SESI 7
A. Pengertian Pembuktian
Pada dasarnya pembuktian dalam perkara Pidana berbeda dengan pembuktian dalam perkara
Perdata.
Dalam perkara Pidana, tujunya untuk mencari kebenaran Materil yaitu kebenaran yang
sesungguhnya (Beyond Regsonable doubt), jadi peristiwa hukumnya harus terbukti.
Sedangkan pembuktian dalam perkara Perdata, tujuanya untuk mencari kebenaran Formil,
yaitu hakim tidak boleh melewati batas-batas permintaan yang diajukan oleh para pihak yang
berpekara. (Prepon Of Evidence).
“Hakim tidak boleh menjatuhkan Pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukanya”
Atau istilah lain disebut dengan kekuatan Pembuktian, karena dengan alat bukti
tersebut, hakim meutus suatu perkara bahkan hakim dilarang menjatuhkan
pidananya tanpa berdasar pada minimal dua alat bukti yang sah ditambah dengan
keyakinan hakim.
Alat bukti, segala sesuatu yang ada hubunganya dengan suatu perbuatan,
Dimana dengan alat bukti tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pembuktian.
Alat bukti yang sah diatur dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP
1. Keterangan Saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
1) Saksi, orang yang melihat, mendengar dan mengalami sendiri suatu tindak pidana.
Syarat-syarat saksi yang dapat di nilai sebagai alat bukti:
a. Dinyatakan dalam sidang pengadilan secara langsung.
b. Keterangan diberikan di bawah sumpah.
c. Saksi harus lebih dari saksi (unus testis-nullus testis) yaitu suatu saksi
bukan saksi.
d. Keterangan saksi harus bersesuaian satu dengan yang lain dan alat bukti
yang lain.
e. Cara hidup dan kesusilaan saksi.
1. Keluarga sedarah lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ke-3 dari
terdakwa.
2. Saudara, seibu, atau saudara bapak yang punya hubungan karena
perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ke-3
3. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah cerai.
2) Saksi Ahli
Tidak harus, melihat, mendengar atau mengalami sendiri suatu tindak Pidana, tapi
punya keahlian khusus contoh :
a. Pasal 132 = ahli dalam bidang surat
b. Pasal 133 = ahli kedoteran
3) Surat
Secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk tulisan
tercetak atau tidak yang berisi pesan dari pengirim pesan yang ditujukan kepada
penerima pesan, diatur dalam Pasal 187 KUHAP
4) Petunjuk diatur dalan pasal 188 ayat (1) KUHAP
Petunjuk dapat diperoleh dari saksi, surat dan keterangan terdakwa yang
bersesuaian.
Tidak memiliki wujud konkrit (abstrak).
5) Keterangan Terdakwa
Yaitu perbuatan yang dilakukan atau yang diketahui sendiri atau yang dialami sendiri
oleh terdakwa
Di dalamnya terdapat pengakuan, tetapi bukan itu yang dikejar atau yang
terpenting dalam pemeriksaan ini, meskipun terdakwa mengakui perbuatanya