Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TEORI HUKUM

1. Pengertian saksi dan saksi ahli:

Pasal 1 butir 26 KUHAP berbunyi “saksi adalah orang yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan

tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami

sendiri. Pasal 1 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2006, saksi mengandung arti sebagai

orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan,

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu

perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri.

Saksi Ahli Yaitu seseorang yang mempunyai pengetahuan dan keahlian

khusus mengenai sesuatu yang menjadi sengketa yang memberikan penjelassan

dan bahan baru bagi hakim dalam memutuskan perkara.

2. Syarat-syarat Menjadi Saksi dan saksi ahli:

a) Harus mengucapkan sumpah atau janji

Hal ini diatur dalam Pasal 160 Ayat (3) KUHAP “Sebelum

memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut

cara agamanya masing-masing bahwa ia memberikan keterangan yang

sebenarnya dan tidak lain dari yang sebenarnya.

b) Keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai bukti


Tidak semua keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat

bukti. Keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti ialah

keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan pada Pasal 1 Angka 27

KUHAP, yaitu yang saksi lihat sendiri, yang saksi dengar sendiri, yang saksi

alami sendiri, serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Dari penegasan

bunyi Pasal 1 Angka 27 KUHAP dihubungkan dengan bunyi penjelasan Pasal

185 Ayat (1) KUHAP yang isinya bahwa keterangan saksi tidak termasuk

keterangan yang diperoleh dari orang lain atau testimonium de auditu

c) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan

Keterangan saksi yang diberikan di luar sidang pengadilan tidak dapat

dijadikan alat bukti. Sehingga hakim tidak dapat menjatuhkan putusan

terhadap terdakwa berdasarkan pada keterangan saksi yang disampaikan di

luar sidang pengadilan.

d) Nilai kekuatan pembuktian keterangan saksi

Mengenai nilai kekuatan pembuktian keterangan saksi harus dilihat

pertama-tama sah tidaknya keterangan saksi sebagai alat bukti. Manakala

ditinjau dari segi ini, keterangan saksi yang diberikan di muka sidang

pengadilan dikelompokkan menjadi dua, yaitu saksi yang menolak disumpah

dan karena hubungan keluarga.

3. Kewajiban saksi dan saksi ahli:

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 13 tahun 2006, bila

korban atau saksi menginginkan perlindungan, maka yang bersangkutan


mengajukan permohonan tertulis kepada pihak LPSK. Jika permohonan saksi

diterima, maka diwajibkan untuk menandatangani persyaratan kesediaan

mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan (pasal 30), sebagai berikut :

 Kesediaan saksi untuk memberikan kesaksian dalam proses peradilan.

 Kesediaan saksi untuk mentaati aturan yang berkenaan dengan

keselamatannya.

 Kesediaan saksi untuk tidak berhubungan dengan cara apapun dengan orang

lain selain atas persetujuan LPSK, selama ia berada dalamperlindungan LPSK

 Kewajiban saksi untuk tidak memberitahukan kepada siapapun mengenai

keberadaannya di bawah perlindungan LPSK

4. Tujuan dihadirkannya saksi dan saksi ahli dalam perkara di pengadilan :

Peranan keterangan saksi dan keterangan ahli dalam penyelesaian perkara

pidana sebagai salah satu alat bukti yang sah, merupakan alat bantu untuk

menemukan kebenaran materiil. Oleh karena itu keterangan saksi dan keterangan ahli

tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

pidana.

Anda mungkin juga menyukai