
manusia. Hanya Allahlah yang mengetahui jumlah bilangannya.
• Namun para ulama sependapat bahwa umat Islam diwajibkan
mengimani beberapa malaikat, diantaranya adalah:
a. Malaikat Jibril
b. Malaikat Mikail
c. Malaikat Israfil
d. Malaikat Izrail
e. Malaikat Munkar
f. Malaikat Nakir
g. Malaikat Raqib
h. Malaikat ‘Atid
i. Malaikat Malik, dan
j. Malaikat Ridwan
5. Hikmah Beriman Kepada Malaikat

a. Menyadari kebesaran, kemahakuasaan, dan kesempurnaan hanya


milik Allah
b. Selalu istiqomah dalam mentaati Allah
c. Menumbuhkembangkan rasa ketenangan dan ketentraman jiwa
d. Menyadari dunia ini sewaktu-waktu akan binasa (tidak kekal)
e. Mencintai dan mencontoh ketaatan para malaikat kepada Sang
Pencipta
f. Menghadirkan optimism dalam menjalani kehidupan
g. Tak pernah ragu dalam menghadapi musibah dalam bentuk apapun
(Junaidi, 2009).
C. Iman kepada Kitab-kitab Allah
• Iman kepada Kita-kitab Allah bermakna yakin bahwa kitab-
kitab yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul itu,
benar adanya. Bukan informasi bohong (hoax).
• Keyakinan tersebut bukan hanya tentang adanya kitab dalam
wujud kumpulan firman atau wahyu Allah saja, melainkan
wajib meyakini seluruh isi, esensi, dan substansi maknanya,
sekaligus meyakini para Rasul yang menerima kitab-kitab
Allah dimaksud.
• Banyak kata-kata “al-Kitab” dijumpai dalam al-Quran yang diartikan
dengan “Kitab Suci”.
• Namun, perlu difahami bahwa yang dimaksud dengan “al-kitab” bukan
saja tertuju pada kitab “al-Quran”. Perhatikan firman Allah berikut.
ِ‫اخ ِر وٱلْم ٰلَِٓئ َكة‬
ِ ‫لَّيس ٱلْرِب َّ َأن ُتولُّ ۟وا وجوه ُكم قِبل ٱلْم ْش ِرِق وٱلْم ْغ ِر ِب وٰل*َ ِك َّن ٱلْرِب َّ من ءامن بِٱللَّ ِه وٱلْيوِم ْٱلء‬
َ َ َ َْ َ َََ َْ َ َِ َ َ ََ ْ َ ُُ َ َ ْ
ِ َ‫وٱلْكٰت‬
ِّ ‫ب َوٱلنَّيِب‬ َ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…” (Q.S.
al-Baqarah, 2: 177).
• Ayat tersebut di atas menerangkan bahwa maksud kata “al-Kitab”
adalah kitab suci yang dahulunya pernah diturunkan Allah kepada para
nabi dan Rasul-Nya.
‫ند ۥهُ ِع ْل ُم‬ ِ
‫ع‬ ‫ن‬‫م‬‫و‬ ‫م‬‫ك‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬‫و‬ ‫ىِن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ً
‫د‬ ۢ ‫ول ٱلَّ ِذين َك َفر ۟وا لَست مرساًل ۚ قُل َك َفى بِٱللَّ ِه ش ِهي‬
ُ
َ ْ َ َ ْ َ َْ َ َْ َ ٰ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ َ ُ ‫َوَي ُق‬
‫ب‬ِ َ‫ٱلْ ِك ٰت‬
Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan
Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antara ku dan kamu,
dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab" (Q.S. ar-Ra’du, 13:
43).
• Ayat di atas juga menerangkan tentang Kitab suci yang diturunkan
sebelum alQuran (Taurat, Zabur, dan Injil).
َ َ‫َولَقَ ْد َءاتَ ْينَا ُمو َسى ْٱل ِك ٰت‬
‫ب‬
Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al kitab (Taurat) •
.kepada Musa,…” (Q.S. al-Baqarah, 2: 87)
• Ayat di atas khusus menjelaskan tentang keberadaan kitab Taurat
‫ذ‬
‫ين‬ َ ‫ ْي‬U‫ك ْٱل ِك ٰتَبُ اَل َر‬
َ ِ‫ب ۛ فِي ِه ۛ هُ ًدى لِّ ْل ُمتَّق‬ َ ِ‫ذل‬
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi •
.mereka yang bertakwa”, (Q.S. Albaqarah, 2: 2)
• Ayat di atas menerangkan tentang Kitab Al-Quran sebagai petunjuk
bagi orang yang bertaqwa.
• Selain “al-kitab”, Allah juga menurunkan firman-Nya kepada para Nabi
dan Rasul-Nya berupa lembaran-lembaran atau Shuhuf (jamak),
Shahifah (tunggal).
• AlQuran menjelaskan bahwa kitab dalam bentuk shuhuf, diturunkan
kepada Nabi Ibramim As dan Musa As. Simak firman Allah berikut.

‫ُف ِإ ْب ٰ َر ِهي َم َو ُمو َس ٰى‬


ِ ‫صح‬ُ . ‫ُف ٱُأْلولَ ٰى‬
ِ ‫ِإ َّن ٰهَ َذا لَفِى ٱلصُّ ح‬
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang •
dahulu, (yaitu) Shuhuf (Kitab-Kitab) Ibrahim dan Musa” (Q.S. al-A’la,
.87: 18-19)
• Ada juga nabi yang menerima kitab yang diberi nama Zabur, itulah
Nabi DAud As. Simak ayat berikut ini.
‫ير‬ِ ‫ن‬ ‫م‬
ُ ْ
‫ٱل‬ ‫ب‬
ِ َ ٰ ‫ٱلزبُر َو ْٱل ِك‬
‫ت‬ ُّ ‫و‬َ ‫ت‬
ِ َ ٰ ِّ‫ك َجٓا ُءو بِ ْٱلبَي‬
‫ن‬ َ ِ‫ب ُر ُس ٌل ِّمن قَ ْبل‬ َ ‫فَِإن َك َّذبُو‬
َ ‫ك فَقَ ْد ُك ِّذ‬
ِ ِ
“Jika mereka mendustakan kamu, Maka Sesungguhnya Rasul-rasul
sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-
mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang
sempurna” (Q.S. Ali Imran, 3: 184).

• Kitab Zabur khusus diberikan Allah kepada Nabi Daud As. Simak
firman Allah berikut
‫َو َءاتَ ْينَا َدا ُۥو َد َزبُورًا‬
“Kami berikan Zabur kepada Daud” (Q.S. An-Nisa’, 4: 163).
2. Nama-Nama Kitab dan Rasul Pembawanya
• Seyogyanya, kitab suci itu banyak, sebanyak nabi dan rasul yang
diutus Allah. AlQuran menerangkan hal tersebut dalam firman Allah
berikut ini.
‫ق‬ َ َ‫ين َوَأن َز َل َم َعهُ ُم ْٱل ِك ٰت‬
ِّ ‫ب بِ ْٱل َح‬ َ ‫ۦن ُمبَ ِّش ِر‬
َ U‫ين َو ُمن ِذ ِر‬ َ ‫ان ٱلنَّاسُ ُأ َّمةً ٰ َو ِح َدةً فَبَ َع‬
َ ‫ث ٱهَّلل ُ ٱلنَّبِ ِّي‬ َ ‫َك‬
۟ ُ‫ٱختَلَف‬
ْ ‫اس فِي َما‬
‫وا فِي ِه‬ ِ َّ‫لِيَ ْح ُك َم بَ ْي َن ٱلن‬
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),
Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan
Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan” (Q.S al-baqarah, 2: 13).
a. Kitab Taurat,
• Yaitu kitab yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Musa As.
• Kitab ini berisi syari’at dan hukum-hukum agama yang cocok dengan kondisi
umat di masanya. Kitab suci ini juga berisikan aqidah tauhid (menuhankan
Allah), janj-janji maupun ancaman Allah.
۟ ‫ب َو َج َع ْل ٰنَهُ هُ ًدى لِّبَنِ ٓى ْس ٰ َٓر ِءي َل َأاَّل تَتَّ ِخ ُذ‬
‫وا ِمن ُدونِى َو ِكياًل‬ َ َ‫َو َءاتَ ْينَا ُمو َسى ْٱل ِك ٰت‬
‫ِإ‬
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat
itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil
penolong selain Aku” (Q.S. al-Isra’, 17: 2).
• Uniknya, meskipun Nabi Muhammad belum lahir pada saat Taurat
diturunkan, namun di dalamnya ada penjelasan tentang akan datangnya
(Nabi Muhammad) sebagai nabi atau Rasul terakhir. Ajaran yang dibawanya
kelak menjadi penyempurna bahkan ada yang mengganti ajaran-ajaran
sebelumnya.
b. Kitab Zabur
• Yakni kitab yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Daud As, yang
berisikan doa-doa, dzikir, dan ajaran-ajaran yang mengandung
hikmah.
• Berbeda dengan Taurat, di dalam Zabur tidak tidak ada syari’at dan
hukum-hukum agama. Umat Nabi Daud masih mengikuti ajaran
Taurat yang dibawa Nabi Musa As.
ۖ‫ض‬
ٍ ْ
‫ع‬ َ ‫ب‬ ‫ى‬
ٰ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫ۦن‬
َ ‫ي‬
ِّ ِ ‫ب‬َّ ‫ن‬ ‫ٱل‬ ‫ض‬
َ ْ
‫ع‬ َ ‫ب‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ْ
‫َّل‬‫ض‬ َ ‫ف‬ ْ
‫د‬ َ ‫ق‬َ ‫ل‬‫و‬َ ۗ ‫ض‬
ِ ‫ر‬ ْ ‫َأْل‬‫ٱ‬‫و‬َ ‫ت‬
ِ ‫و‬
َ ٰ ‫م‬
َ ٰ َّ
‫س‬ ‫ٱل‬ ‫ى‬ِ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫م‬
َ ِ ‫ب‬ ‫م‬
ُ َ ‫ل‬‫ع‬ْ ‫َأ‬ َ ُّ‫َو َرب‬
‫ك‬
‫َو َءاتَ ْينَا َدا ُوۥ َد َزبُو ًرا‬
Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi.
dan Sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas
sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud”(Q.S. al-
.Isra’, 17: 55)
c. Kitab Injil

• yakni kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa As.
• Kitab Injil berisikan hukum-hukum dan seruan kepada manusia untuk kembali
meng-Esakan Allah.
• Sama halnya dengan Taurat, dalam Kitab Injil juga dikabarkan tentang kedatangan
Nabi Muhammad Saw.
ٰ ِّ ٰ
‫نجي َل فِي ِه هُ ًدى َونُو ٌر‬
ِ ‫ِإْل‬ ‫ٱ‬ ُ ‫ه‬َ ‫ن‬ ْ
‫ي‬ َ ‫ت‬ U
‫ا‬ ‫ء‬ ‫و‬
َ َ ۖ ‫ة‬
ِ ٰ
‫ى‬ ‫ر‬
َ ‫و‬
ْ َّ ‫ت‬ ‫ٱل‬ ‫ن‬
َ ‫م‬
ِ ‫ه‬
ِ ْ
‫ي‬ ‫د‬
َ َ ‫ي‬ ‫ْن‬ َ ‫ي‬َ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ‫ل‬ ‫ا‬ً ‫ق‬ ِّ
‫د‬ ‫ص‬
َ ‫م‬ ‫م‬َ ‫ي‬
ُ َ َ ِْ‫ر‬‫م‬ ‫ْن‬
‫ب‬ ‫ٱ‬ ‫ى‬ ‫س‬
َ ‫ي‬ ‫ع‬
ِ ِ ِ ‫َ ٰ ٓى َءا‬U‫َوقَفَّ ْينَا َعل‬
‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬
ِ ‫ر‬ َ ‫ث‬
َ ِ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَي َْن يَ َد ْي ِه ِم َن ٱلتَّ ْو َر ٰى ِة َوهُ ًدى َو َم ْو ِعظَةً لِّ ْل ُمتَّق‬
‫ين‬ َ ‫َو ُم‬
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan
kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang
menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan
menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S.
alMaidah, 5: 46)
d. Kitab Al-Quran

• Yakni kitab suci yang menjadi mu’jizat Nabi Muhammad Saw.


• AlQuran diwahyukan kepada Muhammad melalui Ruuhul Amiin (Malikat Jibril As.).
• Sangat berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya, kandungan al-Quran sangat
komprehensif (lengkap) meliputi seluruh aspek kehidupan yang terdiri atas; aqidah,
akhlaq, ibadah, mu’amalah, termasuk kisah-kisah umat terdahulu yang dapat
dijadikan sebagai pembelajaran bagi seluruh manusia.
• Ajaran al-Quran bersifat universal, berlaku bagi seluruh umat (tidak saja bagi umat
Islam).
۟ ۟
‫ين‬
َ ِ‫ص ِدق‬ ِ ‫ب ِّم َّما نَ َّز ْلنَا َعلَ ٰى َع ْب ِدنَا فَْأتُوا بِسُو َر ٍة ِّمن ِّم ْثلِ ِهۦ َوٱ ْد ُعوا ُشهَ َدٓا َء ُكم ِّمن ُد‬
َ ٰ ‫ون ٱهَّلل ِ ِإن ُكنتُ ْم‬ ٍ ‫َوِإن ُكنتُ ْم فِى َر ْي‬
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu Surat (saja) yang semisal Al Quran
itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
.benar” (Q.S. al-Baqarah, 2: 23)
• Kitab suci Al-Quran diturunkan Allah sebagai penyempurna ajaran-
ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelum Muhammad
Saw, baik yang tecantum dalam kitab-kitab maupun shuhuf-shuhuf.
• Mengimani al-Quran berarti wajib mempercayai bahwa al-Quran
merupakan kitab penyempurna syari’at dan hukum-hukum dari kitab-
kitab sebelumnya, bahkan penghapus ajaran-ajaran yang tidak sesuai
dengan fitrah dan kesanggupan manusia.
• Umat Islam wajib yakin bahwa Al-Quran adalah satau-satunya kitab
suci yang keasliannya dijamin oleh Allah Swt, tak ada kebohongan
terdapat di dalamnya, Sehingga, umat Islam maupun umat lainnya,
tidak perlu meragukan keasliannya.
‫ٱلذ ْكَر َوِإنَّا لَهۥُ حَلَِٰفظُو َن‬
ِّ ‫ِإنَّا حَنْن َنَّزلْنَا‬
ُ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S Al-Hijr, 15: 9).
3. Hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah
• Secara sederhana, kita dapat merasakan begitu banyak hikmah yang
dapat diambil ketika mengimani kitab-kitab Allah, diantaranya:
a. Tidak takut tersesat, karena kitab suci merupakan pedoman hidup
yang menjadi suluh dalam kegelapan dan keputusasaan, serta
kesesatan
b. Tetap merasa optimis dalam hidup ini, karena kitab suci menjanjikan
hidup bahagia lahir, bathin, dunia, dan akhirat
c. Janji Allah yang terkandung di dalam kitab suci (al-Quran) membuat
jiwa orang yang meyakini menjadi tenteram
d. Dengan berpedoman kepada kitab suci, manusia dapat membedakan
antara yang haq dengan yang bathil.
D. Iman Kepada Para Rasul Dan Nabi
Allah
1. Pengertiannya Iman kepada para rasul dan nabi Allah bermakna meyakini
bahwa para nabi dan rasul itu benar adanya dan memang diutus Allah kemuka
bumi dengan membawa risalah atau ajaran yang benar.
• Namun perlu difahami bahwa pada dasarnya nabi dan rasul itu
pengertiannya berbeda. Nabi diartikan dengan “seorang manusia biasa yang
memperoleh keistimewaan dengan menerima “wahyu” dari Allah”
(Depdiknas, 2003), namun tidak memiliki kewajiban untuk
menyampaikannya kepada umat manusia.
• Sementara Rasul secara bahasa diartikan dengan utusan ‫لرسول‬UU‫ا‬tanda
terhadap hal-hal yang akan datang dan misi ( (‫لة‬UU‫لرسا‬UU‫)ا‬Depdiknas, 2003).
• Menurut istilah, Rasul merupakan Nabi Allah yang menerima "wahyu", untuk
disampaikan kepada umat manusia.
• Mengenai jumlah nabi dan rasul dalam Islam, sebagian besar ulama
berpendapat bahwa jumlah Nabi yang diutus sebanyak 124.000
orang, sedangkan jumlah Rasul sebanyak 313 orang.
• Dari sekian banyak jumlah nabi dan rasul, yang wajib diimani hanya 25
orang. Ke 25 Nabi tersebut tercantum di dalam al-Quran.
• 1) Adam As, 2) Idris As, 3) Nuh As, 4) Hud As, 5) Shaleh
As, 6) Ibrahim As, 7) Luth As, 8) Isma'il As, 9) Ishaq As,
10) Ya'qub As, 11) Yusuf As, 12) Ayyub As, 13) Syu'aib
As, 14) Musa As, 15) Harun As, 16) Dzulkifli As, 17) Daud
As, 18) Sulaiman As, 19) Ilyas As, 20) Ilyasa' As, 21) Yunus
As, 22) Zakaria As, 23) Yahya As, 24) Isa As, dan 25) Nabi
Muhammad Saw
• Lima diantaranya nabi-nabi tersebut diberi julukan dengan ulul ‘azmi
yakni para nabi yang memiliki ketabahan dan kesabaran yang sangat
luar biasa ketika menghadapi berbagai rintangan, penderitaan, dan
cobaan, serta musibah tatkala melaksanakan tugas dalam
mengemban amanah dan risalah Allah.

• Nabi-nabi yang termasuk di dalamnya adalah:


1) Nabi Nuh As, 2) Ibrahim As, 3) Musa As, 4) Isa As, dan 5) Nabi
Muhammad Saw (Depdiknas, 2003).
• Dalil kewajiban beriman kepada para nabi/Rasul :
ٓ
ُ ‫ون ۚ ُكلٌّ َءا َم َن بِٱهَّلل ِ َو َم ٰلَِئ َكتِِۦه َوكتُبِ ِهۦ َو ُر ُسلِِۦه اَل نُفَ ِّر‬
‫ق‬ ُ َ ُ‫نز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِِّۦه َو ْٱل ُمْؤ ِمن‬
ِ
‫َءا َم َن ٱل َّرسُو ُل بِ َمٓا ُأ‬
‫صي ُر‬ ِ ‫ك ْٱل َم‬ َ ‫وا َس ِم ْعنَا َوَأ‬
َ َ‫ط ْعنَا ۖ ُغ ْف َران‬
َ ‫ك َربَّنَا َوِإلَ ْي‬ ۟ ُ‫بَي َْن َأ َح ٍد ِّمن رُّ ُس ِل ِهۦ ۚ َوقَال‬
• Rasul (Muhammad) telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan
kepadanya dari Robbnya. Demikian pula orang-orang yang beriman.
Seluruhnya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, dan rasul-rasul-Nya. (mereka berucap) "Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan "Kami dengar dan kami taati." (seraya
mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, ampunilah kami dan hanya kepada-
Mu-lah tempat kami kembali (Q.S. Al-Baqarah, 2: 285).
2. Sifat-Sifat Para Rasul

• Para rasul adalah manusia istimewa yang diutus oleh Allah untuk
mengemban risalah-Nya. Tentunya, Allah telah membekali empat sifat
yang mulia dan agung, agar mereka pantas untuk dijadikan tauladan
atau panutan bagi umatnya. Sifat-sifat tersebut adalah:
a. Shiddiq, berarti jujur/benar
b. Tabligh, berarti menyampaikan
c. Amanah, bermakna dapat dipercayai
d. Fathanah, bermakna bijaksana
• Selain sifat-sifat wajib di atas, para nabi dan rasul juga harus memiliki
sifatsifat mustahil.
• Sifat-sifat mustahil bagi rasul ini merupakan kunci bagi keistimewaaan
dan keagangan kepribadian mereka. Sifat-sifat mustahil tersebut yaitu:
1) Kadzib, yakni pembohong atau pendusta (merupakan lawan dari sifat
Shiddiq
2) Khianat, yakni tidak dapat dipercaya lawan dari sifat amanah
3) Kitman, yakni menutupi, lawan dari sifat tabligh
4) Baladah, yakni bodoh lawan dari sifat fathanah
3. Tugas Para Rasul
• Tugas yang diamanahkan kepada rasul tidaklah sedikit, namun berikut
ini beberapa tugas yang wajib mereka laksanakan sebagai utusan
Allah. (Depdiknas, 2003).
a. Menginformasikan tentang keesaan Allah, sifat-sifat-Nya dan segala
hal yang berhubungan dengan urusan Rububiyyah.
b. Menyeru seluruh manusia untuk bertauhid henya kepada Allah
c. Menjelaskan keagungan dan kemahakuasaan Allah SWT dalam
berbagai dimensiNya, baik tentang kemahakuasaan-Nya, Qudrah dan
iradah-Nya, kehendak-Nya, dan lain-lain
d. Menyeru umat manusia agar berakhlak karimah dan beradab
e. Mengajarkan cara mengagungkan Allah SWT dalam berbagai bentuk
aktivitas ibadah, imbalan dan balasannya berupa pahala atau dosa
f. Menjelaskan berbagai aturan hidup pada manusia agar dapat
memelihara kehidupannya, termasuk hal-hal yang dapat merugikan
dirinya sendiri.
g. Mengajak manusia untuk tidak bermalas-malasan dan terus berpacu
untuk mencapai kehidupan yang mulia di dunia dan di akhirat
h. Membawa manusia untuk berpaling dari sifat hubbud dunya
(mencintai ehiduapn duaniawi)
i. Membawa berita-berita ghaib, seperti tentang malaikat, jin, dan hal-hal
yang akan terjadi di akhirat nanti (bukan hal-hal yang aneh-aneh)
j. Membawa kabar gembira dan memberi peringatan kepada umat
manusia (Depdiknas, 2003).

• Namun, dari semua tugas penting tersebut, mengajarkan "tahuhid"


adalah tugas yang paling pokok dan penting.
4. Mu'jizat Para Rasul

• Selain diberi sifat yang mulia dan tugas yang amat berat, para nabi
dan rasul dianugerahi Allah kemampuan yang istimewa, yang tidak
dimiliki makhluk lain manapun, yang disebut dengan "mu'jizat".
• Mu’jizat ialah suatu kemampuan atau dapat juga berupa kejadian luar
biasa dan tak lazim, dan tak ada satu tantangan terhadap mu'jizat
tersebut, yang dapat mengalahkannya (Depdiknas, 2003).
• Mu'jizat yang diberikan Allah kepada para rasul ini tidak ada yang
dapat dicerna oleh akal manusia, karena memang bertentangan
dengan hukum sebab akibat atau sunnatullah.
Mu'jizat-mu'jizat para rasul tersebut adalah sebagai berikut:

a. Nabi Ibrahim As dilemparkan oleh raja Namrud ke dalam api yang


sedang berkobar dahsyat. Namun sama sekali tidak terbakar, apalagi
terluka karena api
b. Nabi Musa AS memiliki tongkat yang dapat membelah Laut Merah,
sehingga ia dan pengikutnya selamat sampai ke seberang. Laut
tersebut menyatu kembali, Fir’aun dan tentara yang mengejar mati
tenggelam ditelan laut yang ganas.
c. Nabi Sulaiman As diberi kemampuan memahami bahasa-bahasa
binatang dan dapat memerintah dan mengendalikan mereka
d. Nabi Yunus AS masih tetap hidup, setelah ditelan ikan dan berada
dalam perut ikan tersebut selama 40 hari (Depdiknas, 2003).
e. Nabi Isa As diberi tiga mu'jizat sekaligus, yaitu mampu
menyembuhkan orang yang buta matanya, menyembuhkan penyakit
kusta dan menghidupkan kembali orang yang baru mati
f. Nabi Muhammad Saw merupakan nabi yang paling banyak diberi
Allah mu'jizat. Mu'jizat yang paling istimewa dan agung adalah kitab
al-Quran (Razak, 1973). Al-Quran dari mulai diwahyukan kepada nabi
Muhammad sampai akhir zaman, tetap dijadikan sebagai pedoman
hidup bagi umat manusia. Mu'jizat besar setelah al-Quran yang
diterina Nabi Muhmammad adalah "Isra' Mi'raj" (Al-Hamad, 2006).

• Mu’jizat-mu'jizat yang diberikan Allah kepada para rasul tersebut


merupakan sebuah petunjuk bahwa Allah maha Agung dan tak
satupun yang mengalahkan keagungan-Nya.
5. Berbagai Hikmah Beriman Kepada Para Nabi/Rasul
• Iman kepada para nabi/rasul tidaklah suatu perbuatan sia-sia. Rukun
iman ke empat ini memiliki banyak hikmah, yang dapat dijadikan
i’tibar bagi kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah:

a. Allah dan Rasul mencintai hamba yang beriman kepada nabi/rasul


b. Mencapai kesempurnaan Iman dan merasakan kemanisan iman
c. Menumbuhkan akhlak dan perilaku yang terpuji
d. Memperoleh pengajaran yang baik, karena adanya bimbingan para
nabi dan rasul
e. Merasakan kebesaran dan maha kasihnya Allah SWT kepada hamba-
Nya
f. Mengamalkan apa yang disampaikan para rasul, baik berupa perintah
maupun larangan
g. Menyelamatkan hidup manusia di dunia dan akhirat h. Dll.

Anda mungkin juga menyukai