Anda di halaman 1dari 5

FIQIH MAWARIS

OLEH: DRA. AISA MANILET, M. AG


A. PENGERTIAN SYARIAH
Syariah :
- Jalan ke tempat pengairan atau jalan yg harus diikuti atau tempat lalu sungai. (QS.Al Maidah: 48, as
Syu’ara:13, al Jastiyah: 18)
- Segala ketentuan Allah yg disyariatkan kepada hamba2-nya menyangkut akidah,ibadah, dan muamalah.
- Kata syari’ah lebih ditujukan penggunaannya untuk hukum islam yg bersifat praktis/amali (nama bagi
hukum2 yg bersifat amaliah)
- “Titah Allah yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf, baik berupa tuntutan (untuk
melaksanakan atau meninggalkan), pilihan maupun berupa wadh’i (syarat sebab,halangan,sah,batal
dan rukhsah)”.

B. PENGERTIAN FIQIH
Fiqih: (fi’ilnya: faqih-yafqah)
- Bahasa: “al ‘ilm (pengetahuan)/ al fahmu (pemahaman) saja, baik mendalam maupun dangkal.
- Abu Zahra: “bukan hanya sekedar pemahaman saja, tapi al fahmu al ‘alatiq: pemahaman yang
mendalam”
- Istilah: “ilmu tentng hukum2 syar’i yg praktis yg diambil dari dalil2-nya yg terperinci”
- Ibnu Subki dalam kitab jam’u al jawami: “ilmu tentng hukum2 syara’ yg bersifat amaliyah digali dan
ditemukan dari dalil2 yang tafsilli”
- Obyek fiqih: segala perkataan dan perbuatan mukallaf
- Maka fiqih merupakan interpretasi atas hukum syari’ah, pembahasannya menyangkut hal2 yang bersifat
amaliyah furu’iyah.

C. PENGERTIAN MAWARIS
- Etimologi: bentuk jamak dari kata tunggal miras: warisan
- Secara terminologi istilah kewarisan berasal dari bahasa arab dengan bentuk masdarnya al-irts dari kata
waritsa, yaritsu, irtsan : perpindahan harta milik atau perpindahan harta pusaka.
- Hukum islam: ketentuan2 tentang siapa yg termasuk ahli waris,yang berhak menerima warisan,dan yg
tidak berhak menerimanya. QS. An-Naml(27):16, Al-Qashas(28) : 58, al Zumar:74, al Maryam: 6.

D. PENGERTIAN FARAIDL
- Bahasa: fara’idh, yaitu jamak dari kata faridhah diambil dari kata fardh yg bermakna ”ketentuan atau
takdir”.
- Al-fardh dari terminologi syar’i ialah bagian yg telah ditentukan untuk ahli waris.
- Istilah, faraidh: ilmu tentang bagaimana membagi harta peninggalan seseorang setelah ia meninggal
dunia.

E. PENDAPAT- PENDAPAT TENTANG FIIQH MAWARIS.


- Al-syarbiny {mugni al-muthaj jus 3 syarah minhai karya imam Al- Nawawi}
“ilmu fiqh yg berkaitan dengan pembagian harta pusaka, dan mengetahui perhitungan yg dapat
menyampaikan kepada yg mengetahui hal-hal tersebut dan mengetahui kadar yg wajib dari harta pusaka yang
menjadi milik tiap yang berhak”.
- Hasby al-shiddiegy: “ilmu yang mempelajari tentang orang-orang yang mewarisi dan tidak mewarisi,
kadar yang diterima tiap ahli waris dan cara-cara pembagiannya”.
- Menurut hukum islam: “ketentuan-ketentuan siapa yang termasuk ahli waris, yang berhak dan yang tidak
berhak menerima warisan”.
- Hukum kewarisan islam: “hukum yang mengatur segala yang berkenaan dengan peralihan hak dan
kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya”.
- Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI): dalam kompilasi tersebut menyebut fiqih mawaris dengan
istilah hukum kewarisan yaitu “hukum yang mengatur tentang siapa2 yang berhak menjadi ahli waris
dan berapa bagiannya masing2” (pasal 171 huruf a.KHI).

F. PENGERTIAN FIQH MAWARIS.


“ilmu yang mempelajari tentang harta yang ditinggalkan {al tirkah} oleh si mayyit, siapa-siapa ahli waris
yang menerima harta warisan, yang tidak maupun yang terhalang mendapatkan harta warisan, bagian-bagian
tertentu yang diterimanya dan bagaimana tata cara pembagianya kepada ahli waris”

SUMBER-SUMBER DAN DASAR HUKUM FIQH MAWARIS.


Al- Qur’an yang selain qat’i al-wurud, juga qat’i al-dalalah.

1) Al-Qur’an: an-Nisa {4}: 7, 11, 12, 127: - 8,9,33,176, Al- Anfal, 8: 72, al- Ahzab, 33: 4, 5, 6, 40.
- Penghapusan ketentuan bahwa penerima warisan adalah kerabat yang laki-laki dewasa produktif/kuat
secara fisik saja.
- Ahli waris laki-laki dan perempuan termasuk di dalamnya anak-anak atau belita, masing2 berhak
menerima warisan sesuai dengan bagian yang telah ditentukan.

2) Al- Sunnah {46 hadist}.


a. Hadist riwayat Muttafaq’alaih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“Nabi SAW bersabda: Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang yang berhak. Dan sisanya
untuk orang laki-laki yang lebih utama (dekat kerabatnya)”

b. Riwayat Bukhari dan Muslim:


“Orang Muslim tidak berhak mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak berhak mewarisi orang Muslim”.

c. Hadist Nabi dari Abdullah ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh imam bukhari, yang berarti:
“Berikanlah faraidl (bagian yang ditentukan) itu kepada yang berhak dan selebihnya berikanlah kepada laki-
laki dari keturunan laki-laki yang terdekat”.

d. Hadist Imam Abu Daud:


“Dari Jabir Ibn Abdullah berkata janda sa’ad datang kepada Rasul Allah bersama dua orang anak
perempuannya. Lalu ia berkata: “ya Rasul Allah ini dua orang anak perempuan sa’ad yang telah gugur secara
syahid bersamamu di perang Uhud, paman mereka mengambil harta peninggalan ayah mereka dan tidak
memberikan apa-apa kepada mereka. Keduanya tidak bisa kawin kalau tidak mempunyai harta”. Nabi
berkata:” Allah SWT akan menetapkan hukum dalam kejadian ini”. Kemudian turun ayat-ayat tentang
kewarisan. Kemudian Nabi memanggil si paman dan berkata:
“berikanlah 2/3 untuk dua orang anak perempuan sa’ad 1/8 untuk istri sa’ad dan selebihnya ambil untukmu”.
e. Hadist dari Surahbil menurut riwayat kelompok perawi hadist selain Imam Muslim, meriwayatkan
bahwa: Dari Huzail bin Surahbi berkata:
“Abu Musa ditanya tentang kasus kewarisan anak perempuan, anak perempuan dari anak laki2 dan seorang
saudara perempuan. Abu Musa berkata: Untuk anak perempuan setengah, untuk saudara perempuan setengah.
Datanglah kepada Ibnu Mas’ud dia akan mengatakan seperti itu juga. Saya menetapkan berdasarkan apa
yang di tetapkan Nabi SAW. Yaitu anak perempuan setengah. Untuk cucu perempuan 1/6. Sebagai pelengkap
2/3 sisanya untuk saudara perempuan.

f. Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Imran Bin Husain menurut riwayat Imam Abu Daud:
“Dari Umran Bin Husein bahwa seorang laki2 mendatangi Nabi SAW. Sambil berkata: “Bahwa anak laki-laki
dari anak laki-laki saya meninggal dunia, apa yang saya dapat dari harta warisannya. Nabi berkata: Kamu
mendapat 1/6.

g. Riwayat Bukhari dan Muslim dari sa’ad ibn Abi Waqqas tentang batas maksimal pelaksanaan wasiat.
“Rasulullah SAW. Datang menjengukku pada tahun haji wada’ di waktu aku menderita sakit keras. Lalu aku
bertanya kepada beliau, “wahai Rasulullah, aku sedang menderita sakit keras, bagaimana pendapatmu, aku
ini orang berada sementara tidak ada yang akan mewarisi hartaku selain seorang anak perempuan, apakah aku
sedekah, {wasiat} kan 2/3 hartaku? “Jangan” jawab Rasul. Aku bertanya setengah? “Jangan” jawab Rasul,
aku bertanya 1/3? Rasul menjawab “1/3” 1/3 adalah banyak atau besar, sungguh kamu jika meninggalkan ahli
warismu dalam keadaan yang cukup adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin
yang meminta-minta kepada orang-orang” {H.R. Bukhari dan Muslim}.

3) Ijma’
4) Ijttihad’
HUKUM FIQIH MAWARIS
Hukum membagi harta warisan menurut ketentuan syari’at islam.
- {QS: Nisa’: 13 dan 14}
- Hadist Rasulullah SAW “bagilah harta (warisan) antara ahli-ahli waris menurut kitabullah{ Al-Qur’an }”.
{H.R. Muslim dan Abu Dawud}.

HUKUM MEMPELAJARI DAN MENGAJARKANNYA.


-. Wajib Kifayah.
“pelajari oleh kalian Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, dan pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah
kepada orang lain. Karena aku adalah orang yang bakal terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan.
Hampir saja dua orang yang bertengkar tentang pembagian warisan tidak mendapatkan seorang pun yang
dapat memberikan fatwa kepada mereka”. {H.R. Ahmad, Tirmidzi dan An-Nasa’i}.
“Dari Umar Bin Al-khattab radhiyallahuanhu beliau berkata: “pelajarilah ilmu faraidh sebagaimana kalian
mempelajari Al-Qur’an.
“ Belajarlah faraidh dan ajarkanlah dia kepada manusia, karena ia adalah separuh ilmu, dan ia akan
dilupakan, dan ia adalah ilmu yang pertama akan dicabut dari umatku” {H.R. Ibnu Majah dan Daruqutni}.
TUJUAN FIQIH MAWARIS
- Agar tidak terjadinya perselisihan & pertikaian antara ahli waris. Karena dengan kadar yang ada, masing2
ahli waris harus mengikuti ketentuan syariat & tidak bisa mengikuti kehendak & keinginan masing2.
- Sebagai upaya mewujudkan pembagian kewarisan yang berkeadilan berimbang. Sehingga masing2 berhak
menerima warisan sesuai dengan proporsi beban dan tanggung jawabnya.
- Untuk mengetahui cara bagaimana seseorang dapat meneruskan/menyampaikan tarikah/harta peninggalan
orang yang telah meninggal kepada keluarga/ahli waris.

KEDUDUKAN FIQIH MAWARIS


- Hukum waris menduduki tempat amat penting, al-quran mengatur hukum waris dengan jelas & terperinci.
Sebab masalah warisan pasti dialami setiap orang, jika tidak ada ketentuan pasti, sangat mudah menimbulkan
sengketa diantara ahli waris.
- Begitu pentingnya kedudukan hukum waris dalam hukum islam sehingga dinyatakan langsung oleh
Rasulullah dalam ke2 hadis di atas, tentang hukum/perintah mempelajari & mengajarkan faraidl/fiqih
mawaris menjadi wajib kifayah.
URGENSI DAN FUNGSI FIQIH MAWARIS
- Urgensi Kewarisan - Hukum kewarisan: ilmu yg diatur dengan jelas dlm al-quran & sunnah rasul, karena
urusan kewarisan merupakan hal yg sangat penting dlm islam. Islam mendobrak budaya kewarisan jahiliyah
yg tidak memenuhi unsur kemanusiaan dan keadilan.
- Fungsi kewarisan
1. Sebagai sarana prevensi kesengsaraan atau kemiskinan ahli waris sepeninggal pewaris.
2. Sebagai usaha preventif terhadap kemungkinan penimbunan harta kekayaan yg dilarang dlm oleh agama.
3. Sebagai motivator bagi setiap muslim untuk berusaha dengn giat guna memberikan kebaikan bagi
keturunan sepeninggalnya.
KEBAHASAN KEWARISAN
- RUKUN PEMBAGIAN WARISAN:
1. AL- Muwarris (orang yang meninggal)
2. Al- Waris (ahli waris)
3. Al- Maurus atau al-Mirast (harta peninggalan)

- SYARAT PEMBAGIAN WARISAN:


1. Al- Muwarris: mati:
- Hakiki (mati sejati)
- Hukmy (mati menurut hakim atau yuridis)
- Taqdiry ( mati menurut dugaan)
2. Al- Waris : hidup
3. Al- Maurus atau al-Mirast: harta milik waris

KEWAJIBAN2 AHLI WARIS TERHADAP AL-TIRKAH


- Biaya pengobatan jenazah ( tajhiz al-janazah ): Biaya pengobatan, biaya memandikan, mengkafani,
menyolati hingga menguburkannya.
- Pelunasan utang ( wafa al-duyun )
- Pelaksanaan wasiat: ikhtiyariyah & waajibah

TERHALANG MENERIMA WARISAN


- Pembunuhan:
1. Pembunuhan sengaja
2. Pembunuhan mirip sengaja
3. Pembunuhan yang dianggap khilaf
4. Pembunuhan khilaf
5. Pembunuhan tidak langsung, dan
6. Pembunuhan oleh irang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum.
- Berlainan Agama:
“Orang islam tidak mewarisi harta orang kafir, & orang kafir tidak mewarisi harta orang muslim”, “Tidak
dapat saling mewarisi antara 2 orang pemeluk agama yang berbeda2”.
- Perbudakan.

AHLI WARIS DAN MACAM-MACAMNYA


- AHLI WARIS:
1. Ahli waris Nasabiyah, (karena hubungan darah/karena keturunan)
2. Ahli waris Sababiyah, karena sebab tertentu:
- perkawinan yang sah (al-musaharah)
- memerdekakan hamba sahaya (al-wala) atau karena perjanjian tolong-menolong.

Apabila dilihat dari segi bagian2 yg diterima, dapat dibedakan kpda:


- ahli waris ashab al-furud, yaitu ahli waris yg menerima bagian yg telah ditentukan besar kecilnya, sprti 2/3,
1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8.
- Fard dan Ashabah, yaitu ahli waris yg menerima bagian tertentu dan juga mendapat sisa.
- ahli waris ‘ashabah, yaitu ahli waris yg menerima bagian sisa setelah harta dibagikan kepda ahli waris
ashab al-furud.
- ahli waris zawi al-arham yaitu ahli waris karena hubungan darah tapi menurut ketentuan al-quran tidak
berhak menerima warisan.

MACAM-MACAM AHLI WARIS


1. Ahli Waris Nasabiyah:

Ahli waris laki-laki, berdasarkan urutan kelompoknya sbb:


1. Anak laki-laki ( al-ibn )
2. Cucu laki-laki garis laki-laki ( ibn al-ibn dan seterusnya ke bawah )
3. Bapak ( al-ab )
4. Kakek dari bapak ( al-jadd minjihat al-ab )
5. Saudara laki-laki sekandung ( al-akh al-syaqiq )
6. Saudara laki-laki seayah ( al-akh li al-ab )
7. Saudara laki-laki seibu ( al-akh li al-umm )
8. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung ( ibn al-akh al-syafq )
9. Anak laki2 saudara laki2 seayah ( ibn al-akh, li al-ab )
10. Paman, saudara bapak sekandung ( al-’amm al-syaqiq )
11. Paman seayah ( al-’amm li al-ab )
12. Anak laki2 paman sekandung ( ibn al-’amm al syaqiq )
13. Anak laki2 paman seayah ( ibn al-’amm li al-ab )
Ahli waris perempuan semuanya 8 orang, yg rinciannya sbb:
1. Anak perempuan ( al-bint )
2. Cucu perempuan garis laki2 (bintal-ibn )
3. Ibu (al-umm )
4. Nenek garis bapak (al-jaddah minjihat al-ab )
5. Nenek garis ibu (al-jaddah minjihat al-umm )
6. Saudara perempuan sekandung ( al-ukht al-syaqiqah )
7. Saudara perempuan seayah ( al-ukht li al-ab )
8. Saudara perempuan seibu (al-ukht li al-umm )

Ahli waris nasabiyah yg dikelompokan menurut tingkatan kekerabatannya

Anda mungkin juga menyukai