1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………...……. 2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….3
A. Latar Belakang…………………………………………………………..3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….3
C. Tujuan Penulisan………………………………………………....……...3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..5
A. Khulafaur Rasyidin.........................……………………………………..5
B. Dinasti Bani Umayyah …………………………………………………19
C. Dinasti Bani Abbasiyah………………………………………………....29
D. Turki Usmani …......…...………………………………….…………….38
E. Kerajaan Safawiyah …….………………………………..……………..43
F. Kerajaan Mughol…………………………………..…………………....48
Kesimpulan…………………………………………….………………..55
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….……………..56
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa permulaan peradaban, Nabi Muhammad saw. membawa
perubahan yang sangat besar bagi manusia. Beliau merupakan nabi penutup
dari pada nabi dan rosul, serta sebagai rahmatan lil alamin bagi umat manusia
dengan Islam sebagai ajaran agama yang baru. Sehingga beliau patut di
jadikan sebagai guru utama bagi pembaruan. Setelah nabi wafat ajaran
tersebut disebarluaskan oleh para sahabat, tabiin dengan memegang panji
Islam yang kokoh. Sehingga pasca nabi, ajaran Islam juga disebarluaskan ke
seluruh penjuru dunia.
Dalam penyebaran syari’at Islam pasca Rasulullah Muhammad saw.
terdapat beberapa babakan yang dimulai dari Khulafaur Rasyidin, serta
babakan Islam pada masa klasik (keemasan) yang terdapat dua penguasa
besar pada saat itu, yaitu pada masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah.
Disamping itu juga terdapat sumbangsih babakan dari tiga kerajan besar yakni
Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawiyah di Persia dan Kerjaan Mughol
di India.
Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang perbandingan
kepemimpinan dari masa Khulafaurrasyidin sampai Kerajaan Mughol.
B. Rumusan Masalah
3
3. perkembangan peradaban Islam pada masa tersebut
4. Mengetahui perbandingan dari Khulafaur Rasyidin, dinasti dan kerajaan
tersebut
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. KHULAFAUR RASYIDIN
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)
a. Biografi
Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632
hingga tahun 634 M. Nama kecilnya Abdullah bin Abi Quhafah, ia adalah
satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau
khalifah yang diberi petunjuk. Disamping itu, beliau juga di beri gelar
Ash-Shiddiq yang berarti orang yang jujur. Gelar Ash-Shiddiq
diperolehnya karena dia yang selalu membenarkan Nabi dalam berbagai
peristiwa terutama peristiwa Isra’ Mi’raj. Yaitu ketika banyak orang sulit
bahkan tidak percaya akan kejadian Isra’ Mi’raj justru Abu Bakarlah yang
tidak meragukan kebenaran peristiwa tersebut. Rasulullah juga
mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas
keagamaan dan mengurusi persoalan-persoalan di Madinah. Abu Bakar
juga termasuk golongan Assabiqunal Awwalun, yaitu golongan yang
pertama masuk Islam.
Keislaman Abu Bakar banyak membawa manfaat besar terhadap
Islam dan kaum muslimin, hal itu dikarenakan oleh kedudukannya yang
tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan
keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur
seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan,
Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah. Abu Bakar juga berhasil
mengajak penduduk mekkah dan kaum Quraisy lainnya mengikuti atau
memeluk Islam.1
5
ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin
Sa’ad bin Taim. Ini berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani
Taim.
b. Silsilah
6
ideal karena sejak pertama menjadi pendamping nabi dan juga sahabat
yang paling memahami risalah Nabi Muhammad saw. Abu Bakar bergelar
“Khilafah Rasulillah” atau Khalifah. Meskipun dalam hal ini perlu di
jelaskan bahwa kedudukan nabi sesungguhnya tidak akan pernah
tergantikan, tidak ada seorang pun yang menerima ajaran Tuhan sesudah
Nabi Muhammad saw. sebagai penyampai wahyu yang diturunkan.2
7
Zubair dan Abdullah bin Mas’ud untuk berada di tempat-tempat yang
setrategis untuk mempertahankan kota Madinah. Musuh-musuh yang
berkemah di Dhi-Hassi, Dhul-Qissa, Daba dan Abraque mulai maju
menuju kota. Abu Bakar sendiri maju menyerang mereka ke arah Dhi-
Hassi dan memukul mundur serangan mereka. Kemudian ia maju ke arah
Dhul-Qissa. Abu Bakar melakukan penyerangan pada malam hari dan
berhasil merebut Dhul-Qissa. Setelah Dhul-Qissa jatuh, Daba juga
berhasil diduduki.
Khalifah kemudian memusatkan sasarannya ke Abraque. Di
daerah ini terjadi pertempuran yang panjang. Tapi pada akhirnya
Abraque juga jatuh ke tangan Abu Bakar. Di sisi lain Usamah kembali
memperoleh kemenangan dari ekspedisi Siria. Khalid bin Walid dikirim
untuk melawan Tulaiha. Ikrimah dan Sharabil bin Hasan dikirim untuk
melawan Musailamah. Dan Zubair dikirim untuk memerangi Aswad Ansi
di Yaman. Peperangan-peperangan lainnya dilakukan oleh jendral-jendral
Muslim terhadap orang-orang murtad di al-Bahrain, Oman, dan Yaman.
Pada akhirnya berakhirlah seluruh gerakan kemurtadan.
3) Pengkodifikasian Al-Qur’an (12 H/633 M)
Salah satu pekerjaan terbesar yang dilakukan pada masa
pemerintahan Abu Bakar adalah pengkodifikasian (penghimpunan) Al-
qur’an. Abu Bakar as-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit
untuk mengkodifikasikan Al-Qur’an dari pelapah kurma, kulit binatang,
dan dari hafalan kaum Muslimin.
Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-
Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur’an di Perang
Yamamah. Umar yang mengusulkan pertama kali penghimpunan Al-
Qur’an ini. Sejak itulah Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf.
Inilah pertama kalinya Al-Qur’an dihimpun atau disatukan.3
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 37.
8
Umar bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin
Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari
Bani Makhzum.4 Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi
Muhammad yaitu Al-Faruq berarti orang yang bisa memisahkan antara
kebenaran dan kebatilan. Pada zaman jahiliyah keluarga 'Umar tergolong
dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada
masa itu merupakan sesuatu yang langka.
Nama lengkap Umar bin Khattab adalah Umar bin Khattab bin
Nafil bin Abd al-Uzza bin Rabah bin Ka’ab bin Luay al- Quraisy. Silsilah
Umar bertemu dengan Rasulullah pada kakek ketujuh sedangkan dari
pihak ibunya pada kakek keenam. Umar dilahirkan di Makkah empat
tahun sebelum perang Fijar. Tetapi menurut Ibn Atsir dia dilahirkan tiga
belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah saw. Hal ini berarti beliau lebih
muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Umar fasih dalam
berbicara dan tegas dalam menyatakan pendapat.
Sebelum masuk Islam Umar dikenal paling gigih menentang
dakwah Nabi. Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi
Muhammad saw. Umar memutuskan untuk mencoba membunuh
Muhammad, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah
seorang pengikut Muhammad bernama Nu'aim bin Abdullah yang
kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah
memeluk Islam. Mendengar berita tersebut, Umar terkejut dan pulang ke
rumahnya dengan maksud untuk menghukum adiknya. Dikisahkankan
bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat
Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul
saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia
menjadi iba dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 40.
9
Ketika itu Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca. Sebab
kejadian tersebut Umar menemui Nabi untuk menyatakan diri masuk
Islam.5
b. Silsilah
5
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hlm. 400.
10
d. Hasil dan Pencapaian
Berikut adalah pencapaian yang sudah di capai oleh khalifah Umar
bin Khattab:
1) Perluasan wilayah islam
Di wilayah utara, Abu Ubaidah melanjutkan peperangan yang
dimenangkan Khalid di Ajnadin. sasaran berikutnya adalah Damaskus,
ibu kota Syiria. Kota ini dikepung selama 6 bulan dan akhirnya
menyerah. Untuk membalas kekalahan Romawi di Damaskus, Heraklius,
Kaisar Bizantium menyiapkan pasukan sebanyak 200.000 orang. Di
pihak Islam hanya 25.000 orang. Penduduk Yerussalem menyerah
dengan syarat penyerahan harus diterima oleh khalifah Umar sendiri.
Amr bin Al-Ash menyampaikan hal itu kepada khalifah. Beliau datang ke
Baitul Maqdis dan menulis surat perjanjian.
Untuk menjaga stabilitas keamanan di wilayah barat tepatnya di
Palestina jalan yang harus di tempuh adalah menaklukan Mesir. Khalifah
Umar memerintahkan Amr bin Al-Ash untuk tugas tersebut. Ia bersama
4000 pejuang berangkat ke Mesir dan sampai di kota paling timur Al-
Farama pada bulan Januari 640 M. Selanjutnya Amr menuju benteng
Babilon yang amat terkenal itu. Untuk merebut benteng tersebut, Amr
meminta bantuan prajurit kepada khalifah Umar. Khalifah mengirimi
bantuan hingga pasukannya berjumlah 10.000 orang. Benteng itu
dikepung selama 6 bulan, meskipun dipertahankan oleh 25.000 prajurit,
akhirnya kaum musuh menyerah pada bulan Juli 640 M.
Guna memperkuat pasukan Mutsanna bin Haritsah yang dulu
dikirim Abu Bakar di wilayah timur, Umar mengirim Sa’ad bin Abi
Waqqash dengan kekuatan 10.000 orang. Sa’ad melakukan pertempuran
pertama di Qadisiah dengan tentara Persia yang dipimpin panglima
Rustam pada bulan Mei 637 M dengan kekuatan 30.000 orang. Dalam
peperangan tersebut Rustam terbunuh dan membuat pasukannya kucar-
kacir. Kaum muslimin mendapat harta rampasan yang banyak.
Kemudian, sasaran Sa’ad selanjutnya adalah Al- Madain, ibu kota
kerajaan Persia. Ia berhasil merebut kota tersebut pada bulan Juni 637
11
M. Kisra Yaszdajird III, maharaja Persia terakhir, melarikan diri dengan
jatuhnya Al-Madain.
2) Penataan Administrasi Negara
Karena perluasan wilayah terjadi dengan cepat, Umar segera
mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Pemerintahannya diatur menjadi 8
wilayah propinsi yakni Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah,
Palestina dan Mesir.
Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan administrasi negara,
antara lain:
a) Menertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.
b) Mendirikan Pengadilan Negara dalam rangka memisahkan
lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
c) Kepala negara dalam rangka menjalankan tugas eksekutifnya
dibantu oleh pejabat yang disebut al-Katib (sekreteris negara).
d) Membentuk Jawatan Kepolisian untuk menjaga keamanan dan
ketertiban serta menangkap penjahat.
e) Membentuk Jawatan Militer, terdaftar secara resmi di negara
yang bertugas di daerah-daerah perbatasan seperti di Kufah,
Basrah dan Fusthah
f) didirikannya Baitul Mal (keuangan negara), yang dipungut dari
pajak dan lain-lain. Penggunaannya diatur oleh Dewan.
g) Menempa atau mencetak mata uang sebagai alat tukar yang
resmi dari negara dan
h) Menciptakan kelender Islam atau tahun Hijriah6
6
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 98.
12
Ustman bin Affan memiliki nama lengkap Ustman bin Abdi Syams
bin Abdi Manaf bin Quraisy Al-Umawiy, nama ibu beliau adalah Arwa
binti Kuriz bin Rabiah. Dilahirkan pada tahun 573 M. tahun kelima setelah
kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Beliau berasal dari keluarga yang kaya raya. Sebelum masuk Islam
dia dipanggil Abu Amr. Beliau memiliki sifat jujur dan rendah hati di
kalangan umat islam. Bahkan sebelum masuk Islam, Beliau terkenal
dengan kejujuran dan kerendahan hati.
Dilihat dari nasab, Ustman bin Affan masih ada hubungan dengan
nasab Nabi Muhammad saw. yaitu pada kakeknya yang bernama Abdul
Manaf. Hal ini membuktikan bahwa Ustman bin Affan jika dilihat dari
silsilah beliau masih saudara dengan Nabi Muhammad saw.
Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar yaitu sesudah Islamnya
Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Beliau adalah salah satu sahabat
besar dan serta termasuk pula golongan as-Sabiqunal al-Awwalun
(golongan yang masuk Islam pertama kali). Beliau juga mendapat julukan
zun nurain yang berarti memiliki dua cahaya karena menikahi dua putri
naba saw. secara berurutan setelah yang satu wafat.7
Utsman terkenal sebagai orang yang pandai menjaga kehormatan
diri, pemalu, lemah lembut, budiman, penyabar, dan banyak berderma.
Dia juga terkenal sebagai seorang kaya raya yang dermawan. Melalui
kekayaan nya, Ustman mendermakannya untuk mengembangkan Islam.
Terbukti waktu di Madinah, Ustman mendermakan 20.000 dirham untuk
menggali mata air demi kepentingan umat Islam. Ustman bin Affan juga
menyumbangkan sekitar 10.000 dinar dan 1.000 unta kepentingan pasukan
tabuk.
b. Silsilah
7
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 104.
13
c. Pergantian dan Pengangkatan
Umar bin Khathab membentuk “Panitia Enam” (Ashab al-Sittah)
yang diberi tugas untuk memilih penggantinya. Mereka itu adalah Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam, Abd. Rahman bin Auf dan Saad bin Abi Waqqash. 8 Mereka
bersidang sesudah Umar wafat. Dalam sidang itu mulai nampak
persaingan antara Bani Hasyim dengan Bani Umayyah. Dua keturunan
yang juga bersaing di masa jahiliyah. Berdasarkan hasil sidang dan
pendapat di kalangan masyarakat, Abd. Rahman sebagai ketua sidang
menetapkan Utsman sebagai khalifah ketiga dalam usia 70 tahun.
8
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm. 127.
14
b) Melanjutkan perluasan Islam ke daerah-daerah yang telah terhenti
pada perluasan Islam di Umar. Perluasan Islam boleh dikatakan
meliputi semua daerah yang telah dicapai balatentara Islam di masa
Umar. Perluasan ini di masa Usman telah bertambah dengan
perluasan ke laut. Kaum muslimin pada masa itu pun telah
mempunyai angkatan laut.
2) Perluasan Masjid
Khalifah Utsman adalah khalifah pertama yang melakukan
perluasan terhadap masjid Nabawi di Madinah dan Masjid al-Haram di
Makah. Beliau juga yang pertama kali menentukan waktu adzan
menjelang shalat jumat.
3) Pengkodifikasian Al-Quran
Selain melakukan perluasan Masjid Khalifah Utsman juga
melakukan kodifikasi al-Quran. Kodifikasi al-Quran ini merupakan
lanjutan kerja yang telah dirintis oleh khalifah Abu Bakar dengan inisiatif
Umar bin Khattab. Pengkodifikasi al-Quran pada masa khalifah Utsman
dilakukan karena terjadi perbedaan pendapat tentang bacaan al-Quran
(qiraat al-Quran) yang menimbulkan percekcokan antara guru dan
muridnya.
Panitia pengkodifikasian al-Quran yang dibentuk oleh khalifah
Utsman bin Affan ini pertama-tama melakukan pengecekan ulang dengan
meneliti mushaf yang sudah disimpan di rumah Hafsah dan
membandingkannya dengan mushaf-mushaf yang lain. Ketika itu
terdapat empat mushaf al-Quran yang merupakan catatan pribadi.
a) Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ali bin Abi Thalib terdiri atas
111 surah. Surah pertama adalah surah al-Baqarah dan surah
terakhir adalah surah al-Muawidzatain.
b) Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ubay bin Ka’ab terdiri atas 105
surah. Surah pertama adalah al-Fatihah dan surah terakhir adalah
surah an-Nas.
15
c) Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ibn Mas’ud terdiri atas 108
surah. Surah yang pertama adalah al-Baqarah dan yang terakhir
adalah surah Qulhuwallahu Ahad.
d) Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ibn Abbas terdiri atas 114 surah.
Surah pertama adalah surah Iqra dan yang terakhir adalah aurah an-
Nas.
e) Tugas tim adalah menyalin dan mengkodifikasikan mushaf al-
Quran yang disimpan di rumah Hafsah dan menyeragamkan qiraat
atau bacaanya mengikuti dialek Quraisy. Kemudian setelah
berhasil, Zaid bin Tsabit mengembakannya kepada Hafsah, lalu
kemudian salinan itu dikirim juga ke Makkah, Madinah, Bashrah,
Kuffah, dan Syiria serta salah satunya disimpan oleh Utsman bin
Affan yang kemudian disebut Mushaf al-Imam. Sedangkan mushaf
yang lain diperintahkan untuk dibakar. Terlepas dari perbedaan
pendapat dengan adanya Mushaf Utsmani ini telah berhasil
mengeluarkan masyarakat muslim dari kemelut yang diakibatkan
dari perbedaan bacaan al-Quran.
16
kedua yang menerima dakwah Islam setelah Khadijah binti Khuwailid,
istri Nabi saw. Sejak itu ia selalu bersama Rasulullah dan senantiasa taat
kepada beliau. Ali juga banyak menyaksikan Rasulullah menerima wahyu.
Ali banyak menimba ilmu mengenai rahasia ketuhanan maupun segala
persoalan keagamaan secara teoritis dan praktis.
Ali dinikahkan Nabi dengan puterinya Fathimah binti Muhammad
saw. pada tahun ketiga hijrah, saat itu usia Ali dua puluh enam tahun. Dari
hasil pernikahan itu, mereka dikaruniai Allah dua orang putera, yaitu
Hasan dan Husein. Ali bersama Rasulullah turut dalam semua perang yang
diikuti Nabi, kecuali hanya perang Tabuk yang tidak dapat diikuti Ali
karena saat itu dia dipercayakan Nabi menggantikan beliau di Madinah.9
b. Silsilah
17
dan di bagian lain orang-orang Muhajirin dan Anshar membuat suatu
kelompok pula termasuk tabi’in dari kota Madinah. Yang mereka pikirkan
ialah umat Islam yang sudah berkembang membentang dari perbatasan
Rum sampai ke Yaman dan dari Afganistan sampai ke Afrika utara yang
selama beberapa hari tidak memiliki pemimpin. Atas dasar itulah mereka
berusaha memilih seorang khalifah secapat mungkin dan dilakukan di
Madinah karena kota itu satu-satunya yang menjadi ibu kota Islam. Di
sana juga tinggal ahlul halli wal-aqdi, yakni semacam dewan perwakilan
yang berhak memilih dan melakukan bai’at kepada seorang khalifah.
Karena kondisi yang genting, tidak mungkin meminta pendapat dari
daerah dan provinsi yang bertebaran di seluruh negeri. Keadaan yang
sangat berbahaya ini memerlukan pengangkatan seorang pimpinan yang
layak dengan segera untuk menghindari perpecahan dan kehancuran yang
mengancam keutuhan negara.
Pada waktu itu ada empat orang sahabat Nabi saw. Dari enam yang
dipilih Umar yaitu Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair dan Saad bin Abi
Waqas. Dilihat dari berbagai segi Ali dianggap yang paling utama. Dalam
sebuah pertemuan permusyawaratan Abdurrahman bin Auf menetapkan
Ali sebagai tokoh yang paling dipercayai umat setelah Utsman bin Affan.
Atas dasar itu mereka memandang wajar memilih Ali sebagai pemimpin
mereka dan tidak pula ada seorang pun yang dipercaya selain Ali. Jika ada
seseorang yang mencalonkan diri di samping Ali pasti tidak akan terpilih
karena levelnya jauh di bawah Ali. Karena itu semua sahabat Rasulullah
Saw berbondong-bondong membai’at Ali sebagai khalifah.
18
2) Memajukan bidang ilmu bahasa
Pada saat khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan,
wilayah islam sudah mencapai India. Pada saat itu penulisan huruf
hijaiyyah belum dilengkapi dengan tanda baca seperti fathah, kasrah,
dhommah dan syaddah. Hal itu dapat menyebabkan banyaknya kesalahan
bacaan teks Al-Qur’an dan Hadits di daerah-daerah yang jauh dari
Jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan
Hadits, Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad-Duali
untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu yaitu ilmu yang
mempelajari tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat
membantu orang-orang non arab dalam mempelajari sumber utama
ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits.10
3) Bidang pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Khuffah secara
khusus. Pada awalnya kota Khuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan
oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi kota khuffah kemudian
berekembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan
ilmu pengetahuan lainnya.11
10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 47.
11
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 113.
12
Ahmad al-Usyairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, hlm. 181.
19
Hampir semua sejarawan membagi Dinasti umayyah menjadi dua yaitu
pertama, Dinasti umayyah yang dirintis dan didirikan oleh Muawiyyah Ibn
Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Fase ini berlangsung sekitar
satu abad dan mengubah sistem pemerintahan dari sistem khilafah pada sistem
kerajaan atau monarki. Kedua, Dinasti umayyah di Andalusia (Siberia) yang
pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di bawah pimpinan
seorang gubernur pada zaman Walid Ibn Abd Al-Maliki kemudian diubah
menjadi kerajaan yang terpisah dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas setelah
berhasil menaklukkan Dinasti Umayyah di Damaskus.
Sebab berdirinya dinasti umayyah karena adanya peristiwa “Amul
Jamaah” yaitu pemindahan atau penyerahan kekuasaan oleh Hasan bin Ali
kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Hasan bin Ali merasa adanya kekurangan
pada dirinya dalam memerintah. Hasan bin Ali hanya mampu menjabat selama
6 bulan saja. Isi dari perjanjian Ammul jamaah antara lain :
a. Muawiyah harus memberikan jaminan akan keselamatan Hasan bin Ali
dan keluarganya
b. Muawiyah harus menjaga nama baik Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a
termasuk menghentikan caci maki di dalam khutbah maupun dalam
pidato-pidato
c. Setelah Muawiyah wafat jabatan khalifah harus diserahkan kembali
kepada musyawarah kaum muslimin
Muawiyah dipandang sebagai pembangun dinasti yang oleh sebagian
besar sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh
legalitas atas kekuasaanya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui
cara yang curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh sebagai pengkhianat
prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula-
mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat
menjadi kekuasaaan raja yang diwariskan turun-temurun (monarchy
heredity).13 Akan tetapi jika dilihat dari sikap dan prestasi politiknya yang
menakjubkan, sesungguhnya Muawiyah adalah seorang pribadi yang
13
Samsul Munir Amin, Sejarah Perdaban Islam, hal. 118.
20
sempurna dan pemimpin besar yang berbakat. Di dalam dirinya terkumpul
sifat-sifat seorang penguasa, politikus, dan administrator.
Muawiyah adalah pemimpin besar yang berbakat sebagai penguasa,
politikus, dan administrator. Muawiyah pernah menjadi salah seorang
pemimpin pasukan dibawah komando Panglima Abu Ubaidah bin Jarrah yang
berhasil merebut wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan imperium
Romawi yang telah menguasai ketiga daerah itu sejak tahun 63 SM.
Kemudian muawiyah juga menjabat sebagai kepala wilayah Syam yang
membawahi Suriah dan Palestina yang berkedudukan di Damaskus selama 20
tahun semenjak di angkat oleh khalifah Umar. Khalifah Utsman telah
menobatkannya sebagai “Amir Al-Bahr” (prince of the sea) yang memimpin
armada besar dalam penyerbuan ke kota Konstantinopel walaupun belum
berhasil.
Muawiyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya
dikarenakan kemenangan diplomasi di Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali.
Melainkan sejak semula gubernur Suriah itu memiliki “basis rasional” yang
solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan. Pertama, berupa
dukungan yang kuat dari rakyat Suriah dan keturunan Umayyah sendiri.
Kedua, Muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya
pada jabatan-jabatan penting. Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan
menonjol sebagai sejarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat
tertinggi yang dimiliki oleh pembesar Mekah zaman dahulu.14
Gambaran dari sifat mulia tersebut dalam diri Muawiyah setidak-
tidaknya tampak dalam keputusannya yang berani memaklumkan jabatan
khalifah secara turun-temurun. Situasi ketika Muawiyah naik ke kursi
kekhalifahan mengundang banyak kesulitan. Anarkisme tidak dapat lagi
dikendalikan oelh ikatan agama dan moral, sehingga hilanglah persatuan
umat.
Dengan menegakkan wibawa pemerintahan serta menjamin integritas
kekuasaan di masa-masa yang akan datang, Muawiyah dengan tegas
14
Samsul Munir Amin, Sejarah Perdaban Islam, hal. 119-120.
21
menyelenggarakan suksesi yang damai, dengan pembaiatan putranya, Yazid,
beberapa tahun sebelum khalifah meninggal dunia.
15
Ahmad al-Usyairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, hlm. 184-185
22
2) Pembagian kekuasaan wilayah terbagi dalam 10 provinsi, yaitu:
Syiria dan Palestina, Kuffah dan Irak, Basrah dan Persia, Sijistan,
Khurasan, Bahrain, Oman, Najd dan Yamamah,Arenia,
Hijaz,Karman dan India, Egypt (Mesir), Ifriqiyah (Afrika Utara),
Yaman dan Arab Selatan serta Andalusia.
3) Organisasi tata usaha negara terpecah menjadi bentuk dewan.
Departemen pajak dinamakan Al-Kharaj, Departemen pos
dinamakan dengan Dewan Rasail, Departemen yang menangani
berbagai kepetingan umum dinamakan dengan Dewan Musghilat,
dan Depatemen Dokumen Negara dinamakan dengan Dewan Al-
Khatim.
4) Organisasi keuangan masih terpusat pada Baitul Maal yang asetnya
diperoleh dari pajak tanah, perseorangan bagi non muslim.
Sedangkan Percetakan uang dilakukan pada Khalifah Abdul Malik
bin Marwan.
23
pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat harus mengunakan
bahasa Arab yang sebelumnya menggunakan bahsa Romawi atau Persia.
2) Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Dinasti Umayyah mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat
kegiatan ilmu dan kebudayaan yang dinamakan Marbad, kota satelit dari
Damaskus. Di kota inilah berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, penyair,
dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini diberi gelar urkadz-nya Islam.
3) Ilmu Qiraat
Ilmu qiraat merupakan ilmu syari’at tertua, yang telah dibina sejak
zaman Khulafaur rasyidin. Pada masa dinasti Umayyah dikembangluaskan
sehinga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting yang melahirkan
beberapa ahli qira’at, seperti Abdullah bin Qusair (w. 120 H) dan Asham
bin Abi Nujud (w. 127 H).
4) Ilmu Tafsir
Untuk memahami ilmu al-qur’an diperlukan interpretasi
pemahaman secara komprehensif, maka di kembangluaskan lah ilmu
tafsir. Pada perintisannya, ulama yang membukukan ilmu tafsir adalah
Mujahid (w. 104 H).
5) Ilmu Hadist
Dalam memahami al-quran ada satu hal yang dibutuhkan selain
ilmu tafsir, yakni ucapan Nabi yang disebut Hadist. Maka dari itu,
timbullah usaha untuk mengumpulkan Hadist, meyelidiki asal usulnya
sehingga menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu tersebut dinamakan
ilmu hadist. Diantara para ulama yang termasyhur pada masa Dinasti
Umayyah adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (w. 159 H), Hasan
Basri (w. 110 H), dan Ibnu Abu Malikah (w. 119 H).
6) Ilmu Fiqh
Al-quran adalah dasar fiqh Islam. Pada masa Daulah Umayyah
ilmu fiqh menjadi satu cabang ilmu syari’at yang berdiri sendiri sebagai
pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah. Di antara ahli fiqh yang
terkenal adalah Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim
Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.
24
7) Ilmu Nahwu
Pada masa Daulah Umayyah, terdapat salah satu cabang ilmu yang
dikembangkan yakni ilmu nahwu. Ilmu ini dikembangkan sebagai alat
dalam memahami berbagai ilmu agama Islam.
8) Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Adanya pengembangan dakwah Islam ke daerah baru yang luas
dan jauh menimbulkan gairah untuk mengarang ilmu Jughrafi (Geografi)
dan ilmu Tarikh (Sejarah).
9) Usaha Penerjemahan
Pada masa Daulah Umayyah dimulai pula penerjemahan buku-
buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa Arab
untuk kepentingan pembinaan dakwah Islamiyah. Buku-buku yang di
terjemahkan antara lain adalah ilmu kimia, astronomi, falak, fisika, dan
kedokteran.16
Dinasti Umayyah mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat
kegiatan ilmu dan kebudayaan yang dinamakan Marbad, kota satelit dari
Damaskus. Di kota inilah berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, penyair,
dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini diberi gelar urkadz-nya Islam.
c. Bidang Ekonomi
Di bidang ekonomi dan perdagangan, Dinasti Bani Umayyah
menerapkan beberapa kebijakan untuk dapat meningkatkan perekonomian
negara. Kebijakan-kebijakan Bani Umayyah di bidang ekonomi antara lain:
1) Sumber Pendapatan dan Pengeluaran Pemerintah
Sumber uang masuk pada masa zaman Daulah bani Umayyah
sebagiannya diambil dari Dharaib yaitu kewajiban yang harus dibayar oleh
warga negara. Di samping itu, bagi daerah-daerah yang baru ditaklukkan,
terutama yang belum masuk Islam, ditetapkan pajak istimewa. Namun,
pada masa Umar bin Abdul Aziz, pajak untuk non muslim dikurangi,
sedangkan Jizyah bagi muslim dihentikan. Kebijakan ini mendorong non
muslim memeluk agama Islam. Adapun pengeluaran pemerintah dari uang
masuk tersebut adalah sebagai berikut:
16
Jurji Zaidan, Tarikh Adab Lughah Al-Arabiyah, hlm. 234-259.
25
a) Gaji pegawai, tentara dan biaya tata usaha negara
b) Pembangunan pertanian termasuk irigasi dan penggalian
terusan
c) Ongkos bagi terpidana dan tawanan perang
d) Perlengkapan perang
e) Hadiah bagi sastrawan dan ulama
2) Mata Uang di Cetak dengan Teratur
Penyempurnaan prencetakan mata uang dari yang semula pada masa
Umar bin Khatab cetakannya belm teratur kemudian di masa dinasti
Umayyah disempurnakan dengan cetakan yang lebih teratur.
3) Organisasi keuangan
Keuangan terpusat pada baitul maal yang asetnya diperoleh dari pajak
tanah, perorangan bagi non muslim. Percetakan uang dilakukan pada
Khalifah Abdul Malik bin Marwan.
26
beberapa departemen antara lain Diwan al Kharraj (departemen pajak),
diwan al rasail (departemen pos dan persuratan), diwan al musytaghillat
(departemen kepentingan umum), dan diwan al khatim (departemen
pengarsipan).
4) Lembaga Kehakiman (An-Nizam Al-Qady)
Dinasti Bani Umayyah memisahkah kekuasaan eksekutif
(pemerintah) dan Yudikatif (pengadilan). Dimana pelaksanaan kekuasaan
yudikatif terbagi menjadi 3, yaitu, al-Qadha (Hakim masalah negara), al-
Hisbah (hakim perkara pidana), dan al-Nadhar fil Madlalim (mahkamah
tinggi atau banding)
5) Lembaga Ketentaraan (An-Nizam Al-Hardy)
Lembaga ketentaraan sudah ada sejak Khulafaurrosyidin.
Perbedaanya pada rekrutmen personilnya. Dimana masa
Khulafaurrosyidin, setiap orang boleh menjadi tentara, sedangkan pada
masa Dinasti Bani Umayah hanya diberikan kepada orang-orang Arab.
Di samping itu juga di bentuk dewan sekretaris Negara (diwanul
kitabah) yang bertugas mengurusi berbagai macam urusan pemerintahan,
diwan ini terdiri dari lima orang sekretaris yaitu:
a) sekretaris persuratan (katib Ar-Rasal)
b) sekretaris keuangan (katib Al-Kharraj)
c) sekretaris tentara (katib Al-Jund)
d) sekretaris kepolisian (katib Al-Jund)
e) sekretaris kehakiman (katib Al-Qadi)
27
mendirikan bangunan khusus untuk pengidap penyakit kusta agar mereka
dirawat sesuai dengan persyaratan standar kesehatan.
2) Perundang-undangan
3) Pembangunan Infrastruktur
a) Majelis Sastra
b) Arsitektur
a) Bahasa Arab
28
Bahasa arab berkembang luas ke berbagai penjuru dunia dan
menjadi salah satu bahasa resmi internasional disamping bahasa
Inggris.
b) Mata Uang
d) Irigasi Pertanian
f) Pembukuan Negara
17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 49.
29
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Bani Abbas telah
melakukan usaha perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul
Aziz (717-720 M). Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi
kepada kegiatan keluarga Syi’ah. Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara
dari Bani Abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta
Ibrahim al-Imam yang semuanya mengalami kegagalan, meskipun belum
melakukan gerakan yang bersifat politik. Sementara itu, Ibrahim meninggal
dalam penjara karena tertangkap setelah menjalani hukuman kurungan karena
melakukan gerakan makar. Usaha perlawanan itu baru berhasil ketika tampuk
kekuasaan berada ditangan Abu Abbas, yakni setelah melakukan pembantaian
terhadap seluruh Bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang sedang
berkuasa.18
Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas
kekhalifahan Islam, sebab mereka merupakan cabang Bani Hasyim yang
secara nasab lebih dekat dengan Nabi saw. Menurut mereka, orang Bani
Umayyah secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi perang siffin. Oleh
karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan
yang luar biasa, dengan melakukan pemberontakan terhadap Bani Umayyah.19
18
Abu Su’ud, Islamologi, hlm. 72.
19
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm. 143.
30
3. Pelanggaran terhadap Ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan
cara terang-terangan.20
Oleh karena itu, logis kalau Bani Hasyim mencari jalan keluar dengan
mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Bani Umayyah. Gerakan
ini menghimpun:
2. Khalifah-Khalifah Dinasti
a. Bani Abbassiyah
20
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, hlm. 47.
21
Ibid, 48.
22
Ibid.
31
3) Khalifah al-Mahdi 775-785M
4) Khalifah al Had 775-776M
5) Khalifah Harun al-Rasyid 776-809M
6) Khalifah al-Amin 809-813M
7) Khalifah al-Makmun 813-633M
8) Khalifdah al-Mu’tasim 833-842M
9) Khalifah al-Wasiq 842-847M
10) Khalifah al-Mutawakkil 847-861M
b. Bani Buwaihi
1) Khalifah al-Kahir 932-934M
2) Khalifah al-Radi 934-940M
3) Khalifah al-Mustaqi 943-944M
4) Khalifah al-Muktakfi 944-946M
5) Khalifal al-Mufi 946-974M
c. Bani Saljuk
1) Khalifah al-Muktadi 1075-1048 M
2) Khalifah al-Mustazhir 1074-1118 M
3) Khalifah al-Mustasid 1118-1135 M23
23
Hanya disebut sebagian, lebih lengkap lihat, Abu Su’ud, Islamologiy, hlm. 73-74.
32
d) Diwan al-Khatam (Boardog Signet)
33
a) Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat
lainnya diambil dari kaum mawalli.
34
Abbasiyah, misalnya Mansur yang banyak mengangkat pegawai
pemerintahan dan istana dari cendekiawan-cendekiawan Persia.
35
tulis yang ringkas, lalu dalam wujud yang lebih luas, dipadukan dengan
berbagai pemikiran, petikan, analisis dan kritik yang disusun dalam bentuk
bab-bab dan pasal-pasal. Sehingga lahir karya-karya ulama yang telah
tersusun rapi, sehingga pada masa Bani Abbasiyah muncul ulama-ulama
besar. Para ulama memelihara dan mentransfer keilmuan mereka melalui
hafalan atau lembaran-lembaran yang tidak teratur. Di antara kebanggaan
zaman pemerintahan Abbasiyah adalah adanya empat imam mazhab, yaitu
Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad ibn Hanbal. Mereka merupakan
para ulama fikih yang paling agung dan tiada bandingannya di dunia
Islam.
c. Bidang Ekonomi
36
madrasah, perkantoran, dan sebagainya. Mereka mendatangkan arsitek
dari luar Abbasiyah.
Perkembangan kebudayaan dalam masa Dinasti Abbasiyah
tercermin pada beberapa peninggalan bangunan-bangunan bersejarah
seperti masjid. Beberapa masjid yang dibangun pada masa Dinasti
Abbasiyah diantaranya:
a) Masjid Jami' Al-Mansur
b) Masjid Raya Ar-Risyalah
c) Masjid Jami' Qasr Al-Khilafah
d) Masjid Qati'ah Umm Ja'far
e) Masjid Kufah
f) Masjid Raya Samarra
g) Masjid Agung Isfahan
h) Masjid Talkhatan Baba
i) Masjid Alauddin Kaikobat
3) Seni sastra
Pada masa Abbasiyah dunia sastra mengalami kemajuan. Kota
baghdad dikenal menjadi pusat sastrawan dan penyair. Diantara penyair
dan sastrawan yang terkenal seperti Abu Atahiyah, Abu Nawas, Abu
Tamam, Al-Buhtury dan Al-Mutanabbi.
4) Seni musik
37
Seni musik juga mengalami kemajuan. Khalifah-khalifah
Abbasiyah menyukai musik lagu yang diciptakan oleh para tokoh
terkenal seperti Al-Farabi, Az-Zuman, Az-Zalah dan Hakam II.
e. Bidang Sosial
D. TURKI USMANI
Kata Usmani diambil dari pendiri pertama dinasti ini yaitu Utsman
ibn Erthogrul ibn Sulaiman Syah yang berasal dari suku Qayi keturunan
Oghuz. Bani Usmani merupakan keturunan dari kabilah Turkmaniyah
yang mendiami Kurdistan pada abad ke-13. Adapun profesi awal mereka
adalah penggembala.24
38
kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu Erthogrul untuk
melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan yakni Anatolia.25
25
Ibid, hlm. 364
Mahyudin Yahya dan Ahmad Jaelani Hakim, Sejarah Islam (Kuala Lumpur: Fajar bakti SDN
26
39
3) Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
4) Sultan Bayazid I bin Murad (791-805 H/ 1389-1403 M)
5) Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
6) Sultan Murad II bin Muhammad (824-855 H/ 1421-1451 M)
7) Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
8) Sultan Bayazid II (886-918 H/ 1481-1521 M)
9) Sultan Salim I (918-926 H/ 1481-1512 M)
10) Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
11) Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
12) Sultan Murad III (1171-1181 H/ 1573-1596 M)
b. Bidang Politik
40
keberhasilan ekspansi tersebut. Yang terpenting diantarnya adalah
keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang
sanggup bertempur kapan saja.28
c. Bidang Agama
28
Samsul Munir amin, Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Hlm. 200.
29
Ading Kusdiana, hlm.131
41
pada abad ke-19. Karena jasanya ini, di ujung namanya ditambah gelar
al-Qanuni.
e. Bidang Ekonomi
42
indah-indah. Salah satu masjid yang mempunyai keindahan kaligrafi
adalah masjid Aya Sopia yang keindahan kaligrafinya menutupi
gambar-gambar kristiani sebelumnya.
E. KERAJAAN SAFAWIYAH
31
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hal. 187.
43
menduduki kota tersebut. Di kota ini pada tahun 1501 M. Ismail
memproklamirkan berdirinya Daulah Safawiyah dan dirinya sebagai raja
pertama dengan ibu kotanya Tabriz.
Maka dapat dilihat bahwa dalam tubuh organisasi safawiyah terjadi
perubahan seiring dengan adanya pergantian jabatan. Pada mulanya hanya
sebuah organisasi yang mengorganisir anggotanya untuk meniti jalan
hidup yang murni di bidang tasawuf. Kemudian berubah menjadi gerakan
keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia. Selanjutnya di tangan
Ismail telah berubah pula ke arah gerakan politik yang beroreintasi kepada
kekuasaan. Demikianlah sejarah lahirnya Daulah Safawiyah yang pada
mulanya merupakan suatu aliran yang bersifat keagamaan berfaham
Syi’ah. Kemudian akhirnya menjadi Daulah besar yang sangat berjasa
dalam memajukan peradaban Islam, waalaupun tidak dapat menyamai
Daulah Abbasiyah di Baghdad, Daulah Umayyah di Spanyol dan Daulah
Fatimiah di Mesir pada waktu jayanya ketiga Kerajaan tersebut.32
44
16) Husen (1694-1722 M)
17) Tahmasp II (1722-1732 M)
18) Abbas III (1732-1736 M)33
33
Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, hlm. 11.
45
berhasil merebut wilayah kekuasaan kerajaan turki ustmani, sehingga
menuai kemenangan.
b. Bidang Agama
Pada masa Abbas I, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti
masa khalifah-khalifah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar
Syi’ah menjadi agama negara, melainkan ia menanamkan sikap
toleransi.
Menurut Hamka, politik keagamaan Abbas I menerapkan
paham toleransi atau lapang dada yang amat besar. Paham Syi’ah
tidak lagi menjadi paksaan. Bahkan, orang sunni dapat bebas
mengerjakan ibadahnya. Bukan hanya itu, para pendeta nasrani juga
dipersilahkan mengembangkan ajaran agama secara leluasa. Sebab,
telah banyak bangsa Armenia yang menjadi penduduk setia di kota
Isfahan.
46
c. Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan safawiyah pada masa Abbas I telah
memacu perkembangan perekonomiannya, terutama setelah pulau
Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar
Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini, maka salah satu jalur dagang
laut antara negara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh
Belanda, Inggris, dan Perancis, akhirnya menjadi milik kerajaan
safawi.
Selain sektor perdagangan, kerajaan safawi juga mengalami
kemajuan di sektor pertanian, khususnya di daerah bulan sabit subur
(fertile crescent). Tetapi, setelah Abbas I meninggal dunia,
perekonomian safawi mengalami kemunduran secara perlahan. Dan,
puncak kemundurannya terjadi padamasa kekuasaan Syafi Mirza.
Pada masa ini, rakyat cenderung acuh karena mereka mengalami
penindasan dari Syafi Mirza. Meskipun begitu, banyak saudagar
bangsa asing berdiam di Iran sekaligus mengendalikan ekonomi.
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah islam Persia dikenal sebagai bangsa
berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Maka dari itu, tidaklah mengherankan jika pada masa
kerajaan safawiyah terutama pada masa Abbas I, tradisi keilmuan
terus berkembang.
Berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa kerajaan
safawiyah terkait doktrin mendasar bahwa kaum syi’ah tidak boleh
taklid dan pintu ijtihad selamanya terbuka. Mereka berbeda dengan
kaum sunni yang meyakini bahwa ijtihad telah berhenti dan orang-
orang harus taklid. Sedangkan kaum syi’ah tetap berpendirian bahwa
mujtahid tidak terputus selamanya.
e. Bidang Seni
Di bidang kesenian, kemajuan terlihat dari gaya arsitektur
bangunan seperti masjid Syah yang dibangun pada tahun 1603 M.
47
Adapun unsur seni lainnya dalam bentuk kerajinan tangan, karpet,
permadani, pakaian, tenunan, mode, tembikar, dan lain-lain.
Pada hakikatnya, seni lukis mulai dirintis pada masa Tahmasp
I. Sedangkan, pada tahun 1522 M. Ismail I menghadirkan seorang
pelukis bernama Bizhard ke Tabriz. Pada masa Abbas I, kebudayaan,
kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat, syair,
dan lain sebagainya semakin berkembang. Adapun salah satu
pujangga yang terkenal pada masa ini adalah Muhammad Bagir bin
Muhammad Damad (ahli pasti dan ilmu filsafat).34
F. KERAJAAN MUGHAL
34
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, hlm. 214.
48
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya
kerajaan Safawi. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di
anak benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada
masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukkan wilayah
ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad
ibn Qasim (Mahmudunnasir, 1981:163). Pada fase disintegrasi, Dinasti
Ghaznawi mengembangkan kekuasaannya di India di bawah pimpinan
Sultan Mahmud dan pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan seluruh
kerajaan Hindu di wilayah ini sekaligus mengislamkan sebagian
masyarakatnya (Mahmudunnasir, 1981:163). Setelah Dinasti Ghaznawi
hancur, muncullah Dinasti-Dinasti kecil seperti Dinasti Mamluk (1206-
1290 M), Dinasti Khalji (1296-1316 M), Dinasti Tuglug (1320-1412 M)
dan Dinasti-Dinasti lainnya (Nasution, 1985:82).
49
12) Rafiud Daulah 1719-1719 M
50
jagir lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interes
yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Dengan demikian
tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak
milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
b. Bidang Ekonomi
c. Bidang Agama
37
Chapra, Umer, Pemikiran Ibnu Khaldun, http://www.halalguide.info/content/view/
432/46.
51
Kemajuan dalam bidang keagamaan adalah sebagai berikut:
52
masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar
dan Masjid Raya Delhi di Lahore.
53
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
54
di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Dari ketiga kerajaan ini, terdapat
perbedaan-perbedaan dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Tetapi perbedan yang
paling mencolok antara ketiganya adalah sistem pemerintahan yang di anut
masing-masing kerajaan. Kerajaan Turki Usmani mengadopsi sistem
pemerintahan militer. Sehingga orientasinya pada perluasan wilayah karena yang
menjadi fokus utama adalah kegiatan kemiliteran. Kemudian Kerajaan Safawiyah
menganut sistem pemerintahan Islam karena Kerajaan Safawi berasal dari sebuah
gerakan tarekat bukan kenegaraan. Hal itulah yang menyebabkan kerajaan ini
terlalu fanatik terhadap Islam dan cenderung keras dalam menjalankan
kepemimpinannya. Sedangkan kerajaan Mughal menjalankan roda
pemerintahannya dengan sistem demokrasi atau asas musyawaroh, sebagaimana
sistem yang diterapkan pada masa Khulafaur Rasyidin, yang menghargai hak
kewajiban sesama serta menghapus sistem kasta.
55
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam, Cetakan 7. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
56