Anda di halaman 1dari 5

Feb 22, 11.21 AM Algif Sesi 1 .

mp3

Mbak Linda LBH PERS : Teman-teman semuanya, Terima Kasih banyak sudah kembali hadir di
sesi yang ke-2 di hari ini, setelah tadi belajar bersama Mas Dani terkait dengan Pengendali data,
Pemroses data dan juga Otoritas PDP. Nah mungkin kalau misal kita rutut nih, dari kemarin kita
banyak sekali bicara terkait dengan konsep-nya, bicara terkait dengan teori-teori yang mungkin ada
dalam PDP, regulasinya seperti apa. Nah, kalau di sesi yang sekarang, kita akan lebih banyak
mengeksplorasi terkait dengan bagaimana sih ketika ada kasus Pelanggaran terhadap perlindungan data
pribadi, strategi Litigasi apa yang bisa kita lakukan, seperti apa kita bisa melakukan-nya dan juga
mungkin eksplorasi-eksplorasi kasus yang kemarin teman-teman sudah dapatkan, dan ada banyak
kasus yang disampaikan dan juga ada 3 berita yang sempat di analisis oleh teman-teman Kak Algif
sebetulnya dengan hal itu. Dan salah satu pertanyaan-nya juga dengan kasus ini, apa sih sebetulnya
pasal atau peraturan perundangan-undangan yang juga bisa digunakan untuk mengadvokasikan-nya. Di
siang hari ini, Kak Algif sebenarnya ada dua sesi sebetulnya, sebenarnya satu sesi sih tapi terpisah
iksyomah, jadi nanti di sesi pertama, akan ada paparan tapi bisa juga diintrupsi kalau misalnya ada
pertanyaan dan nanti setelah iksyomah kita bisa lebih banyak berdiskusi. Oke, aku menyerahkan
langsung ke kak Algif mungkin boleh perkenalan juga ke teman-teman sebelum masuk ke materi-nya.
Silahkan Kak Algif, waktu-nya saya berikan ke Kak Algif.

Kak Algif : Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, salam sejahtera untuk kita semua.
Kawan-kawan semua saya Algifahri, saya Pengacara Publik, kebetulan saat ini ada kantor yang
kemudian menginform dengan kantor Pengacara Publik, sebelumnya saya aktif di LPH Jakarta bersama
adik saya dulu, dan bersama adik jihad juga disini dari LPK Jakarta. Nah, kawan-kawan semua,
sebenarnya untuk sesi ini, saya diminta untuk menjadi fasilitator untuk strategi litigasi yang mana
teman-teman juga pasti jago banget, disini ada mba Surti juga, dan memang saya yakin ada banyak
pengalaman teman-teman advokasi ataupun litigasi disini. Jadi saya diminta juga untuk meng-eksplor
apa saja pengalaman-pengalaman yang pernah dikerjakan atau didapat, kemudian bisa diduplikasi atau
dipelajari oleh teman-teman yang lain, baik itu LPH PERS, LPH, LPAI, ada juga disabilitas dan PT
Mandatkan, dan seterusnya. Kita diskusikan sebentar, kenapa litigasi?. Ada yang bisa menjelaskan
kepada saya,kenapa harus litegasi? Pada hal ada banyak cara ataupun strategi yang bisa dilakukan, dan
kenapa harus ke persidangan dan kenapa harus dilaporkan kepihak kepolisian...Ada yang bisa bantu?

Muhammad Syarfiq : Terima kasih, dan selamat pagi. Perkenalkan nama saya Muhammad Syarfiq
dari PBHI Lampung. Kenapa itu menjadi rana litigasi, karena disitu juga ada tindak pidana terkait
dengan pencurian, penyalahgunaan, yang menimbulkan kerugian secara materil maupun non materil.
Terima Kasih.

Kak Algif : Terima kasih, baik...ada yang lain?


Kenapa juga harus litegasi. Padahal ketika kalah, itu menjadi semakin sempurna, pelanggaran-nya jadi
legitimen. Yang lain, selain dari laporan polisi, silahkan.

Perempuan: Kenapa litigasi, karena ada perubahan hukum yang harus dicapai dan juga penyadaran
dalam masyarakat, kita sudah mengetahui kemungkinan besar akan kalah dan lain sebagainya. Tetapi,
salah satu lemah-lemahnya iman, proses hukum harus dijalani untuk perubahan struktural yang akan
dicapai, dan apalagi untuk konteks-nya PDP belum banyak, dan itu akan menjadi penemuan hukum,
perubahan kebijakan hukum, dan lainnya sebagainya untuk kedepan.

Kak Algif mengomentari: Nah, tapikan kalau untuk penemuan hukum, oke bisa lewat letigasi, tapi
utnuk perubahan kebijakan bisa lewat letigasi? Apa yang menjadi dasar bahwa kita harus letigasi
dibandingkan dengan non litigasi.

Kak Jul PBHI: Kenapa letigasi, secara formalnya ketika tidak bisa ditempu jalur yang litigasi.
Makanya litigasi jalan terakhir upaya hukum yang dilakukan, karna jalur-jalur yang ditempu tidak
mampu lagi menyelesaikan persoalan itu.
Kak Endang LBH KPI : Terima kasih, saya Endang dari Jambi, dari LBH KPI ( Kualisi Perempuan
Indonesia ). Saya sependapat dengan teman-teman yang lain menyangkut litigasi. Litigasi ini adalah
jalur kita untuk mencari kepastian hukum, agar apa yang kita lakukan ada proses-proses sebelum
litigasi mungkin akan ada non litigasi atau berbagai cara diupaya akhir untuk adanya kepastian hukum.
Dan litigasi ini juga menyangkut harkat, martabat, diri pribadi maupun orang lain, ataupun lembaga
karna ini menjadi hal yang fundamental bagi kita sebagai penegak hukum untuk memastikan adanya
kepastian hukum bagi kita pencari keadilan.

Tambahan dari Kak Def: kenapa litigasi bagi LBH PRES salah satu targetnya adalah untuk
mengambil data, hanya karena untuk lebih terbuka dipengadilan.

Kak Algif menjawab : Jadi, kadang litigasi itu tau bahwa itu akan sulit tapi kita butuh datanya dan
kita butuh jawaban dari tergugat saja bukan dari pemerintah . Saya pernah pengalaman juga meminta
data sainklen pengembat ke Kabupaten Bogor. Tapi tidak dikasih-kasih, kemudian di ulur-ulur sampai
kita mau membuka KIFP baru datanya kita mau pakai untuk gugatan PMH ( perbuatan melawan
hukum ). Akhirnya kita pikirkan untuk tidak KIFP, akhirnya di gugatan perbuatan melawan hukum
terhadap pemerintah selama 3 bulan secara publik, dan dipersidangan keluar semua yang kita mau.
Kadang litigasi itu benar kata Kak Def ,yaitu cara untuk mendapatkan data.

Kak Surti menambahkan : Untuk kebijakan dan upaya-nya litigasi. Dari pengalaman masyarakat
adat, sebenarnya untuk menunjukan Lighel Stainding-nya masyarakat adat. Kalau Lighel Stainding-nya
masyarakat ada diakui dalam proses keputusan atau pertimbangan hakim, kita pada saat mengajukan
gugatan untuk mendapatkan data atau untuk mendapatkan kepastian hukum, kita sudah mempunyai
pijakan itu. Seperti ji-ar undang-undang Kehutanan yang keputusan MK No 35, Lighel Stainding-nya
aman diakui sebagai Lembaga yang menjadi baik-nya masyarakat adat. Dan yang terakhir, masukan ke
permohonan itu, ji-ar tentang peraturan presiden No. 98 tahun 2021 tentang Nilai ekonomi karbon
kreidi tersebut putusan-nya ditolak, tapi dalam amar putusan, hakim mengakui keberadaan masyarakat
adat, sebagai pengelola atau terlibat dalam treidikarbon, itu menjadi satu langkah kemenangan kecil
bagi masyarakat adat, meskipun dalam pertimbangan-nya hakim beranggapan bahwa bagi uji kita yang
undang-undang Ratifikasi Farisatritmen sudah tepat, karena untuk upaya litigasi perubahan iklim, dan
juga menggunakan asas minifulplatishifesien atau freefire infra konsen. Dalam undang-undang
peraturan pembentukan undang-undangan, kita harus menekan kan ada partisipasi penuh,dan
pemahaman atau persepektif-nya kembang legislator. Ketika mereka mengsosialisasikan di akademiki,
itu dianggap sebagai perwakilan masyarakat. Dalam pertimbangan hakim MA itu sudah dianggap
terpenuhi dengan asas minifulplatishifesien.
Jadi langkah kemenangannya bahwa masyarakat adat diakui sebagai Lighel Stainding untuk ikut
terlibat dalam karbonkreidi.

Kak Algif : Apakah ada yang berpendapat atau pernah menggunakan litigasi sebagai Konsolidasi?
Apakah ketika ligitasi justru konsolidasi bubar.

Kak Surti menjawab : Dalam konsolidasi terdapat 17 lembaga dan 1 prinsipan-nya perwakilan
masyarakat untuk mengubah badan bank tanah, tapi ditengah perjalanan bank tanah satu lembaga
dalam proses perubahan baru perubahan akta tidak bisa mengajukan diri sebagai prinsipal dan dalam
putaran diskusi, lagi-lagi kau mau menuju litigasi apakah ini langsung bisa digugat atau mau diuji lagi
dalam perundang-undangan. Nah, dari kedua proses yang berjalan akhirnya aman dan mau minta
bebeman menguji liga stendinnya sebagai prinsipal bank tanah didalam proses diskusi dan
diskimekingnya akhirnya kita mengutuskan pertimbangannya kita mengatur strategi untuk menggugat
bank tanah kita hajar dari kedua sisi dari masyarakat adat. Nah, akhirnya kedua kualisi itu dari 17-13
pepeman maju sendiri tapi kan itu tetap bergulir dan segala macam terkait bank tanah dan sampai
kepada titik kita memutuskan pepeman akan maju sendiri sebagai pemohom tapi nanti pengacara
pepeman akan terlibat dalam bentuk konsulidaritas dan beda-beda akhirnya dipepeman kesvur teruji
yang bisa banyak untuk bank tanah karena yang mau jadi pertanyaan, yang mau kita gabung rumahnya
atau halamannya. Nah, kalau halamannya kita udah tutup terkait bank tanah karena peraturan
pemerintah terkait bagaimana penertiban dan penyalagunaan tanah terlantar penglolaan dan
pelaksanaan rumah-rumah susun itu sudah ada dalam kanal plasternya dalam bank tanah itu akhirnya
kita klesplor sambil menunggu perpujika terbit disahkan karena mau tidak mau kita mau ganggu kita
mau baku uji dengan UU HAM, UU AKRARIA tidak akan bisa diganggu bank tanah karena
tercantung terbesar itu diperguna jadi stategi yang memecah itu tadi stategi yang memecah itu tadi ada
yang satu terkonsilidasi dan ada yang non konsilidasi akhirnya bubar tapi tetap maju itu tadi stateginya.
Ditambah dari perempuan ditambah: soal ruang konsilidasi, jadi ini salah satu soal peneliti asing
awalnya itu cuman peneliti asingnya jika LBH Pres Jakarta jika karena ada kebutuhan gugatan dan
secara individu dan mau memperluas tentang peneliti asingnya juga berdampak ke peneliti lokal
akhirnya juga terkait beberapa organisasi dan juga LBH Pers juga ikutan dan juga beberapa jaringan
lain kaya KRITIS, SEFLEF, dan lain-lain jadi sasaran tembaknya ke peniliti tapi juga ke JURNALIS
dan itu juga untuk memperkuat konsilidasi.

Kak, Algif mengomentari: jadi ketika saya pernah sampaikan di LPH Jakarta, dan saya diundang untuk
fansilitator untuk LPH Jakarta. Sebenarnya yang namanya Advokasi adalah ujungnya sebab, seberapa
pawer full kita, atau pun seberapa kita pintar menggunakan pawer. Ketika kita menggunakan
pengadilan memakai pawer pengadilan, kekuatan memberi sanksi, wewenan Dia bisa melakukan
putusan pengdahuluan dia bisa meminta aktivitas tertentu untuk stop. Kalau masyarakat sipil tidak ada
legitimasinya secara formal, begitu pun dengan demontrasi, ngoko, kepeng dan seterusnya. Bagaimana
kita bisa mobisasi pawer sehinggah otoritas sehinggah pihak lawan kita akhirnya tunduk menghargai
posisi kita dan seringkali kita lupa bahwa kita melakukan litigasi tapi tidak melakukan mobilisasi
akhirnya kita hanya bergantung kepada pawer yaitu pengadilan walaupun masa banyak pencapaian
yang masih korum, strategis, tapi kita bergantung ke pawer pengadilan. Kita lupakan mobilisasi,
demontrasi dan lain-lain yah, ini yang menurut saya belakangan ini saya melihat gejala minimnya
mobilisasi dalam advokasi termaksud dalam litigasi akhirnya tidak ada bedahnya dengan kantor saya
game lover karena dia bisa melakukan game lover dan juga saya bisa melakukan mobilisasi misalnya
petani atau pun warga yang bisa mobilisasi tapi, belakangan ini cukup sulit prepektif kelompok
masyarakat sipil itu sangat formalistik meninggalkan barang pawernya, ini yang menjadi beban bagi
saya fasilitasi stategi tapi maunya orang litigasi padahal hal banyak kasus yang bisa diselesaikan tanpa
litigasi asalkan mobilisasi masyarakat sipilnya itu bisa maksimal dan saya sekali lagi menyatakan
bahwa beban orang power jauh lebih mudah warga dalam undang-undang, peraturan, keputusan.
Sementara mobilisasi seperti semakin minin dan kemudian RISOS ini juga banyak waktu yang harus
dibutuhkan dan tidak terukur juga keberhasilannya tentunya tidak ada yang lebih diutamakan yang
penting ada sinebihnya dan yang harus kita tahu bahwa kita litigasi ini karena apa non litigasi karena
apa ataupun kombinasinya karena apa.

Masuk di litigasi strategis [strategi litigesein]:

Apa itu litigasi strategis? Perempuan : kalau kita sih beranggapan bahwa selain advokat ada advokator
jadi itu peran-peran bagaimana unutuk kalau proses litigasi untuk mengumpulkan bukti-bukti dan
saksi-saksi yang meringankan beban masyarakat jadi menjadi tuduhan. Nah, upaya strategi lainnya atau
bersurat kelembaga-lembaga daerah pemerintah; PROPAN, ORI, dan lain-lain atau juga menggalap
agabak. Agabak itu dikatara dulu, jadi teman-teman itu lagi ada yang jadi akhirnya advokad menjadi
satuan organisasi juga dan juga advokad bersurat ke lembaga-lembaga yang lain dan kalau di bebeman
itu kebank.

Perempuan: litigasi strategis itu memang litigasi yang konsep untuk menangani khasus-khasus yang
litigasi masyarakat. Jadi lebih ke khasus-khasus HAM, jadi orang merasa isu itu bergulir hanya satu
orang yang menjadi korban. Tapi memang harus diterjemahkan apa yang seharusnya dipergunakan lagi
strategis itu, dan menurut saya bisa saja konsep itu hanya strategis saja lalu onputnya sangat strategis
dan juga metodenya atau proses membangunnya sangat strategis jadi memang ada memang gugatannya
sangat strategis konsepnya. Tetapi cara kelakuannya sangatlah strategeis dan tidak menjadi pembicara
publik dan tidak juga diangkat dalam juna-juna tidak strategis itu menurut saya, dan kemudian juga hod
yang paling spesifik dan strategis dan membuat perjuangan apa yang harus dilakukan sehinggah orang
menganggap apa yang dilakukan oleh lembaga itu adalah tujuan bersama jadi pada dukungan dari
banyak orang.

Mengomentari: ada tiga hal dalam menangani khasus tersebut PROPAN, ORI, dan lain-lain. Dan itu
ada benarnya laporkan ke Propam tapi khasus korcap tidak melaporkan kepihak yang lain dan
khasusnya selesai saja kemudian untuk individu orang yang dikorcap bukan strategis jadi kita bisa
mengangkat perubahan tersebut menjadi perubahan jadi kalau cara-cara yang dilakukan tidak
berorientasi kepada perubahan jadi tidak menjadi litigasi strategis dia akan menjadi litigasi biasa saja
cuman target atau orbutnya perubahan ini bukan hanya menjadi perubahan kebijakan walaupun teman-
teman sering menjadi litigasi strategis tapi juga LPH Pres sangat luar bisa soal khasus blokir internet
bahwa kemudian tthever itu khasus-khasus pertama yang saya abdate khusus ketika pemutusan dan
pemblokiran internet LBH Pres dan kawan-kawan mendapatkan kemenangan bahwa kemudian ternyata
tidak ada dampak kebijakan tapi nyatanya mungkin bisa diukur jadi pemerintah tidak semenengah-
menengah lagi bahwa pemutus jalur internet nanti digugat lagi oleh LPH Pres walaupun tetap ada
pemutusan di PAPUA sulit untuk memilih mereka jereng tapi saya yakin bahwa kalau ada gugatan yah
jadi tunggu dulu kemudian masyarakatnya soal masyarakat adat, kebebasan berekspresi, dan visibilitasi
dan seterusnya. Jadi perubahan ini tidak akan menurun, bahkan ada khasus yang mungkin tidak
dianggap strategis dan struktural tapi kalau di dimasefkan itu bisa jadi struktural. Contoh khasus lewat
gugatan sederhana terkait hutang piutang masyarakat cenderung menggunakan utang piutang sebagai
konflik datang ke rumah pukul-pukulan. Tapi kalau misalnya teman-teman membuat tulus gugatan
sederhana sehingga masyarakat itu bisa menurut dan strategis, itu menurut pendapat saya. Jadi, LPH
PBH ini tidak terpenuhi lagi oleh kasus konsultasi masuk soal utang-piutang tapi masuk pada
masyarakat untuk mendapatkan pemulihan. Ada yang mendorong sebuah proses atau ditiru oleh
masyarakat, menurut saya itu juga litigasi startegis.

Tambahan masukan : Kalau demikian kita berbicara soal litigasi strategis, seberapa besar peluang
untuk melakukan litigasi dalam isu ini, atau jangan-jangan peluang ini cukup besar, dan yang lain
untuk mobilisasi individu yang sadar oleh data.

Perempuan : Kami melakukan isolasi pada langsung kepada pelakunya, dan langsung menghentikan.
Tapi kalau laporan di POLDA kasus-kasus itu agak sulit, kaena dasar pengetahuan dan sebagainya,
terutama untuk mental psikologi. Jadi agak jarang proses hukum yang dijalankan.

Kak Agrif : Salah satu saluran yang tidak bisa dihindari, tapi juga isolasi non litigasi tidak bisa
dihindarkan, tapi bisa mengarah ke litigasi. Misalnya, cara seperti itu juga efektif.

Kak Rahmat : Jadi, kami dari LPH Jakarta juga menggunakan gugatan juga ke PPID . Dan sebenarnya
juga kita lagi mengajukan permohonan ke PPID terkait data yang dibocorkan oleh PIOH. Tapi itu juga
sudah diakui oleh pemerintah. Ada pembocoran data, namun sampelnya itu dibocorkan oleh
BIORKA/PIOH. Tapi itu kontekek-nya ketika itu sudah diakui oleh pemerintah, namun ssampel-nya
itu yang dibocorkan oleh BIORKA sejumlah 2 juta kalau tidak salah dari 1,3 M, itu yang saat ini kami
jalani oleh PSE. Hari pembuktian penggugat dari kita untuk masuk tahap legastending sama pokok
perkara tapi nanti pembutian selanjutnya diminggu depan nanti evaluasi lagi apa yang kurang namun
dalam permohonan kita memang kurang secara teori khasusnya interblokir cuman belum ada PT 71
tahun 1916 itu yang menajdi dasar tapi ketika melihat sama info sebelumnya apa yang sudah bisa
dibuat. Misalnya, porno grafi, perjudian, dan info sebelumnya ditahun 2014 itu dihilangkan karna
muncul info baru di 2020 melihat semangat perinfo ini hal yang berbeda teksnya karena di tahun 2014
itu bersama dengan undang-undang terus perinfo ini berjuruk sama PT kira-kira seperti itu yang
berjalan saat ini.

Tambahan masukan: litigasi juga berguna untuk setidaknya stok pelanggaran. Contoh saya tanggapan
juga sama teman-teman PES itu merasumsi pemblokiran-pemblokiran jadi tundah dulu karena saya ada
flayer. Itu sudah terancam dan saya bilang WNC dulu dan kalau ada teguran baru bisa seperti itu.
Bagaimana mereka bisa mengetipkan berapa ribu PSE penyedia informasi elektronik pasti ada
hambatan tapi, yang dilakukan oleh teman-teman LBH Pres dan LBH Jakarta dan lain-lain punya
dampak terhadap kebijakan pemerintah walaupun khasusnya belum berjalan jadi tadinya sudah ada
pemblokiran-pemblokiran dan yang lain belum artinya belum ada efek gerah misalnya sampel dengan
kebijakan pemerintah.

Seberapa besar litigasi dalam ruang perlindungan data pribadi dan nanti saya bagikan ke teman-teman
LPH Pres kepada peserta. Ternyata banyak khasus pidana, perdata. Tapi kita masih kegagalan dalam
gugatan-gugatan terkait data pribadi di perdata ada juga PTUN. Ada banyak beberapa khasus itu tidak
diterima atau pun di lihat kembali jadi, ini juga transisi perbatang atau pun gugatan pemerintah dari PN
danPTUN. Jadi, banyak yang mengajukan ke PN tapi ditolak[DO] karena menganggap ini PTUN
dengan ada perpaduan di 2019. tapi, ada khasus gugatan pencemaran udara juga kita stradling kita
melakukan sitijonloseng proses selama ini teman-teman yang sering gunakan agar cara itu ada PN
bukan di PTUN karena kalau di PN lebih leluasa untuk melakukan sesuatu ini harus di PN karena kita
meminta agar tetap abstrak jadi teman-teman saya tidak juga menjelaskan tenatang abstrak dan kongrit
namun tindakan-tindakan yang kominati luhun namun kalau di PN kita revisi peraturan pemerintah
untuk menanyakan pencemaran udara dan lain-lain sebagai sesuatu yang abstrak tetapi bertahan sampai
sekarang dan putusan selanjutnya menggugat putusan sehingga di pengadilan tinggi tetap dibenarkan.
Tapi, kebanyakan khasus-khasus orang gugat ke PN di alikan ke PN lagi ini yang harus dipelajari juga
agar ples minesnya gitu dan kalau betulnya hakimnya lebih aktif dan bahkan kita lebih bisa meminta
lawan untuk pembuktian bukti jadi teman-teman harus menggunakan PTUN kita itu bisa meminta
yang mulia hakim tolong kasih tergugat menghadirkan hakim diri tergugat kalau dia lupa dan bisa
disuruh minggu depan kenapa PTUN demikian karena filosofinya dia menyeimbangkan warna Negara
dengan warga Negara lain sehinggah kalau ada bukti-bukti yang hakim harus lebih membantu hakim
harus jelih dan beda dengan perdata mau keluar negara badan hukum harus setara dan hakim lebih
pasif. Kemudian ada khasus yang masih berjalan ada dua jurnaliviu terkait undang-undang 27 2002 ada
dua khasus yang pertama menyangkut pertahanan negara,dan lain-lainnya. Nah, ini contoh-contoh
khasus kebocoran data dilihat dari perlindungan data pribadi dan kebocoran data bank indonesia,
kebocoran data pasien rumah sakit, kebocoran data pertamina, kebocoran data perusahaan, kebocoran
data PLN, dan IDIHOME, jasamarga, IHED, BPJS kesehatan, DILIVE, data POLRI. Yah, mungkin ini
khasus-khasus yang banyak tapi ada juga khasus-khasus kekerasan jender dan berbasis online ataupun
yang lainnya sebenarnya mereka sempat marah ditengah media masa dan khasus-khasus KGPO itu
cukup banyak dan teman-teman monitor KPI.

Perlindungan data pribadi dengan negara lain: nanti dibaca saja di LBH Pres juga ada contoh-contoh
khasus apa yang negara yang diharuskan membayar konvensasi besar karena kebocoran data. Nah,
rata-rata khasusnya NO karena kopetensi absolut kopetensi pengadilannya ada juga soal kopetensi
kemudian ada satu khasus ada yang tabungannya diurat orang tidak dikenal dan handpone-nya dibajak
dia bukan banknya tapi dia tidak menggugat ke pengadilan dan dia tidak menggugat orang yang
mengambil handpone dan dia tidak menanyakan ke itu di kirim kesiapa, bisa jadi tidak mudah mencari
orang tapi hakim mengatakan bahwa, harus gugatan ke bank, harus digugat juga orang-orang yang
menerima uang tersebut. Kemudian terkait OJK, dia pilih sendiri, ada hal yang terkait sengketa, jasa
keuangan, dan proses administrasi dan harus dilihat dulu. Kemudian ada kasus gugatan perdata, yaitu
waspada medan indonesia, kemudian dia menggugat PT waspada dan juga 3 orang individu.

Jadi itu teman-teman,catatan-catatan terkait persidangan dalam isu perlindungan data pribadi. Bagi
negara-negara yang sudah mapan melindungi data pribadi-nya.
1. Bagi pemerintah maupun swasta ataupun warganya, tidak boleh sembarangan melanggar prinsip
perlingdungan data pribadi.
2. Lebih muda remedi-nya dalam gugatan.

Jadi itu teman-teman di sesi pertama.

Anda mungkin juga menyukai