Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG MEMBERI KESAKSIAN PALSU

DALAM PERSIDANGAN KASUS PIDANA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Fenny Biarawati, M.H

Disusun oleh :

Gizky Nazwa Waluyo (2202056155)

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH & HUKUM TAHUN 2022

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberian kesaksian palsu dalam persidangan di bawah sumpah dan menjadi


pertimbangan hakim dalam memutus perkara dapat dipidanakan, berdasarkan pakar hukum
pidana Midzakkir.1 Apabila seseorang saksi yang telah disumpah memberikan keterangan yang
tidak benar, maka kepada saksi tersebut diancam hukuman pidana karena melakukan perbuatan
pidana sumpah palsu sesuai dengan Pasal 242 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
yaitu :

1. Barang siapa dalam hal-hal menurut peraturan perundang-undangan memerintahkan


supaya memberikan keterangan di atas sumpah, atau mengadakan akibat hukum kepada
keterangan yang demikian, dengan sengaja memberikan keterangan sumpah palsu di atas
sumpah, baik dengan lisan maupun tulisan, olehnya itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
2. Jika keterangan palsu di atas sumpah, diberikanlah dalam perkara pidana dan merugikan
terdakwa atau tersangka, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
3. Disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan yang diharuskan menurut aturan-
aturan umum atau yang menjadi pengganti sumpah.
4. Pidana pencabutan hak tersebut Pasal No. 1-4 dapat dijatuhkan.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana memperkuat bahwa keterangan yang


diberikan seorang saksi dengan keadaan sudah disumpah dan terbukti kesaksiannya palsu dapat
dikenakan sanksi pidana yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut Prof. Winjono

1
Mudzakkir, Kesaksian Palsu Dalam Persidangan Dapat Dipidana, UII, Jakarta, 2011, hal. 1.
Prodjodikoto, dalam memberikan kesaksian sudah dapat dinayatakan palsu walaupun hanya
sebagian keterangan yang diberikan saksi tidak benar, tidak perlu seluruhnya bohong. 2

Di dalam suatu pemeriksaan perkara di persidangan, terdakwa bisa mengajukan beberapa


alat bukti yang sah untuk diperiksa oleh hakim dalam suatu persidangan. Salah satu alat bukti
yang sah yaitu keterangan saksi dan saksi tersebut wajib memberikan keterangan yang sebenar-
benarnya.

Membuktikan kebenaran keterangan yang diberikan oleh saksi bukanlah hal yang mudah.
Hal ini tidak bisa dibuktikan hanya dengan cara penyampaian saksi yang tidak tenang atau tidak
jelas dan tidak kronologis. Suatu keterangan juga tidak bisa dinyatakan kebenarannya hanya
karena cara penyampaiannya yang baik, kronologis, bersikap tenang dan meyakinkan.3
Sehingga dalam pemeriksaan tidak hanya mendengarkan kesaksian yang diberikan hakim juga
memperhatikan saksi yang memberikan keterangan tersebut dan latar belakang kehidupannya.

Tujuannya agar hakim dapat terpengaruh oleh sikap batinnya sendiri dalam menilai
keterangan saksi tersebut, misalnya ada rasa tidak percaya akan keterangan si saksi atau
mungkin sebaliknya, maka timbullah rasa hormat dan menghargai atas keterangan yang
diberikan oleh saksi tersebut.

Pada perkara kesaksian ini, dibutuhkan suatu kejelian dan keahlian baik dari pihak
Penuntut Umum atau Hakim dalam pemeriksaan terhadap sumpah palsu karena bisa jadi dalam
memberikan kesaksian mereka merasa takut atau gugup pada saat persidangan, sehingga
mengutarakan kesaksiannya dengan kalimat yang tidak jelas atau terbata-bata. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu kejelian dan keahlian dari Penuntut Umum dan Hakim.

Dalam pemeriksaan perkara kesaksian ini, hal yang dibutuhkan ialah suatu kejelian dan
keahlian, baik dari pidak Penuntut Umum ataupun Hakim karena bisa saja saat seorang saksi
memberikan kesaksiannya ia merasa takut atau gugup pada saat persidangan sehingga ia
mengutarakan kesaksiannya dengan kalimat yang tidak jelas atau terbata-bata.

Dari uraian tersebut di atas sebagai latar belakang masalah mengenai kesaksian palsu,
khususnya pelaksanaan penyidikan dalam proses peradilan pidana terhadap saksi yang

2
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal. 166.
3
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, PT. Eresco, Bandung, 1967, hal, 169.
memberikan kesaksian palsu atau dengan cara memberikan keterangan palsu atau keterangan
yang tidak benar. Maka berikut adalah makalah dengan judul “MEMBERI KESAKSIAN
PALSU DALAM PERSIDANGAN KASUS PIDANA”

B. PERMASALAHAN

Dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah yang
sesuai yaitu:
1. Bagaimana cakupan pengertian dengan sengaja memberikan keterangan palsu di atas
sumpah ?
2. Kapankah seorang pemberi kesaksian palsu dapat dilakukan penyidikannya?
3. Bagaimana penerapan Pasal 242 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terhadap
seseorang yang dengan sengaja memberikan keterangan palsu di atas sumpah?
4. Bagaimanakah hubungan antara kesaksian palsu dengan nilai-nilai Pancasila?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini dapat diambil dengan berdasarkan rumusan masalah
yaitu:
1. Untuk mengetahui cakupan pengertian dengan sengaja memberikan keterangan palsu
di atas sumpah
2. Untuk mengetahui kapan seseorang yang memberikan kesaksian palsu dapat dilakukan
proses penyelidikan
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Pasal 242 Kitab Undang-Undang Hukum
pidana terhadap seseorang yang dengan sengaja memberikan kesaksian palsu di atas
sumpah
4. Untuk mengetahui hubungan antara kesaksian palsu dengan nilai-nilai pancasila
BAB II

PEMBAHASAN

Keterangan palsu di pengadilan baik yang dilakukan secara lisan maupun tulisan, yang
dilakukan oleh dirinya sendiri atau kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, dipandang sebagai
tindak pidana yang oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam Pasal 242 KUHPidana.

Di dalam pengadilan kesaksian palsu yang diberikan secara lisan ataupun tulisan, yang
dilakukan oleh dirinya sendiri atau secara khusus ditunjuk untuk itu, dipandang sebagai tindak
pidana yang telah diatur dalam Pasal 242 KUH Pidana.

Tidak adanya kesamaan pendapat di dalam sistem hukum yang membahas mengenai
maksud dari perbuatan memberikan keterangan palsu di atas sumpah. Ahli hukum dari Italia
mengemukaan bahwa perbuatan memberikan keterangan palsu di atas sumpah merupakan suatu
perbuatan pidana, dan perbuatan memberikan kesaksian palsu adalah perbuatan yang membuat
pelakunya pidana. Sedangkan menurut ahli hukum Jerman lama, perbuatan sumpah palsu
merupakan tindakan kejahatan yang berat dan serius.

Menurut S. R. Sianturi, pada intinya adalah nama dari kejahatan ini disebut “sumpah
palsu” dimana seseorang memberikan suatu keterangan palsu di atas sumpah (ia bersumpah
terlebih dahulu baru memberikan keterangan palsu) atau di bawah sumpah (ia memberikan
keterangan lebih dahulu baru dikuatkan dengan sumpah). 4

Sebelum memberikan keterangan di depan persidangan saksi wajib mengucapkan sumpah


menurut agama yang dianutnya, sumpah memberikan jaminan bahwa keterangan yang
diucapkannya adalah yang sebenarnya dan tidak lebih dari yang sebenarnya. Sehingga saat saksi
memberikan keterangan palsu diatas sumpah dapat dinyatakan telah merusak jaminan yang
diberikan sekaligus merusak kepercayaan. Hal ini juga menyebabkan timbulnya kerusakan dalam
masyarakat dan berakibat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap wibawa pengadilan.

4
S. R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, Alumni AHM – PTHM, Jakarta, 1983, hal.124
Dalam perkara pidana keterangan saksi merupakan salah satu barang bukti yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia lihat dan ia alami sendiri dengan
menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu.

Dalam Pasal 242 ayat (1) KUHP tentang memberikan sumpah palsu menyatakan bahwa
“Barangsiapa dalam keadaan di mana Undang-Undang menentukan supaya memberi keterangan
di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan Demikian dengan sengaja
memberi keterangan palsu atau sumpah, baik dengan lisan ataupun tulisan, secara pribadi maupun
oleh kuasanya yang khsus ditunjuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”
dan ayat (2) yaitu “Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan
merugikan terdakwa atau tersangka yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.” Sehingga memberikan keterangan palsu saat menjadi saksi dipersidangan dapat
diancam sanksi pidana.

Dalam bukunya yang berjudul KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal R.Soesilo menjelaskan bahwa pemberi kesaksian palsu di atas sumpah dapat dihukum jika
memenuhi unsur-unsur berikut : 5

1. Keterangan itu harus di atas sumpah


2. Keterangan itu harus diwajibkan menurut Undang-Undang atau menurut peraturan
yang menentukan akibat hukum pada keterangan itu.
3. Keterangan itu harus palsu (tidak benar) dan kepalsuan ini diketahui oleh pemberi
keterangan.

Menurut Soesilo supaya dapat dihukum pemberi kesaksian palsu ini juga harus mengetahui
bahwa ia memberikan suatu keterangan yang dengan sadar bertentangan dengan kenyataan dan ia
telah memberikan keterangan palsu tersebut diatas sumpah. Jika ia merasa bahwa keterangan
tersebut telah sesuai dengan kebenaran namun ternyata keterangan ini tidak benar, dan ia tidak
mengetahui mana yang benar maka ia tidak dapat dihukum.

Hakim dapat memberikan peringatan terlebih dahulu jika saksi dianggap sudah
memberikan kesaksian palsu, dan bisa memberikan tuntutan apabila saksi tetap melanjutkan hal
tersebut. Seperti yang dinyatakan dalam pasal 174 KUHP bahwa apabila keterangan saksi disidang

5
R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal hal.183
disangka palsu, hakim ketua sidang memberikan peringatan dengan sungguh-sungguh kepadanya
supaya memberikan keterangan yang sebenarnya dan mengemukakan ancaman pidana yang dapat
dikenakan kepadanya apabila ia tetap memberikan keterangan palsu. Kemudian, apabila saksi tetap
pada keterangannya itu, hakim ketua sidang karena jabatannya atau atas permintaan penuntut
umum atau terdakwa dapat memberik perintah supaya saksi itu ditahan untuk selanjutnya dituntut
perkara dengan dakwaan sumpah palsu.

Telah ditentukan dalam pasal 242 ayat (2) KUHP yang menyatakan jika keterangan palsu
diatas sumpah itu telat diberikan di dalam suatu perkara pidana dengan merugikan orang yang
didakwa, maka pelakunya dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya Sembilan tahun.

Ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 242 ayat (4) KUHP bahwa pembentukan
undang-undang menentukan bahwa jika orang tersebut bersalah telah melakukan kejahatan seperti
yang dimaksud di dalam ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 242 ayat (1) dan ayat
(2) KUHP, maka hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak seperti
yang dimaksud dalam ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 35 angka 1-4 KUHP yaitu :

1. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu


2. Hak memasuki angkatan bersenjata
3. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum
4. Hak menjadi penasehat atau pengurus menurut hukum, hak menjadi wali, wali pengawas,
pengampu atau pengampu pengawas, atas orang atau bukan anak sendiri.

Tindakan ini bukan hanya pelanggaran terhadap UU tetapi juga terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Kasus ini adalah bukti nyata masih kurangnya cinta pancasila dalam
diri rakyatnya. Penyimpangan nilai-nilai Pancasila terdapat pada sila pertama yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa

Penyimpangan nilai sila pertama yaitu mengacu kepada beberapa ayat Quran dan hadis
Rasululullah Saw, pemberi kesaksian palsu telah melakukan aneka macam dosa besar. Mulai dari
berdusta dan mengada-ada, dengan mengatasnamakan Allah SWT.

Memberikan kesaksian palsu tidak terlepas dari sumpah palsu. Sumpah palsu itu sendiri
adalah sumpah yang dilakukan dengan melakukan dusta secara sengaja. Sumpah palsu ini
dilakukan dengan menggunakan nama Allah SWT (Demi Allah) namun pada kenyataannya sama
sekali bertentangan dengan keagungan dan kesucian nama Allah SWT, karena dalam
mengucapkannya tidak sesuai dengan hati dan tujuannya. Dalam menyebutkan sumpah tersebut
hanya dijadikan sebagai formalitas untuk menguatkan kedustaannya agar dipercaya dan dianggap
benar.

Tentu saja, hal ini merupakan bukti konkret adanya pelunturan nilai-nilai Pancasila pada
kasus pemberian kesaksian palsu. Jika hal ini tidak segera diatasi maka eksistensi Pancasila dapat
tergerus dan perlahan-lahan menghilang. Pancasila sejatinya merupakan pedoman dan pandangan
hidup bangsa Indonesia, maka dari itu seharusnya kita dapat mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keterangan saksi adalah salah satu barang bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengan sendiri, ia lihat sendiri dan
ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Sedangkan yang dimaksud
dengan keterangan palsu diatas sumpah adalah keterangan yang sebagian atau seluruhnya tidak
benar baik diberikan secara lisan ataupun dengan tulisan yang diberikan secara sendiri atau oleh
kuasanya, diatas sumpah yang diucapkan sebelum atau sesudah memberikan keterangan, menurut
agama masing-masing.

Memberikan keterangan palsu saat menjadi saksi di persidangan dapat diancam dengan
sanksi pidana seperti yang diatur dalam Pasal 242 ayat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
tentang memberikan sumpah palsu yaitu “Barangsiapa dalam keadaan di mana Undang-Undang
menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada
keterangan Demikian dengan sengaja memberi keterangan palsu atau sumpah, baik dengan lisan
ataupun tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khsus ditunjuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.” dan ayat yaitu “Jika keterangan palsu di atas sumpah
diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”

Mengenai pemberian keterangan palsu tersebut suatu perkara pidana adalah tidak perlu
bahwa pemberian keterangan tersebut telah mempengaruhi bagi jalannya pemeriksaan di sidang
pengadilan mana keterangan palsu di atas sumpah itu diberikan, akan tetapi agar pemberatan
pidana seperti yang dimaksud di dalam pasal 242 ayat KUHP itu dapat diberlakukan bagi pelasu,
maka keterangan palsu di atas sumpah itu harus diberikan dengan merugikan terdakwa.

Hal ini menjadi bukti nyata bahwa adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap


Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Jika hal ini tidak segera diatasi maka
eksistensi Pancasila dapat tergerus dan perlahan-lahan menghilang. Pancasila sejatinya merupakan
pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia, maka dari itu seharusnya kita dapat
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. SARAN

Pemberian kesaksian palsu di atas sumpah baik secara lisa ataupun dengan tertulis, baik
olehnya sendiri atau wakil yang ditunjuk, sangatlah merugikan masyarakat maka pelaku harus
ditindak dengan tegas. Hakim juga harus menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan
pelaku, apabila ternyata perbuatannya telah memenuhi unsur-unsur dalam pasal 242 KUHP.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.neliti.com/publications/3178/kesaksian-palsu-di-depan-pengadilan-dan-proses-
penanganannya

http://repository.um-
palembang.ac.id/id/eprint/7812/1/502016195_BAB%20I_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukuman-bagi-saksi-palsu-di-persidangan-
lt5614783452eb6#_ftn1

https://jernih.co/solilokui/tentang-kesaksian-palsu-dan-sumpah-palsu/

Anda mungkin juga menyukai