Anda di halaman 1dari 5

BAHSUL KITAB AR-RISALAH AL-QUSAIRIYYAH

Oleh : Agus Guntur Mu’min

A. BIOGRAFI PENULIS KITAB

Nama : Abdul Karim


Nama Lengkap : Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Thalhah bin Muhamad
Nama Panggilan : An-Naisaburi dan Asy-Syafi’i
1. An-Naisaburi
Sebuah nama panggilan yang dinisbatkan pada nama kota Naisabur atau Syabur, ibukota Propinsi
Khurasan yang merupakan kota terbesar dalam wilayah pemerintahan Islam pada abad pertengahan,di
samping kota Balkh,Harrat, dan Marw. Di kota ini pula dua ilmuwan kaliber dunia dilahirkan, yaituUmar
Al-Khayyam dan Fariduddin Al-Atthar. Kota ini roboh akibat perang dan bencana alam. Abdul Karim
seorang guru spiritual Islam terbesar di zamannya, tumbuh, dan meninggal di kota ini pula.
2. Asy-Syafi'i
Sebuah penisbatan nama pada madzhab Syaf i yang di dirikan oleh Al-lmam Muhammad bin Idris
bin Syaf i pada tahun 150-204H./767-820 M.1

1. Garis Keturunan Dari Pihak Ibu


Asy-Syaikh Abdul Karim (untuk selanjutnya penyebutan pada penyusun buku ini memakai nama
Asy-Syaikh, suatu panggilan bagi seseorang yang tingkat keilmuannya sangat tinggi)dari' pihak ibu
memiliki garis keturunan yang berporos pada moyang atau marga Sulami. Paman dari pihak ibu, Abu Aqil
As-Sulami termasuk para pembesar yant menguasai daerah Ustawa. Marga As-Sulami sendiri dapat
ditarik dari salah satu dua Bangsa, yaitu
l. As-Sulami yang dinisbatkan pada Sulaim, yaitu kabilah Arab yang masyhur. Kelengkapan
silsilahnya adalah Sulaim bin manshur bin Ikrimah bin Khafdhah bin Qais bin Ailan bin Nashar.
2. As-Sulami yang dinisbatkan pada Bani Salamah, satu suku dari golongan Anshar. Silsilah ini
ada beberapa versi di mana masing-masing memiliki dasar analogi yang berbeda-beda.

2. Kelahiran dan Wafatnya


Al-Ustadz Asy-Syaikh pemah ditanya tentang kelahirannya, lalu dijawab, sesungguhnya ia
dilahirkan di bulan Rabiul Awal tahun 376 H./986 M. di kota Ustawa. Syuia' Al-Hazali pemah
memberikan keterangan tentang kewafatannya. Menumtnya Al-Ustadz meninggal di Naisabur, Ahad pagi
tanggal 15 Rabiul Akhir tahun 455 H. / 1073 M. Ketika itu beliau mencapai umur 87 tahun. Jenazah
beliau disemayamkan di sisi makam gurunya, Asy-Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq, semoga Allah merahmati
keduanya.

3. Kehidupan Syaikh Abdul Karim


Kami tidak tahu banyak tentang kehidupan masa kecil beliau kecuali sedikit. Namun, yang kami
ketahui bahwa beliau telah menjadi yatim ketika masih kecil, kemudian masalah perawatan (dalam arti
intelek, spiritual, dan jasmani) selanjutnya diserahkan kepada Abul Qasim Al-Alimani, seorang sahabat
karib keluarga Qusyairi. Kepadanya si "kecil" ini belajar bahasa dan sastra Arab. Pada masa itu, kondisi
pemerintahan tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Para penguasa dan staf- stafnya berlomba saling
memperberat tingkat pungutan pajak. Hal itu sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa Asy-Syaikh untuk
bercita-cita meringankan beban dari apa yang dikeluhkan masyarakat selama itu. Karena itu, beliau
berpikiran pergi ke Naisabur untuk belajar.

4. Pendamping Hidup
Asy-Syaikh Abdul karim menikah dengan Fatirnah, putri guru sejatinya yang bernama Abu Ali Al-
Flasan bin Ali An-Naisabur Ad-Daqaq. Dia seorang wanita berilmu, beradab, dan terrnasuk ahli zuhud
1
Nama yang di nisbatkan pada nama abu.
Al-Ansab, Abdul Karim As-Sam'ani, juz l0, halaman 125
Tajul Arusi, Murtadha az-zubaidi, juz 3, halaman 493
Mu’jamul qobailil ‘arab, Umar ridha alkuhalah, Juz 3, halaman 954.
( Diakses pada Hari Kamis, 22 Februari 2024 Pukul: 23.09)
yang diperhitungkan di zamannya. Banyak hadis yang diriwayatkan olehnya. Beliau hidup bersamanya
semenjak tahun 405 H./1014 M. hingga 412H./1021 M.

5. Keturunan
Asy-Syaikh Abdul karim meninggalkan enam orang putra dan seorang putri. Kesemuannya adalah ahli-
ahli ibadah. Secara berurutan mereka adalah:
a) Abu Said Abdullah.
b) Abu Said Abdul Wahid.
c) Abu Manshur Abdurrahman.
d) Abu Nashr Abdurrahim.
e) Abul-Fatih ubaidillah.
f) Abul-Mu&affar Abdul Mun'im.
g) Ummatul Karim.

6. Makna Risalah
Secara terminologi, kata risalah berarti suatu pembahasan,tema bahasan atau kajian.
Keberadaannya mungkin sebagai jawaban suatu pertanyaan, pemecahan suatu masalah, atau jalan keluar
dialog kajian.

B. LATAR BELAKANG

Risalah ini oleh penyusunnya, Imam Qusyairi sengaja dituiukan kepada kelompok masyarakat
yang berkecimpung dalam dunia tasawuf secara taklid; suatu kelompok yang mempraktekkan ajaran
tasawuf tanpa pengetahuan tentang hakikat dasar dasar thariqah; mereka yang mengamalkan ritual sufisfik
di tengah kekeliruan-kekeliruan sebagaian kaum yang mendakwakan diri sebagai kelompok sufi; atau di
dalam paham-paham sufistik yang seolah memiliki dasar keagamaan tapi sebenamya tidak memiliki
landasan hukum (nash AlQurrqn dan hadis), akal, dan argumen.Inilah salah satu permasalahan tiap
madhab,pemikiran dan thariqah. Di antara pengikut-pengikut paham itu, ada yang memperbaiki
pemahaman dan pemapalannya, ada pula yang justru memperburuknya dengan berbagar tindakan amoral
dan penyimpangan. Karena itu, kehadiran risalah ini merupakan sebuah "teriakan" kebenaran yang murni,
dan lahir dari hati yang diterangi cahaya cinta pada Allah dan Rasul-Nya; suatu kebenaran yang
menerangi jalan Islam dan orang-orang yang menyalahgunakan ajaran tasawuf atau memang tidak
mengerti tentang tasawuf; serta membukakan mata mereka tentang hakikat tasawuf dari sisi amalan, ruh,
halushasi, dan praktek ritual dalam Islam.
Kitab ar-Risalatul Qusairiyah ini salah satu dedengkotnya Kitab-kitab tasawuf. Penulisnya, Imam
al-Qusairy, mengarang kitab ini saat masa-masa kejayaan Islam sampai pada puncaknya, yakni di era
kekhalifahan Abasiyah, tahun 300 H. Untuk memecahkan permasalahan tiap tiap madzhab pemikiran dan
thariqoh serta memperbaiki pemahaman orang orang.2

C. PENJELASAN RINGKAS KITAB AR-RISALAH AL-QUSAIRIYYAH

Allah benar-benar telah menjadikan kaum ini sebagai kelompok para waliyullah terpilih;
mengutamakan mereka atas semua hamba-Nya setelah para rasul dan nabi-Nya. Semoga Allah memberi
shalawat dan salam pada mereka; meniadikan hati mereka tambang berbagai rahasia-Nya; dan
mengkhususkan mereka lebih dari umat-Nya yang lain dengan pantulan cahaya-Nya. Mereka bagai hujan
bagi makhluk-Nya yang selalu beqputar dan berkeliling bersama Al-Haqq dengan kehakikatan-Nya di
tengah keumuman tingkah laku manusia. Allah menjernihkan mereka dari segala kotoran sifat manusia;
melembutkan hati dan rohani mereka pada pencapaian tempat-tempat musyaludat (persoalan rohani pada
kebesaran dan rahasia kegaiban Allah) dengan penampakan Al- Haqq dari segala hakilat keesaan-Nya;
menempatkan mereka untuk tetap tegak dengan sikap penyembahan dan mempersaksikan pada mereka
saluran-saluran hukum ketuhanan. Karena itu, mereka mampu menemukan segala bentuk kewajiban yang
2
Dikeluarkan oleh imam muslim tentang “iman” bab penggambaran
Jibril a.s pada NABI SAW. Tentang iman dan islam, no 8; juga oleh
At-turmuzi tentang “iman” nomor 2738; abu dawud tentang “sunnah”
Bab qodar, No.4695; dan an-nasai tentang, “iman”, bab sifat islam
Juz VIII, no. 97.
(Diakses pada hari Kamis, 22 Februari 2024 pukul: 23.10)
dibebankan pada mereka; mampu menghakikati segala yang dianugerahkan-Nya berupa perubahan-
perubahan dan berbagai putaran hidup, kemudian kembali pada Allah dengan kebenaran iftiqar (butuh dan
menggantung pada kehadiran peran serta Allah) dan hati yang remuk redam karena Allah. Sesungguhnya
Allah adalah Dzat Yang Maha Luhur dan Tinggi; bebas berbuar apa -yang likehendaki-Nya; bebas
memilih siapa saja yang dikehendaki-Nya; tidak ada yang memberi ketentuan.

D. PENJELASAN TENTANG KONDISI ROHANI DAN KARAMAH

1. Karamah Para Wali


Nampaknya, karamah bagi para wali diperbolehkan. Dalil perbolehannya didasarkan pada alasan
bahwa karamah merupakan kejadian yang bersifat asumtif di dalam rasio, yang hasilnya tidak akan
membawa implikasi kehilangan dasar. Hal itu wajib karena sifat Allah berkuasa untuk mewujudkannya.
Apabila keberadaan wajib itu disandarkan pada kekuasaan Allah, maka tak satu pun yang mampu
menghalangi kebolehan diperolehnya karamah. Karamah merupakan indikasi kebenaran orang. Indikasi
ini selalu nampak dalamhal ihwalnya. Barangsiapa yang tidakbenar, maka realitas sescuna karamah tidak
diperbolehkan. Argumentasi yang mernberikan petunjuk bahwa Allah Swt. memberikan definisi (batasan)
kepada kita, sehingga kita dapat membedakan antara orang yang benar dalarn hal ihwabrya dan orang
yang Bagal dalam metodologi pengambilan argumen merupakan hal yang bersifat asumtif.
Hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan keistimewaan wali yang tidak mungkin diperoleh oleh
orang yang mentaku-aku. Konteks inilah yang disebut karamah. Karamah merupakan aktivitas yang
bertolak belakang dengan adat di saat-saat pemaksaan dan merupakan realitas sifat kewalian tentang
makna pembenaran dalam situasi (keadaan)nya. Ahli kebenaran membahas perbedaan antara karamah dan
mukjizat.Imam Abu Ishaq Al Asfarayaini berpendapat, mukjizat merupakan argumentasi kebenaran para
nabi. Argumentasi kenabian tidak akan diketemukan oleh selain nabi sebagaimana kekuatan rasio.
Apabila kekuatan rasio dijadikan argumentasi oleh cendekiawan untuk membuktikan bahwa dirinya
cendekiawan, maka ia tidak akan diketemukan kecuali yang cendekiawan.Oleh karena itu, Al-Asfarayaini
berkata, "para wali mempunyai karamah yang menyerupai keterkabulan doa. Sedangkan bentuk mukjizat
yang dimiliki para wali itu bukan kepunyaan para wali."Menurut Imam Abu Bakar bin Furak, mu’zijat
merupakan argumentasi kebenaran. Apabila orang yang mempunyai mukjizat mengaku sebagai nabi,
maka mukizat dapat dijadikan Bumentasi untuk membenarkan ucapannya. Apabila orant yang mempunyai
mukizat menunjukkan kewalian, maka mukjizat dapat dijadikan argumen untuk membenarkan
keadaannya.
Yang terakhir ini disehut karamah.
Abu Bakar Al-Furak juga berpendapat, perbedaan antara mukizat dan karamah terletak pada
keberadaan para nabi yang diperintah untuk merealisasikannya, sedang wali diwajibkan menutup dan
menyembunyikannya. Nabi Muhammad Saw. Mendakwakan hal itu, tetapi beliau memutuskan sabdanya,
sedang wali tidak mendakwakan dan tidak memutuskan karamatrnya. itu mungkin terjadi dengan
berulang-ulang. Di dalam tulisan yang tidak diedarkan, AlQadhi Abu Bakar Al-Asy'ari pada masa
hidupnya mengintegrasikan bahwa mukjizat hanya dikhususkan kepada para nabi, sedang karamah
dikhususkan pada para wali, sebagaimana yang terjadi pada para nabi. Mukjizat tidak mungkin terjadi
padapara wali karena syarat mukjizat harus mendakwakan kenabian. Mukjizat tidak akan tampak dengan
sendirinya tetapi diperoleh dengan berbagai sifat.
Apabila salah satu syaratnya tidak dipenuhi, maka ia tidak dapat dinamakan mukjizat. Salah satu
syaratnya adalah mendakwakan kenabian. Wali tidak boleh mendakwakan kenabian. Oleh karena itu,
sesuatu yang diperoleh para wali bukanlah mukjizat. Pendapat ini yang perlu kita jadikan sandaran
(pegangan). Kebanyakan syarat mukjizat terdapat di dalam karamah kecuali syarat yang satu ini. Karamah
merupakanaktivitas yang harus terladi, tetapi tidak harus terkhususkan kepada satu orang yaitu bertolak
belakang dengan adat dan akan terrealisir (nampak) di saat pemaksaan. Apabila hamba mendapatkan hal
itu, maka dia mendapatkan keistmewaan dan keutamaan. mukjizat akan diperoleh dengan cara
ikhtiar'(usaha, pilihan) dan pengajakan (pengakuan), sedang karamah tidak.
Pada saat-saat tertentu, karamah tidak akan diperoleh dengan ikhtiar. Oleh karena itu, wali tidak
diperintah mengajak makhluk untuk mengikuti dirinya. Apabila wali menampakkan karamahnya kepada
orang yang ahli, maka dia diperbolehkan. Ahli kebenaran berbeda pendapat tentang wali. Apakah
diperbolehkan bagi wali untuk diketahui atau tidak? Menurut Imam Abu Bakar bin Furak, diketahuinya
wali tidak diperbolehkan karena akan menghilangkan rasa takut dan harus pula merasa . Menurut Ustaz
Abu Ali Ad-Daqaq, diketahuinya wali diperbolehkan dan perlu kita istimewakan. Kita dapat
mengungkapkan bahwa diketahuinya wali diwajibkan bagi semua wali, sehingga akan mengetahuibentuk
kewajiban bahwa dia adalah wali. Sebagian mereka diperbolehkan mengetahui wali sebagaimana tidak
diperbolehkan kepada sebagian mereka. Apabila sebagian para wali mengetahui bahwa dia adalah wali,
maka kema'rifatannya merupakan karamah tersendiri. Tiap tiap karamah tidak hanya dimitiki oleh wali
yang wajib menampakkan bentuknya kepada semua wali.3
Akan tetapi, bagi wali tidak harus mempunyai karamah riil di dunia yang ketiadaannya
mengakibatkan buruk terhadap eksistensi kewalian. Berbeda dengan para nabi. Mereka wajib menerima
mukjizat karena Nabi Muhammad Saw. diutus kepada makhluk. Mereka butuh mengetahui
kebenar:urnya. Dia tidak akan diketahui kecuali dengan mukj izat. Sedangkan wali tidak diutus kepada
makhluk dan tidak wajib diketahui bahwa dia adalah wali. Oleh karena itu, sahabat yang sepuluh
rnembenarkan Rasulullah Saw. tentang informasinya kepada mereka dengan digolongkan ahli surga.
Menurut pendapat yang tidak memperbolehkan wali itu diketahui karena dia mengentaskan mereka dari
ketakutan. Oleh karena itu, mereka tidak diperkenankan takut kepada perubahan akibat (siksaan). Mereka
akan menemukan kehebatan, kemuliaan, dan keagunan dalam hatinya karena Alah Swt. Yang akan
menambah rasa takut.
Perlu diketahui, wali akan tenang apabila mendapatkan karamahyang sedang muncul dan dia tidak
memperhatikan. Terkadang wali itu menampakkan karamahnya kepada orang banyak, seperti kekuatan
yakin dan penglihatan hatin vang bertambah untuk nrenyatakan kepada mereka bahw'a hal itu rnerupakan
pekerja"Allah Swt. Mereka akan mengarnbil petunjuk atas kebenaran akidah yang dipegang oleh wali.
Pendapat umum tentang kebolehan menarnpakkan kararnah bagi para wali adalah wajib. Ini adalah
pendapat mayoritas ahli ma'rifat. Karena banyaknya inforrnasi dan cerita yang berturut-turut tentang
macam-macam karamah, maka mengetahui eksistensi dan realitasnya terhadap para wali secara
keseiuruhan merupakan itnu yang kuat yang akan menghilangkan keragu-raguan.
Barangsiapa yang memoderati kelompok (pendapat) ini sekaligus meruntuhkan informasi dan cerita
tentang mereka, maka secara keseluruhan (umum) kerantrran (kesyubhatan) tidak akan terjadi.
Argumentasi (dalil-dalil) pendapat ini, yaitu pertama, nash Al-Quran tentang cerita teman Nabi Sulaimana
yang mengatakan:
‫… َاَن۠ا ٰا ِتْيَك ِبٖه َقْبَل َاْن َّيْر َتَّد ِاَلْيَك َطْر ُفَۗك‬.
“Saya akan rnembawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” (QS. An-Naml: 40).

Dia (teman Nabi Sulaiman) bukanlah seorang nabi, Kedua, Hadis sahih tentang Amirul Mukminin
Umar ibnul Khaththabyang mentatakan Dia berkata di atas mimbar mesjid di Kota madinah dengan
menghadap ke arah Kota Siria bersamaan dengan terjadinya penaklukan wilayah Persi tahun 23 H. Oleh
umat Islam. 'Sariyah bin Zanim (meninggal tahun 30 H./650 N) dari kabilah Kinani dan termasuk sahabat
Nabi Saw. Dia salah seorang penyair yang berada di barispn terdepan sesama para penakluk muslim.
tetaplah di atas gunung." Peristiwa itu terjadi ketika Umar Ibnu Alkhaththab berkhotbah di hari Jumat
yang suaranya sampai kepada Sariyah pada waktu dia sedang menaklukan Negara Persis, sehingga umat
Islam dapat terjaga dari ancaman benteng pertahanan musuh melalui gunung. menurut satu pendapat,
karana ini hanya pantas terkait dengan kemukjizatan Nibi Muhammad Saw. karena setiap orang tidak
selamanya benar di dalam Islam. Dan, karamah tidak selalu diperoleh. Karamah seorarng nabi akan
nampak bagi salah seorang umatnya. Karamah ini masih terhitung dari keseluruhan kemukjizatan nabi.
maka karamahtidak akan diperoleh oleh para pengikutnya. Oleh karena itu, tingkatan para wali tidak akan
sampai pada tingkatan para nabi secara ijmak.

E. KESIMPULAN

Supaya kita sama sama tau bahwasannya karomah atau mukjizat itu ada, di dunia ini, atas kehendak
allah swt.

3
Menyerupai jawaban doa seperti pemberitahuan mengenai
Kedatangan Zaid dari kepergiannya dan kesehatannya dari sakitnya.
Bahkan ia lebih utama dari pada orang yang karomahnya tampak,
Karna keutamaan karomah hanyalah terjadi dengan penambahan
Keyakinan, tidak denganpenampakan karomahnya.
Mereka mengetahui demikian karena keberadaan mereka sebagai
Para wali allah dan ummat sepakat mengakui keberadaannya
(Diakses pada hari Kamis, 22 Februari 2024 pukul : 23.12)

Anda mungkin juga menyukai