Anda di halaman 1dari 18

PROSEDUR PEMBUKTIAN

Oleh:
Riswan Munthe
PEMBUKTIAN

 Sistem pembuktian yang dianut KUHAP adalah


sistem pembuktian campuran atau gabungan
yakni sistem pembuktian posistif ditambah
dengan kenyakinan hakim.

 Alat bukti diatur dalam Pasal 184 ayat 1


KUHAP.
Macam Alat Bukti Dalam Perkara
Perdata (Psl 164 HIR, 1866 BW)
Meliputi:
1. Tulisan;
2. Keterangan saksi;
3. Persangkaan
4. Pengakuan;
5. Sumpah.
 Pasal 184 ayat 2 KUHAP:
“Hal-hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu
dibuktikan” atau disebut dengan istilah notoire feiten (Fakta
Notoir).

 Secara garis besar fakta notoir dibagi menjadi dua golongan,


yaitu:
a. Sesuatu atau peristiwa yang diketahui umum bahwa sesuatu
atau peristiwa tersebut memang sudah demikian halnya yang
sebenarnya atau semestinya demikian.
Yang dimaksud sesuatu misalnya, harga emas lebih mahal
dari perak, tanah dikota lebih mahal harganya dari pada tanah
didesa. Dan yang dimaksud dengan peristiwa misalnya, pada
tanggal 17 Agustus diadakan peringatan hari kemerdekaan
Indonesia.
b. Sesuatu kenyataan atau pengalaman yang
selamanya dan selalu mengakibatkan
demikian atau selalu merupakan kesimpulan
demikian. Misalnya, arak adalah termasuk
minuman keras yang dalam takaran tertentu
bisa menyebabkan seseorang mabuk. Contoh
lain, kendaraan yang larinya 100 km/jam
maka kendaraan tersebut akan tidak stabil jika
dihentikan seketika.
Keterangan saksi
 Keterangan saksi dapat dilihat dalam Pasal 185 KUHAP.
 Kewajiban seseorang menjadi saksi diatur pada penjelasan Pasal

159 ayat (2) KUHAP yang menyebutkan: “Orang yang menjadi


saksi setelah dipanggil ke suatu sidang pengadilan untuk
memberikan keterangan tetapi dengan menolak kewajiban itu ia
dapat dikenakan pidana berdasarkan ketentuan undang-
undang yang berlaku. Demikian pula dengan ahli.”
 Syarat keterangan saksi:

1. Syarat Formil (Pasal 160 ayat 2 KUHAP)


Jelas identitasnya, apakah ia kenal terdakwa, apakah ia
mempunyai hubungan darah/semenda dan sampai derajat
keberapa dengan terdakwa, atau apakah ia suami atau isteri,
atau terdakwa meskipun sudah bercerai atau terikat hubungan
kerja dengannya
2. Syarat Materiil
Yang ia dengar sendiri, melihat sendiri, dan
mengalami sendiri dengan menyebut alasan
mengapa saksi dapat melihat, mendengar
dan mengalami hal itu dan harus dinyatakan
disidang pengadilan.
 Orang yang dapat mengundurkan diri sebagai saksi atau
memberikan keterangan tanpa disumpah (Pasal 168
KUHAP) yaitu:
1. keluarga sedarah atau semanda dalam garis lurus ke
atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa
atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
2. saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka
yang mempunyai hubungan karena parkawinan dan
anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
3. suami atau isteri terdakwa maupun sudah bercerai atau
yang bersama-sama sebagai terdakwa.
 Pasal 171 KUHAP juga menambahkan
pengecualian untuk memberikan kesaksian
dibawah sumpah, yakni:
1. anak yang umurnya belum cukup lima belas
tahun dan belum pernah kawin;
2. orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun
kadang-kadang ingatannya baik kembali.
 Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang berbunyi:
“Keterangan seorang saksi saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah terhadap perbuatan yang
didakwakan kepadanya”. Dikenal dengan
istilah unus testis nullus testis (Satu saksi
bukan saksi)
Keterangan Ahli
 Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan. (Pasal 1 butir
28 KUHAP)

 Keterangan ahli sebagai alat bukti dapat


dilihat dalam Pasal 1 butir 28, Pasal 120,
Pasal 133, dan Pasal 179 KUHAP.
 Berdasarkan Pasal tersebut terdapat dua
kelompok ahli yaitu:
1. Ahli kedokteran kehakiman yang memiliki
keahlian khusus dalam kedokteran
kehakiman sehubungan dengan
pemeriksaan korban penganiayaan,
keracunan dan pembunuhan.
2. Ahli pada umumnya, yakni orang-orang
yang memiliki keahlian khusus dalam bidang
tertentu.
Surat (Pasal 187 KUHAP)
 Yang dimaksud dengan surat yang diatur dalam :
1. Pasal 187 huruf a adalah berita acara.
surat yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau dibuat dihadapannya yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat dan dialaminya sendiri. Misalnya
surat yang dibuat oleh seorang notaris.
2. Pasal 187 huruf b adalah surat yang dibuat oleh
pejabat dilingkungan pemerintah, surat yang
dikeluarkan oleh suatu majelis misalnya: putusan
hakim.
3. Pasal 187 huruf c yaitu sama dengan
penjelasan Pasal 186 KUHAP misalnya, visum
et repertum.
4. Pasal 187 huruf d adalah surat biasa yang
baru berlaku jika ada hubungannya dengan
alat bukti yang lain, misalnya: surat ancaman
dari terdakwa kepada korban dalam perkara
pembunuhan, surat cinta antara terdakwa
dengan saksi dalam perkara tentang
membawa lari seorang gadis dibawah umur.
Petunjuk
 Dalam KUHAP, alat bukti petunjuk dapat dilihat
dalam Pasal 188 KUHAP.

 Berdasarkan pasal diatas dapat dikatakan


bahwa petunjuk adalah alat bukti yang tidak
langsung, karena hakim dalam mengambil
kesimpulan tentang pembuktian, haruslah
menghubungan suatu alat bukti dengan alat
bukti yang lainnya dan memilih yang ada
persesuaiannya dengan satu dan lainnya.
Keterangan Terdakwa

 Keterangan terdakwa diatur dalam Pasal 189 KUHAP :


1. Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di
sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui
sendiri atau alami sendiri.
2. Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat
digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang,
asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah
sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.
3. Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya
sendiri.
4. Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan
bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.
 Pasal 189 ayat (4) KUHAP mempunyai makna bahwa
pengakuan menurut KUHAP bukan alat bukti yang
mempunyai kekuatan pembuktian yang “sempurna” atau
bukan volledig bewijs kracht, juga tidak memiliki kekuatan
pembuktian yang “menentukan” atau bukan beslissende
bewijs kracht. Oleh karena pengakuan atau keterangan
terdakwa bukan alat bukti yang memiliki kekuatan
pembuktian yang sempurna dan menentukan, penuntut
umum dan persidangan tetap mempunyai kewajiban berdaya
upaya membuktikan kesalahan terdakwa dengan alat bukti
yang lain. KUHAP tidak mengenal keterangan atau
“pengakuan yang bulat” dan “murni”. Ada atau tidak
pengakuan terdakwa, pemeriksaan pembuktian kesalahan
terdakwa tetap merupakan kewajiban dalam persidangan.
SELESAI
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai