Anda di halaman 1dari 14

PERJANJIAN JUAL-BELI MELALUI INTERNET

Oleh :

Fani Armaini (198400166)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2021
A. Judul: PERJANJIAN JUAL-BELI MELALUI INTERNET

B. LATAR BELAKANG

Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, telah menciptakan jenis-

jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru di mana transaksi-transaksi bisnis

makin banyak dilakukan secara elektronika. Sehubungan dengan perkembangan

teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dengan mudah

melakukan perbuatan hukum seperti misalnya melakukan jual-beli.

Perkembangan internet memang cepat dan memberi pengaruh signifikan dalam

segala aspek kehidupan kita. Internet membantu kita sehingga dapat berinteraksi,

berkomunikasi, bahkan melakukan perdagangan dengan orang dari segala

penjuru dunia dengan murah, cepat dan mudah.

Penggunaan internet tidak hanya terbatas pada pemanfaatan informasi yang

dapat diakses melalui media ini, melainkan juga dapat digunakan sebagai sarana

untuk melakukan transaksi perdagangan yang sekarang di Indonesia telah mulai

diperkenalkan melalui beberapa seminar dan telah mulai penggunaannya oleh

beberapa perusahaan yaitu electronic commerce atau yang lebih dikenal dengan

E-Commerce, yang merupakan bentuk perdagangan secara elektronik melalui

media internet. E-Commerce pada dasarnya merupakan suatu kontak transaksi

perdagangan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet.

Jadi proses pemesanan barang dikomunikasikan melalui internet.


Keadaan seperti ini disatu sisi sangat menguntungkan pihak konsumen,

karena lebih mempunyai banyak pilihan dalam mendapat kan barang dan jasa,

sehingga tidak hanya memiliki pandangan didaerah dimana dia tinggal saja,

tetapi di sisi lain pelanggaran akan hak-hak sebagai konsumen sangat riskan

terjadi karena jenis perdagangan e-commerce ini. Maka sangatlah penting

diperlukan perlindungan hukum terhadap konsumen dalam transaksi e-

commercetersebut.

Perlu ditekankan bahwa e-commerce adalah rangkaian set dinamis dari suatu

teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkanperusahaan, konsumen

dan komunitas melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, jasa dan

informasi yangdiselenggarakan secara elektronik.1

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.2

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain

atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

. Iman Sjahputra, Perlindungan Konsumen DalamTransaksi Elektronik, (Bandung:


1

PT.ALUMNI, 2010), hlm.2.


2
. Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,(Jakarta: PT.Grasindo,2000), hlm. 1
Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang

dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua

orang yang membuatnya.3 Kunci pokok perlindungan hukum bagi konsumen

adalah bahwa konsumen dan pelaku usaha saling membutuhkan. Produksi tidak

ada artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan atau mempergunakannya

dan produk yang dikonsumsi secara aman dan memuaskan, pada gilirannya akan

merupakan promosi gratis bagi pelaku usaha.4

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, dapat ditarik beberapa rumusan

permasalahan yang berkaitan dengan sistem transaksi E-Commerce, yaitu :

1. Kapan terjadinya kesepakatan dalam transaksi jual beli melalui interne ?

2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen dalam

transaksi jual-beli melalui internet ?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


3
Subekti, Hukum Perjanjian,( Jakarta: PT.Intermasa,2002), hlm. 1.
4
Abdul Halim, Barkatullah, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Transaksi E-
commerce Lintas Negara Di Indonesia, (Yogyakarta:Pasca Sarjana FH UII, 2009), hlm. 27
Sehubungan dengan penulisan hukum ini, penulis melakukan penelitian yang

bertujuan :

1. Untuk mengetahui bilamana kesepakatan itu terjadi dalam transaksi jual beli

melalui internet ?

2. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen dalam

transaksi jual-beli melalui internet.

E. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perjanjian

Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 BW).

Menurut Subekti, perumusan perjanjian sebagai berikut bahwa:

“Perjanjian adalah peristiwa hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan

kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.5

Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa perjanjian adalah suatuhubungan

hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk

menimbulkan akibat hukum. Maksudnya, kedua pihak tersebut sepakat untuk

menentukan peraturan atau kaidah atau hak dan kewajibanyang mengikat

mereka untuk ditaati dan dilaksanakan. Kesepakatantersebut adalah untuk


5
R. Subekti,Op.Cit.,hal. 1
menimbulkan akibat hukum, yaitu menimbulkan hak dan kewajiban, sehingga

apabila kesepakatan itu dilanggar maka akan ada akibat hukumnya atau sanksi

bagi si pelanggar.6

Pengertian perjanjian ini mengandung unsur :

a. Perbuatan

Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang perjanjian ini lebih


tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum, karena perbuatan tersebut
membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan;

b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang atau lebih

Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang
saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok
satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum;

c. Mengikatkan dirinya

Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang
satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada
akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.

Agar suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak,
perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan Pasal 1320
BW yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai


hakekat barang yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan mengenai
diri pihak lawannya dalam persetujuan yang dibuat; adanya paksaan
dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman (Pasal 1324
BW); adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga
6
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta:
Liberti,1986), hlm. 97-98
adanya tipu muslihat (Pasal 1328 BW). Terhadap perjanjian yang dibuat
atas dasar “sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan
pembatalan.

2. Cakap untuk membuat perikatan;

Pasal 1330 BW menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan :

a. Orang-orang yang belum dewasa

b. Meraka yang berada dibawah pengampuan

c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal ditetapkan oleh undang-undang,


dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah
melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Namun berdasarkan
fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Agung
No.3/1963 tanggal 5 september 1963, perempuan tidak lagi digolongkan
sebagai yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan
hukum tanpa bantuan atau izin suaminya.

Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah
batal demi hukum (Pasal 1446 BW).

3. Suatu hal tertentu;

Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika


tidak,maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 BW menentukan
hanya barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat menjadi
objek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undaang-undang secara tegas.

4. suatu sebab atau causa yang halal;

sahnya causa dari suatu persrtujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hokum, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang.

Syarat pertama dan kedua menyangkut subjek, sedangkan syarat ketiga dan
keempat mengenai objek. Terdapatnya cacat kehendak (khilaf, penipuan,
paksaan, dan penyalahgunaan keadaan) atau tidak cakap membuat
perikatan, mengenai subjek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan.
Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai objek tidak
terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.

B. Pengertian Jual-Beli

Pengertian jual beli menurut Pasal 1457 KUH Perdata yakni suatu

perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga

yang telah dijanjikan.

C. Internet

Pengertian Internet adalah hubungan antara berbagai jenis komputer dan

jaringan dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya di mana

hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi ( telepon dan

satelit ) yang menggunakan protocol standar dalam berkomunikasi

( Suproyanto,2008:60)

D. Pengertian Electronic Commerce

e-commerce adalah rangkaian set dinamis dari suatu teknologi, aplikasi dan

proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas melalui

transaksi elektronik dan perdagangan barang, jasa dan informasi yang

diselenggarakan secara elektronik.

Ada beberapa bentuk e-commerce seperti:


1. Business to Business (B2B), adalah tipe e-commerce yang mengutamakan
kerjasama transaksi amtar perusahaan dengan menggunakan media elektronik.

2. Collaborative Commerce(C Commerce), para pihak saling bekerjasama secara


elektronik. Kerjasama ini biasanya terjadi sepanjang rantai produksi suatu
barang atau jasa, misalnya produsen dengan distributornya.

3. Business to Consumers (B2C), pihak penjual berupa organisasi, sedangkan


pihak pembeli biasanya individu.

4. Consumers to Business (C2B), memungkinkan konsumen membuat


permintaan akan kebutuhannya terhadap sebuah barang atau jasa kemudian
organisasi atau perusahan bersaing untuk menyediakan barang atau jasa
tersebut kepada konsumen.

5. Consumers to Consumers (C2C), transaksi antar individu lain.

6. IntraBusiness Commerce, penggunaan e-commerce dalam lingkup internal


perusahaan atau organisasi untuk meningkatkan kinrja dan operasi.

7. Governer to Citizens (G2C), pelayanan pemerintah terhadap warga negaranya


melalui teknologi e-commerce, selain itu dapat digunakan untuk kerjasama
antara pemerintah dengan pemerintah lain atau dengan perusahaan.

8. Mobile Commerce, memungkinkan penggunaan internet tanpa kabel, seperti


mengakses internet melalui handphone.

F. METODE PENELITIAN
Dalam melakukan suatu penelitian hukum tidak dapat terlepas dengan

penggunaan metode penelitian. Karna setiap penelitian apa saja pastilah

menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan yang diangkat.

Untuk memperoleh data-data yang konkrit dan sinkron dengan permasalahan

yang diangkat , maka digunakan metode penelitian sebagai berikut :

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian

yang mencakup terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika

hukum, tarif sinkronisasi hukum, sejarah hukum, dan penelitian tentang

perbandingan hukum dengan mengkaji peraturan perundang-undangan dan

literatur-literatur yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Penulis

menggunakan penelitian normative karena sumber penelitian yang di gunakan

berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perjanjian jual

beli online (E-Commerce) ditinjau dari aspek hukum perdata

B. Metode Pendekatan

Dalam penyusun laporan penelitian ini, digunakan 2 (dua) metode untuk

mengkaji permasalahan sebagaimana dikemukakan dalam laporan penelitian

ini. Metode penulisan yang digunakan yaitu :

a. Pendekatan Perundang-Undangan ( staue Approach )


Pendekatan Perundang-Undangan yaitu pendekatan dengan

menggunakan (legislasi dan regulasi). Terkait kegiatan penelitian

peraturan perundang-undangan, asas-asas, maupun norma-norma hukum,

terurtama yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach)

Pendekatan Konseptual, yakni kegiatan mengkaji pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin didalam ilmu hukum, dengan demikian

kita akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian

hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan

isu yang dihadapi.

C. Sumber dan Jenis Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer, berupa peraturan perUndang-Undangan yang

berlaku, buku-buku, literatur, jurnal, makalah, lembaran negara, lembaran

daerah, berita Negara, dokumen-dokumen resmi pemerintah, putusan-

putusan hakim pengadilan, putusan arbitrase, terutama yang berkaitan

dengan materi hukum pasar modal.

b. Bahan Hukum Sekunder , berupa bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan sumber primer dan memuat pembahasan yang berkaitan dengan

sumber primer tersebut, antara lain buku-buku dan tulisan-tulisan mengenai

perjanjian jual beli , maupun media cetak yang berkaitan dengan


permasalahan dalam penelitian, yaitu tentang Perjanjian Jual Beli Melalui

Internet.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan tertentu yang menunjang dan

memberikan informasi, baik yang berkaitan dengan sumber primer maupun

sekunder, yaitu yang menyangkut tentang penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik

studi kepustakaan. Artinya dengan menggunakan penelitian atau studi

kepustakaan terhadap berbagai macam literatur-literatur (misalnya undang-

undang atau buku-buku yang berkaitan dengan judul yang diteliti) dan bahan-

bahan lain yang digunakan untuk menemukan jawaban atas solusi dari

permasalahan yang diteliti.

E. Analisis Bahan Hukum

Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil

penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses

pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori, dan uraian dasar,

sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data.

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode kualitatif yaitu analisis yang dilakukan tidak

menggunakan angka-angka atau rumus statistic sebagaimana halnya penelitian


kuantitatif, tetapi lebih kepada melakukan penilaian terhadap data yang ada

dengan bantuan berbagai literatur atau bahan-bahan yang berkaitan, kemudian

baru ditarik kesimpulan secara deduktif dan data bersifat preskriptif yaitu sifat

analisis untuk memberikan argumentasi atas hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku

Abdul Halim, Barkatullah,Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam


Transaksi E-commerce Lintas Negara Di Indonesia, Yogyakarta:Pasca
Sarjana FH UII. 2009.

Iman Sjahputr, Perlindungan Konsumen DalamTransaksi Elektronik, Bandung:


PT.ALUMNI. 2010.

Mukti Fajar, Yulianto Achmat. Dualisme Penelitian Hukum(normative dan


empiris). Cet. Ke 2, Edisi Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013.

Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL.M 2011, Penelitian Hukum,
Cetakan Ketujuh/Edisi November 2011, Kencana, Jakarta,

Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta:


Liberti, 1986

Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,Jakarta: PT.Grasindo, 2000.

B. Peraturan-Peraturan

Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995, Nomor.
3821

Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995,
Nomor 4967.

C. Internet

https://lianurdianaa.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 2 Januari 2016.

Anda mungkin juga menyukai