B. PENGERTIAN FIQIH
Fiqih: (fi’ilnya: faqih-yafqah)
- Bahasa: “al ‘ilm (pengetahuan)/ al fahmu (pemahaman) saja, baik mendalam maupun dangkal.
- Abu Zahra: “bukan hanya sekedar pemahaman saja, tapi al fahmu al ‘alatiq: pemahaman yang
mendalam”
- Istilah: “ilmu tentng hukum2 syar’i yg praktis yg diambil dari dalil2-nya yg terperinci”
- Ibnu Subki dalam kitab jam’u al jawami: “ilmu tentng hukum2 syara’ yg bersifat amaliyah digali dan
ditemukan dari dalil2 yang tafsilli”
- Obyek fiqih: segala perkataan dan perbuatan mukallaf
- Maka fiqih merupakan interpretasi atas hukum syari’ah, pembahasannya menyangkut hal2 yang bersifat
amaliyah furu’iyah.
C. PENGERTIAN MAWARIS
- Etimologi: bentuk jamak dari kata tunggal miras: warisan
- Secara terminologi istilah kewarisan berasal dari bahasa arab dengan bentuk masdarnya al-irts dari kata
waritsa, yaritsu, irtsan : perpindahan harta milik atau perpindahan harta pusaka.
- Hukum islam: ketentuan2 tentang siapa yg termasuk ahli waris,yang berhak menerima warisan,dan yg
tidak berhak menerimanya. QS. An-Naml(27):16, Al-Qashas(28) : 58, al Zumar:74, al Maryam: 6.
D. PENGERTIAN FARAIDL
- Bahasa: fara’idh, yaitu jamak dari kata faridhah diambil dari kata fardh yg bermakna ”ketentuan atau
takdir”.
- Al-fardh dari terminologi syar’i ialah bagian yg telah ditentukan untuk ahli waris.
- Istilah, faraidh: ilmu tentang bagaimana membagi harta peninggalan seseorang setelah ia meninggal
dunia.
1) Al-Qur’an: an-Nisa {4}: 7, 11, 12, 127: - 8,9,33,176, Al- Anfal, 8: 72, al- Ahzab, 33: 4, 5, 6, 40.
- Penghapusan ketentuan bahwa penerima warisan adalah kerabat yang laki-laki dewasa produktif/kuat
secara fisik saja.
- Ahli waris laki-laki dan perempuan termasuk di dalamnya anak-anak atau belita, masing2 berhak
menerima warisan sesuai dengan bagian yang telah ditentukan.
c. Hadist Nabi dari Abdullah ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh imam bukhari, yang berarti:
“Berikanlah faraidl (bagian yang ditentukan) itu kepada yang berhak dan selebihnya berikanlah kepada laki-
laki dari keturunan laki-laki yang terdekat”.
f. Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Imran Bin Husain menurut riwayat Imam Abu Daud:
“Dari Umran Bin Husein bahwa seorang laki2 mendatangi Nabi SAW. Sambil berkata: “Bahwa anak laki-laki
dari anak laki-laki saya meninggal dunia, apa yang saya dapat dari harta warisannya. Nabi berkata: Kamu
mendapat 1/6.
g. Riwayat Bukhari dan Muslim dari sa’ad ibn Abi Waqqas tentang batas maksimal pelaksanaan wasiat.
“Rasulullah SAW. Datang menjengukku pada tahun haji wada’ di waktu aku menderita sakit keras. Lalu aku
bertanya kepada beliau, “wahai Rasulullah, aku sedang menderita sakit keras, bagaimana pendapatmu, aku
ini orang berada sementara tidak ada yang akan mewarisi hartaku selain seorang anak perempuan, apakah aku
sedekah, {wasiat} kan 2/3 hartaku? “Jangan” jawab Rasul. Aku bertanya setengah? “Jangan” jawab Rasul,
aku bertanya 1/3? Rasul menjawab “1/3” 1/3 adalah banyak atau besar, sungguh kamu jika meninggalkan ahli
warismu dalam keadaan yang cukup adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin
yang meminta-minta kepada orang-orang” {H.R. Bukhari dan Muslim}.
3) Ijma’
4) Ijttihad’
HUKUM FIQIH MAWARIS
Hukum membagi harta warisan menurut ketentuan syari’at islam.
- {QS: Nisa’: 13 dan 14}
- Hadist Rasulullah SAW “bagilah harta (warisan) antara ahli-ahli waris menurut kitabullah{ Al-Qur’an }”.
{H.R. Muslim dan Abu Dawud}.