BUKTI
Alat Bukti Tulisan
Menjadi hal yang berbeda jika di dalam hukum acara perdata, bukti tertulis
merupakan alat bukti yang paling utama, sehingga dalam praktek berbisnis
dalam masyarakat, para pihak harus datang kepada notaris untuk membuat
menyatakan “Surat yang bernilai uang disebut surat berharga serta surat
Yang dimaksud dengan akta adalah suatu tulisan yang dibuat dengan
karena itu, unsur yang paling penting terkait dengan pembuktian adalah
tandatangan.
Fungsi Akta Ditinjau dari
Segi Hukum Pembuktian
Maksud dari fungsi akta sebagai formalitas kausa adalah suatu akta
hukum. Jadi jika perbuatan hukum itu, tidak dibuat dalam bentuk akta
Fungsi utama akta adalah sebagai alat bukti. Jadi tujuan utama pembuatan
Pada saman sekarang ini, seluruh aspek kehidupan manusia yang terkait
Misalnya, jual-beli, harus dibuat dengan Akta Jual beli dan lainya.
Mengenai Akta ini, dapat dibedakan menjadi beberapa akta yaitu:
Akta Autentik
Pengaturan terkait akta autentik ditegaskan dalam Pasal 1868 BW, yang
berbunyi: Suatu akta autentik akta adalah akta yang dibuat dalam bentuk
yang tidak sengaja dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan atau tidak
bukan akta ini sengaja dibuat oleh yang bersangkutan tetapi pada
tersebut sangat relevan dengan pokok perkara yang sedang diperiksa maka
menurut Pasal 139 Ayat (1) HIR, sesuai tugas dan kewenangannya hakim
memanggil saksi tersebut untuk hadir pada hari sidang yang telah
ditentukan.
Mengenai ketidak hadiran seorang saksi dalam perkara perdata, secara tegas
telah diatur dalam Pasal 139-142 HIR, apabila seorang saksi tidak datang
maka para pihak dapat meminta Pengadilan Negeri untuk menghadirkannya
walaupun secara paksa sesuai ketentuan Pasal 141 Ayat (2) HIR. Syarat-
syarat alat bukti saksi, sebagai berikut:
1. Orang yang cakap
Cakap adalah orang yang bertindak menjadi saksi itu, tidak dilarang
menurut Pasal 145 HIR Jo Pasal 172 RBg dan Pasal 1909 BW, antara lain
yaitu:
1) Keluarga sedarah dan semendah menurut garis lurus dari salah satu
pihak.
2) Suami istri dari salah satu pihak meskipun telah bercerai, namun dalam
perkara tertentu dapat menjadi saksi sesuai Pasal 145 Ayat (2) HIR Jo
Pasal 1910 Ayat (2) BW.
3) Anak yang belum cukup umum 15 Tahun sesuai Pasal 145 ke-3 HIR Jo
Pasal 1912 BW.
4) Orang gila, sesuai Pasal 1912 BW.
5) Orang yang dalam tahanan selama proses persidangan berlangsung atas
perintah hakim, sesuai Pasal 1912 BW,
2. Keterangan disampaikan di muka persidangan pengadilan
Keterangan saksi sebagai alat bukti itu, harus disampaikan di muka
persidangan sesuai ketentuan Pasal 144 HIR Jo Pasal 171 RBg dan Pasal
1905 BW.
3. Diperiksa satu per satu
Saksi yang dihadirkan di persidangan dapat diperiksa satu per satu,
mengenai identitas, serta hubungan keluarga dengan para pihak, sesuai
Pasal 144 Ayat (1) dan (2) HIR Jo Pasal 171 Ayat(1) RBg.
4. Mengucapkan sumpah
Pengucapan sumpah dari saksi sebelum dimintai keterangan di muka
persidangan merupakan syarat formil. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 147
HIR Jo Pasal 175 RBg dan Pasal 1911 BW. Pengucapan sumpah menurut
Agamanya sebelum bersaksi merupakan kewajiban untuk menerangkan
yang sebenar-benarnya dari apa yang sebenarnya (sistem promisoris).
5. Keterangan saksi tidak sah sebagai alat bukti
Minimal dua orang saksi di persidangan perdata kerena keterangan
seorang saksi saja tidak dapat dipercaya dan harus dipenuhi atau
ditambah dengan bukti lain, unus testis nullus testis.
6. Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan
Keterangan dari saksi harus berlandaskan pada pengetahuan serta
berdasarkan penglihatan, pendengaran dan pengalaman sendiri
(berdasarkan fakta)
7. Saling persesuaian
Antara keterangan saksi yang satu dengan saksi lainnya serta alat bukti
lain terdapat persesuaian atau kecocokan sehingga mampu memberikan
suatu kesimpulan yang utuh tentang peristiwa hukum yang
disengketakan.
Adanya alasan menurut pembentuk undang-undang mereka tidak dapat
didengar keterangannya sebagai saksi yaitu:
a. Mereka pada umumnya dianggap tidak cukup objektif jika didengar
sebagai saksi.
b. Untuk menjamin hubungan kekeluargaan tetap baik, yang mungkin akan
retak jika dia dapat memberikan kesaksian.
c. Untuk mencegah timbulnya tekanan batin bagi mereka setelah
memberikan keterangan. Akan tetapi jika dalam perkara tertentu seperti
dalam sengketa tentang perjanjian ekerjaan.
Kesaksian itu diberikan menurut keadaannya dapat digolongkan ke
dalam:
(a) Saksi yang tidak disengaja, yaitu saksi yang secara kebetulan dapat
melihat atau mendengar dan mengalami sendiri peristiwa hukum yang
hendak diterangkannya. Saksi tersebut tidak dipersiapkan oleh para
pihak pada saat peristiwa itu dilakukan. Misalnya, Sdr. Jhoni pada saat
berkunjung ke rumah sdr. Badrul, secara kebetulan melihat sdr. Badrul
dan sdr. Roy sedang mengadakan transaksi jual beli.
(a) Saksi yang disengaja, yaitu saksi yang pada saat perbuatan hukum itu
oleh sdr. Badrul untuk ikut serta menyaksikan transaksi jual beli antara
Berdasarkan ketentuan Pasal 164 HIR Jo Pasal 284 RBg, Pasal 1866 BW,
mengatur tentang persangkaan sebagai salah satu alat bukti dalam perkara
perdata. Dan pengaturan mengenai persangkaan, ditegaskan dalam Pasal
173 HIR Jo Pasal 130 RBg dan Pasal 1915 – Pasal 1922 BW. Jika ditinjau
dari ketentuan tersebut di atas maka yang dimaksud dengan persangkaan
adalah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditarik dari
suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak
diketahui umum.
Persangkaan dapat dibagi menjadi dua macam sebagai berikut:
1. Persangkaan undang-undang (wattelijke vermoeden)
Persangkaan undang-undang merupakan suatu peristiwa yang oleh
undang-undang disimpulkan terbuktinya peristiwa lain. Persangkaan
yang lahir dari ketentuan undang-undang, sehingga kesimpulan yang
dilakukan oleh hakim atas dasar undang-undang itu, disebut juga
sebagai persangkaan undang-undang. Misalnya, mengenai pembayaran
sewa. Apabila terdapat bukti pembayaran selama tiga kali terturut-turut,
maka hal itu dapat membuktikan bahwa angsuran sebelumnya telah
dibayar.
2. Persangkaan Hakim
Persangkaan hakim adalah suatu peristiwa yang oleh hakim disumpulkan
untuk membuktikan peristiwa lain. Misalnya dalam suatu perkara
perceraian yang diajukan dengan alasan perselisihan yang terus menerus.
Alasan ini oleh tergugat dibantah maka penggugat mengajukan saksi yang
menerangkan bahwa antara penggugat dan tergugat telah berpisah tempat
tinggal dan menjalani hidup masing-masing selama bertahun-tahun.
Berikut ini adalah contoh-contoh persangkaan undang-undang;
1. Setiap tembok yang dipakai sebagai pembatas antara 2 (dua)
pekarangan maka tembok itu dianggap sebagai milik bersama antara 2
(dua) pemilik pekarangan yang berbatasan itu, kecuali ada suatu alas
hak atau tanda-tanda yang menunjukkan sebaliknya. (Pasal 633BW)
2. Setiap anak yang dilahirkan selama perkawinan maka suami dari
perempuan yang melahirkan adalah ayahnya (Pasal 250 BW)
3. Tiap benda bergerak yang tidak berupa bunga atau piutang yang harus
dibayar kepada si pembawa, maka barangsiapa yang menguasainya
dianggap sebagai pemiliknya (Pasal 1977 Ayat (1) BW)
Alat Bukti Pengakuan
pihak lawan.
dalam Pasal 155-158 dan Pasal 177 HIR Jo Pasal 182-185 dan Pasal
314 RBg, Jo Pasal 1929-1945 BW. Dalam hukum acara perdata, alat
bahwa alat bukti sumpah ini tidak penting. Akan tetapi dalam praktek
mengakhiri sengketa.
Pengertian sumpah sebagai alat bukti, adalah suatu keterangan atau
pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan, dengan tujuan:
1. Agar orang yang bersumpah dalam memberikan keterangan atau
pernyataan itu, takut atas murka Tuhan, jika dia berbohong;
2. Takut kepada murka atau hukuman Tuhan, dianggap sebagai daya
pendorong bagi yang bersumpah untuk menerangkan yang
sebenarnya;
2. Diucapkan di Muka Hakim dalam Persidangan
memeriksa perkara. Atau menurut Pasal 158 Ayat (1) HIR, sumpah