Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

PEMBUKTIAN
Dilla Ayuna Letri, S.H.,M.H
Pengertian
 Pembuktian adalah suatu proses pengungkapan fakta yang
menyatakan bahwa suatu peristiwa hukum bensar sudah
terjadi. (Abdul Kadir Muhammad)
 Pembuktian merupakan cara untuk menunjukkan kejeleasan
perkara kepada Hakim supaya dapat dinilai apakah ,masalah
yang dialami penggugat atau korban dapat ditindak secara
hukum. (Zainal Asikin)
Tujuan
 Tujuan dari pembuktian adalah untuk mendapatkan kepastian
bagi Hakim dalam menjatuhkan putusan apakah gugatan
dimenangkan atau dikalahkan.

Unsur-unsur Pembuktian
 Merupakan bagian Hukum Acara Perdata
 Merupakan suatu proses prosessuil untuk menyakinkan hakim
terhadap kebenaran dalil yg dikemukakan para pihak di persidangan.
 Dasar bagi Hakim dalam menjatuhkan putusan
Pengaturan Pembuktian, Kewajiban Membuktikan dan
Beban Pembuktian
 Pasal 283 Rbg (Pembuktian)
“Barang siapa beranggapan mempunyai suatu hak atau suatu keadaan
untuk menguatkan haknya atau menyangkal hak seseorang lain, harus
membuktikan hak atau keadaan tsb”.
 Pasal 1865 BW (Kewajiban Pembuktian)
“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai guna meneguhkan
hak sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu
peristiwa diwwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.”
Lanjutan
 Pasal 163 HIR (Beban Pembuktian)
“Barang siapa mengaku mempunyai suatu hak, atau menyebutkan suatu kejadian
perbuatan untuk meneguhkan hak itu atau untuk membantah hak orang lain, maka
ia harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu”.
Jadi, beban pembuktian ini dapat dilakukan oleh :
1. Pihak yang menyatakan mempunyai hak dialah yang harus membuktikan haknya
itu.
2. Pihak yang menyebutkan suatu peristiwa untuk menguatkan haknya dialah yang
harus membuktikan peristiwa itu.
3. Pihak yang menyebutkan suatu peristiwa untuk membantah hak orang lain dialah
yang harus membuktikan peristiwa itu.
ALAT BUKTI logo

Pasal 284 RBg/164 HIR • Bukti Surat


• Bukti Saksi
• Persangkaan
• Pengakuan
• Sumpah

Pasal 153 •Pemeriksaan Setempat


HIR/180 Rbg

Pasal 154 • Keterangan Ahli


HIR/181 RBg
1. Alat Bukti Surat logo

Dasar Hukumnya adalah Pasal 164, 285-305 RBg, Pasal 138, 165 dan 167
HIR, Pasal 1867-1894 BW.
Surat sebagai alat bukti terbagi 2 (dua), yaitu :
a. Akta, terdiri dari :
1) Akta Otentik
2) Akta dibawah tangan
b. Bukan Akta / Surat Biasa
a. Akta adalah suatu tulisan yang dibuat dengan sengaja untuk
logo
dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani oleh
pembuatnya.
Unsur-unsur Akta, terdiri dari :
b. Sengaja sejak semula dibuat untuk kepentingan pembuktian
c. Surat/tulisan itu memuat peristiwa yang menjadi dasar dari
pada suatu hak atau perikatan atau perbuatan hukum
d. Tulisan/surat tersebut ditandatangani.
1) Akta Otentik
logo
adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang
berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya (Pasal 1868
BW).
Suatu akta dapat dikategorikan sebagai akta otentik apabila akta
tersebut memenuhi syarat sbb :
a. Dibuat dengan campur tangan pejabat umum yang berwenang
untuk itu;
b. Dibuat dengan bentuk tertentu, yaitu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Akta otentik dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
a. Akta Ambtelijk (akta pejabat) adalah akta otentik yang dibuat oleh logo

pejabat yang diberi wewenang untuk itu dengan pejabat menerangkan


apa yang dilihat dan dilakukannya. Ex : akta catatan sipil
b. Akta partaj (akta partai) adalah akta yang dibuat dihadapan pejabat,
dengan mana pejabat menerangkan apa yang dilihat dan dilakukannya
dan dimana pihak-pihak yang berkepentingan mengakui keterangan
dalam akta tersebut dengan membubuhkan tanda tangan mereka. Ex :
akta jual beli tanah dimuka PPAT, akta Perseroan Terbatas, dll.
Dalam Pasal 165 HIR/256 RBg dikatakan bahwa, akta otentik merupakan logo

alat bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak dan bagi ahli warisnya,
serta orang-orang yang mendapat hak daripadanya. Tetapi, terhadap
pihak lain (pihak ketiga) akta itu tidak memounyai bukti yang sempurna,
hanya bersifat alat bukti yang penilaiannya diserahkan kepada Hakim.
Jadi, kekuatan bukti dari suatu akta otentik yaitu bahwa akta
otentik itu adalah alat bukti yang sempurna, dikarenakan akta otentik
tsb menunjukkan bukti yang cukup artinya tidak diperlukan lagi alat
bukti yang lain, sepanjang ketidakbenarannya tidak dapat dibuktikan oleh
pihak lawan.
2) Akta Dibawah tangan
Adalah suatu akta yang tidak memerlukam campur tangan pejabat logo

umum dalam pembuatannya dan bentuknya bebas tidak ditentukam


dalam peraturan perundang-undangan.

b. Bukan Akta / Surat Biasa


Merupakan alat bukti surat yang tidak memenuhi syarat untuk dapat
dikategorikan sebagai akta. Kekuatan pembuktian surat bukan akta
ini diserahkan kepada pertimbangan Hakim. Ex : karcis penitipan
motor, catatan-catatan, dll.
2. Alat Bukti Saksi logo

Alat bukti kesaksian diatur dalam Pasal 165 s/d 179, Pasal 309
RBg, Pasal 139 s/d 152, Pasal 169 s/d 172 HIR, Pasal 1895, Pasal
1902 s/d 1912 BW.
Kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada Hakim
dipersidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan
pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah
satu pihak dalam perkara, yang dipanggil di persidangan (Sudikno
Mertokusumo).
 Saksi memberikan keterangan mengenai hal-hal yang ia logo

dapat lihat, mendengar atau diketahui sendiri;


 Saksi terlebih dahulu mengangkat sumpah menurut
agamanya;
 Dalam pembuktian perkata perdata, keterangan satu orang
saksi tanpa disertai alat bukti lain menurut hukum tidak boleh
dipercaya (satu saksi bukanlah saksi / unus testis nullus
testis)
Kewajiban Dari Seorang Saksi logo

1. Kewajiban Untuk Menghadap


2. Kewajiban Untuk Bersumpah
3. Kewajiban Untuk memberikan keterangan.
Orang yang tidak dapat didengar sebagai saksi (Psl 147 HIR/175
RBg), yaitu :
4. Keluarga sedarah dan keluarga karena perkawinan
5. Suami/Istri dari salah satu pihak, meskipun sudah bercerai
6. Anak yang belum mencapai umur 5 th
7. Orang gila, meskipun kadang2 ingatannya terang/sehat.
Orang yang dapat minta dibebaskan/dapat ditolak sebagai saksi (Psl logo
146 HIR/Psl 174 RBg), yaitu :
1. Saudara laki-laki dan perempuan dan ipar laiki-laki dan perempuan dari
salah satu pihak
2. Keluarga sedarah dari suami/istri dari salah satu pihak
3. Orang yang karena martabat, pekerjaan dan/atau jabatannya yang sah
diwajibkan menyimpan rahasia.
3. Alat Bukti Persangkaan
logo
Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh UU atau oleh
Hakim ditarik dari suatu peristiwa yang dikenal kearah suatu peristiwa
yang tidak dikenal.
Misal : Si A harus membuktikan bahwa pada tanggal 1 Januari 2023
dia tidak berada di Padang, maka dibuktikan tanggal 1 Januari tahun 2023
itu dia berada di Jakarta. Kalau tentang adanya di Jakarta itu dapat
dibuktikan, maka telah terbukti bahwa tanggal 1 Januari 2023 si A tsb tidak
berada di Padang. Dengan terbuktinya si A tersebut berada di Jakarta maka
dapat diambil kesimpulan yang merupakan persangkaan bahwa dia tidak
ada di Padang.
Menurut Pasal 1915 KUHPerdata, Persangkaan terbagi menajdi 2
logo
(dua), yaitu :
1. Persangkaan Menurut Undang-undang (Wettelijk
Vermoeden)
Adalah persangkaan dimana undang-undanglah yang
menarik kesimpulan terbuktinya suatu peristiwa yang ingin
dibuktikan dari suatu peristiwa lain yang sudha terbukti
atau sudah jelas nyata adanya.

2. Persangkaan bukan menurut Undang-undang/Menurut


Hakim (Feitelijke vermoeden)
Adalah persangkaan dimana hakimlah yang menarik
kesimpulan terbuktinya suatu peristiwa yang ingin
dibuktikan dari suatu peristiwa lain yang sudah terbukti atau
sudah terang nyata adanya.
4. Alat Bukti Pengakuan logo
 Diatur didalam Pasal 174-176 HIR, 311-313 RBg dan Pasal 1923-
1928 KUHPErdata.
 Pengakuan harus diberika didepan Hakim pada saat persidangan
 Pasal 1926 KUHPerdata, pengakuan yang diucapkan dimuka Hakim,
tidak dapat ditarik kembali.
 Pengakuan berarti membenarkan dalil penggugat, oleh karena itu dalil
pengugat penggugat dianggap telah terbukti. Sehingga tidak perlu lagi
alat bukti yang lain.
Ilmu Pengetahuan membagi pengakuan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : logo

1
.

P
e
n
g
a
k
u
a
n

M
u
r
n
i

3
.

P
e
n
g
a
k
u
a
n

d
e
n
g
a
n

K
u
a
l
i
f
i
k
a
s
i
logo
5. Alat Bukti Sumpah
Diatur dalam Pasal 155-158 HIR , Pasal 182-185 dan 314 RBg, dan
Pasal 1929-1945 KUHPerdata.
Sumpah adalah suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau
diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dnegan
mengiungat akan sifat Maha Kuasa daripada Tuhan, dan percaya bahwa
siapa yang mmberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum
oleh-Nya.
HIR membagi 3 (tiga) macam sumpah, yaitu :
logo

Sumpah • Adalah sumpah yang diperintahkan oleh hakim


karena jabatannya kepada salah satu pihak untuk
Supletoir/ melengkapi pembuktian yg sudah ada sebagai dasar
Pelengkap putusannya.

Sumpah • adalah sumpah yang diperintahkan oleh Hakim


Aestimatoir/Pen karena jabatnnya kepada penggugat untuk
menentukan jumlah uang ganti kerugian
aksir
Sumpah • adalah sumpah yang dibebankan oleh
Decisoir/Pemutu satu pihak kepada pihak lawannya dan
s tidak dibutuhkan pembuktian sama sekali.
6. Pemeriksaan Setempat (Descente)
logo
Adalah pemeriksaan mengenai perkara oleh Hakim karena jabatnnya yang
dilakukan diluar gedung pengadiulan, agar Hakim dapat melihat sendiri
atau memeproleh gambaran serta keterangan yang memberi kepastian
tentang peristiwa-peristiwa yang menjadi sengketa.
7. Keterangan Ahli (Expertise)
Adalah keterangan dari pihak ketiga berdasarkan keahlian atau
pengetahuannya yang bertujuan untuk membantu Hakim dalam
pemeriksaan guna menambah pengetahuan Hakim.
logo

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai