MOHI
NIM : 2130520221
Dalam bahasa Indonesia kata terkini sendiri merupakan adjektive (istilah sifat),
pada mana pada gramatikal Indonesia sebuah adjektive jika ditambahi dengan “isasi” berarti
memiliki makna proses, jadi modernisasi adalah sebuah proses terkini. Kata sifat ini akan
memiliki arti lain lagi, apajika ditambahkan dengan “isme”. Lantaran memperlihatkan
paham, kredo, atau aliran, maka modernisme memiliki makna paham mengenai modernitas.
Kalau telah mengkrucut sebagai paham (modernisme), maka unsur-unsur nilai pada
dalamnya telah cenderung idiologis. Idiologi terkini inilah yg nantinya membuahkan
sebuah gerakan modernisasi.
Modernisme pada hayati keagamaan pada Barat memiliki tujuan buat menyesuaikan
ajaranajaran yg masih ada pada kepercayaan Katholik & Protestan menggunakan ilmu
pengetahuan & filsafat terkini. Aliran ini akhirnya membawa pada timbulnya sekularisme pada
rakyat Barat.Kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi terkini memasuki global Islam, terutama
selesainya pembukaan abad kesembilan belas, yg pada sejarah Islam dilihat menjadi
permulaan periode terkini.
Kontak menggunakan global Barat selanjutnya membawa ideide baru ke global Islam
misalnya rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, & sebagainya. Semua ini mengakibatkan
masalah-masalah baru, & pemimpin-pemimpin Islam pun mulai memikirkan cara mengatasi
masalah-masalah baru itu (Harun Nasution, 1975: 11). Sebagai halnya pada Barat, dari Harun
Nasution pada global Islam pula muncul pikiran & gerakan buat menyesuaikan faham-faham
keagamaan Islam menggunakan perkembangan baru yg disebabkan ilmu pengetahuan &
teknologi terkini itu. Dengan jalan demikian, pemimpin-pemimpin Islam terkini mengharap akan
bisa melepaskan umat Islam menurut suasana kemunduran buat selanjutnya dibawa pada
kemajuan. Oleh lantaran itu, misi primer modernisme merupakan mendobrak teradisi usang
yg penuh mitologi & takhyul tadi buat digantikan menggunakan tradisi baru yg berbasis
rasionalitas & ilmu penegetaahuan ilmiah, mengganatikan mitos menggunakan logos. Dalam
rangka demitologisasi inilah, nalar secara penuh difungsikan menjadi panglima buat
mendobrak paham usang yg berada pada bawah rezim agama (gereja) & mencoba
bereksperimen menemukan tradisi-tradisi baru lewat metode ilmiah. Walaupun sebelumnya
otoritas agama (gereja) pada memilih kebenaran pada setiap sektor kehidupan demikian
kuatnya, sebagai akibatnya rasionalitas sebagai terbonsai. Maka lahirnyamodernitas, pada
semangat kritik ini merupakan upaya buat melepaskan rasio menurut cengkraman agama
(gereja), & merekonstruksi peradaban global baru menurut rasionalitas murni.
Dengan demikian, modernitas pada konteks ini merupakan buat membersihkan debu-
debu spiritual & mistisisme era kegelapan menurut anjung sejarah peradaban manusia. Pada
akhirnya ke 2 unsur pada atas bertujuan buat membentuk kemajuan. Kemajuan pada
modernitas ditandai menggunakan megahnya ilmu pengetahuan & teknologi. Dampak
rasionalitas secara eksklusif merupakan maraknya inovasi-inovasi baru pada ilmu
penegetahuan & teknologi. Sainspositivistik, menjadi impak menurut semangat rasionalitas,
sudah sebagai panduan hayati baru warga terkini.
Di era terkini, Sains sudah sebagai “agama” baru yg dijadikan menjadi baku primer
buat mengukur sah tidaknya kebenaran. Bahwa sebuah kebenaran baru sanggup dipercaya
menjadi kebenaran manakala dia memenuhi kualifikasi yg digariskan sang sains. Maka
saintisme & positivisme berarti bahwa metode ilmu pengetahuan alam terkini yg membatasi
menurut hanya hingga memutuskan fakta-fakta (bukannya nilai-nilai) merupakan satusatunya
cara buat memilih kebenaran.
1. Aspek mental: a) Cenderung berdasarkan pola pikir dan pola konduite rasional,
menggunakan karakteristik-karakteristik menghargai karaya orang lain, menghargai waktu,
menghargai mutu, berfikir kreatif, efisien, produktif, percaya dalam diri sendiri, disiplin, &
bertanggung jawab. b) Memiliki sifat keterbukaan, yaitu bisa mendapat pandangan & gagasan
orang lain.
2. Aspek Teknologi: a) Teknologi adalah faktor primer buat menunjang kehidupan ke arah
kemajuan atau modernisasi. b) Sebagai output ilmu pengetahuan menggunakan kemampuan
produksi & efisiensi yg tinggi.
3. Aspek Pranata Sosial: a) Pranata agamarelatif kurang terasa & tampak pada kehidupan
sehari-hari, diakibatkan lantaran sekularsme. b) Pranata ekonomi: 1) Bertumpu dalam sektor
industri pembagian kerja yg lebih tegas & mempunyai batasbatas nyata. 2) Kesempatan kerja
antarpria & perempuan sangat tinggi. 3) Kurang mengenal gotong royong. 4) Hampir seluruh
kebutuhan hayati warga diperoleh melalui pasar menggunakan memakai uang menjadi
indera tukar yg sah.
4. Pranata keluarga: a) Ikatan kekeluargaan telah mulai melemah & longgar, lantaran cara
hayati yg cenderung individualistis. b) Rasa solidaritas menurut korelasi biasanya telah mulai
menipis.
5. Pranata pendidikan: Tersedianya fasilitas pendidikan formal mulai berdasarkan taraf rendah
sampai taraf tinggi, pada samping ketrampilan spesifik lainnya.
Dakwah Modernitas
1. Pengertian Dakwah Dilihat berdasarkan segi bahasa, istilah dakwah dari berdasarkan
istilah Arab yg adalah bentuk mashdar berdasarkan istilah da’a, yad’u, yg berarti
seruan, ajakan, atau panggilan (Ilyas Ismail, 2006: 144). Seruan ini bisa dilakukan
melalui suara, istilah-istilah, atau perbuatan. Dakwah pula mampu berarti do’a yakni
harapan, permohonan pada Allah swt. sebagaimana tercantum pada firman Allah QS.
Al-Baqarah [2] : 186. Artinya: Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai
Aku, (maka 155 jawablah) bahwasanya Aku merupakan dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yg berdo’a apaabila beliau berdo’a pada-Ku, maka hendaklah
mereka itu memenuhi perintah-Ku & hendaklah mereka beriman pada-Ku, supaya
mereka selalu pada keadaan kebenaran (Departemen Agama RI, 1990: 51).
Kata dakwah pula berarti mengajak pada kebaikan, & pula terdapat yg berarti
mengajak pada keburukan. Kata dakwah yg berarti mengajak pada kebaikan, bisa dicermati
pada al-Qur’an diantaranya Surah alNahl (16): 125, Surah Yunus (10): 25. Sebaliknya, istilah
dakwah terdapat jua yg disandarkan dalam jalan keburukan atau jalan setan atau jalan ke
neraka, contohnya pada Surah Luqman (31): 21, Surah Fathir (35): 6. Di samping itu, term
dakwah pada satu ayat alQur’an masih ada penggunaan istilah dakwah buat arti kedua-
duanya, yakni jalan kebaikan (syurga) & jalan keburukan (neraka) sekaligus, misalnya masih
ada pada surah alBaqarah (2): 221.
Dakwah yg berpangkal menurut pengertian sempit ini (bi al-lisan) lebih menerangkan
pada cara-cara pada pengutaraan & penyampaian dakwah yg lebih berorientasi dalam
ceramah agama, yg dalam waktu kini ini berkembang sebagai disiplin retorika. Kemudian
dakwah bi al-lisan (retorika) operasionalnya berkembang sebagai dakwah bi al-kitabah, yaitu
menggunakan goresan pena misalnya pada buku, goresan pena-goresan pena pada surat
kabar, majalah, & lain-lain.
Selanjutnya, dakwah bi al-hal, yaitu dakwah yg menunjuk pada upaya mensugesti &
mengajak orang seorang, atau grup manusia (masyarakat) menggunakan keteladanan & amal
perbuatan, perkembangannya sebagai terkenal menggunakan nama dakwah pembangunan.
Ikhtiar ini telah pernah dilakukan sang Al-Ghazali waktu saat itu dia memikirkan cara
berdakwah pada majelis ilmu. Dan telah misalnya itu juga hendaknya para dai memikirkan
kemungkinan dakwah melalui media massa. selain itu, Al-Ghazali jua pernah merenungkan efek
kitab -kitab filsafat Yunani dalam pemikiran Islam, sedalam itu juga hendaknya para dai masa
sekarang merenungkan efek penyusupan kebudayaan melalui media massa.
Kini, rakyat nir hanya melek terhadap pentingnya & signifikannya media terhadap diri &
lingkungannya. Lebih berdasarkan itu, rakyat sekarang tengah gandrung menggunakan
internet. Tak ubahnya misalnya sebuah mainan, internet telah dipercaya mainan yg
mengasyikan rakyat. Di mana internet sebagai sudah sebagai sahabat pengganti pada saat-
saat senggangnya.
1. Paradigma Dakwah era Milenial Dinamisasi kehidupan terbaru yg meningkat & sangat
kompetitif sudah poly mensugesti umat insan senantiasa memandang problem hayati
secara pragmatis, logis, serba instan & bahkan metematis. Keadaan yg demikian ini
pada samping membawa manfaat berupa kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi yg
semakin memudahkan aktifitas insan, jua sudah membawa akibat negatif berupa
lemahnya semangat transendental & memudarnya interaksi sosial. Implikasi tadi
berlangsung demikian lama, sebagai akibatnya dewasa ini sudah melahirkan banyak
sekali fenomena sosial yg relatif bertentangan menggunakan cita-cita.
Untuk mengatasi dinamisasi kehidupan yg semakin kompleks tadi maka diperlukan
Paradigma baru pada mengusung dakwah Islam yg mempertimbangkan jenis & kualitas
konflik yg dihadapi sang umat dewasa ini. Di sinilah institusi dakwah secara keteraturan
dituntut buat bisa melakukan bisnis-bisnis dakwah secara sistematis & professional
melalui langkah strategis, sebagaimana yg telah diterangkan pada firman Allah, “Dan
katakanlah, Bekerjalah engkau maka Allah.Implikasinya, kegiatan dakwah nir mampu
dikendalikan & dinilai efektivitasnya. Dakwah mampu jadi menjurus pada kekerasan,
pertarungan & menyesatkan masyarakat. Selain itu, keilmuan dakwah pula belum sanggup
menyiapkan lulusan menurut Fakultas atau Jurusan dakwah yg bisa beranjak & menerima
pengakuan menurut masyarakat.
Sebagaimana fatwa Syekh Adil al-Kalbani, yg melawan arus pendapat generik pada
kalangan ulama Saudi. Al-Kalbani, yg semula membela pendapat yg mengharamkan musik
& nyanyian datang-datang berubah pikiran & menduga bermain musik & menyanyi tidaklah
bertentangan menggunakan ajaran Islam. Fatwa ini menerima kritik keras berdasarkan
kalangan ulama yg menduga bermusik & bernyanyi diharamkan sang syariat Islam.apabila
fatwa tadi hanya berpedoman dalam asal kepercayaan saja tanpa memperhatikan kajian
sosiologi rakyat, maka fatwa tadi akan bertabrakan menggunakan empiris yg
berkembangan pada rakyat bahwa musik adalah kebutuhan rakyat & bahkan sebagai
industri kreatif yg sanggup mensejahterakan.
Bahkan diramalkan pada beberapa dasa warsa mendatang, pada negara tersebut,
masyarakatnya akan meninggalkan media massa tradisional & beralih ke media konvergen.
Tren ini nir hanya terjadi pada negara Paman Sam, namun geliatnya terus merebak ke
banyak sekali negara pada belahan global lainnya. Fenomena ini, bukan nir mungkin suatu
ketika nanti, kiprah jurnalisme online akan menggantikan kiprah pers konvensional.
Lantaran nilai plus berdasarkan konvergensi media merupakan sanggup menaruh
kesempatan baru pada publik, buat memperluas pilihan akses medianya sinkron
menggunakan kesukaan mereka, yg itu nir dihasilkan pada media-media lainnya.
merupakan proses pengiriman pesan antara 2 orang atau lebih. Kita acapkalikali
melakukan komunikasi pada kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi juga nir pribadi.
Secara implisit, mungkin kita pernah memperoleh atau mendengar pertanyaan yg
membicarakan bahwa buat apa kita berkomunikasi? Apa manfaat kita berkomunikasi &
lain-lain sebagainya. Everett M Rogers menyampaikan bahwa berkomunikasi itu
merupakan proses dimana suatu wangsit dialihkan menurut asal pada suatu penerima
atau lebih, menggunakan maksud buat mempengaruhitingkah laris mereka.
Fungsi komunikasi pada atas sejalan menggunakan pendapat Judy C Pearson & Paul
E Nelson yg mengemukakan bahwa komunikasi memiliki 2 fungsi umum. Pertama, buat
kelangsungan hayati diri-sendiri yg meliputi: keselamatan fisik, menaikkan pencerahan
pribadi, menampilkan diri kita sendiri pada orang lain & mencapai ambisi pribadi. Kedua,
buat kelangsungan hayati masyarakat, tepatnya buat memperbaiki interaksi social &
berbagi eksistensi pada masyarakat.
apabila dipandang menurut fungsi komunikasi secara generik juga fungsi komunikasi
dakwah secara spesifik, maka jika kita meleburkan keduanya kedalam kenyataan yg
berkembang ketika ini, dimana perkembangan teknologi berita juga efek menurut
pemanfaatan jaringan internet yg tengah merambah ke pada kehidupan rakyat global, semakin
memudahkan bagi kita semua, terutama para komunkatorkomunikator dakwah, para muballiq,
para da’i & siapapun yg hendak & buat menyiarkan syiar islam menggunakan memakai
banyak sekali media social tersebut. Media elektro mencakup media radio, televisi film. Media
cetak misalnya surat kabar, majalah, bulletin, pamplet, & liflet. Media elektro sanggup
digunakan buat berkomunikasi menggunakan massa disamping berkomunikasi
menggunakan nonmassa, yaitu khalayak yg terbatas, misalnya penggunaan Overhead
Projector (OHP), slide projector, Closed Circuit Television (CCTV) pada pestapesta,
penggunaan Citizen Band yg sifatnya interpersonal.dua Tidak bisa bahwa media cetak
merupakan jua media komukasi massa yg memiliki efek relatif akbar bagi penyebaran pesan-
pesan atau berita. Dalam hal ini menjadi media penyebaran berita sanggup dipakai menjadi
media buat mengungkapkan pesan-pesan dakwah Islamiyah. Pada masa sekarang publikasi
tercetak (printed publications) sangat efektif sangat efektif buat penyebar berita pada khalayak
ramai.
Fenomena tadi ada pada kehidupan sosial terkini menambah rona kehidupan mereka
menggunakan kenyataan baru yg diklaim era global. Gaya hayati terkini sudah menambah
rona pada kehidupan insan, baik itu cara berpakaian, makan, berbicara, kebebasan membeli,
pilihan restoran, pilihan hiburan, rapikan rambut, fashion, & sebagainya. Gaya hayati misalnya
ini adalah kombinasi & holistik berdasarkan bentuk, susunan, norma pilihan, & benda-benda
yg mendukungnya. Tetapi hal yg wajib diperhatikan merupakan modernitas bukan hanya
mengenai waktu, melainkan jua mengenai langkah atau pembaharuan.
Artinya, seorang bukan hanya berakibat masa sekarang menjadi dasar kesadarannya,
namun jua wajib mempunyai pola pikir pada hidupnya. Lantaran modernisasi cenderung
secara tersirat adalah proses pada mana komitmen pola usang mulai terkikis, maka pola-pola
baru diperkenalkan & pola-pola baru tadi diberi status terkini. Kemajuan zaman terkini
membawa imbas bagi kehidupan insan, baik imbas positif juga imbas negatif yg mendominasi.
Kemajuan yg sudah merambah banyak sekali aspek kehidupan insan, baik itu sosial, ekonomi,
budaya & politik, menuntut individu buat mengikuti keadaan menggunakan perubahan yg
terjadi secara cepat & aman.
Memasuki era terkini ketika ini definsi & pemahaman rakyat mengenai dakwah
mengalami kemajuan & perkembangan yg relatif penting. Dakwah nir hanya dipahami menjadi
upaya penyampaian ajaran Islam melalui pengajian, khutbah Jumat, ceramah pada atas
mimbar, & sejenisnya akan namun pemahaman dakwah lebih menurut sekedar itu.
Pemahaman dakwah bukanlah pemahaman konvensional berupa rutinitas spiritual yg kolektif,
melainkan dakwah pula mampu berupa tindakan hadiah santunan pada panti asuhan,
mengentaskan kemiskinan, penanggulangan bala & banyak sekali kegiatan humanisme
lainnya (Ujang Mahadi, 2015: 22). Perkembangan zaman mengakibatkan impak keluarnya
banyak sekali dilema sebagai lebih kompleks. Sebaliknya aplikasi aktivitas dakwah tampak
belum terdapat perkembangan yg berarti, semisal upaya perombakan atau redefenisi fungsi.
Yang kita lihat kini merupakan semacam penyegaran terhadap fungsi dakwah. Alasannya,
lantaran perkembangan zaman makin melahirkan keanekaragaman target dakwah. Milenial
menjadi kekuatan yg seharusnya sebagai penggerak perubahan sosial secara positif, dakwah
seolah nir bisa menghidupkan nilai-nilai kepercayaan pada kehidupan rakyat secara produktif.
Dalam mewujudkan nilai-nilai komunikasi dakwah tadi, komunikator atau da’i wajib
mempunyai konsep & metode pada mengkomunikasikan dakwah pada rakyat milenial. Dalam
proses dakwah pastinya memakai metode, namun metode tadi harusnya diubahsuaikan
menggunakan syarat yg dihadapi. Untuk itu dipertimbangkan metode yg akan dipakai & cara
penerapannya, lantaran sukses & tidaknya suatu acara dakwah tak jarang dievaluasi menurut
segi metode yg dipakai. Hal ini ditimbulkan kasus yg dihadapi sang dakwah semakin
berkembang & kompleks, sebagai akibatnya metode yg berhasil pada suatu loka nir bisa
dijadikan tolak ukur buat wilayah lain. Dakwah dakwah menjadi seruan atau ajakan pada
keinsyafan, atau bisnis mengganti situasi yg buruk pada situasi yg lebih baik & paripurna
baik terhadap langsung juga rakyat (M. Quraish Shihab, 2012: 194).
Komunikasi sendiri merupakan suatu proses pada mana 2 orang atau lebih
membangun atau melakukan pertukaran fakta menggunakan satu sama lainnya, yg dalam
gilirannya akan datang dalam saling pengertian yg mendalam (Cangara, 2016: 33). Komunikasi
merupakan sesuatu yg urgen pada umat insan. Oleh karenanya, kedudukan komunikasi pada
Islam menerima tekanan yg relatif bertenaga bagi insan menjadi anggota warga & menjadi
makhluk Tuhan. Terekam menggunakan kentara bahwa tindakan komunikasi nir hanya
dilakukan terhadap sesama insan & lingkungan hidupnya saja, melainkan pula menggunakan
Tuhannya.
Dalam Al-Qur’an masih ada poly sekali ayat yg mendeskripsikan mengenai proses
komunikasi. Salah satu pada antaranya merupakan obrolan yg terjadi pertama kali antara Allah
SW, malaikat, & insan. Dialog tadi sekaligus mendeskripsikan galat satu potensi insan yg
dianugerahkan Allah SWT pada insan, misalnya yg masih ada dalam Al-Qur’an Surah Al-
Baqarah ayat 31-33 (Wahyu Ilaihi, 2013: 2).
Secara etimologis terminologi terbaru dari menurut bahasa Latin “moderna” yg berarti
sekarang, baru, atau waktu ini. Atas dasar itu, insan dikatakan terbaru sejauh kekinian sebagai
pola kesadarannya. Dalam bahasa Indonesia, kata terbaru sendiri merupakan adjektif (istilah
sifat), pada mana pada gramatikal Indonesia sebuah adjektif jika ditambahi menggunakan
“isasi” berarti memiliki makna proses, jadi modernisasi adalah sebuah proses terbaru.
Modernisasi pula sanggup diartikan menjadi proses pergeseran perilaku & mentalitas menjadi
rakyat warga umtuk bisa hayati sinkron menggunakan tuntutan masa kini (KBBI Daring,
kbbi.kemendikbud.go.id).
Da’i jua wajib mengetahui cara membicarakan dakwah mengenai Allah, alam semesta,
& kehidupan, dan apa yg dihadirkan dakwah buat menaruh solusi, terhadap problema yg
dihadapi insan, jua metode-metode yg dihadirkannya buat membuahkan supaya pemikiran &
konduite insan nir keliru & nir melenceng. Oleh karenanya menjadi dai tentunya wajib
dibekali menggunakan pengetahuan akan Islam & keahlian yg menunjang pada bidang
dakwah, yaitu pemanfaatan teknologi yg sempurna guna buat berdakwah, pada hal ini
teknologi keterangan & komunikasi. Metode yg dilakukan pada melakukan penelitian ini
merupakan kualitatif, yakni penelitian yg bermaksud buat tahu kenyataan yg dialami sang
subyek penelitian contohnya konduite, persepsi, motivasi, tindakan, & lain-lain, secara holistik,
& menggunakan cara pelukisan pada bentuk istilah-istilah & bahasa, dalam suatu konteks
spesifik yg alamiah & menggunakan memanfaatkan aneka macam metode alamiah (Lexy J.
Moleong, 2015: 4).
Peradaban semakin maju dalam zaman terkini ini, boleh kita sebut menjadi era
teknologi keterangan yg canggih. John Naisbitt, mengungkapkan “we are moving toword the
capability to communicate anything to anyone, anywhere, anyfrom-voice, data, textor emage at
the speed of light (kita sedang beranjak ke arah kemampuan berkomunikasi apa saja pada
siapa pun, pada mana pun, berbentuk apa pun (baik itu) suara, data, goresan pena atau
gambar (citra) menggunakan (memakai kecepatan suara) (Amin Samsul Munir, 2010: 23).
Hal ini pula berpengaruh terhadap dakwah Islamiyah, kita wajib bisa berdialog,
menyesuaikan diri menggunakan kebudayaan terbaru & secara aktif mengisinya. Hal ini
hanya sanggup dilakukan apabila tahu arus modernisasi secara sahih & nir tertinggal
menggunakan fakta-fakta aktual berdasarkan manca negara.
Futurolog John Naisbitt berpendapat, “The new source oof power is not money in the
hands of a few but information in the hands of money” (kekuatan baru dewasa ini bukanlah harta
karun pada tangan segelintir insan akan tetapi jaringan fakta pada tangan poly insan).
Ungkapan tadi adalah sekelumit citra era fakta yg mengglobal & yg menghadang pada
hadapan umat Islam pada manapun berada pada muka bumi ini. (Amin Samsul Munir, 2010:
27). Bahkan pada Islam, fakta itu kentara nir terbatas (QS. Al-Kahfi [18]: 109).
Media adalah perkembangan berdasarkan ilmu & teknologi menjadi bentuk dominasi
insan terhadap pemberdayaan akal. Media sangat krusial & mempunyai urgensi bagi dakwah
terutama media massa yg bisa menjangkau khalayak menggunakan cepat. Belum pernah
pada sejarah, insan bisa membuatkan gagasannya & bisa membicarakan isi dakwah pada
poly orang menggunakan cepat. Semua media bisa sebagai media dakwah. Sebaliknya
dakwah memberi donasi pada media, pada bentuk moral & etika yg dikenal menggunakan
kode etik. Tanpa moral & etika yg kuat, media terutama media massa nir bisa melaksanakan
semacam “malpraktik”. Justru itu kaitan media menggunakan dakwah bisa berlangsung secara
simbiosis mutualis (Wina Sanjaya, 2012: 69).
Hubungan ini lalu dijadikan sandaran pada melangsungkan aktivitas keduanya secara
sekaligus Untuk itu, taktik dakwah masa depan perlu merumuskan pada beberapa hal antara
lain:
1. Mendasarkan proses dakwah dalam pemihakan terhadap kepentingan warga . Itu berarti
penolakan terhadap segala bentuk dakwah demi kepentingan lain.
2. Mengintensifkan obrolan & ketertiban warga , guna menciptakan pencerahan kritis buat
memperbaiki keadaan.
4. Menjadikan dakwah menjadi media pendidikan & pengembangan potensi warga , sebagai
akibatnya menggunakan demikian warga akan terbebas berdasarkan kejahilan & kedhaifan
(M. Ja’far Puteh, 2010: 129).
Di era modernisasi ini kita wajib menemukan pesan yang tersirat & pelajaran yg baik
yg sinkron menggunakan objek & pesan dakwah yg bisa menaruh jalan keluar yg
sebagaimana diinginkan Allah & Rasulullah. Sehingga industrialisasi membuahkan melahirkan:
a. Manusia yg inovatif.
e. Manusia yg menghargai waktu, kerja keras, efisiensi, individual, berproduksi, objektif atau
secara sinis insan kikir atau poly perhitungan pada shadaqah/ infaq.
f. Gejala-tanda-tanda lain yg mampu saja ada lantaran tabiat inovatif & cenderung adanya
perubahan (H. M. Mastury, 2010: 12) Contoh menarik fatwa Syekh Adil al-Kalbani, galat
seseorang Imam Mesjid Mekah, yg melawan arus pendapat generik pada kalangan ulama
Saudi. Al-Kalbani, yg semula membela pendapat yg mengharamkan musik & nyanyian datang-
datang berubah pikiran & menduga bermain musik & menyanyi tidaklah bertentangan
menggunakan ajaran Islam. Fatwa ini menerima kritik keras menurut kalangan ulama senior
Saudi Arabia yg menduga bermusik & bernyanyi, baik dilakukan pada antara orang poly juga
sendirian, diharamkan sang syariat Islam. Wacana mengenai musik & nyanyian ini relatif
menerima perhatian & dibicarakan pada media massa. Banyak ulama yg yg menentang akan
namun nir sedikit yg mendukung al- Kalbani (Djohan Effendi, 2010:6). apabila fatwa tadi hanya
berpedoman dalam asal kepercayaan saja tanpa memperhatikan kajian sosiologi warga , maka
fatwa tadi akan bertabrakan menggunakan empiris yg berkembangan pada warga bahwa
musik adalah kebutuhan warga & bahkan sebagai industri kreatif yg mampu mensejahterakan
warga .
Strategi & metode pada melaksanakan dakwah yg adalah menjadi suatu sistem buat
bisa menarik para pendengar supaya bisa terserab banyak sekali pesan & materi yg akan
disampaikan menggunakan memakai banyak sekali metode & sistem supaya materitersebut
bisa dicerna menggunakan baik & maksimal, masih ada 2 sistem yg sangat efektif pada
antaranya merupakan: Pertama, Strategi adalah suatu planning tindakan termasuk
penggunaan metode & pemanfaatan banyak sekali asal daya atau kekuatan. Dengan demikian,
taktik kan proses penyusunan planning kerja, belum hingga dalam tindakan. Kedua, Strategi
disusun buat mencapai tujuan tertentu. Artinya menurut seluruh keputusan penyusunan taktik
merupakan pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebelum memilih taktik, perlu dirumuskan
tujuan yg kentara dan bisa diukur keberhasilan (Moh. Ali Aziz, 2012: 350). Perkembangan
media umum waktu ini nir luput menurut kecanggihan mobilephone. Bahkan, mobilephone
berupa smartphone sebagai kebutuhan utama pada berinteraksi satu sama lainnya, baik buat
urusan pekerjaan, berdiskusi, & sebagainya. Untuk mengakses media umum pun murah
dibandingkan menggunakan media elektronik, cetak, & sejenisnya. Pengguna media umum
bisa mengaksesnya meski menggunakan jaringan internet yg koneksinya lambat.
Inilah tantangan sekaligus peluang dakwah yg wajib dieksekusi. Untuk itu, terdapat 2
hal yg bisa dilakukan. Pertama, terkait menggunakan penggunaan media dakwah. Pada era
digital waktu ini, gadget & media umum nir tanggal menurut generasi milenial. Maka, gadget
& media umum wajib dijadikan wasilah dakwah. Pesan dakwah wajib dikemas melalui konten-
konten yg akrab menggunakan generasi kekinian. Penggunaan portal dakwah menggunakan
konten nir selalu berupa tulisan, tetapi pula bisa dikemas pada bentuk vlog, soundcloud,
infografis, & pula meme, dimuat pada YouTube supaya dakwah makin meluas. Dakwah pula
bisa dilakukan secara online menggunakan memanfaatkan YouTube, Instagram, & sebagainya,
sebelum akhirnya sanggup fenomenal secara offline. Kedua, pengemasan pesan-pesan
dakwah wajib menarik. Sebab, sebaik apapun materi dakwah tanpa didukung menggunakan
bungkus yg menarik terkadang ditinggalkan orang (Muhammad Habibi, 2019: 116). Dengan 2
pendekatan tadi tantangan dakwah dalam generasi milenal bisa dilewati & diselesaikan
menggunakan baik.
Beberapa konsep pesan di atas dapat menjadi acuan dalam mengemas pesan dakwah.
Jika dikombinasikan, maka mengemasnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
sebagaimana yang dikemukakan Wilson yaitu dengan memerhatikan dimensi-dimensi
abstraksi pesan, kesesuaian pendengar, jenis-jenis perancangan strategi pesan untuk
mencapai tujuan tertentu atau untuk mengoordinasikan berbagai macam tujuan, jenis-jenis
tema isi pesan, pemilihan kata-kata yang khusus, dan lain-lain. agar pesan dapat diterima
dengan baik oleh komunikan (penerima pesan), maka pesan komunikasi yang terdiri dari isi
pesan dan lambang harus diproduksi dengan sangat hati-hati.
Kemajuan zaman modern membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak
positif maupun dampak negatif yang mendominasi. Kemajuan yang telah merambah berbagai
aspek kehidupan manusia, baik itu sosial, ekonomi, budaya dan politik, menuntut individu
untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara cepat dan aman. Simbolsimbol
zaman modern yang ditampilkan oleh peradaban perkotaan dengan tingkat mobilitas yang
tinggi dan perubahan lingkungan yang cepat telah menciptakan kesenjangan antara manusia
dengan lingkungan sosialnya. Realitas ini kemudian melahirkan berbagai gambaran tentang
kondisi manusia modern yang sarat dengan persoalan fisik. Tokoh psikologi manusia, Rollo
May, berpendapat bahwa manusia modern adalah manusia yang terkurung, yaitu manusia
yang telah kehilangan makna hidup. Dia selalu menderita kecemasan dan tidak bisa memilih
jalan hidup yang dia inginkan. Sosiolog menyebut kondisi manusia modern sebagai gejala
keterasingan (Burhani, 2002).
Oleh karena itu kita membutuhkan bentuk atau sentuhan yang efektif yang mampu
kembali ke dimensi manusia. Salah satunya dapat diawali dengan kegiatan dakwah Islam
untuk kemanusiaan (Karim dkk, 2021). Dakwah sebagai gagasan dan gerakan yang
menekankan prinsip cinta ma'ruf nahi munkar dapat memasuki spektrum aktivitas manusia
yang sangat luas dan kompleks. Dakwah harus menjadi suluh dengan fungsi penyeimbang
dan memberi arah pada kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, suluh berarti penerang (Karim
dkk, 2019).
Dakwah Islam adalah upaya orang-orang beriman untuk mempengaruhi dan mengajak
umatnya mengikuti ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan. Menurut Amrullah Ahmad,
untuk mencapai tujuan tersebut, keimanan manusia harus diaktualisasikan dan
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan yang rutin dilakukan pada dataran realitas
individu dan sosial budaya dengan menggunakan metode-metode tertentu (A. Ahmad, 1985).
Proses dakwah Islam untuk meraih tujuan yang diharapkan, yakni efektif serta efisien juga
memerlukan komponen dakwah yang harus tertata dengan baik dan akurat. Oleh karena itu,
artikel ini membahas beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan ketika menjalankan
misi dakwah Islam dalam kehidupan modern dan strategi dakwah yang diterapkan di era
modern.
Kemudian metode Dakwah dengan Wa-jadilhum bi allati hiya ahsan, atau dakwah
yang ditempuh melalui diskusi atau diskusi dengan baik, dengan sopan santun, dengan saling
menghargai, tidak sombong. Metode dakwah seperti ini digunakan untuk mad’u dolongan
tiga yang memiliki kekuatan intelektual lebih unggul dari yang lain. Adapun beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan metode ini, yakni: (1) tidak merugikan pihak lain,
apalagi sampai mencemarkan nama baik. Tujuan dilakukannya metode ini untuk memperoleh
pencerahan, mencari kebenaran dan kebenaran sejati bukan mencari kemenangan. (2) tujuan
diskusi hanya untuk mencari kebenaran menurut ajaran Islam, tidak lebih. (3) tetap menjaga
rasa hormat kepada lawan, menjaga harga diri serta menghargai lawan agar tidak tersakiti.
Metode dakwah Wa-jadilhum bi allati hiya ahsan adalah dakwah yang ditempuhlewat
adanya diskusi atau diskusi yang dilalui dengan baik, dengan sopan santun, saling
menghargai, tidak sombong. Metode tersebut dipakai untuk sekelompok manusia kelas tiga
yang mempunyai kekuatan intelektual lebih berkelas dari yang lain. Terdapat beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan ketika menggunakan metode ini, yakni: pertama, tidak
merugikan pihak lain, terlebih mencemarkan nama baik. Tujuannya bukan untuk mencari
kemenangan, melainkan sebagai jalan pencerahan dan suatu kebenaran sejati. Kedua, hanya
untuk menunjukkan kebenaran menurut ajaran agam Islam, tidak lebih. Ketiga, tetap
mengharhai dan menghormati lawan, tetap menghormati diri sendiri dan lawan supaya tidak
ada kesan merugikan dan meremehkan.
Kegiatan dakwah harus menggunakan strategi yang mampu menjawab semua aspek
kehidupan manusia, serta diperlukan untuk mengatasi dan menetralisir gejolak sosial yang
timbul. Itulah sebabnya strategi merupakan perpaduan antara perencanaan dan pengelolaan
dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Islam dikenal sebagai agama dakwah, bisa juga disebut
sebagai agama yang memiliki misi khusus, yaitu agama yang harus menjangkau umat
manusia secara keseluruhan.
Fenomena lain yang muncul adalah kendala yang dihadapi oleh para da'i saat ini
berhadapan dengan manusia yang multikultural, beragam suku, pekerjaan dan profesi yang
semuanya profesional dan juga menghadapi manusia kontemporer dan kekinian. Masalah
kontemporer mulai merambah kehidupan manusia, baik di perkotaan maupun pedesaan, dan
telah merambah semua aspek kehidupan, termasuk umat Islam. Pengaruh kehidupan modern
mendorong umat Islam untuk lebih agresif dalam mengikuti arus perubahan, baik orang tua
maupun remaja maupun anak-anak. Permasalahan tersebut juga telah memasuki sistem
dakwah yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan da'i dan dakwah di Indonesia.
Dakwah bukan hanya retorika, tetapi harus mampu menjadi contoh tindakan sebagai
pengembangan dakwah yang sebenarnya (Al-Attas, 2011). Untuk mencapai keberhasilan
dakwah, pesan-pesan dakwah harus diubah oleh retorika menjadi kenyataan. Dakwah harus
mencakup tindakan nyata seperti melindungi hukum, membantu orang kaya dengan orang
miskin, menegakkan keadilan, dll. Masyarakat membutuhkan tindakan yang lebih nyata dari
sekedar ceramah. Nabi, bahkan dalam keteladanannya dalam berdakwah, selalu menunjukkan
perkataan dengan perbuatan. Nabi tidak hanya hidup dalam doa dan dakwah, tetapi juga
melakukan tindakan sosial (Al-Attas, 2011).
Strategi dakwah ditentukan oleh kondisi objektif komunikator (mad'u) dan kondisi
lingkungan pada saat proses itu berlangsung. Sementara itu, isi atau substansi pesan
ditentukan oleh relevansi atau kecukupan isi pesan dengan kondisi subjektif mad'u, yaitu
kebutuhan atau masalah mereka. Relevansi antara isi pesan dakwah dengan kebutuhan
tersebut harus dimaknai sebagai kesopanan yang proporsional, dipahami sebagai pemecahan
masalah atau pemuasan kebutuhan yang tidak bersumber dari realisasi, tetapi yang dapat
mengarahkan atau mendekatkan objek. dari dakwah ke tujuan dakwah itu sendiri, dan bukan
sebaliknya.
Internet telah menjadi perpustakaan raksasa dimana terdapat banyak artikel, buku,
majalah, foto dan lainnya dalam bentuk elektronik didalamnya. Dimana setiap orang dapat
mengakses perpustakaan tersebut kapan saja, di mana saja (Rodhin, 2011). Internet mampu
mengubah perilaku massa ke arah yang mereka inginkan. Internet juga dapat menampung
berbagai media dakwah lainnya, seperti lisan, tulisan, audiovisual dan dakwah gambar.
Dakwah tidak harus dilakukan secara formal. Dunia seni, budaya, pariwisata, hiburan dengan
segala pernak-perniknya juga bisa dijadikan sarana dakwah. Pada dasarnya, bahkan para
ulama kuno menggunakan seni sebagai alat untuk berdakwah kepada masyarakat. Hal ini
disertai dengan pemahaman tentang budaya masyarakat setempat. Inilah yang membuat Islam
begitu mendarah daging di hati seluruh umat Islam di Indonesia (Republika.co.id, 2021).
Selanjutnya, pariwisata saat ini sedang diperbaharui menjadi wisata religi dan halal. Dimana
jenis pariwisata ini merupakan pariwisata yang berperan di era modern ini. Karena tidak
jarang masyarakat saat ini sangat mengapresiasi hal-hal yang dapat menunjukkan
eksistensinya di media sosial. Sehingga dakwah dapat berperan dalam dunia pariwisata untuk
menyebarkan ajaran Islam.