sebagai berikut:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang
pengadilan”.
Keterangan saksi harus diberikan atau dibacakan dimuka persidangan agar hakim
dapat menilai bahwa keterangan yang diberikan oleh saksi tidak keterangan palsu.
Tidak semua keterangan saksi mempunyai nilai sebagai alat bukti. Keterangan
saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti ialah keterangan saksi yang sesuai
dengan apa yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 27 KUHAP yaitu keterangan saksi
mengenai suatu peristiwa yang saksi lihat sendiri, saksi dengar sendiri, saksi
alami sendiri serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Penegak hukum
pidana.
Ada beberapa syarat yang harus melekat pada keterangan itu supaya dapat
mempunyai nilai sebagai alat bukti yang sah. Seandainya syarat-syarat itu
telah terpenuhi, barulah keterangan itu mempunyai nilai sebagai alat bukti.
Agar suatu kesaksian mempunyai kekuatan sebagai alat bukti, maka harus
a. Syarat Obyektif:
b. Syarat Formal:
1) Kesaksian harus diucapkan dalam sidang
c. Syarat Subyektif/material:
1) Saksi menerangkan apa yang ia dengar, ia lihat dan yang ia alami sendiri
saksi. Menurut penjelasan pasal tersebut, pekerjaan atau jabatan yang menentukan
undangan.
a. Anak yang belum cukup lima belas tahun (15) dan belum pernah kawin.
b. Orang yang sakit ingatannya atau sakit jiwa meskipun ingatannya baik
kembali.
Dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP dikatakan bahwa sebelum memberikan
Pengucapan sumpah itu merupakan syarat mutlak, dapat dibaca dalam Pasal 161
“Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk bersumpah atau
berjanji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 160 ayat (3) dan (4), maka
hakim ketua sidang dapat dikenakan sandera ditempat rumah tahanan negara
“Dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau dan saksi atau
ahli tidak mau disumpah atau mengucapkan jauji, maka keterangan yang telah
“Keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau mengucapkan janji tidak
dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan
keyakinan hakim.
Agak lain bunyi Pasal 165 ayat (7) KUHAP yang menyatakan “keterangan saksi
yang tidak disumpah meskipun sesuai dengan yang lain, tidak merupakan alat
bukti namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan saksi yang
disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah yang lain”.
Pasal 248 hanya menyatakan saksi disumpah oleh ketua. Tetapi kalau tidak
Saksi yang meringankan atau a de charge merupakan saksi yang diajukan oleh terdakwa
dalam rangka melakukan pembelaan atas dakwaan yang ditujukan pada dirinya. Hal ini
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi atau seseorang
yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi
dirinya.
Selain itu, dasar hukum saksi a de charge juga diatur dalam Pasal 116 ayat (3) KUHAP jo.
menguntungkan baginya dan bilamana ada maka hal itu dicatat dalam berita acara.
Saksi yang memberatkan atau a charge adalah saksi yang keterangannya memberatkan
terdakwa. Jenis saksi ini biasanya diajukan oleh penuntut umum. Saksi korban juga termasuk
Penyebutan saksi yang memberatkan terdapat dalam Pasal 160 ayat (1) KUHAP:
Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan yang dipandang
sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah mendengar pendapat penuntut umum,
Dalam hal ada saksi baik yang menguntungkan maupun yang memberatkan terdakwa yang
tercantum dalam surat pelimpahan perkara dan atau yang diminta oleh terdakwa atau
penasihat hukum atau penuntut umum selamã berIangsungnya sidang atau sebelum
dijatuhkannya putusán, hakim ketua sidang wajib mendengar keterangan saksi tersebut.
Dengan demikian, perbedaan mendasar antara saksi meringankan (a de charge) dengan saksi
memberatkan (a charge) adalah pada substansi keterangan yang diberikan apakah mendukung
Saksi mahkota adalah istilah untuk tersangka/terdakwa yang dijadikan saksi untuk
saksi mahkota pernah dijelaskan dalam artikel Definisi Saksi Mahkota, saksi mahkota
bukanlah istilah yang dikenal dalam KUHAP. Namun istilah ini dapat ditemui dalam alasan
yang tertuang pada memori kasasi yang diajukan oleh kejaksaan dalam Putusan Mahkamah
Walaupun tidak diberikan suatu definisi otentik dalam KUHAP mengenai Saksi mahkota
sebagai Saksi yang berasal atau diambil dari salah seorang tersangka atau Terdakwa lainnya
yang bersama-sama melakukan perbuatan pidana, dan dalam hal mana kepada Saksi tersebut
diberikan mahkota. Adapun mahkota yang diberikan kepada Saksi yang berstatus Terdakwa
tersebut adalah dalam bentuk ditiadakan penuntutan terhadap perkaranya atau diberikannya
suatu tuntutan yang sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke Pengadilan atau
dimaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Menurut Prof. Dr. Loebby Loqman, S.H.,
M.H., dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Saksi mahkota adalah kesaksian sesama
Pengertian saksi alibi juga tidak diatur dalam KUHAP, namun pada praktiknya saksi alibi
disamakan dengan pengertian saksi meringankan (a de charge). Hal ini dapat ditemui dalam