Anda di halaman 1dari 3

Macam macam alat bukti

1. Saksi
Menurut etimologi (bahasa) kata saksi dalam bahasa arab dikenal dengan Asy-syahadah adalah
bentuk isim masdar dari kata syahida-yasyhadu yang artinya menghadiri, menyaksikan (dengan
mata kepala sendiri) dan mengetahui. Kata syahadah juga bermakna al bayinan (bukti), yamin
( (sumpah) dan iqrar atau pengakuan.
Secara terminologi (istilah). Al-Jauhari menyatakan bahwa “kesaksian berarti berita pasti.
Musyahadah artinya sesuatu yang nyata, karena saksi adalah orang yang menyaksikan sesuatu
yang orang lain tidak mengetahuinya. Dikatakan juga bahwa kesaksian berarti seseorang yang
memberitahukan secara benar atas apa yang dilihat dan didengarnya.
Menurut Hukum Islam syarat-syarat saksi yang dapat diterima kesaksiannya adalah sebagai
berikut:
a. Baligh
b. Berakal sehat
c. Islam
d. Mengetahui apa yang dipersaksikan
e. Dapat dipercaya
f. Adil

2. Sumpah

Menurut bahasa, kata sumpah berasal dari kata bahasa Arab”Al-Yamin”Yang bermakna “Tangan kanan”,
“Kekuatan”, dan “Sumpah”. Dia adalah lafal musytarak atara ketiga makna tersebut.

M. H. Tirtaamidjaja, mendefinisikan sumpah adalah suatu keterangan yang diucapkan dengan khidmat,
bahwa jika orang yang mengatakan sumpah itu dan memberikan keterangan yang tidak benar, ia
bersedia dikutuk Tuhan.

Jadi sumpah menurut istilah suatau ucapan atau keterangan dengan menyebut nama Tuhan sesuai
dengan keyakinan yang melakukan dan memberikan sumpah.

a. Sumpah Tambahan

Sumpah tambahan disebut yamin al istizhar atau menurut istilah Peradilan Umum disebut suppletoire
eed. Sumpah tambahan ini adalah sumpah yang diperintahkan oleh hakim kepada salah satu pihak
untuk melengkapi alat bukti yang masih kurang atau untuk menambah keyakinan hakim.

b. Sumpah Pemutus

Sumpah pemutus menurut Peradilan Islam diistilahkan dengan yamin ‘alaal bat dan menurut peradilan
umum disebut dengan decissoire eed, yaitu sumpah yang diucapkan oleh salah satu pihak atas
permintaan pihak lainnya karena pihak lainnya disini telah tidak ada alat bukti sama sekali yang
mendukung tuntutannya.
c. Sumpah Penaksiran

Tentang sumpah penaksiran ini tidak atau belum didapatliteraturnya di Acara Peradilan Islam. Namun
apabila diperhatikan,sebenarnya ada yang disebut sumpah penaksiran ini tidaklah dapat dikatakan
termasuk alat bukti sumpah.

Sumpah ini adalah diperintahkan oleh hakim untuk menetapkan harga barang atau kerugian yang
dituntut lantaran hakim terbentur tidak ada jalan lain untuk menaksir kerugian atau harga barang
tersebut. Oleh karena itulah, sumpah penaksiran ini hanya akan diperintahkan oleh hakim kalau jelas
sudah terbukti bahwa pihak yang menuntut ituberhak.Kekuatan sumpah penaksiran ini sama dengan
kekuatan sumpah tambahan,artinya masih dimungkinkan pembuktian lawan.

d. Sumpah li'an

Sumpah li'an adalah sumpah khusus yang berlaku di pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama
Islam yang dilakukan seorang suami yang menuduh dan/atau mengetahui istrinya berbuat zina tetapi
tidak dapat mengemukakan 4 orang saksi bahwa istrinya betul-betul berbuat zina dan istrinya menolak
tuduhan suaminya itu.

Sumpah Li’an ini tidak didapat diPradilan Umum tetapi didapat di PeradilanIslam karena sumbernya dari
Al-Qur’an, surat 24, An-Nur, Ayat 6-9.

e. Sumpah Qasamah

Al-qasamah artinya juga sumpah, tapi biasa digunakan dalam perkara pidana Islam.Qasamah artinya
sumpah yang dimintakan kepada para wali dari tertuduh pelaku pembunuh karena tidak diketahui siapa
yang telah melakukan pembunuhan tersebut,

3. Pengakuan

Dasar hukum tentang iqrar (pengakuan) ini terdapat dalam Al-Qur’an, sunnah,dan ijma’.

Adapun sumber dari Al-Qur’an tercantum dalam surat An-Nisa ayat 135.Yang Artinya:“ Wahai orang-
orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu…

Sumber hukum dari sunnah terdapat di dalam hadits Ma’iz yang datang

kepada Nabi mengakui perbuatannya, dan hadits tentang kisah Al-‘Asif. Dalam hadits Al-‘Asif, Nabi
bersabda:Yang Artinya:“…Dan pergilah kamu hai Unais yang memeriksa istrinya laki-laki ini, apabila ia
mengaku (berzina) maka rajamlah ia.“(Muttafaq alaih)

Pengakuan Pengakuan (‫( اق رار‬menurut arti bahasa adalah penetapan. Sedangkan menurut syara’,
Pengakuan menurut syara’ adalah suatu pernyataan yang menceritakan tentang suatu kebenaran atau
mengakui kebenaran tersebut.
syarat sahnya pengakuan adalah bahwa pengakuan harus benar dan tidak dipaksa (terpaksa).
Pengakuan yang demikian harus timbul dari orang yang berakal dan mempunyai kebebasan (pilihan).

4.Qarinah

Pengertian qarinah menurut Wahbah Zuhaili adalah sebagai berikut: Qarinah adalah setiap tanda
(petunjuk) yang jelas yang menyertai sesuatu yang samar, sehingga tanda tersebut menunjukkan
kepadanya.

5. Alat bukti pengakuan hakim

Dalam Islam alat bukti pengetahuan hakim terdapat dua ketentuan:

1) Seorang hakim tidak boleh memutus perkara berdasarkan pengetahuannya, bilamana pengetahuan
yang diperolehnya dari luar dalam kapasitasnya sebagai manusia umumnya. Seperti ia menyaksikan
terjadinya peristiwa yang dari peristiwa itu kemudiandiperkirakan, atau dia mendengar dari sebagian
orang atau dia kebetulan melihat terjadinya perkara.

2) Seorang hakim boleh memutuskan berdasarkan pengetahuannya, bilamana pengetahuan yang


didapat dalam kapasistasnya sebagai hakim dari pemeriksaan yang diambil dalam dakwaan. Seperti dia
mendengar keterangan para saksi dalam sidang, kemudian dia pergi ke tempat terjadinya perkara yang
disidangkan.

Anda mungkin juga menyukai