Tentang
Dosen Pembimbing :
1444 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Ayat-ayat HAM dan Kesetaraan Gender?
2. Bagaimna Penafsiran Ayat-ayat atau Pemahaman HAM dan Kesetaraan
Gender menurut Ormas?
3. Apa Relevansi HAM dan Kesetaraan Gender menurut Ormas dengan
zaman sekarang?
C. TUJUAN
1. Untuk memahami Ayat-ayat HAM dan Kesetaraan Gender
2. Untuk memahami Penafsiran Ayat-ayat HAM dan Kesetaraan Gender
menurut Ormas
3. Untuk memahami Relevansi HAM dan Kesetaraan Gender menurut
Ormas dengan zaman sekarang
BAB II
1
Abdullah Muslich Rizal Maulana, “Feminisme sebagai Diskursus Pandangan Hidup”, Jurnal
KALIMAH Vol. 11, No. 2, September 2013, h. 273.
PEMBAHASAN
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh semua orang sesuai
dengan kondisi kemanusiaannya. Semua orang setuju bahwa hak asasi
manusia adalah "kekuatan dan keamanan" karena mereka selalu dianggap
vital, penting, dan mendasar. Gagasan hak asasi manusia pertama kali muncul
pada abad ke-17 dan ke-18 sebagai akibat dari tanggapan mutlak raja dan
penguasa feodal terhadap kelas bawah, yang mereka kuasai atau pekerjakan.
Benar, mereka diperlakukan sewenang-wenang sebagai budak. Puncaknya
adalah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang dikeluarkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948, yang menguraikan
tentang hak asasi manusia yang telah dijanjikan oleh pemerintah untuk
dijunjung tinggi. Deklarasi tersebut bercita-cita untuk melindungi hak-hak
individu, kehidupan, kebebasan, dan keselamatan serta untuk memastikan
kebebasan berbicara, berkumpul secara damai, dan beragama.2
1. Kebebasan Beraqidah
manusia berhak untuk meyakini agama apapun dan berhak mengingkari
agama apapun. Manusia juga dianggap berhak mengubah agamanya,
bahkan berhak tidak mempercayai suatu agama sama sekali.
ِإ
َال ْك َر اَه ا فِي الِّد ْيَن
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)." (Q.S. Al Baqarah : 256)
ِم
َفَمْن َش اَء فـَـْلُيْؤ ْن وَ َمْن َش اَء فَـْلَيْك ُفْر
"Maka siapa saja yang ingin (beriman) hendaklah beriman, dan siapa saja
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Q.S. Al Kahfi : 29)
2. Kebebasan Berpendapat
2
Nadzifa Ermiladani Putri, Konsep hak asasi manusia dalam Al-Qur'an :Studi Penafsiran Quraish
Shihab dalam tafsir Al-Mishbah. Skripsi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. h. 6
bahwa setiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat apa saja di
segala bidang dan segala persoalan tanpa terikat dengan batasan apapun.3
َلَتِج َد َّن َأَش َّد الَّناِس َعَد اَو ًة ِلَّلِذْيَن آَمُنوا الَيُهْو َد َو اَّلِذيَن َأْش َر ُك وا
"Tidaklah engkau dapati manusia yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman kecuali orang Yahudi dan orang-
orang musyrik.." (Q.S. Al Maaidah: 82)
ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْق ُتُلْۤو ا َاْنـُف َس ُك ْم ۗ ِاَّن الّٰل َه َك ا َن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا
ِاْخ َر ا ِج ُك ْم َاْن َتَو َّلْو ُه ْم ۚ َو َمْن َّيَتَو َّلُه ْم َفُا و ِئَك ُه ُم الّٰظِلُمْو َن
ٰٓل
3
Abdul Qadim Zallum, Serangan Amerika untuk Menghancurkan Islam, terj. M. Al Khaththath,
dkk. ( Baghdad : Pustaka Thariqul ‘Izzah, Juli 1996, h. 21.
4
Nadzifa Ermiladani Putri, Op.Cit, h. 10.
"Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan
agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka
sebagai kawan, mereka itulah orang yang zalim.
َو َمْن َّيْع َمْل ِم َن الّٰص ِلٰح ِت ِم ْن َذَك ٍر َاْو ُاْنٰثى َو ُه َو ُمْؤ ِم ٌن َفُا وٰٓلِئَك َيْد ُخ ُلْو َن اْلَج ـَّنَة َو اَل
ۤ َا ُّيَه ا الَّنا ُس ِاَّنا َخ َلْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذَك ٍر َّو ُاْنٰثى َو َجَعْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبٓاِئَل ِلَتَعا َر ُفْو ا ۗ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد
5
Maghfur Ahmad, NAHDLATUL ULAMA DAN PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA
DI INDONESIA, RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010, h. 188
6
Muhammad Muhsin Rodhi, Tsaqofah dan Methode Hizbut Tahrir, ter. Muhammad Bajuri
(Bagdad: Al Izzah, 2008), h. 306.
dengan kebebasan penuh. Negara atau orang lain tidak punya hak untuk
melarangnya dari melakukan semua itu.
Allah SWT berfirman :
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)" dan "Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Hizbut Tahrir menganggap seruan dalam nash tersebut obyeknya
terbatas hanya pada kaum kafir saja. Oleh karena itu, kaum Muslim tidak
boleh memaksa kaum kafir agar masuk Islam. Namun mereka berhak
untuk beriman dengan Islam atau tidak. Hanya saja,seruan tersebut tidak
bisa diterapkan kepada kaum Muslim, sebab mereka setelah masuk Islam,
mereka tidak bebas lagi untuk kufur dan murtad (keluar) dari agamanya.
Islam mengharamkan seorang muslim meninggalkan akidah Islam, dan
murtad lalu masuk agama Yahudi, dll.7
b. Kebebasan Berpendapat Yang dimaksud dengan kebebasan berpendapat
(hurriyah ar-ra'yi / Freedom of Opinion) bahwa manusia berhak (bebas)
mengemban pendapat dan pemikiran apa saja, dan apapun eksistensi
pendapat dan pemikiran ini; manusia berhak (bebas) mengatakan
pemikiran dan pendapat apa saja; dan berhak (bebas) menyerukan
pemikiran dan pendapat apa saja dengan penuh kebebasan tanpa batas,
apapun eksistensi pendapat dan pemikiran ini; manusia berhak (bebas)
mengekspresikan semua itu dengan cara apa saja, dengan media apa saja
yang dimilikinya. Negara dan orang lain tidak berhak melarangnya dalam
melakukan semua itu, selama ia tidak mengganggu kebebasan orang lain.
Ketika kebebasan berpendapat itu punya daya tarik yang besar di sisi
kaum Muslim, akibat mereka hidup di negeri-negeri yang melarang setiap
orang menyatakan pendapatnya jika pendapatnya bertentangan dengan
7
Ibid, h. 307.
pendapat penguasa, maka Hizbut Tahrir mengingatkan meski kaum
Muslim dihadapkan pada pemerintahan yang zalim, kejam dan banyak
melanggar hukum-hukum Allah, kaum Muslim tidak boleh menerima
sesuatu yang justru akan menyebabkan murka Allah SWT., sebab
kebebasan berpendapat ini, persepsinya tidak terbatas atas aktivitas
mengoreksi penguasa, mengeritik sepak terjang para politisi dan yang
lainnya, namun juga mencakup kebebasan berbuat kufur dengan terang-
terangan, seruan dan propaganda terhadap sesuatu yang diharamkan Allah,
di antaranya riba, judi, minuman keras, penyimpangan seksual, pemikiran-
pemikiran yang merusak nilai-nilai kemuliaan dan kehormatan kaum
perempuan. Di mana Allah SWT. memerintahkan agar berpegang teguh
kepadanya dan menjaganya. Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa
menyampaikan pendapat dalam Islam berbeda dengan kebebasan
berpendapat dalam sistem Kapitalisme. 8
13
Nindi alfihzahrin, “Feminiseme dalam Islam menurut pandangan Tokoh Muhammadiyah
dan Nahdlatul Ulama di kota ambon”, Jurnal Al-Muqaranah, Vol. 1, No.1, September 2022, h. 24.
14
Ibid, h. 25.
salah satu pelopor pembaharuan berani keluar dari zona nyaman untuk
memulai pengupayaan terhadap keadilan gender, maka muhammadiyah
dengan Aisyiah merupakan perwakilan organisasi agama, yang dianggapn
tabu untuk memperjuangkan kesetaraan gender, yang merupakan konsep
gagasan orang “kafir”.15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
Muhammad Ridha Basri, Op. Cit,
Alfihzahrin, Nindi. “Feminiseme dalam Islam menurut pandangan Tokoh
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di kota ambon”, Jurnal Al-
Muqaranah, Vol. 1, No.1, September 2022,
Olviana, Dora. “Gender Bias dalam Framing anti Feminisme MHTI di kota
Surabaya”, Skripsi, (Surabaya, universitas Airlangga, 2013).
Putri, Nadzifa Ermiladani. Konsep hak asasi manusia dalam Al-Qur'an :Studi
Penafsiran Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah. Skripsi, (UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 2022).
Rodhi, Muhammad Muhsin. Tsaqofah dan Methode Hizbut Tahrir, ter. Muhammad
Bajuri (Bagdad: Al Izzah, 2008).
Zallum, Abdul Qadim. Serangan Amerika untuk Menghancurkan Islam, terj. M. Al
Khaththath, dkk. ( Baghdad : Pustaka Thariqul ‘Izzah, Juli 1996.