PEMBUKTIAN
Dilla Ayuna Letri, S.H.,M.H
Pengertian
Pembuktian adalah suatu proses pengungkapan fakta yang
menyatakan bahwa suatu peristiwa hukum bensar sudah
terjadi. (Abdul Kadir Muhammad)
Pembuktian merupakan cara untuk menunjukkan kejeleasan
perkara kepada Hakim supaya dapat dinilai apakah ,masalah
yang dialami penggugat atau korban dapat ditindak secara
hukum. (Zainal Asikin)
Tujuan
Tujuan dari pembuktian adalah untuk mendapatkan kepastian
bagi Hakim dalam menjatuhkan putusan apakah gugatan
dimenangkan atau dikalahkan.
Unsur-unsur Pembuktian
Merupakan bagian Hukum Acara Perdata
Merupakan suatu proses prosessuil untuk menyakinkan hakim
terhadap kebenaran dalil yg dikemukakan para pihak di persidangan.
Dasar bagi Hakim dalam menjatuhkan putusan
Pengaturan Pembuktian, Kewajiban Membuktikan dan
Beban Pembuktian
Pasal 283 Rbg (Pembuktian)
“Barang siapa beranggapan mempunyai suatu hak atau suatu keadaan
untuk menguatkan haknya atau menyangkal hak seseorang lain, harus
membuktikan hak atau keadaan tsb”.
Pasal 1865 BW (Kewajiban Pembuktian)
“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai guna meneguhkan
hak sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu
peristiwa diwwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.”
Lanjutan
Pasal 163 HIR (Beban Pembuktian)
“Barang siapa mengaku mempunyai suatu hak, atau menyebutkan suatu kejadian
perbuatan untuk meneguhkan hak itu atau untuk membantah hak orang lain, maka
ia harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu”.
Jadi, beban pembuktian ini dapat dilakukan oleh :
1. Pihak yang menyatakan mempunyai hak dialah yang harus membuktikan haknya
itu.
2. Pihak yang menyebutkan suatu peristiwa untuk menguatkan haknya dialah yang
harus membuktikan peristiwa itu.
3. Pihak yang menyebutkan suatu peristiwa untuk membantah hak orang lain dialah
yang harus membuktikan peristiwa itu.
ALAT BUKTI logo
Dasar Hukumnya adalah Pasal 164, 285-305 RBg, Pasal 138, 165 dan 167
HIR, Pasal 1867-1894 BW.
Surat sebagai alat bukti terbagi 2 (dua), yaitu :
a. Akta, terdiri dari :
1) Akta Otentik
2) Akta dibawah tangan
b. Bukan Akta / Surat Biasa
a. Akta adalah suatu tulisan yang dibuat dengan sengaja untuk
logo
dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani oleh
pembuatnya.
Unsur-unsur Akta, terdiri dari :
b. Sengaja sejak semula dibuat untuk kepentingan pembuktian
c. Surat/tulisan itu memuat peristiwa yang menjadi dasar dari
pada suatu hak atau perikatan atau perbuatan hukum
d. Tulisan/surat tersebut ditandatangani.
1) Akta Otentik
logo
adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang
berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya (Pasal 1868
BW).
Suatu akta dapat dikategorikan sebagai akta otentik apabila akta
tersebut memenuhi syarat sbb :
a. Dibuat dengan campur tangan pejabat umum yang berwenang
untuk itu;
b. Dibuat dengan bentuk tertentu, yaitu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Akta otentik dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
a. Akta Ambtelijk (akta pejabat) adalah akta otentik yang dibuat oleh logo
alat bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak dan bagi ahli warisnya,
serta orang-orang yang mendapat hak daripadanya. Tetapi, terhadap
pihak lain (pihak ketiga) akta itu tidak memounyai bukti yang sempurna,
hanya bersifat alat bukti yang penilaiannya diserahkan kepada Hakim.
Jadi, kekuatan bukti dari suatu akta otentik yaitu bahwa akta
otentik itu adalah alat bukti yang sempurna, dikarenakan akta otentik
tsb menunjukkan bukti yang cukup artinya tidak diperlukan lagi alat
bukti yang lain, sepanjang ketidakbenarannya tidak dapat dibuktikan oleh
pihak lawan.
2) Akta Dibawah tangan
Adalah suatu akta yang tidak memerlukam campur tangan pejabat logo
Alat bukti kesaksian diatur dalam Pasal 165 s/d 179, Pasal 309
RBg, Pasal 139 s/d 152, Pasal 169 s/d 172 HIR, Pasal 1895, Pasal
1902 s/d 1912 BW.
Kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada Hakim
dipersidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan
pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah
satu pihak dalam perkara, yang dipanggil di persidangan (Sudikno
Mertokusumo).
Saksi memberikan keterangan mengenai hal-hal yang ia logo
1
.
P
e
n
g
a
k
u
a
n
M
u
r
n
i
3
.
P
e
n
g
a
k
u
a
n
d
e
n
g
a
n
K
u
a
l
i
f
i
k
a
s
i
logo
5. Alat Bukti Sumpah
Diatur dalam Pasal 155-158 HIR , Pasal 182-185 dan 314 RBg, dan
Pasal 1929-1945 KUHPerdata.
Sumpah adalah suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau
diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dnegan
mengiungat akan sifat Maha Kuasa daripada Tuhan, dan percaya bahwa
siapa yang mmberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum
oleh-Nya.
HIR membagi 3 (tiga) macam sumpah, yaitu :
logo
TERIMA KASIH