Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STUDI TAFSIR INSTITUSI ORMAS DI INDONESIA

Tentang

HAM dan Kesetaraan Gender

Disusun Oleh : Kelompok 11

Ade Surya Hidayat 2015050024

Muhamad Iqbal 2015050029

Khairani Mulia 2015050037

Ilham Khalid Albadri 2015050046

Muhammad Nastain 2015050126

Dosen Pembimbing :

Sefry Auliya, S. Th.I, M.Ud

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1444 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. berkat rahmat-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah ini. Tak lupa pula kami kirimkan
shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Makalah ini penulis buat dengan maksud untuk menunaikan tugas


mata kuliah “Studi Tafsir Institusi Ormas di Indonesia ” yang berjudul HAM
dan Kesetaraan Gender. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang sudah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan semestinya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.


Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan manfaat kepada para pembaca dan khususnya bagi Penulis.

Padang, 1 Juni 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan Slogan yang digembar-


gemborkan oleh Amerika dan Barat serta selalu mereka upayakan agar kaum
muslimin mengambil dan mengadopsinya. Slogan ini ternyata mempunyai
penampilan yang indah dan mempesona di mata kebanyakan kaum muslimin,
karena mereka memang merasakan kezhaliman, kekejaman, dan penindasan
dari para penguasa mereka yang menjadi kaki tangan AS dan Barat. Pemikiran
mengenai HAM berpangkal dari pandangan ideologi Kapitalisme terhadap
tabiat manusia, hubungan individu dengan masyarakat, fakta masyarakat, dan
tugas negara.
Berkaitan dengan tabiat manusia, ideologi Kapitalisme memandang
bahwa manusia itu pada hakekatnya adalah baik, tidak jahat. Kejahatan yang
muncul dari manusia disebabkan oleh pengekangan terhadap kehendaknya.
Oleh karena itu, kaum Kapitalis menyerukan untuk membebaskan kehendak
manusia agar dia mampu menunjukkan tabiat baiknya yang asli. Dari sinilah,
muncul ide kebebasan. Ringkasnya, atas dasar pandangan ideologi
Kapitalisme terhadap tabiat manusia, hubungan individu dengan masya rakat,
fakta masyarakat yang menjadi tempat hidupnya, serta peran negara yang
menjamin dan menjaga kemaslahatan individu, maka ideologi ini menyerukan
jaminan terhadap empat kebebasan bagi individu, yaitu: kebebasan beraqidah/
beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan hak milik, dan kebebasan
bertingkah laku. Kebebasan inilah yang menjadi asas HAM.
Kemudian Kesetaraan gender tidak terlepas dari gelombang
westernized-globalization, yang di dalamnya terdapat era postmodernism.
Masa ini menghasilkan produk-produk pemikiran Barat. Dengan “posmo”,
feminism mampu menjadi ideologi dengan visi dan misi yang tersebar
luas.Seiring berjalannya waktu, feminisme menjadi wacana yang perlahan
tersebar ke luar wilayah Barat. Walhasil, masyarakat Indonesia merasakan
dampaknya. RUU KKG (Keadilan & Kesetaraan Gender) yang sempat
dirumuskan pada tanggal 24 Agustus 2011 silam merupakan contoh
bagaimana kalangan feminis hendak menancapkan ideologinya di Negara
ini. 1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Ayat-ayat HAM dan Kesetaraan Gender?
2. Bagaimna Penafsiran Ayat-ayat atau Pemahaman HAM dan Kesetaraan
Gender menurut Ormas?
3. Apa Relevansi HAM dan Kesetaraan Gender menurut Ormas dengan
zaman sekarang?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami Ayat-ayat HAM dan Kesetaraan Gender
2. Untuk memahami Penafsiran Ayat-ayat HAM dan Kesetaraan Gender
menurut Ormas
3. Untuk memahami Relevansi HAM dan Kesetaraan Gender menurut
Ormas dengan zaman sekarang

BAB II
1
Abdullah Muslich Rizal Maulana, “Feminisme sebagai Diskursus Pandangan Hidup”, Jurnal
KALIMAH Vol. 11, No. 2, September 2013, h. 273.
PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat HAM dan Kesetaraan Gender

Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh semua orang sesuai
dengan kondisi kemanusiaannya. Semua orang setuju bahwa hak asasi
manusia adalah "kekuatan dan keamanan" karena mereka selalu dianggap
vital, penting, dan mendasar. Gagasan hak asasi manusia pertama kali muncul
pada abad ke-17 dan ke-18 sebagai akibat dari tanggapan mutlak raja dan
penguasa feodal terhadap kelas bawah, yang mereka kuasai atau pekerjakan.
Benar, mereka diperlakukan sewenang-wenang sebagai budak. Puncaknya
adalah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang dikeluarkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948, yang menguraikan
tentang hak asasi manusia yang telah dijanjikan oleh pemerintah untuk
dijunjung tinggi. Deklarasi tersebut bercita-cita untuk melindungi hak-hak
individu, kehidupan, kebebasan, dan keselamatan serta untuk memastikan
kebebasan berbicara, berkumpul secara damai, dan beragama.2

Ayat —Ayat HAM Dalam Al-Quran

1. Kebebasan Beraqidah
manusia berhak untuk meyakini agama apapun dan berhak mengingkari
agama apapun. Manusia juga dianggap berhak mengubah agamanya,
bahkan berhak tidak mempercayai suatu agama sama sekali.
‫ِإ‬
‫َال ْك َر اَه ا فِي الِّد ْيَن‬
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)." (Q.S. Al Baqarah : 256)
‫ِم‬
‫َفَمْن َش اَء فـَـْلُيْؤ ْن وَ َمْن َش اَء فَـْلَيْك ُفْر‬
"Maka siapa saja yang ingin (beriman) hendaklah beriman, dan siapa saja
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Q.S. Al Kahfi : 29)

2. Kebebasan Berpendapat
2
Nadzifa Ermiladani Putri, Konsep hak asasi manusia dalam Al-Qur'an :Studi Penafsiran Quraish
Shihab dalam tafsir Al-Mishbah. Skripsi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. h. 6
bahwa setiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat apa saja di
segala bidang dan segala persoalan tanpa terikat dengan batasan apapun.3
‫َلَتِج َد َّن َأَش َّد الَّناِس َعَد اَو ًة ِلَّلِذْيَن آَمُنوا الَيُهْو َد َو اَّلِذيَن َأْش َر ُك وا‬
"Tidaklah engkau dapati manusia yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman kecuali orang Yahudi dan orang-
orang musyrik.." (Q.S. Al Maaidah: 82)

3. Kebebasan Hak Milik


manusia berhak memiliki segala sesuatu sesuka hatinya dan
menggunakan segala sesuatu miliknya itu sesuka hatinya pula, selama hal
itu tidak melanggar hak-hak orang lain.
Surat al-Nisa ayat 294
‫ٰۤي ـَاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ٰاَم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْۤو ا َاْم َو ا َلـُك ْم َبْيَنُك ْم ِبا ْلَبا ِط ِل ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج ا َر ًة َعْن َتَر ا ٍض‬

‫ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْق ُتُلْۤو ا َاْنـُف َس ُك ْم ۗ ِاَّن الّٰل َه َك ا َن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu.”
4. Kebebasan Bertingkah Laku
kebebasan bertingkah laku berarti setiap orang berhak menjalani
kehidupan pribadinya sekehendaknya, asalkan tidak melanggar
kehidupan pribadi orang lain.
Surat al-Mumtahanah ayat 9
ِ ‫َّنَم ا َيْنٰه ٮُك ُم الّٰل ُه َعِن اَّلِذ ْيَن َقا َتُلْو ُك ْم ِفى الِّد ْيِن َو َا ْخ َر ُجْو ُك ْم ِّم ْن ِد َيا ِر ُك ْم َو َظاَه ُر ْو ا َعٰۤلى‬

‫ِاْخ َر ا ِج ُك ْم َاْن َتَو َّلْو ُه ْم ۚ َو َمْن َّيَتَو َّلُه ْم َفُا و ِئَك ُه ُم الّٰظِلُمْو َن‬
‫ٰٓل‬

3
Abdul Qadim Zallum, Serangan Amerika untuk Menghancurkan Islam, terj. M. Al Khaththath,
dkk. ( Baghdad : Pustaka Thariqul ‘Izzah, Juli 1996, h. 21.
4
Nadzifa Ermiladani Putri, Op.Cit, h. 10.
"Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan
agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka
sebagai kawan, mereka itulah orang yang zalim.

Ayat-ayat Kesetaraan Gender


QS. al-Nisa (4), 124

‫َو َمْن َّيْع َمْل ِم َن الّٰص ِلٰح ِت ِم ْن َذَك ٍر َاْو ُاْنٰثى َو ُه َو ُمْؤ ِم ٌن َفُا وٰٓلِئَك َيْد ُخ ُلْو َن اْلَج ـَّنَة َو اَل‬

‫ُيْظَلُمْو َن َنِق ْيًر ا‬

"Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun


perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun."
QS. al-Nahl (16): 97,
َ ‫ْن َعِم َل َص ا ِلًح ـا ِّم ْن َذَك ٍر َاْو ُاْنٰثى َو ُه َو ُمْؤ ِم ٌن َفَلـُنْح ِيَيَّنهٗ َح ٰي وًة َطِّيَبًة ۚ َو َلـَنْج ِز َيـَّنُه ْم َاْج َر ُه ْم ِبَا ْح َس ِن‬

‫َم ا َك ا ُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬


Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

QS. al-Hujurat (49): 13.

ۤ ‫َا ُّيَه ا الَّنا ُس ِاَّنا َخ َلْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذَك ٍر َّو ُاْنٰثى َو َجَعْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبٓاِئَل ِلَتَعا َر ُفْو ا ۗ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد‬

‫ِا ّٰل ِل ِب‬ ‫ّٰل ِه‬


‫ال َا ْتٰق ٮُك ْم ۗ َّن ال َه َع ْيٌم َخ ْيٌر‬
“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa diantara kamu.
B. Penafsiran Ayat-ayat HAM dan Kesetaraan Gender menurut Ormas
HAM dalam konsep NU merupakan persemaian antara nilai-nilai hak
asasi yang berkembang di Barat, Islam maupun nilai-nilai lokalitas
keindonesiaan. Sebab itu, bagi NU, hak-hak beragama, berserikat,
berpendapat, berpenghasilan, hak milik dan lain sebagainya, bukan diadopsi
secara tekstual dari konsep Barat atau Islam tetapi didialogkan secara kritis
dengan realitas sosial, politik, budaya ekonomi dan lainnya. Dengan
demikian, hak asasi yang dipahami NU, demi terjaganya lima prinsip dasar:
hifz al-nafs (jiwa), hifz al-dîn (agama), hifz al-nasl (keturunan), hifz al-mâl
(harta) dan hifz al-aql (akal) bisa jadi maknanya berlainan dengan pemahaman
pemikiran ortodoksi Sunni selama ini.5
Ide kebebasan ini lahir karena konflik antara para Raja dan para tokoh
agama yang selalu mengekploitasi rakyat dengan atas nama agama di satu sisi,
dengan para intelektuan dan ahli filsafat yang menyerukan kebebasan manusia
serta menyerukan pemisahan agama dari kehidupana di sisi yang lain. Hizbut
Tahrir mengingatkan agar mewaspadai seruan kepada empat kebebasan ini,
yang dibungkus dengan seruan membebaskan bangsa-bangsa dari penjajahan
dan penindasan.6
a. Kebebasan Berakidah
Yang dimaksud dengan kekebasan berakidah atau beragama (hurriyah al-
akidah/Freedom of Religion) bahwa manusia berhak untuk memeluk
akidah apapun yang ia inginkan, berhak beriman dengan ideologi apapun
dan agama apapun, berhak mengingkari agama apapun dan pemikiran
apapun. artinya bahwa seorangmuslim, misalnya berhak untuk pindah
pada agama Nasrani (Kristen), Yahudi, Budha atau pada Komunisme

5
Maghfur Ahmad, NAHDLATUL ULAMA DAN PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA
DI INDONESIA, RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010, h. 188
6
Muhammad Muhsin Rodhi, Tsaqofah dan Methode Hizbut Tahrir, ter. Muhammad Bajuri
(Bagdad: Al Izzah, 2008), h. 306.
dengan kebebasan penuh. Negara atau orang lain tidak punya hak untuk
melarangnya dari melakukan semua itu.
Allah SWT berfirman :
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)" dan "Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Hizbut Tahrir menganggap seruan dalam nash tersebut obyeknya
terbatas hanya pada kaum kafir saja. Oleh karena itu, kaum Muslim tidak
boleh memaksa kaum kafir agar masuk Islam. Namun mereka berhak
untuk beriman dengan Islam atau tidak. Hanya saja,seruan tersebut tidak
bisa diterapkan kepada kaum Muslim, sebab mereka setelah masuk Islam,
mereka tidak bebas lagi untuk kufur dan murtad (keluar) dari agamanya.
Islam mengharamkan seorang muslim meninggalkan akidah Islam, dan
murtad lalu masuk agama Yahudi, dll.7
b. Kebebasan Berpendapat Yang dimaksud dengan kebebasan berpendapat
(hurriyah ar-ra'yi / Freedom of Opinion) bahwa manusia berhak (bebas)
mengemban pendapat dan pemikiran apa saja, dan apapun eksistensi
pendapat dan pemikiran ini; manusia berhak (bebas) mengatakan
pemikiran dan pendapat apa saja; dan berhak (bebas) menyerukan
pemikiran dan pendapat apa saja dengan penuh kebebasan tanpa batas,
apapun eksistensi pendapat dan pemikiran ini; manusia berhak (bebas)
mengekspresikan semua itu dengan cara apa saja, dengan media apa saja
yang dimilikinya. Negara dan orang lain tidak berhak melarangnya dalam
melakukan semua itu, selama ia tidak mengganggu kebebasan orang lain.

Ketika kebebasan berpendapat itu punya daya tarik yang besar di sisi
kaum Muslim, akibat mereka hidup di negeri-negeri yang melarang setiap
orang menyatakan pendapatnya jika pendapatnya bertentangan dengan

7
Ibid, h. 307.
pendapat penguasa, maka Hizbut Tahrir mengingatkan meski kaum
Muslim dihadapkan pada pemerintahan yang zalim, kejam dan banyak
melanggar hukum-hukum Allah, kaum Muslim tidak boleh menerima
sesuatu yang justru akan menyebabkan murka Allah SWT., sebab
kebebasan berpendapat ini, persepsinya tidak terbatas atas aktivitas
mengoreksi penguasa, mengeritik sepak terjang para politisi dan yang
lainnya, namun juga mencakup kebebasan berbuat kufur dengan terang-
terangan, seruan dan propaganda terhadap sesuatu yang diharamkan Allah,
di antaranya riba, judi, minuman keras, penyimpangan seksual, pemikiran-
pemikiran yang merusak nilai-nilai kemuliaan dan kehormatan kaum
perempuan. Di mana Allah SWT. memerintahkan agar berpegang teguh
kepadanya dan menjaganya. Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa
menyampaikan pendapat dalam Islam berbeda dengan kebebasan
berpendapat dalam sistem Kapitalisme. 8

c. Kebebasan Kepemilikan Yang dimaksud dengan kebebasan kepemilikan


(hurriyah at-tamalluk/ Freedom of Ownership) adalah bahwa manusia
berhak untuk memiliki apa saja yang dikehendakinya, dan mengunakan
apa yang dimilikinya dengan sesuka hatinya, dengan syarat tidak
mengganggu hak-hak orang lain, yakni hak-hak dalam pengertian sistem
Kapitalisme. Sehingga, sesuai dengan kebebasan ini, manusia berhak
memiliki apa yang seharusnya menjadi milik publik (public property),
seperti sumur-sumur minyak dan pertambangan yang serupa dengan air
yang jumlahnya tak terbatas; memiliki tepi pantai, sungai, air yang
dibutuhkan orang banyak, dan seterusnya. kepemilikan dalam Islam,
sangat jauh berbeda dengan kebebasan ini. Manusia berhakmenggunakan
apa yang dimilikinya dengan sesuka hatinya, baik dalam hal itu ia terikat
dengan perintahperintah Allah dan larangan-larangan-Nya, maupun tidak.
8
Ibid, h. 309.
Hizbut Tahrir membeberkan sebagian akibat dari kebebasan
kepemilikan ini, yaitu kekayaan yang melimpah hanya menumpuk dalam
genggaman tangan segelintir orang yang disebut dengan para kapitalis.
Mereka dengan kelebihan kekayannya mengubah kekuatan, dominasi, dan
kekuasaan di masyarakat dan kebijakan politik dalam dan luar negeri
setiap negara selalu berpihak padanya
d. Kebebasan Berperilaku
Yang dimaksud dengan kebebasan berperilaku (hurriyah asy-
syakhshiyah/Personal Freedom), yakni setiap manusia berhak
menjalankan kehidupannya yang khusus (privasinya) dengan sesuka
hatinya, dengan syarat tidak mengganggu kehidupan khusus (privasi)
orang lain. Manusia berhak untuk menikah. Manusia juga berhak untuk
berhubungan badan dengan perempuan manapun tanpa perlu nikah
(berzina) selama hal itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Manusia
berhak untuk melakukan kelainan seksual, seperti homosek, lesbian dan
yang lainnya, selama dilakukan tanpa mengganggu ketertipan umum
(sembunyi-sembunyi).
Dengan kebebasan berperilaku ini, manusia berhak makan, minum dan
berpakaian sesukanya, selama masih dalam batas-batastidak mengganggu
ketertiban umum. Artinya bahwa tidak ada halal haram bagi mereka yang
menyerukan kebebasan berperilaku bagi manusia. Selama manusia dalam
melakukan perbuatannya ini tidak melanggar undang-undang.
Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh menerima kebebasan
berperilaku, sebab hal itu membolehkan apa yang telah diharamkan Allah
SWT. Dan sangat bertentangan dengan hukum-hukum Islam. Di dalam
Islam tidak ada kebebasan berperilaku. Seorang muslim terikat dengan
perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya dalam setiap
perbuatan dan perilakunya.9
9
Ibid, h. 314.
Menurut Muhammadiyah laki-laki dan perempuan diciptakan oleh
Allah dengan sebaik-baiknya bentuk sebagai makhluk yang sempurna,
pandangan ini didasarkan pada firman Allah, diantaraanya : QS. At-Taubah
ayat 71 dan QS. An-Nahl ayat 97. Dimana Laki-laki dan perempuan memiliki
kesamaan kedudukan dihadapan Allah. Keduanya juga memeiliki kesempatan
yang sama untuk beribadah,untuk ikut berperan dalam berbagai aspek
kehidupan, dan berhak mendapatkan penghargaan yang adil sesuai dengan
amalnya. Meskipun muhammadiyah memandang bahwa pada dasarnya laki-
laki memiliki derajat yang sama, namun keduanya memiliki ranah dan
wilayah tersendiri dalam hal tertentu sesuai dengan kodrat kemanusiaan.10

Pada dasarnya tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama


menyetujui kehadiran feminism atau kesetaraan gender.11
Pandangan MHTI terhadap kesetaraan gender atau disebut feminisme
dianggap sebagai sebuah gerakan bukan hanya fenomena yang dihadirkan
ditengah-tengah muslim untuk menciptakan revolusi sosial, tetapi juga
menjadi sebuah problema kemunculan kesetaraan gender yang membawa
dampak buruk terhadap kaum perempuan, wacana kesetaraan gender muncul
sebagai gerakan perlawanan terhadap struktur dan sistem yang melakukan
penindasan atas nama gender dan dari inilah kesetaraan gender atau dikenal
feminisme bisa lahir di dunia.12

C. Relevansi HAM dan Kesetaraan Gender menurut Ormas dengan zaman


sekarang
Relevansi HAM....
10
Muhammad Ridha Basri, “Keadilan Gender dalam Ranah Kepemimpinan Muhammadiyah
(Studi Terhadap Struktur Kepengurusan di IMM Sleman Yogyakarta), Tajdida, Vol. 12, No. 2,
Desember 2014, h. 154.
11
Nindi alfihzahrin, “Feminiseme dalam Islam menurut pandangan Tokoh Muhammadiyah
dan Nahdlatul Ulama di kota ambon”, Jurnal Al-Muqaranah, Vol. 1, No.1, September 2022 h. 29.
12
Dora Olviana, “Gender Bias dalam Framing anti Feminisme MHTI di kota Surabaya”,
skripsi, (Surabaya, universitas Airlangga, 2013), h. 4.
Tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama memiliki persamaan
dalam menyetujui keadilan pembagian hak dan kewajiban dalam Islam.
Pandangan tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sejalan dengan
ketentuan kelembagaan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Muhammadiyah melalui keputusan Munas Tarjih XXVIII menjelaskan bahwa
Islam mengajarkan kepada pemeluknya bahwa perempuan dan laki-laki setara
di hadapan Allah. Relasi laki-laki dan perempuan dalam posisi setara, tidak
ada superioritas dan subordinasi (diunggulkan atau direndahkan). Hal ini tentu
menjelaskan bahwa tidak ada ketimpangan pembagian hak dan kewajiban
dalam Islam antara laki-laki dan perempuan. NU mengeluarkan keputusan
terkait perempuan yang salah satunya menyatakan bahwa Islam mengakui hak
perempuan sama dengan hak laki-laki dalam hal pengabdian kepada agama,
nusa, dan bangsa. 13

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama juga memiliki persamaan


pandangan dalam menyetujui peran Publik dan publik perempuan. Pandangan
tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Kota Ambon ini sejalan
dengan prinsip kelembagaan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada perempuan untuk beraktivitas
di ranah publik dengan tetap menjaga batas-batas syariat seperti perempuan
harus menjaga adab-adab kesopanan dan kesusilaan, tidak memakai
wewangian yang mengundang syahwat jika hendak bepergian, dan
semisalnya. Hal yang sama juga terdapat dalam organisasi Nahdlatul Ulama,
yang mana memberikan kebebasan dan ruang untuk perempuan agar dapat
berperan aktif di ranah publik.14
Muhammadiyah melalui Aisyiah telah terlibat aktif memperjuangkan
penyetaraan hak dan kemerdekaan hidup perempuan. Muhammadiyah sebagai

13
Nindi alfihzahrin, “Feminiseme dalam Islam menurut pandangan Tokoh Muhammadiyah
dan Nahdlatul Ulama di kota ambon”, Jurnal Al-Muqaranah, Vol. 1, No.1, September 2022, h. 24.
14
Ibid, h. 25.
salah satu pelopor pembaharuan berani keluar dari zona nyaman untuk
memulai pengupayaan terhadap keadilan gender, maka muhammadiyah
dengan Aisyiah merupakan perwakilan organisasi agama, yang dianggapn
tabu untuk memperjuangkan kesetaraan gender, yang merupakan konsep
gagasan orang “kafir”.15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Maghfur. NAHDLATUL ULAMA DAN PENEGAKAN HAK ASASI


MANUSIA DI INDONESIA, RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010

15
Muhammad Ridha Basri, Op. Cit,
Alfihzahrin, Nindi. “Feminiseme dalam Islam menurut pandangan Tokoh
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di kota ambon”, Jurnal Al-
Muqaranah, Vol. 1, No.1, September 2022,

Basri, Muhammad Ridha. “Keadilan Gender dalam Ranah Kepemimpinan Muhammadiyah


(Studi Terhadap Struktur Kepengurusan di IMM Sleman Yogyakarta), Tajdida,
Vol. 12, No. 2, Desember 2014.
Maulana, Abdullah Muslich Rizal. “Feminisme sebagai Diskursus Pandangan
Hidup”, Jurnal KALIMAH Vol. 11, No. 2, September 2013.

Olviana, Dora. “Gender Bias dalam Framing anti Feminisme MHTI di kota
Surabaya”, Skripsi, (Surabaya, universitas Airlangga, 2013).
Putri, Nadzifa Ermiladani. Konsep hak asasi manusia dalam Al-Qur'an :Studi
Penafsiran Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah. Skripsi, (UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 2022).

Rodhi, Muhammad Muhsin. Tsaqofah dan Methode Hizbut Tahrir, ter. Muhammad
Bajuri (Bagdad: Al Izzah, 2008).
Zallum, Abdul Qadim. Serangan Amerika untuk Menghancurkan Islam, terj. M. Al
Khaththath, dkk. ( Baghdad : Pustaka Thariqul ‘Izzah, Juli 1996.

Anda mungkin juga menyukai