Anda di halaman 1dari 19

NAMA : CINDRAWATI .A.

MOHI

NIM : 2130520221

TUGAS UAS : ARTIKEL

FUNGSI KOMUNIKASI DAKWAH DI ERA MODERN

Dalam bahasa Indonesia kata terkini sendiri merupakan adjektive (istilah sifat),
pada mana pada gramatikal Indonesia sebuah adjektive jika ditambahi dengan “isasi” berarti
memiliki makna proses, jadi modernisasi adalah sebuah proses terkini. Kata sifat ini akan
memiliki arti lain lagi, apajika ditambahkan dengan “isme”. Lantaran memperlihatkan
paham, kredo, atau aliran, maka modernisme memiliki makna paham mengenai modernitas.
Kalau telah mengkrucut sebagai paham (modernisme), maka unsur-unsur nilai pada
dalamnya telah cenderung idiologis. Idiologi terkini inilah yg nantinya membuahkan
sebuah gerakan modernisasi.

Modernisme pada hayati keagamaan pada Barat memiliki tujuan buat menyesuaikan
ajaranajaran yg masih ada pada kepercayaan Katholik & Protestan menggunakan ilmu
pengetahuan & filsafat terkini. Aliran ini akhirnya membawa pada timbulnya sekularisme pada
rakyat Barat.Kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi terkini memasuki global Islam, terutama
selesainya pembukaan abad kesembilan belas, yg pada sejarah Islam dilihat menjadi
permulaan periode terkini.

Kontak menggunakan global Barat selanjutnya membawa ideide baru ke global Islam
misalnya rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, & sebagainya. Semua ini mengakibatkan
masalah-masalah baru, & pemimpin-pemimpin Islam pun mulai memikirkan cara mengatasi
masalah-masalah baru itu (Harun Nasution, 1975: 11). Sebagai halnya pada Barat, dari Harun
Nasution pada global Islam pula muncul pikiran & gerakan buat menyesuaikan faham-faham
keagamaan Islam menggunakan perkembangan baru yg disebabkan ilmu pengetahuan &
teknologi terkini itu. Dengan jalan demikian, pemimpin-pemimpin Islam terkini mengharap akan
bisa melepaskan umat Islam menurut suasana kemunduran buat selanjutnya dibawa pada
kemajuan. Oleh lantaran itu, misi primer modernisme merupakan mendobrak teradisi usang
yg penuh mitologi & takhyul tadi buat digantikan menggunakan tradisi baru yg berbasis
rasionalitas & ilmu penegetaahuan ilmiah, mengganatikan mitos menggunakan logos. Dalam
rangka demitologisasi inilah, nalar secara penuh difungsikan menjadi panglima buat
mendobrak paham usang yg berada pada bawah rezim agama (gereja) & mencoba
bereksperimen menemukan tradisi-tradisi baru lewat metode ilmiah. Walaupun sebelumnya
otoritas agama (gereja) pada memilih kebenaran pada setiap sektor kehidupan demikian
kuatnya, sebagai akibatnya rasionalitas sebagai terbonsai. Maka lahirnyamodernitas, pada
semangat kritik ini merupakan upaya buat melepaskan rasio menurut cengkraman agama
(gereja), & merekonstruksi peradaban global baru menurut rasionalitas murni.

Dengan demikian, modernitas pada konteks ini merupakan buat membersihkan debu-
debu spiritual & mistisisme era kegelapan menurut anjung sejarah peradaban manusia. Pada
akhirnya ke 2 unsur pada atas bertujuan buat membentuk kemajuan. Kemajuan pada
modernitas ditandai menggunakan megahnya ilmu pengetahuan & teknologi. Dampak
rasionalitas secara eksklusif merupakan maraknya inovasi-inovasi baru pada ilmu
penegetahuan & teknologi. Sainspositivistik, menjadi impak menurut semangat rasionalitas,
sudah sebagai panduan hayati baru warga terkini.

Di era terkini, Sains sudah sebagai “agama” baru yg dijadikan menjadi baku primer
buat mengukur sah tidaknya kebenaran. Bahwa sebuah kebenaran baru sanggup dipercaya
menjadi kebenaran manakala dia memenuhi kualifikasi yg digariskan sang sains. Maka
saintisme & positivisme berarti bahwa metode ilmu pengetahuan alam terkini yg membatasi
menurut hanya hingga memutuskan fakta-fakta (bukannya nilai-nilai) merupakan satusatunya
cara buat memilih kebenaran.

Masyarakat terkini bisa jua ditinjau berdasarkan banyak sekali aspek :

1. Aspek mental: a) Cenderung berdasarkan pola pikir dan pola konduite rasional,
menggunakan karakteristik-karakteristik menghargai karaya orang lain, menghargai waktu,
menghargai mutu, berfikir kreatif, efisien, produktif, percaya dalam diri sendiri, disiplin, &
bertanggung jawab. b) Memiliki sifat keterbukaan, yaitu bisa mendapat pandangan & gagasan
orang lain.

2. Aspek Teknologi: a) Teknologi adalah faktor primer buat menunjang kehidupan ke arah
kemajuan atau modernisasi. b) Sebagai output ilmu pengetahuan menggunakan kemampuan
produksi & efisiensi yg tinggi.

3. Aspek Pranata Sosial: a) Pranata agamarelatif kurang terasa & tampak pada kehidupan
sehari-hari, diakibatkan lantaran sekularsme. b) Pranata ekonomi: 1) Bertumpu dalam sektor
industri pembagian kerja yg lebih tegas & mempunyai batasbatas nyata. 2) Kesempatan kerja
antarpria & perempuan sangat tinggi. 3) Kurang mengenal gotong royong. 4) Hampir seluruh
kebutuhan hayati warga diperoleh melalui pasar menggunakan memakai uang menjadi
indera tukar yg sah.

4. Pranata keluarga: a) Ikatan kekeluargaan telah mulai melemah & longgar, lantaran cara
hayati yg cenderung individualistis. b) Rasa solidaritas menurut korelasi biasanya telah mulai
menipis.
5. Pranata pendidikan: Tersedianya fasilitas pendidikan formal mulai berdasarkan taraf rendah
sampai taraf tinggi, pada samping ketrampilan spesifik lainnya.

6. Pranata Politik: Adanya pertumbuhan & perkembangan pencerahan berpolitik menjadi


wujud demokratisasi warga .

Dakwah Modernitas

1. Pengertian Dakwah Dilihat berdasarkan segi bahasa, istilah dakwah dari berdasarkan
istilah Arab yg adalah bentuk mashdar berdasarkan istilah da’a, yad’u, yg berarti
seruan, ajakan, atau panggilan (Ilyas Ismail, 2006: 144). Seruan ini bisa dilakukan
melalui suara, istilah-istilah, atau perbuatan. Dakwah pula mampu berarti do’a yakni
harapan, permohonan pada Allah swt. sebagaimana tercantum pada firman Allah QS.
Al-Baqarah [2] : 186. Artinya: Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai
Aku, (maka 155 jawablah) bahwasanya Aku merupakan dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yg berdo’a apaabila beliau berdo’a pada-Ku, maka hendaklah
mereka itu memenuhi perintah-Ku & hendaklah mereka beriman pada-Ku, supaya
mereka selalu pada keadaan kebenaran (Departemen Agama RI, 1990: 51).

Kata dakwah pula berarti mengajak pada kebaikan, & pula terdapat yg berarti
mengajak pada keburukan. Kata dakwah yg berarti mengajak pada kebaikan, bisa dicermati
pada al-Qur’an diantaranya Surah alNahl (16): 125, Surah Yunus (10): 25. Sebaliknya, istilah
dakwah terdapat jua yg disandarkan dalam jalan keburukan atau jalan setan atau jalan ke
neraka, contohnya pada Surah Luqman (31): 21, Surah Fathir (35): 6. Di samping itu, term
dakwah pada satu ayat alQur’an masih ada penggunaan istilah dakwah buat arti kedua-
duanya, yakni jalan kebaikan (syurga) & jalan keburukan (neraka) sekaligus, misalnya masih
ada pada surah alBaqarah (2): 221.

Dakwah yg berpangkal menurut pengertian sempit ini (bi al-lisan) lebih menerangkan
pada cara-cara pada pengutaraan & penyampaian dakwah yg lebih berorientasi dalam
ceramah agama, yg dalam waktu kini ini berkembang sebagai disiplin retorika. Kemudian
dakwah bi al-lisan (retorika) operasionalnya berkembang sebagai dakwah bi al-kitabah, yaitu
menggunakan goresan pena misalnya pada buku, goresan pena-goresan pena pada surat
kabar, majalah, & lain-lain.

Selanjutnya, dakwah bi al-hal, yaitu dakwah yg menunjuk pada upaya mensugesti &
mengajak orang seorang, atau grup manusia (masyarakat) menggunakan keteladanan & amal
perbuatan, perkembangannya sebagai terkenal menggunakan nama dakwah pembangunan.

Dakwah Islam mempunyai 2 tantangan sekaligus. Pertama merupakan tantangan


keilmuan dakwah yg sampai kini belum tampak perkembangannya yg menggembirakan. Ilmu
dakwah tampak stagnan pada tataran pengembangan keilmuannya. apabila mengacu dalam
dimensi pengembangan keilmuan tadi dalam goresan pena-goresan pena ilmu dakwah yg
sangat menonjol, maka cita cita cita cita cita rasanya nir kita jumpai karya akademis
outstanding mengenai dakwah tadi. Banyaknya kitab atau jurnal yg pada dalamnya sebagai
instrumen bagi pengembangan ilmu dakwah maka tentu akan sebagai ajang bagi
pengembangan ilmu dakwah tadi. Ada poly pengkaji ilmu dakwah yg lalu berubah pikiran buat
membuatkan ilmu komunikasi atau community development atau bahkan kajian konseling.
Akibatnya, orang lebih melihat dalam cabang-cabangnya & bukan dalam pohon atau akarnya.
apabila kita lihat pada lapangan, maka nir poly kajian mengenai dimensi-dimensi ontologis &
epistemologis keilmuan dakwah. Melalui diskusi atau kajian yg fundamental mengenai hal ini,
maka pengembangan keilmuan dakwah akan sebagai lebih semarak. Harus kita jangan lupa
bahwa hanya menggunakan diskusi atau kajian yg hangat saja maka pengembangan ilmu
dakwah akan sebagai kenyataan. Kedua, duduk perkara atau tantangan praksis dakwah.

1. Strategi Dakwah Modernitas Sebelum membicarakan dakwah modernitas, sebaiknya


apabila lebih dahulu membahas tentang komponen/unsur-unsur pokok dakwah
sebagai sistem komunikasi yang efektif dalam proses pelaksanaan dakwah. Oleh
karena itu, dakwah modernitas adalah dakwah yang dilaksanakan dengan
memperhatikan unsur-unsur penting dakwah tersebut, kemudian subjek atau juru
dakwah menyesuaikan materi, metode, dan media dakwah dengan kondisi masyarakat
modern (sebagai objek dakwah) yang mungkin saja situasi dan kondisi yang terjadi di
zaman modern terutama dalam bidang keagamaman, tidak pernah terjadi pada zaman
sebelumnya, terutama di zaman klasik.
Dengan demikian, berarti dakwah di era modern adalah dakwah yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan keadaan masyarakat modern, baik
dari segi materi, metode, dan media yang akan digunakan. Sebab mungkin saja materi
yang disampaikan itubagus, tetapi metode atau media yang digunakan tidak sesuai
dengan kondisi masyarakat modern, maka dakwah akan mengalami kegagalan. Begitu
pula sebaliknya, mungkin saja media atau metode yang digunakan sesuai dengan
kondisi masyarakat modern, akan tetapi materi yamg disampaikan kurang tepat,
apalagi bila tampilan kemasannya kurang menarik, juga dakwah akan mengalami
kegagalan.
Berbeda menggunakan era agraris, kiprah ulama & tokoh kepercayaan begitu
bertenaga pada mensugesti kehidupan masyarakat. Pendapat & perilaku mereka
ditiru, didengarkan & dilaksanakan. Masyarakat rela berkorban & mau tiba ke loka
pengajian yg jaraknya jauh sekalipun, hanya lantaran cinta mereka pada para ulama &
ingin menerima taushiyah yg bisa dijadikan panduan pada menja–lani kehidupan yg
baik & benar.
Pergeseran yg luar biasa tadi nir mampu dihindari & diputar ulang misalnya era
agraris. Ulama & pemerintah sekalipun nir mampu merubah kekuatan tadi. Modernisasi,
berdasarkan Giddens adalah sebuah keharusan yg nir mampu dito–lak kehadirannya.
Modernisasi sebagai bagian berdasarkan bepergian saat & ruang yg mesti dilewati
sang seluruh manusia.

Perubahan warga yg fenomenal tersebut, seharusnya diimbangi menggunakan adanya


perubahan cara berdakwah yg dilakukan sang para da’i. Dakwah nir boleh jalan pada loka &
memakai cara-cara yg konvensional saja (ceramah). Dakwah wajib dinamis, progresif, & penuh
penemuan.

Perkembangan teknologi yg serba sophisticated ini merupakan sebuah peluang akbar


para kader & juru dakwah buat terus memikirkan cara berdakwah. Tiada lain sebuah ijtihad
pada mencari peluang-peluang pesan dakwah yg mampu disalurkan ke banyak sekali media.
Seperti yg telah terlihat dilakukan sang para penggiat usaha menggunakan terus melakukan
penemuan produknya ke banyak sekali media yg mampu menjangkau luas warga
konsumennya.

Ikhtiar ini telah pernah dilakukan sang Al-Ghazali waktu saat itu dia memikirkan cara
berdakwah pada majelis ilmu. Dan telah misalnya itu juga hendaknya para dai memikirkan
kemungkinan dakwah melalui media massa. selain itu, Al-Ghazali jua pernah merenungkan efek
kitab -kitab filsafat Yunani dalam pemikiran Islam, sedalam itu juga hendaknya para dai masa
sekarang merenungkan efek penyusupan kebudayaan melalui media massa.

Kini, rakyat nir hanya melek terhadap pentingnya & signifikannya media terhadap diri &
lingkungannya. Lebih berdasarkan itu, rakyat sekarang tengah gandrung menggunakan
internet. Tak ubahnya misalnya sebuah mainan, internet telah dipercaya mainan yg
mengasyikan rakyat. Di mana internet sebagai sudah sebagai sahabat pengganti pada saat-
saat senggangnya.

1. Paradigma Dakwah era Milenial Dinamisasi kehidupan terbaru yg meningkat & sangat
kompetitif sudah poly mensugesti umat insan senantiasa memandang problem hayati
secara pragmatis, logis, serba instan & bahkan metematis. Keadaan yg demikian ini
pada samping membawa manfaat berupa kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi yg
semakin memudahkan aktifitas insan, jua sudah membawa akibat negatif berupa
lemahnya semangat transendental & memudarnya interaksi sosial. Implikasi tadi
berlangsung demikian lama, sebagai akibatnya dewasa ini sudah melahirkan banyak
sekali fenomena sosial yg relatif bertentangan menggunakan cita-cita.
Untuk mengatasi dinamisasi kehidupan yg semakin kompleks tadi maka diperlukan
Paradigma baru pada mengusung dakwah Islam yg mempertimbangkan jenis & kualitas
konflik yg dihadapi sang umat dewasa ini. Di sinilah institusi dakwah secara keteraturan
dituntut buat bisa melakukan bisnis-bisnis dakwah secara sistematis & professional
melalui langkah strategis, sebagaimana yg telah diterangkan pada firman Allah, “Dan
katakanlah, Bekerjalah engkau maka Allah.Implikasinya, kegiatan dakwah nir mampu
dikendalikan & dinilai efektivitasnya. Dakwah mampu jadi menjurus pada kekerasan,
pertarungan & menyesatkan masyarakat. Selain itu, keilmuan dakwah pula belum sanggup
menyiapkan lulusan menurut Fakultas atau Jurusan dakwah yg bisa beranjak & menerima
pengakuan menurut masyarakat.

Dakwah perlu dilakukan rebranding menggunakan cara menciptakan landasan filosofis


berdasarkan keilmuan dakwah & memperkuat kiprah organisasi dakwah secara
profesional. 10 Perlunya merk baru ditimbulkan lantaran term dakwah dikenal pada rakyat
menjadi term normatif, kurang compatible menggunakan era terkini & cenderung bersifat
keakhiratan. Kalaupun dikenal, dakwah identik menggunakan ceramah atau tabligh.

Sebagaimana fatwa Syekh Adil al-Kalbani, yg melawan arus pendapat generik pada
kalangan ulama Saudi. Al-Kalbani, yg semula membela pendapat yg mengharamkan musik
& nyanyian datang-datang berubah pikiran & menduga bermain musik & menyanyi tidaklah
bertentangan menggunakan ajaran Islam. Fatwa ini menerima kritik keras berdasarkan
kalangan ulama yg menduga bermusik & bernyanyi diharamkan sang syariat Islam.apabila
fatwa tadi hanya berpedoman dalam asal kepercayaan saja tanpa memperhatikan kajian
sosiologi rakyat, maka fatwa tadi akan bertabrakan menggunakan empiris yg
berkembangan pada rakyat bahwa musik adalah kebutuhan rakyat & bahkan sebagai
industri kreatif yg sanggup mensejahterakan.

Aplikasi teknologi komunikasi terbukti sanggup mem-by pass jalur transportasi


pengiriman berita media pada khalayaknya. Di sisi lain, jurnalisme online jua memampukan
para pemilik media buat monoton meng-up date berita yg mereka tampilkan, seiring
menggunakan adanya berita-berita baru pada lapangan.

Kemudian secara teoritik, menggunakan keluarnya media konvergen, maka sejumlah


pengertian fundamental mengenai komunikasi massa tradisional perlu diperdebatkan
kembali. Lantaran konvergensi menyebabkan perubahan signifikan pada karakteristik-
karakteristik komunikasi massa tradisional atau konvensional. Media konvergen
memadukan komunikasi massa & komunikasi antarpribadi pada satu media sekaligus.

Dalam konteks yg lebih luas, konvergensi media sesungguhnya bukan saja


menampakan perkembangan teknologi yg cepat. Konvergensi media sudah berperan
akbar pada mengganti interaksi antara teknologi menggunakan industri. Lebih jauhnya
lagi, konvergensi media sudah menuntun gaya hayati sebagai lebih simpel & serba instan.
Harus diakui, kemajuan atau lahirnya konvergensi media ini sudah mematikan kegiatan
lainnya, yaitu media-media yg telah lahir sebelumnya. Di negara maju semacam Amerika,
masih ada tren menurunnya pelanggan media cetak & naiknya pelanggan internet.

Bahkan diramalkan pada beberapa dasa warsa mendatang, pada negara tersebut,
masyarakatnya akan meninggalkan media massa tradisional & beralih ke media konvergen.
Tren ini nir hanya terjadi pada negara Paman Sam, namun geliatnya terus merebak ke
banyak sekali negara pada belahan global lainnya. Fenomena ini, bukan nir mungkin suatu
ketika nanti, kiprah jurnalisme online akan menggantikan kiprah pers konvensional.
Lantaran nilai plus berdasarkan konvergensi media merupakan sanggup menaruh
kesempatan baru pada publik, buat memperluas pilihan akses medianya sinkron
menggunakan kesukaan mereka, yg itu nir dihasilkan pada media-media lainnya.

1. Teori & Fungsi Komunikasi Komunikasi

merupakan proses pengiriman pesan antara 2 orang atau lebih. Kita acapkalikali
melakukan komunikasi pada kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi juga nir pribadi.
Secara implisit, mungkin kita pernah memperoleh atau mendengar pertanyaan yg
membicarakan bahwa buat apa kita berkomunikasi? Apa manfaat kita berkomunikasi &
lain-lain sebagainya. Everett M Rogers menyampaikan bahwa berkomunikasi itu
merupakan proses dimana suatu wangsit dialihkan menurut asal pada suatu penerima
atau lebih, menggunakan maksud buat mempengaruhitingkah laris mereka.

Fungsi komunikasi pada atas sejalan menggunakan pendapat Judy C Pearson & Paul
E Nelson yg mengemukakan bahwa komunikasi memiliki 2 fungsi umum. Pertama, buat
kelangsungan hayati diri-sendiri yg meliputi: keselamatan fisik, menaikkan pencerahan
pribadi, menampilkan diri kita sendiri pada orang lain & mencapai ambisi pribadi. Kedua,
buat kelangsungan hayati masyarakat, tepatnya buat memperbaiki interaksi social &
berbagi eksistensi pada masyarakat.

1. Fungsi Komunikasi Dakwah


Komunikasi dakwah merupakan segala bentuk komunikasi yg berisi pesan ajakan pada
jalan Tuhan atau ajakan berbuat baik & meninggalkan keburukan. Komunikasi dakwah bisa
diartikan bahwa sebuah proses hubungan penyampaian ajaran-ajaran kepercayaan yg
dilakukan sang seorang pada orang lain atau poly orang, menggunakan memakai media
menggunakan tujuan supaya tercipta pemahaman yg berdampak pada terjadinya
perubahan pola pikir & tingkahlaku komunikan.
Komunikasi dakwah bisa jua diartikan menjadi sebuah proses penyampaian kabar-
kabar yg bersumber dalam ajaran kepercayaan yg dilakukan sang para retorretor dakwah
buat mensugesti perilaku & persepsi obyek dakwah atau mad’u. Komunikasi dakwah
merupakan komunikasi yg unsur-unsurnya diubahsuaikan visi & misi dakwah. Menurut
Toto Tasmara, bahwa komunikasi dakwah merupakan suatu bentuk komunikasi yg spesial
dimana seorang komunikator membicarakan pesan-pesan yg bersumber atau sinkron
menggunakan ajaran al Qur’an & Sunnah, menggunakan tujuan supaya orang lain bisa
berbuat amal shaleh sinkron menggunakan pesan-pesan yg disampaikan.
1. Membuat Pesan Berisi Ajakan
Komunikasi dakwah adalah jenis komunikasi persuasif. Oleh karenanya, pada dalamnya
akan sangat identik menggunakan pesan yg berisi ajakan buat berbuat kebaikan.
Umumnya, komunikasi ini sangat efektif terutama pada membawa efek baik pada suatu
komunitas. Penerapannya pula termasuk acapkalikali efektif buat menaruh efek-efek
yg memang cantik & baik.
2. Membagikan Pesan Dengan Sifat Spiritual
Komunikasi dakwah pula akan identik menggunakan isi pesannya yg sarat akan nilai
spiritual. Dakwah akan sangat berguna bila isi pesan yg dikandungnya disampaikan
pada bahasa-bahasa sederhana & gampang buat dipahami. Cara komunikasi yg efektif
adalah keliru satu kunci supaya pesan dakwah mampu tersalurkan menggunakan
baik.
3. Menguatkan Kepercayaan
Komunikasi dakwah, lantaran sifatnya merupakan mengajak, pula bisa menguatkan
agama seorang. Kepercayaan seorang umumnya akan semakin dipupuk berkat
adanya komunikasi dakwah ini. Keterampilan pada merangkai istilah yg cantik & pula
penuh makna perlu ditingkatkan supaya fungsi ini pula mampu terjadi. Membagikan
Pesan Bermakna Pesan menggunakan nilai spiritual biasanya akan bersifat penuh
makna. Ini berarti bahwa komunikasi yg berkesan merupakan keliru satu karakteristik
spesial menurut komunikasi dakwah. Dakwah dilakukan hendaknya nir hanya
mengenai evaluasi eksklusif terhadap suatu konflik keagamaan, melainkan pula
mengandung nilai keobjektifan yg berdasarkan dalam asal-asal agama.
4. Membagikan Informasi Keagamaan Terbaru
Fungsi komunikasi dakwah selanjutnya yaitu terkait menggunakan mudahnya
menunjukkan warta keagamaan modern melalui teknik ini. Sebagai contoh, pada
komunikasi Islam warta tentang jadwal puasa Ramadhan atau hari raya Idul Fitri
mampu disampaikan menggunakan lebih cepat melalui komunikasi dakwah.
5. Sarana Komunitas Keagamaan buat Berkumpul
Melalui komunikasi dakwah, komunitas keagamaan pula mampu saling berkumpul pada
satu forum. Ini merupakan fungsi yg cantik, dimana aktivitas komunikasi dakwah akan
saling menyatukan interaksi antar umat yg terdapat pada pada aktivitas keagamaan
tadi.
6. Memudahkan pada Mengubah Sikap & Perilaku
Komunikasi dakwah pula akan memudahkan pada mengganti perilaku & konduite
seorang. Sifatnya yg persuasif akan mengajak orang buat mengganti sikapnya
sebagai lebih baik. Tentu terdapat teknik komunikasi persuasif pada dalamnya. Hal ini
tentu tidak tanggal menurut isi pesan pada komunikasi dakwah yg umumnya sifatnya
merupakan spiritualis.
7. Memberikan Kesempatan pada Bertukar Informasi
Dakwah pula menaruh kesempatan buat saling bertukar warta. Berbagai macam
pertanyaan seputar keagamaan, akan sebagai perbincangan menarik pada proses
komunikasi dakwah. Tentu saja, ini sebagai sebuah aktivitas yg cantik buat
penjelasan & pula peningkatan ilmu-ilmu yg bersifat keagamaan. Beragam fungsi
menurut komunikasi dakwah tadi merupakan fungsi secara umum. Berdakwah adalah
aktivitas yg membutuhkan keterampilan & pula kecerdasan, mengingat isi pesan yg
akan disampaikan wajib sahih-sahih dari menurut buku suci. Fungsi komunikasi
dakwah tadi memang dalam dasarnya membawa seorang ke arah yg lebih baik.

3.Komunikasi Dakwah pada Era Multi Media

apabila dipandang menurut fungsi komunikasi secara generik juga fungsi komunikasi
dakwah secara spesifik, maka jika kita meleburkan keduanya kedalam kenyataan yg
berkembang ketika ini, dimana perkembangan teknologi berita juga efek menurut
pemanfaatan jaringan internet yg tengah merambah ke pada kehidupan rakyat global, semakin
memudahkan bagi kita semua, terutama para komunkatorkomunikator dakwah, para muballiq,
para da’i & siapapun yg hendak & buat menyiarkan syiar islam menggunakan memakai
banyak sekali media social tersebut. Media elektro mencakup media radio, televisi film. Media
cetak misalnya surat kabar, majalah, bulletin, pamplet, & liflet. Media elektro sanggup
digunakan buat berkomunikasi menggunakan massa disamping berkomunikasi
menggunakan nonmassa, yaitu khalayak yg terbatas, misalnya penggunaan Overhead
Projector (OHP), slide projector, Closed Circuit Television (CCTV) pada pestapesta,
penggunaan Citizen Band yg sifatnya interpersonal.dua Tidak bisa bahwa media cetak
merupakan jua media komukasi massa yg memiliki efek relatif akbar bagi penyebaran pesan-
pesan atau berita. Dalam hal ini menjadi media penyebaran berita sanggup dipakai menjadi
media buat mengungkapkan pesan-pesan dakwah Islamiyah. Pada masa sekarang publikasi
tercetak (printed publications) sangat efektif sangat efektif buat penyebar berita pada khalayak
ramai.

Kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi sudah mengakibatkan terjadinya perubahan


nilai, baik nilai positif juga nilai negatif. Melalui kumpulan budaya Islam & budaya Barat,
seorang bisa melihat nilai-nilai positif & memperkaya nilai budaya Islam melalui bukti ilmiah &
teknis. Selain itu, dampak negatif tadi antara lain yakni turunnya nilai-nilai moral sebagian
kalangan umat Islam, yg cenderung mengadopsi & memakai tradisi budaya Barat yg nir disertai
penyaringan dahulu (Alhidayatillah N., 2018). Dalam warga terkini, kebebasan eksklusif,
toleransi keyakinan eksklusif & manajemen gaya hayati sebagai semakin unggul. Pada waktu
yg bersamaan, aspek kehidupan yg dikendalikan melalui pencerahan kolektif sebagai semakin
terpinggirkan dan tereduksi.

Diasumsikan bahwa warga pasif pada mencampur adukkan urusan eksklusif yg


semakin meluas. Terdapat nilai-nilai yg mulai memudar lantaran adanya individualisme,
misalnya nilai gotong rotong. Beberapa Kegiatan yg sebelumnya dikerjakan sang warga secara
bersama-sama (gotong royong) waktu ini telah diserahkan pada penyedia jasa. Dalam tataran
kehidupan yg semakin mendunia, perubahan-perubahan tadi akan dimaknai menjadi suatu
tradisi dampak pesatnya perkembangan teknologi & komunikasi.

Fenomena tadi ada pada kehidupan sosial terkini menambah rona kehidupan mereka
menggunakan kenyataan baru yg diklaim era global. Gaya hayati terkini sudah menambah
rona pada kehidupan insan, baik itu cara berpakaian, makan, berbicara, kebebasan membeli,
pilihan restoran, pilihan hiburan, rapikan rambut, fashion, & sebagainya. Gaya hayati misalnya
ini adalah kombinasi & holistik berdasarkan bentuk, susunan, norma pilihan, & benda-benda
yg mendukungnya. Tetapi hal yg wajib diperhatikan merupakan modernitas bukan hanya
mengenai waktu, melainkan jua mengenai langkah atau pembaharuan.

Artinya, seorang bukan hanya berakibat masa sekarang menjadi dasar kesadarannya,
namun jua wajib mempunyai pola pikir pada hidupnya. Lantaran modernisasi cenderung
secara tersirat adalah proses pada mana komitmen pola usang mulai terkikis, maka pola-pola
baru diperkenalkan & pola-pola baru tadi diberi status terkini. Kemajuan zaman terkini
membawa imbas bagi kehidupan insan, baik imbas positif juga imbas negatif yg mendominasi.
Kemajuan yg sudah merambah banyak sekali aspek kehidupan insan, baik itu sosial, ekonomi,
budaya & politik, menuntut individu buat mengikuti keadaan menggunakan perubahan yg
terjadi secara cepat & aman.

Simbolsimbol zaman terkini yg ditampilkan sang peradaban perkotaan menggunakan


taraf gerak yg tinggi & perubahan lingkungan yg cepat sudah membangun kesenjangan
antara insan menggunakan lingkungan sosialnya. Realitas ini lalu melahirkan banyak sekali
citra mengenai syarat insan terkini yg sarat menggunakan problem fisik. Tokoh psikologi
insan, Rollo May, beropini bahwa insan terkini merupakan insan yg terkurung, yaitu insan yg
sudah kehilangan makna hayati. Dia selalu menderita kecemasan & nir sanggup menentukan
jalan hayati yg beliau inginkan. Sosiolog menyebut syarat insan terkini menjadi tanda-tanda
keterasingan (Burhani, 2002).

Memasuki era terkini ketika ini definsi & pemahaman rakyat mengenai dakwah
mengalami kemajuan & perkembangan yg relatif penting. Dakwah nir hanya dipahami menjadi
upaya penyampaian ajaran Islam melalui pengajian, khutbah Jumat, ceramah pada atas
mimbar, & sejenisnya akan namun pemahaman dakwah lebih menurut sekedar itu.
Pemahaman dakwah bukanlah pemahaman konvensional berupa rutinitas spiritual yg kolektif,
melainkan dakwah pula mampu berupa tindakan hadiah santunan pada panti asuhan,
mengentaskan kemiskinan, penanggulangan bala & banyak sekali kegiatan humanisme
lainnya (Ujang Mahadi, 2015: 22). Perkembangan zaman mengakibatkan impak keluarnya
banyak sekali dilema sebagai lebih kompleks. Sebaliknya aplikasi aktivitas dakwah tampak
belum terdapat perkembangan yg berarti, semisal upaya perombakan atau redefenisi fungsi.
Yang kita lihat kini merupakan semacam penyegaran terhadap fungsi dakwah. Alasannya,
lantaran perkembangan zaman makin melahirkan keanekaragaman target dakwah. Milenial
menjadi kekuatan yg seharusnya sebagai penggerak perubahan sosial secara positif, dakwah
seolah nir bisa menghidupkan nilai-nilai kepercayaan pada kehidupan rakyat secara produktif.

Dalam mewujudkan nilai-nilai komunikasi dakwah tadi, komunikator atau da’i wajib
mempunyai konsep & metode pada mengkomunikasikan dakwah pada rakyat milenial. Dalam
proses dakwah pastinya memakai metode, namun metode tadi harusnya diubahsuaikan
menggunakan syarat yg dihadapi. Untuk itu dipertimbangkan metode yg akan dipakai & cara
penerapannya, lantaran sukses & tidaknya suatu acara dakwah tak jarang dievaluasi menurut
segi metode yg dipakai. Hal ini ditimbulkan kasus yg dihadapi sang dakwah semakin
berkembang & kompleks, sebagai akibatnya metode yg berhasil pada suatu loka nir bisa
dijadikan tolak ukur buat wilayah lain. Dakwah dakwah menjadi seruan atau ajakan pada
keinsyafan, atau bisnis mengganti situasi yg buruk pada situasi yg lebih baik & paripurna
baik terhadap langsung juga rakyat (M. Quraish Shihab, 2012: 194).

Komunikasi sendiri merupakan suatu proses pada mana 2 orang atau lebih
membangun atau melakukan pertukaran fakta menggunakan satu sama lainnya, yg dalam
gilirannya akan datang dalam saling pengertian yg mendalam (Cangara, 2016: 33). Komunikasi
merupakan sesuatu yg urgen pada umat insan. Oleh karenanya, kedudukan komunikasi pada
Islam menerima tekanan yg relatif bertenaga bagi insan menjadi anggota warga & menjadi
makhluk Tuhan. Terekam menggunakan kentara bahwa tindakan komunikasi nir hanya
dilakukan terhadap sesama insan & lingkungan hidupnya saja, melainkan pula menggunakan
Tuhannya.

Dalam Al-Qur’an masih ada poly sekali ayat yg mendeskripsikan mengenai proses
komunikasi. Salah satu pada antaranya merupakan obrolan yg terjadi pertama kali antara Allah
SW, malaikat, & insan. Dialog tadi sekaligus mendeskripsikan galat satu potensi insan yg
dianugerahkan Allah SWT pada insan, misalnya yg masih ada dalam Al-Qur’an Surah Al-
Baqarah ayat 31-33 (Wahyu Ilaihi, 2013: 2).

Secara etimologis terminologi terbaru dari menurut bahasa Latin “moderna” yg berarti
sekarang, baru, atau waktu ini. Atas dasar itu, insan dikatakan terbaru sejauh kekinian sebagai
pola kesadarannya. Dalam bahasa Indonesia, kata terbaru sendiri merupakan adjektif (istilah
sifat), pada mana pada gramatikal Indonesia sebuah adjektif jika ditambahi menggunakan
“isasi” berarti memiliki makna proses, jadi modernisasi adalah sebuah proses terbaru.
Modernisasi pula sanggup diartikan menjadi proses pergeseran perilaku & mentalitas menjadi
rakyat warga umtuk bisa hayati sinkron menggunakan tuntutan masa kini (KBBI Daring,
kbbi.kemendikbud.go.id).

Memahami bagaimana seharusnya melakukan komunikasi & dakwah dalam kalangan


milenial pada era modernisasi tentunya berbicara taktik apa yg sempurna dilakukan supaya
tujuan dakwah tercapai. Keberhasilan gerakan dakwah sangat dipengaruhi sang kompetensi
seseorang da’i, yaitu sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan, & konduite dan
keterampilan yg wajib dimiliki sang para da’i, baik kompetensi substantif juga kompetensi
metodologis.

Da’i jua wajib mengetahui cara membicarakan dakwah mengenai Allah, alam semesta,
& kehidupan, dan apa yg dihadirkan dakwah buat menaruh solusi, terhadap problema yg
dihadapi insan, jua metode-metode yg dihadirkannya buat membuahkan supaya pemikiran &
konduite insan nir keliru & nir melenceng. Oleh karenanya menjadi dai tentunya wajib
dibekali menggunakan pengetahuan akan Islam & keahlian yg menunjang pada bidang
dakwah, yaitu pemanfaatan teknologi yg sempurna guna buat berdakwah, pada hal ini
teknologi keterangan & komunikasi. Metode yg dilakukan pada melakukan penelitian ini
merupakan kualitatif, yakni penelitian yg bermaksud buat tahu kenyataan yg dialami sang
subyek penelitian contohnya konduite, persepsi, motivasi, tindakan, & lain-lain, secara holistik,
& menggunakan cara pelukisan pada bentuk istilah-istilah & bahasa, dalam suatu konteks
spesifik yg alamiah & menggunakan memanfaatkan aneka macam metode alamiah (Lexy J.
Moleong, 2015: 4).

Peradaban semakin maju dalam zaman terkini ini, boleh kita sebut menjadi era
teknologi keterangan yg canggih. John Naisbitt, mengungkapkan “we are moving toword the
capability to communicate anything to anyone, anywhere, anyfrom-voice, data, textor emage at
the speed of light (kita sedang beranjak ke arah kemampuan berkomunikasi apa saja pada
siapa pun, pada mana pun, berbentuk apa pun (baik itu) suara, data, goresan pena atau
gambar (citra) menggunakan (memakai kecepatan suara) (Amin Samsul Munir, 2010: 23).

Hal ini pula berpengaruh terhadap dakwah Islamiyah, kita wajib bisa berdialog,
menyesuaikan diri menggunakan kebudayaan terbaru & secara aktif mengisinya. Hal ini
hanya sanggup dilakukan apabila tahu arus modernisasi secara sahih & nir tertinggal
menggunakan fakta-fakta aktual berdasarkan manca negara.

Futurolog John Naisbitt berpendapat, “The new source oof power is not money in the
hands of a few but information in the hands of money” (kekuatan baru dewasa ini bukanlah harta
karun pada tangan segelintir insan akan tetapi jaringan fakta pada tangan poly insan).
Ungkapan tadi adalah sekelumit citra era fakta yg mengglobal & yg menghadang pada
hadapan umat Islam pada manapun berada pada muka bumi ini. (Amin Samsul Munir, 2010:
27). Bahkan pada Islam, fakta itu kentara nir terbatas (QS. Al-Kahfi [18]: 109).

Dinamisasi kehidupan terbaru yg meningkat & sangat kompetitif sudah poly


mensugesti umat insan senantiasa memandang duduk perkara hayati secara pragmatis,
logis, serba instan & bahkan metematis. Keadaan yg demikian ini pada samping membawa
manfaat berupa kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi yg semakin memudahkan aktifitas
insan, pula sudah membawa akibat negatif berupa lemahnya semangat transendental &
memudarnya interaksi sosial. Implikasi tadi berlangsung demikian lama, sebagai akibatnya
dewasa ini sudah melahirkan aneka macam fenomena sosial yg relatif bertentangan
menggunakan cita-cita (Encep Dulwahab, 2010: 54).

Media adalah perkembangan berdasarkan ilmu & teknologi menjadi bentuk dominasi
insan terhadap pemberdayaan akal. Media sangat krusial & mempunyai urgensi bagi dakwah
terutama media massa yg bisa menjangkau khalayak menggunakan cepat. Belum pernah
pada sejarah, insan bisa membuatkan gagasannya & bisa membicarakan isi dakwah pada
poly orang menggunakan cepat. Semua media bisa sebagai media dakwah. Sebaliknya
dakwah memberi donasi pada media, pada bentuk moral & etika yg dikenal menggunakan
kode etik. Tanpa moral & etika yg kuat, media terutama media massa nir bisa melaksanakan
semacam “malpraktik”. Justru itu kaitan media menggunakan dakwah bisa berlangsung secara
simbiosis mutualis (Wina Sanjaya, 2012: 69).

Hubungan ini lalu dijadikan sandaran pada melangsungkan aktivitas keduanya secara
sekaligus Untuk itu, taktik dakwah masa depan perlu merumuskan pada beberapa hal antara
lain:

1. Mendasarkan proses dakwah dalam pemihakan terhadap kepentingan warga . Itu berarti
penolakan terhadap segala bentuk dakwah demi kepentingan lain.

2. Mengintensifkan obrolan & ketertiban warga , guna menciptakan pencerahan kritis buat
memperbaiki keadaan.

3. Memfasilitasi warga supaya bisa memecahkan masalahnya sendiri dan melakukan


transformasi sosial yg mereka kehendaki. Jadi bukan sekedar menguraikan kasus warga agar
dipecahkan pihak lain,

4. Menjadikan dakwah menjadi media pendidikan & pengembangan potensi warga , sebagai
akibatnya menggunakan demikian warga akan terbebas berdasarkan kejahilan & kedhaifan
(M. Ja’far Puteh, 2010: 129).
Di era modernisasi ini kita wajib menemukan pesan yang tersirat & pelajaran yg baik
yg sinkron menggunakan objek & pesan dakwah yg bisa menaruh jalan keluar yg
sebagaimana diinginkan Allah & Rasulullah. Sehingga industrialisasi membuahkan melahirkan:

a. Manusia yg inovatif.

b. Manusia yg cenderung ingin menginterpretasikan fenomena secara ilmiah.

c. Manusia yg ingin menyebarkan metode keilmuan menggunakan mengadakan penelitian &


pengembangan.

d. Manusia yg cenderung menolak kemapanan yg dipercaya usang.

e. Manusia yg menghargai waktu, kerja keras, efisiensi, individual, berproduksi, objektif atau
secara sinis insan kikir atau poly perhitungan pada shadaqah/ infaq.

f. Gejala-tanda-tanda lain yg mampu saja ada lantaran tabiat inovatif & cenderung adanya
perubahan (H. M. Mastury, 2010: 12) Contoh menarik fatwa Syekh Adil al-Kalbani, galat
seseorang Imam Mesjid Mekah, yg melawan arus pendapat generik pada kalangan ulama
Saudi. Al-Kalbani, yg semula membela pendapat yg mengharamkan musik & nyanyian datang-
datang berubah pikiran & menduga bermain musik & menyanyi tidaklah bertentangan
menggunakan ajaran Islam. Fatwa ini menerima kritik keras menurut kalangan ulama senior
Saudi Arabia yg menduga bermusik & bernyanyi, baik dilakukan pada antara orang poly juga
sendirian, diharamkan sang syariat Islam. Wacana mengenai musik & nyanyian ini relatif
menerima perhatian & dibicarakan pada media massa. Banyak ulama yg yg menentang akan
namun nir sedikit yg mendukung al- Kalbani (Djohan Effendi, 2010:6). apabila fatwa tadi hanya
berpedoman dalam asal kepercayaan saja tanpa memperhatikan kajian sosiologi warga , maka
fatwa tadi akan bertabrakan menggunakan empiris yg berkembangan pada warga bahwa
musik adalah kebutuhan warga & bahkan sebagai industri kreatif yg mampu mensejahterakan
warga .

Strategi & metode pada melaksanakan dakwah yg adalah menjadi suatu sistem buat
bisa menarik para pendengar supaya bisa terserab banyak sekali pesan & materi yg akan
disampaikan menggunakan memakai banyak sekali metode & sistem supaya materitersebut
bisa dicerna menggunakan baik & maksimal, masih ada 2 sistem yg sangat efektif pada
antaranya merupakan: Pertama, Strategi adalah suatu planning tindakan termasuk
penggunaan metode & pemanfaatan banyak sekali asal daya atau kekuatan. Dengan demikian,
taktik kan proses penyusunan planning kerja, belum hingga dalam tindakan. Kedua, Strategi
disusun buat mencapai tujuan tertentu. Artinya menurut seluruh keputusan penyusunan taktik
merupakan pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebelum memilih taktik, perlu dirumuskan
tujuan yg kentara dan bisa diukur keberhasilan (Moh. Ali Aziz, 2012: 350). Perkembangan
media umum waktu ini nir luput menurut kecanggihan mobilephone. Bahkan, mobilephone
berupa smartphone sebagai kebutuhan utama pada berinteraksi satu sama lainnya, baik buat
urusan pekerjaan, berdiskusi, & sebagainya. Untuk mengakses media umum pun murah
dibandingkan menggunakan media elektronik, cetak, & sejenisnya. Pengguna media umum
bisa mengaksesnya meski menggunakan jaringan internet yg koneksinya lambat.

Inilah tantangan sekaligus peluang dakwah yg wajib dieksekusi. Untuk itu, terdapat 2
hal yg bisa dilakukan. Pertama, terkait menggunakan penggunaan media dakwah. Pada era
digital waktu ini, gadget & media umum nir tanggal menurut generasi milenial. Maka, gadget
& media umum wajib dijadikan wasilah dakwah. Pesan dakwah wajib dikemas melalui konten-
konten yg akrab menggunakan generasi kekinian. Penggunaan portal dakwah menggunakan
konten nir selalu berupa tulisan, tetapi pula bisa dikemas pada bentuk vlog, soundcloud,
infografis, & pula meme, dimuat pada YouTube supaya dakwah makin meluas. Dakwah pula
bisa dilakukan secara online menggunakan memanfaatkan YouTube, Instagram, & sebagainya,
sebelum akhirnya sanggup fenomenal secara offline. Kedua, pengemasan pesan-pesan
dakwah wajib menarik. Sebab, sebaik apapun materi dakwah tanpa didukung menggunakan
bungkus yg menarik terkadang ditinggalkan orang (Muhammad Habibi, 2019: 116). Dengan 2
pendekatan tadi tantangan dakwah dalam generasi milenal bisa dilewati & diselesaikan
menggunakan baik.

Beberapa konsep pesan di atas dapat menjadi acuan dalam mengemas pesan dakwah.
Jika dikombinasikan, maka mengemasnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
sebagaimana yang dikemukakan Wilson yaitu dengan memerhatikan dimensi-dimensi
abstraksi pesan, kesesuaian pendengar, jenis-jenis perancangan strategi pesan untuk
mencapai tujuan tertentu atau untuk mengoordinasikan berbagai macam tujuan, jenis-jenis
tema isi pesan, pemilihan kata-kata yang khusus, dan lain-lain. agar pesan dapat diterima
dengan baik oleh komunikan (penerima pesan), maka pesan komunikasi yang terdiri dari isi
pesan dan lambang harus diproduksi dengan sangat hati-hati.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan terjadinya perubahan


nilai, baik nilai positif maupun nilai negatif. Melalui perpaduan budaya Islam dan budaya
Barat, seseorang dapat melihat nilai-nilai positif dan memperkaya nilai budaya Islam melalui
bukti ilmiah dan teknis. Selain itu, pengaruh negatif tersebut diantaranya yakni turunnya
nilai-nilai moral sebagian kalangan umat Islam, yang cenderung mengadopsi dan
menggunakan tradisi budaya Barat yang tidak disertai penyaringan dahulu (Alhidayatillah N.,
2018). Dalam masyarakat modern, kebebasan pribadi, toleransi keyakinan pribadi dan
manajemen gaya hidup menjadi semakin unggul. Pada saat yang bersamaan, aspek kehidupan
yang dikendalikan melalui kesadaran kolektif menjadi semakin terpinggirkan serta tereduksi.
Diasumsikan bahwa masyarakat pasif dalam mencampur adukkan urusan pribadi yang
semakin meluas. Terdapat nilai-nilai yang mulai memudar karena adanya individualisme,
seperti nilai gotong rotong. Beberapa Kegiatan yang sebelumnya dikerjakan oleh masyarakat
secara bersama-sama (gotong royong) saat ini sudah diserahkan kepada penyedia jasa. Dalam
tataran kehidupan yang semakin mendunia, perubahan-perubahan tersebut akan dimaknai
sebagai suatu tradisi akibat pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi. Fenomena
tersebut muncul dalam kehidupan sosial modern menambah warna kehidupan mereka dengan
fenomena baru yang disebut era global. Gaya hidup modern telah menambah warna dalam
kehidupan manusia, baik itu cara berpakaian, makan, berbicara, kebebasan membeli, pilihan
restoran, pilihan hiburan, tata rambut, fashion, dan sebagainya. Gaya hidup seperti ini
merupakan kombinasi dan keseluruhan dari bentuk, susunan, kebiasaan pilihan, dan benda-
benda yang mendukungnya.

Kemajuan zaman modern membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak
positif maupun dampak negatif yang mendominasi. Kemajuan yang telah merambah berbagai
aspek kehidupan manusia, baik itu sosial, ekonomi, budaya dan politik, menuntut individu
untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara cepat dan aman. Simbolsimbol
zaman modern yang ditampilkan oleh peradaban perkotaan dengan tingkat mobilitas yang
tinggi dan perubahan lingkungan yang cepat telah menciptakan kesenjangan antara manusia
dengan lingkungan sosialnya. Realitas ini kemudian melahirkan berbagai gambaran tentang
kondisi manusia modern yang sarat dengan persoalan fisik. Tokoh psikologi manusia, Rollo
May, berpendapat bahwa manusia modern adalah manusia yang terkurung, yaitu manusia
yang telah kehilangan makna hidup. Dia selalu menderita kecemasan dan tidak bisa memilih
jalan hidup yang dia inginkan. Sosiolog menyebut kondisi manusia modern sebagai gejala
keterasingan (Burhani, 2002).

Oleh karena itu kita membutuhkan bentuk atau sentuhan yang efektif yang mampu
kembali ke dimensi manusia. Salah satunya dapat diawali dengan kegiatan dakwah Islam
untuk kemanusiaan (Karim dkk, 2021). Dakwah sebagai gagasan dan gerakan yang
menekankan prinsip cinta ma'ruf nahi munkar dapat memasuki spektrum aktivitas manusia
yang sangat luas dan kompleks. Dakwah harus menjadi suluh dengan fungsi penyeimbang
dan memberi arah pada kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, suluh berarti penerang (Karim
dkk, 2019).
Dakwah Islam adalah upaya orang-orang beriman untuk mempengaruhi dan mengajak
umatnya mengikuti ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan. Menurut Amrullah Ahmad,
untuk mencapai tujuan tersebut, keimanan manusia harus diaktualisasikan dan
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan yang rutin dilakukan pada dataran realitas
individu dan sosial budaya dengan menggunakan metode-metode tertentu (A. Ahmad, 1985).
Proses dakwah Islam untuk meraih tujuan yang diharapkan, yakni efektif serta efisien juga
memerlukan komponen dakwah yang harus tertata dengan baik dan akurat. Oleh karena itu,
artikel ini membahas beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan ketika menjalankan
misi dakwah Islam dalam kehidupan modern dan strategi dakwah yang diterapkan di era
modern.

Dakwah Al-Mauidzatil Khasanah memiliki banyak arti, antara lain: a. Pemberian


pengertian dan nasehat yang positif, menjadi teladan (uswah), bahasa yang halus dan
memotivasi. B. Keadaan hati yang baik, menyentuh jiwa serta memperbaiki segala amal
perbuatan. C. Pembelajaran yang mengesankan, penjelasan, aturan, gaya bahasa menyentuh
hati manusia. D. Bicaralah dengan lembut, bertahap, dengan cinta, dll. Dakwah Al-
Mauidzatil Khasanah sama sekali tidak egois, gejolak emosi atau bahkan apologetik. Dakwah
tersebut cenderung dilakukan kepada masyarakat secara luas. Da'i memiliki peran untuk
membimbing, sahabat terdekat yang memberikan hidayah kepada mad'u.

Kemudian metode Dakwah dengan Wa-jadilhum bi allati hiya ahsan, atau dakwah
yang ditempuh melalui diskusi atau diskusi dengan baik, dengan sopan santun, dengan saling
menghargai, tidak sombong. Metode dakwah seperti ini digunakan untuk mad’u dolongan
tiga yang memiliki kekuatan intelektual lebih unggul dari yang lain. Adapun beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan metode ini, yakni: (1) tidak merugikan pihak lain,
apalagi sampai mencemarkan nama baik. Tujuan dilakukannya metode ini untuk memperoleh
pencerahan, mencari kebenaran dan kebenaran sejati bukan mencari kemenangan. (2) tujuan
diskusi hanya untuk mencari kebenaran menurut ajaran Islam, tidak lebih. (3) tetap menjaga
rasa hormat kepada lawan, menjaga harga diri serta menghargai lawan agar tidak tersakiti.

Metode dakwah Wa-jadilhum bi allati hiya ahsan adalah dakwah yang ditempuhlewat
adanya diskusi atau diskusi yang dilalui dengan baik, dengan sopan santun, saling
menghargai, tidak sombong. Metode tersebut dipakai untuk sekelompok manusia kelas tiga
yang mempunyai kekuatan intelektual lebih berkelas dari yang lain. Terdapat beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan ketika menggunakan metode ini, yakni: pertama, tidak
merugikan pihak lain, terlebih mencemarkan nama baik. Tujuannya bukan untuk mencari
kemenangan, melainkan sebagai jalan pencerahan dan suatu kebenaran sejati. Kedua, hanya
untuk menunjukkan kebenaran menurut ajaran agam Islam, tidak lebih. Ketiga, tetap
mengharhai dan menghormati lawan, tetap menghormati diri sendiri dan lawan supaya tidak
ada kesan merugikan dan meremehkan.

Kegiatan dakwah harus menggunakan strategi yang mampu menjawab semua aspek
kehidupan manusia, serta diperlukan untuk mengatasi dan menetralisir gejolak sosial yang
timbul. Itulah sebabnya strategi merupakan perpaduan antara perencanaan dan pengelolaan
dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Islam dikenal sebagai agama dakwah, bisa juga disebut
sebagai agama yang memiliki misi khusus, yaitu agama yang harus menjangkau umat
manusia secara keseluruhan.

Fenomena lain yang muncul adalah kendala yang dihadapi oleh para da'i saat ini
berhadapan dengan manusia yang multikultural, beragam suku, pekerjaan dan profesi yang
semuanya profesional dan juga menghadapi manusia kontemporer dan kekinian. Masalah
kontemporer mulai merambah kehidupan manusia, baik di perkotaan maupun pedesaan, dan
telah merambah semua aspek kehidupan, termasuk umat Islam. Pengaruh kehidupan modern
mendorong umat Islam untuk lebih agresif dalam mengikuti arus perubahan, baik orang tua
maupun remaja maupun anak-anak. Permasalahan tersebut juga telah memasuki sistem
dakwah yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan da'i dan dakwah di Indonesia.

Dakwah bukan hanya retorika, tetapi harus mampu menjadi contoh tindakan sebagai
pengembangan dakwah yang sebenarnya (Al-Attas, 2011). Untuk mencapai keberhasilan
dakwah, pesan-pesan dakwah harus diubah oleh retorika menjadi kenyataan. Dakwah harus
mencakup tindakan nyata seperti melindungi hukum, membantu orang kaya dengan orang
miskin, menegakkan keadilan, dll. Masyarakat membutuhkan tindakan yang lebih nyata dari
sekedar ceramah. Nabi, bahkan dalam keteladanannya dalam berdakwah, selalu menunjukkan
perkataan dengan perbuatan. Nabi tidak hanya hidup dalam doa dan dakwah, tetapi juga
melakukan tindakan sosial (Al-Attas, 2011).

Strategi dakwah ditentukan oleh kondisi objektif komunikator (mad'u) dan kondisi
lingkungan pada saat proses itu berlangsung. Sementara itu, isi atau substansi pesan
ditentukan oleh relevansi atau kecukupan isi pesan dengan kondisi subjektif mad'u, yaitu
kebutuhan atau masalah mereka. Relevansi antara isi pesan dakwah dengan kebutuhan
tersebut harus dimaknai sebagai kesopanan yang proporsional, dipahami sebagai pemecahan
masalah atau pemuasan kebutuhan yang tidak bersumber dari realisasi, tetapi yang dapat
mengarahkan atau mendekatkan objek. dari dakwah ke tujuan dakwah itu sendiri, dan bukan
sebaliknya.

Internet telah menjadi perpustakaan raksasa dimana terdapat banyak artikel, buku,
majalah, foto dan lainnya dalam bentuk elektronik didalamnya. Dimana setiap orang dapat
mengakses perpustakaan tersebut kapan saja, di mana saja (Rodhin, 2011). Internet mampu
mengubah perilaku massa ke arah yang mereka inginkan. Internet juga dapat menampung
berbagai media dakwah lainnya, seperti lisan, tulisan, audiovisual dan dakwah gambar.
Dakwah tidak harus dilakukan secara formal. Dunia seni, budaya, pariwisata, hiburan dengan
segala pernak-perniknya juga bisa dijadikan sarana dakwah. Pada dasarnya, bahkan para
ulama kuno menggunakan seni sebagai alat untuk berdakwah kepada masyarakat. Hal ini
disertai dengan pemahaman tentang budaya masyarakat setempat. Inilah yang membuat Islam
begitu mendarah daging di hati seluruh umat Islam di Indonesia (Republika.co.id, 2021).
Selanjutnya, pariwisata saat ini sedang diperbaharui menjadi wisata religi dan halal. Dimana
jenis pariwisata ini merupakan pariwisata yang berperan di era modern ini. Karena tidak
jarang masyarakat saat ini sangat mengapresiasi hal-hal yang dapat menunjukkan
eksistensinya di media sosial. Sehingga dakwah dapat berperan dalam dunia pariwisata untuk
menyebarkan ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai