Anda di halaman 1dari 3

FENOMENA DAKWAH COPY-PASTE AKIBAT

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI ERA DISRUPSI


Gizky Nazwa Waluyo (2202056155)
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam Moderasi Beragama
Dosen Pengampu : Masykur Rosyid, Ma. Hk

PENDAHULUAN
Manusia membutuhkan asupan berupa siraman rohani, pencerahan dalam
menjalani kehidupannya di dunia, sehingga membutuhkan adanya dakwah. Dalam
menjalaninya dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain ceramah
khutbah, uswah hasanah dan tulisan. Saat ini tidak hanya melalui media cetak, dakwa
tulisan juga bisa dilakukan melalui media sosial. Karena tidak adanya batasan ruang dan
waktu maka cara ini dinilai lebih efektif, serta menjadikan bukti kesinergisitasan antara
teknologi dan agama. Namun dibalik kemajuan yang diciptakan, juga melahirkan
fenomena baru yang dinilai sebagai perilaku yang tidak bermoral karena dianggap
mencuri tulisan milik orang lain, fenomena ini adalah dakwah copy-paste.

ISI

Internet memiliki sejuta manfaat mulai dari media informasi yang statis hingga
berkembang menjadi dunia virtual, dunia yang tidak nyata secara fisik, tetapi didalamnya
tersimpan banyak kegiatan yang ada di kehidupan nyata. Mulai dari kegiatan yang umum
seperti belajar-mengajar, jual-beli, hingga kegiatan yang sulit ditemukan di dalam dunia
nyata. Sehingga banyak dari kalangan para da’i (pendakwah) saat ini menyampaikan
dakwahnya melalui media sosial dan itu merupakan peluang yang sangat besar untuk
menarik perhatian masyarakat modern sebagai objek kegiatan dakwah. Maka hadirnya
teknologi sangat memudahkan para pendakwah untuk melakukan dakwahnya kapan saja
dan di mana saja, tanpa keterikatan oleh ruang dan waktu.
Kemassifan penggunaan internet menciptakan efek negatif karena penggunanya
dapat dengan mudah menyebarkan dan mendoktrin siapa saja atas ideologi-ideologi
yang dimilikinya. Internet tidak memiliki kontrol dalam memilih konten yang positif dan
negatif dengan memberikan kebebasan kepada siapa saja untuk mengakses informasi,
tanpa memikirkan tentang valid atau tidak, hoax atau bukan. Maka perlu dipikirkan
dakwah seperti apa yang bisa disampaikan dan disebarkan kepada khalayak. Sebab,
dengan keterbukaan informasi menjadikan manusia dapat dengan bebas berbagai dan
mendapatkan informasi, termasuk tentang beragama.
Tercipta dari kemassifan tersebut melahirkan fenomena dalam dakwah di
media sosial yaitu copy-paste konten dakwah. Hal ini terjadi karena media sosial tidak
memiliki kontrol yang baik. Diakibatkan tidak adanya adanya aturan dan kendali para
user (pengguna) dapat dengan bebas menjiplak dan menyebarluaskan konten dakwah
yang ingin mereka bagikan.
Istilah copy-paste sendiri adalah suatu aktivitas, kegiatan dan perilaku negatif
yang terkait dengan menyalin, meniru atau mengkopi. Dengan adanya kebebasan bagi
individu dalam dunia internet (khususnya media sosial) perilaku copy-paste memiliki
arti yang berbeda, bagi mereka hal tersebut memiliki nilai etika dan moralitas yang
baik dan luhur. Hal ini dapat digambarkan dengan isi komentar dari sebagian user yang
mengucapkan terima kasih serta merasa hal yang disebarkan tersebut sangat
bermanfaat, dan lain sejenisnya. Dengan begitu lantas tercipta paradigm baru yang
menyatakan bahwa dengan semakin sering melakukan copy-paste konten dakwah
maka semakin terlihat bahwa dia memiliki daya intelektual agama yang tinggi dan
terlihat sholeh dibandingkan dengan yang lain.
Berulang secara terus menerus fenomena ini menyebabkan perlombaan
kesalehan dalam dunia maya atau internet. Selain sebagai agama dakwah, sebagai
umat islam wajib hukumnya untuk menyiarkan ajarannya, hal ini didasari pada
perintah amar ma’ruf nahiy mungkar (mengajak pada kebaikan dan meninggalkan
kemungkaran). Namun, harus dipertanyakan bagi dakwah yang merupakan hasil dari
copy-paste karena belum jelas landasan/dasar dari dakwah tersebut.

Dakwah sendiri bertujuan mengubah suatu kelompok masyarakat dengan


rencana, strategi dan kurikulum yang terukur dan terencana untuk mnjadi lebih baik.
Fenomena copy-paste akan menimbulkan keraguan terkait konten dakwah yang ada,
sebab orang yang menyebarkan juga masih berada dalam taraf yang sama dengan
anggota grup lainnya, tanpa otoritas yang jelas bukan muballigh, ulama ataupun
intelektual.

Penyebarluasan konten dakwah tersebut dijadikan perlombaan dengan siapa


yang menyebarkan lebih dahulu menjadi penilaian akan kebaikan dan keburukan serta
kesalehan mereka. Sehingga terbentuk pola keberagaman yang bisa dikatakan absurd.
Kebiasaan ini memberikan bayangan terkait bagaimana gaya hidup di era yang akan
datang. Dalam gaya hidup dakwah copy-paste, pendakwah memiliki motivasi untuk
menampilkan kesalehan kepada publik.

Suatu kondisi pada fenomena dakwah copy-paste dapat ditandai oleh dua hal,
yaitu pendangkalan pemikiran keagamaan yang tidak disadari, merosotnya kualitas
akademik dan intelektual para pelaku copy-paste, yang berakibat pada kemalasan
dalam belajar agama. Dakwah copy-paste memberikan gambaran pendangkalan
perilaku keagamaan yang tidak disadari, ini terjadi karena terdapat Tarik ulur antara
kebutuhan manusia terhadap dakwah, tetapi tidak diimbangi dengan penghayatannya
terhadap dakwah itu sendiri.

Sebagai bentuk penghayatan atas nilai-nilai agama, keberagamaan atau sikap


beragama memiliki tujuan menjadi sebuah aktualisasi kesalehan bagi pribadi bukan
sebagai simbol belaka. Akan tetapi, dengan berkembangnya teknologi informasi saat
ini keberagaman lebih mementingkan tentang kenampakan symbol agama, sehingga
pemahaman, pengalaman dan aktualisasi agama hanya mementingkan eksistensi
ketimbang esensinya sendiri.

Berbagai fenomena dakwah yang terjadi di era digital hari ini tentu menjadikan
tantangan tersendiri bagi juru dakwah. Spirit bedakwah harus diimbangi dengan
pengetahuan yang memadai terkait proses dakwah, dengan memilih konten yang seperti
apa yang seharusnya layak untuk dipublikasi, dicopy dan dishare. Kita juga harus
memiliki pemikiran yang lebih terbuka dengan mengembangkan rasa ingin tahu dan
mengecek kebenarannya terlebih dahulu, serta mencari sumber dari dakwah yang
disebarkan tersebut.

Dari fenomena ini mengakibatkan pudar dan merosotnya nilai-nilai moralitas


hingga ke titik terendah. Apapun motif dan tujuannya, perilaku copy-paste tetaplah
suatu pelanggaran moral, baik bagi individu itu sendiri, sosial, maupun agama. Di
samping munculnya yang diakibatkan karena adanya kebutuhan umat terhadap
pencerahan dari agama, motivasi utamanya tetaplah untuk menonjolkan kesalehan
mereka. Sehingga terjadi perubahan pola politis dari konsumen dakwah menjadi
produsen dakwah.

SIMPULAN

Fenomena dakwah copy-paste lahir akibat maraknya dakwah di media sosial.


Dakwah dari para muballigh yang massif, turut serta dalam proses terciptanya
pendakwah copy-paste, yang secara tidak sadar telah membelokkan nilai dan tujuan
dari dakwah. Kedangkalan dan kemalasan beragama akibat adanya dakwah copy-paste
secara kultural juga menular pada kemalasan belajar, berpikir dan mengkaji keilmuan
agama. Fenomena ini memberikan pengaruh negatif yang nyata terjadi di kehidupan
sosial pada zaman digital ini. Perilaku ini adalah representasi dari ketidaksadaran
terhadap pendangkalan memaknai perilaku beragama, yang sudah menjadi kebiasaan,
dan secara terus menerus dilakukan, serta kurangnya pemahaman mengenai hakikat
dari beragama. Dimana para konsumen dakwah lebih sibuk menyebarluaskan pesan
dakwah dan melupakan substansi dakwah dan pengembangan kualitas diri. Perilaku
beragama ini berakar dari pandangan yang mengutamakan kuantitas kesalehan
daripada kualitas kesalehan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai