TUGAS 1
Soal 2.
Ubi Societas Ibi Ius, di mana ada masyarakat di situ ada hukum, itulah ungkapan yang
selalu didengar apabila berbicara masalah hukum. Hukum dengan demikian merupakan
referensi untuk berperilaku bagi setiap orang baik sebagai individu maupun sebagai bangsa.
Namun pada kenyataannya tidak setiap orang mampu mentaati hukum tersebut karena
banyak orang tidak mau mempedulikan hak orang lain dan lebih mementingkan diri sendiri,
sehingga muncullah sifat manusia yang ingin menguasai manusia lainnya.
Menurut saya dilihat dari sudut pandang nenek minah perbuatannya merupakan hal yang
masih dapat di toleransi di masyarakat, dengan hanya mengambil atau memetic buah kakao
milik perusahaan tersebut bukanlah pelanggaran yang besar. Namun tidak dapat di pungkiri,
dari sudut pandang hukum yang sudah di tetapkan di Indonesia dalam KUHP Pasal 362 banyak
atau sedikitnya barang yang di ambil tetaplah sebuah pelanggaran. Dari sini kita sebagai
masyarakat yang patuh terhadap hukum harus menjadi kan kasus nenek Minah sebuah
pelajaran untuk berhati-hati tehadap barang milik orang lain mengambil, menyentuh atau
memindahkannya.
Soal 3.
Dalam konsep The Rule of Law pada negara hukum, tiga nilai dasar tujuan hukum yakni
keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zweckmaerten), dan kepastian hukum
(rechtssicherkeit).
Nilai dasar yang pertama, tentang keadilan, keadilan merupakan salah satu tujuan
dari hukum selain dari kepastian hukum itu sendiri dan juga kemanfaatan hukum.
Sedangkan makna keadilan itu sendiri masih menjadi perdebatan. Namun keadilan itu
terkait dengan pendistribusian yang merata antara hak dan kewajiban. Dari kasus
nenek Mindah di atas tentang keadilan saya rasa tidak bisa di katakan suatu
keaadilan. Mengambil atau memetik tiga buah kakao tidak akan merugikan
perusahaan. Hukuman yang tepat mneurut saya cukup memperingatkan dengan
tegas serta sosialisasi kepada masyakarat sekitar bahwa mengambil atau memetic
buah milik perusahaan merupakan perbuatan yang melanggar dan tidak boleh di
lakukan.
Nilai dasar yang kedua, tentang kemanfaatan hukum. Penganut aliran utilitas menganggap
bahwa tujuan hukum semata-mata untuk memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan yang
sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya warga masyarakat. Penanganannya didasarkan
pada filsafat sosial, bahwa setiap warga masyarakat mencari kebahagiaan, dan hukum
merupakan salah satu alatnya. Hukum dikatakan bermanfaat apabila mampu memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak yang berkasus. Seperti nenek minah dengan pihak PT. RSA,
nenek minah merupakan masyakat miskin yang pekerjaannya hanya berkebun dan makan
seadanya dari hasil jual hasil kebun dan bantuan masyarakat sekitar. Keputusan yang di ambil
hakim tersebut memvonis nenek minah dengan penjara selama 1 bulan 15 hari merupakan
hal yang kurang tepat, karena dilihat dari pengakuan tersangka bahwa tidak mengambil nenek
minah hanya memetik dan meletakannya di bawah pohon tersebut. Seharunya hakim dapat
mengambil keputusan hukuman yang lebih adil bagi nenek minah selain vonis penjara, Seperti
teguran atau tahanan luar yang tidak memenjarakan nenek minah.
Nilai dasar yang ketiga, tentang kepastian hukum. Kepastian hukum secara normatif adalah
ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis dalam
artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau
menimbulkan konflik norma. Berdasar pada KUHP Pasal 362 kepastian hukum sudah di
nyatakan jelas bahwa mencuri, memindahkan atau mengambil barang milik orang lain dengan
sengaja merupakan hal yang tidak benar atau di larang. Nenek minah seharusnya tidak
berbuat seperti itu yang berujung gugat perusahaan terhadap nenek minah sesuai dengan
aturan yang ada. Benar halnya pihak perusahaan melaporkan dan membawa nenek Minah ke
pengadilan tidak berhakim sendiri melaikan sesuai dengan prosedurnya.