Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah Hukum Pidana Adat

Judul
“Pemidanaan Pencemaran Nama Baik Dalam Hukum Pidana Positif di Indonesia”

Dosen Pengajar :
Ronaldi S.H,. M.H

Nama Mahasiswa:

Bima Wirawidya Wicaksana EAA 116 123

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS HUKUM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara hukum, sesuai dengan ketentuan daam Pasal 1 ayat (3) hasil
amandemen keempat Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “ Indonesia adalah negara
hukum”, dengan ketentuan tersebut maka dapat aspek-aspek kehidupan seperti dibidang
sosial, politik, budaya, ekonomi diatur dan dibatasi oleh norma-norma hukum yang berlaku.
Maka dari itu masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat harus diselesaikan
menurut hukum yang berlaku.
Norma hukum yang melindungi kepentingan masyarakat umum salah satunya diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (disingkat KUHP) Dalam hhukum pidana sendiri
digolongkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu Kejahatan dan Pelanggaran, Kejahatan
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan hukum sedangkan Pelanggaran
merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan atau keharusan yang ditentukan oleh
penguasa negara.
Akhir-akhir ini kasus pencemaran nama baik menjadi kasus yang marak terjadi di
masyarakat, didalam KUHP sendiri sudah mengatur tentang pencemaran nama baik dan
penghinaan, yang terdapat dalam Pasal 310 hingga pasal 321 KUHP. Baik penghinaan yang
dilakukan secara lisan atau tertulis dengan penghinaan, fitna atau keluhan dengan cara
memfitnah.
Di masa teknologi yang sudah maju, masyarakat bisa dengan mudah mengakses media sosial
dan berinteraksi dengan orang lain tidak terbatas jarak dan waktu, hal ini dapat memunculkan
dampak positif dan juga negatif, positifnya kita tidak perlu bertemu langsung agar dapat
berkomunikasi, dampak negatifnya tidak sedikit orang yang memanfaatkan teknologi untuk
melakukan tindak pidana khususnya pencemaran nama baik. Akan tetapi hal ini sudah diatur
dalam peraturan hukum pidana Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran,
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Dengan peraturan-peraturan diatas, mereka yang merasa difitnah atau menyebarkan sesuatu
tentang pihak lain tetapi tidak berdasarkan fakta dan berdampak buruk pada pihhak ayng
terluka. Kemudian, pihhak yang terluka memiliki hak untuk melaporkan Tindakan
pencemaran nama baik. Kasus pencemaran nama baik sering terjadi tiap tahunnya.
Penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik tidak hanya dapat diselesaikan di meja
hijau, namun dapat juga diselesaikan dengan prinsip restorative justice, yaitu prinsip yang
mengedepankan pemulihan kondisi antara korban dan pelaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud dengan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik ?
2. Bagaiman Penegakan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Yang Dimaksud dengan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
Sebelum menerangkan penghinaan dan pencemaran nama baik yang terdapat dalam pasal 310
KUHP, ada baiknya untuk diterangkan disini apakah sebenarnya yang diartikan dengan
penghinaan/pencemaran nama baik itu. Menghina yaitu menyerang kehormatan dan nama
baik seseorang.
Pencemaran Nama baik juga dikenal sebagai penghinaan, yang pada dasarnya menyerang
nama baik dan kehormatan seseorang yang tidak memiliki perasaan seksual sehingga orang
tersebut merasa dirugikan. Kehormatan dan nama baik memiliki arti yang berbeda, tetapi
keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena menyerang kehormatan akan
menghasilkan kehormatan dan reputasi berkabut, dengan cara yang sama menyerang nama
baik akan menghasilkan reputasi dan reputasi seseorang menjadi terkontaminasi. Karena itu,
menyerang salah satu kehormatan atau nama baik sudah cukup sebagai alasan untuk
menuduh seseorang menghina.
Nama yang baik adalah penilaian yang baik dalam opini umum tentang perilaku atau
kepribadian seseorang dari sudut pandang moral. Nama baik seseorang selalu dilihat dari
sudut pandang orang lain, yaitu, kebiasaan atau kepribadian yang baik, sehingga ukurannya
ditentukan berdasarkan penilaian umum dalam masyarakat tertentu di mana tindakan itu
dilakukan dan Konteks tindakan.. Oemar Seno Adji mendefinisikan pencemaran nama baik
sebagai: "menyerang kehormatan atau nama baik (aanranding ofgeode naam)". Salah satu
bentuk pencemaran nama baik adalah "pencemaran nama baik secara tertulis dan dilakukan
dengan mengklaim sesuatu,”1
Di zaman yang telah maju, tentu saja tindak pidana khususnya pencemaran nama baik tidak
hanya dilakukan secara langsung akan tetapi dapat juga dilakukan secara virtual yaitu melalui
sosial media yang diakses dengan alat elektronik maka dari itu dapat dikategorikan tindak
pidana pencemaran nama baik ada 2 yaitu secara langsung dan secara virtual.
Tindak pidana pencemaran nama baik sudah diatur didalam hukum positif baik secara
langsung maupun secara virtual yaitu didalam KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)
dan Undang-Undang No. 19 tahun 2016 sebagai pembahharuan dari Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 Tentang informasi dan transaksi elektronik.
1.1 Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik di Dalam KUHP
Pencemaran nama baik menurut Pasal 310 KUHP adalah menyerang kehormatan atau
nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu
diketahui umum. Hal ini termasuk dalam bentuk tulisan dan gambaran yang disiarkan,
dipertunjukkan, dan ditempel dimuka umum.
Pencemaran nama baik sendiri masuk dalam kategori penghinaan karena termaktub
dalam BAB XVI dari Pasal 310 sampai pasal 312 KUHP. Pencemaran nama baik dalam

1
Fidelis P Simamora 1), Lewister D Simarmata 2) dan Muhammad Ansori Lubis 3) Universitas Darma Agung,
Medan “KAJIAN HUKUM PIDANA TERHADAP PERBUATAN PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL”
Pasal 310 KUHP adalah menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum.
Penghinaan di dalam KUHPada 6 macam, antara lain :
a. Menista, terdapat pada Pasal 310 KUHP(1) yang berbunyi “ (1) Barang siapa
sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui
umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
b. Menista dengan surat, terdapat pada Pasal 310 (2) yang berbunyi “Jika hal itu
dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau
ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
c. Memfitnah terdapat pada Pasal 311 yang berbunyi “
(1) Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis
dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak
membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang
diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
(2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 3 dapat dijatuhkan.”
d. Penghinaan ringan terdapat pada Pasal 315 yang berbunyi “Tiap-tiap
penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat peneemaran atau pencemaran
tertulis yang dilakuknn terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan
atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan,
atau dengan surat yang dikirimkan stau diterimakan kepadanya, diancam
karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
e. Mengadu secara memfitnah terdapat pada Pasal 317 yang berbunyi “(1)
Barang siapa dengan sengaja mengajukan pengaduan atau pemberitahuan
palsu kepada penguasa, baik secara tertulis maupun untuk dituliskan, tentang
seseorang sehingga kehormatan atau nama baiknya terserang, diancam karena
melakukan pengaduan fitnah, dengan pidana penjara paling lama empat tahun,
(2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No, 1 - 3 dapat dijatuhkan.
f. Tuduhan secara memfitnah terdapat pada Pasal 318 yang berbunyi “(1) Barang
siapa dengan sesuatu perbuatan sengaja menimbulkan secara palsu
persangkaan terhadap seseorang bahwa dia melakukan suatu perbuatan pidana,
diancam karena menimbulkan persangkaan palsu, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun. (2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 -
3 dapat dijatuhkan. Pasal 319 Penghinaan yang diancam dengan pidana
menurut bab ini, tidak dituntut jika tidak ada pengaduan dari orang yang
terkena kejahatan itu, kecuali berdasarkan pasal 316. “2
Pasal 310 jika dirinci terdiri dari unsur-unsur berikut ini :

2
R. Soesilo,Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) serta komentar-komentar lengkap pasal demi pasal,
Politeia, Bogor, hlm 255.
Unsur Objektif
a. Perbuatannya : menyerang
b. Objeknya :
• Kehormatan orang
• Nama baik orang

c. Caranya: dengan menuduhkan perbuatan tertentu


Unsur subjektif

d. Kesalahan
• Sengaja
• Maksudnya tentang supaya diketahui umum
Unsur-unsur formal yang membentuk tindak pidana pencemaran adalah tulisan yang dicetak
miring.
• Perbuatan : menyerang
Perbuatan menyerang (aanranden) adalah perbuatan dengan menyampaikan ucapan [Ayat
(1)] atau dengan tulisan [Ayat (2)] yang isinya menuduhkan melakukan perbuatan tertentu
yang ditujukan pada nama baik dan kehormatan seseorang yang dapat menimbulkan akibat
rasa harga diri atau martabat orang yang dituduh dicemarkan atau direndahkan atau
dipermalukan.
• Kehormatan dan Nama Baik
Kehormatan adalah rasa harga diri atau harkat – martabat yang dimiliki oleh orang yang
disandarkan pada tata nilai (adab) kesopanan dalam pergaulan hidup masyarakat. Rasa
kemartabatan sesorang diserang oleh perbuatan menyerang dalam segala jenis penghinaan
berdasarkan pada nilai-nilai kesopanan yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya.
Sementara “nama baik” adalah rasa harga diri atau harkat- martabat yang baik oleh
masyarakat terhadap keadaan dan sifat pribadi seseorang dalam pergaulan hidup di
masyarakat. Rasa kemartabatan seeorang yang diserang oleh perbuatan menyerang dalam
jenis-jenis penghinaan, disandarkan dan diukur dari keadaan dan sifat pribadi dari orang
tersebut. Keadaan sosialnya, jabatannya atau pangkatnya atau bisa kekayaannya. Oleh karena
itu wajar dalam hal hakim menetapkan besarnya ganti rugi karena penghinaan juga
didasarkan pada keduduakn sosial orang yang merasa dihina. Sifat pribadi, misalnya sifat
dermawan, suka menolong, bijaksana, selalu berkata benar, jujur, baik sikap perilakunya dan
tutur bahasanya, dan lain-lain. Sifat pribadi yang demikian menimbulkan martabat mengenai
nama baik bagi mastarkat terhadap orang itu.
Namun begitu, janganlah kitab erpikir bahwa orang yang kedudukan sosialnya rendah
dan/atau kelakuannya buruk sekalipun, tidak memiliki martabat – harga diri mengenai nama
baik dan kehormatan. Oleh sebab itu maka siapapun juga dapat menjadi korban epnghinaan.
Siapa saja dapat menjadi malu, tersinggung dan sakit hati (suatu penderitaan yang bersifat
batiniah) jika dihinakan oleh orang lain
• Cara Menuduh : Dengan Perbuatan Tertentu.
Terjemahan yang tepat dari unsur/frasa “door telastlegging van een bepaald feit” adalah “
menuduhkan melakukan suatu perbuatan tertentu”. Meskipun ada pakar
menterjemahkan dengan menuduhkan “suatu hal”. Namun “hal” yang dimaksud itu tiada lain
adalah suatu perbuatan tertentu. Kata asli yang digunakan oleh WvS adalah jelas-jelas “feit”
lengkapnya een bepaald feit, artinya suatu perbuatan tertentu. Kata feit artinya perbuatan.
Sementara telastleging (tenlast’telegging) artinya menuduhkan.
Perbuatan tertentu (een feit) yang dituduhkan pada seseroang itu haruslah jelas dan konkret,
tidak boleh samar dan tanpa bentuk. Misalnya tulisan dalam sebuah E-mail yang berbunyi
“saya informasikan bahwa berhati-hatilah dengan perawatan medis dari dr.X”. kalimat
terebut tidak menunjuk bentuk perbuatan khusus tertentu ssecara konkret. Meskipun bagi dr
X dapat dianggapnya merendahkan kepintarannya sebagai seorang dokter, yang dapat
membuat rasa malu. Tulisan itu belum cukup untuk dijadikan alasan dr X untuk mengadukan
pencemaran si pembuat E-mail pada polisi.
Inti pencemaran adalah menyerang (aanranden) nama baik (goeden naam) dan kehormatan
(eer) oranglain dengan menuduhkan perbuatan tertentu (een feit). Menuduhkan perbuatan
tertentu merupakan unsur keadaan yang menyertai perbuatan. Oleh sebab itu dapat juga
disebut unsur cara menyerang nama baik dan kehormatan orang. Untuk membuktikannya
telah selesainya perbuatan menyerang, sama halnya dengan membuktikan wujud nayta
menuduhkan perbuatan konkret tertentu telah selesai dilakukan.
• Sengaja dan Maksud Terang Supaya Diketahui Umum.
Terdapat dua unusr kesalahan (subjektif) dalam pencemaran. Sengaja (opzettelijk) dan
maksud (doel). Berdasarkan tempat letaknya dalam struktur rumusan pencemaan, maka
sengaja dan maksud berbeda kedudukan dan fungsinya dalam rumusan pencemaran. Sengaja
ditujukan terhadap semua unsur pencemaran. Termasuk unsur maksud, juga diliputi oleh
kesengajaan.
Sementara maksud terang (kenlijk doel) ditujukan pada “agar diketahui umum”. Karena
diketahui umum juga diputi oleh unsur sengaja, si pembuat dalam menyerang nama baik atau
kehormatan orang dengan menuduhkan perbuatan tertentu, juga memiliki kesadaran bahwa
dengan perbuatannya itu, isi tuduhan akan diketahui umum. Namun demikian,
mencantumkan frasa maksud terang, bukan sekedar kesadaran si pembuat seperti itu yang
diperlukan. Melainkan untuk menegasakan/menekankan (stressing) bahwa pada pencemaran
dipelukan “tujuan/kehendak yang kuat” agar perbuatan apa yang dituduhkan benar diketahui
umum. Suatu kehendak yang kuat untuk meghinakan orang. Karena dengan diketahui
umumlah yang menyebabkan orang lain belaka. Apabila yang diperlukan skeedar pengtahuan
terhadap terhinanya orang, maka tidak perlu pembentuk UU mencantumkan kata terang
(kenlijk) dalam frasa maksud terang dari pasal 310 Ayat (1) KUHP.
Maksud terang ((kenlijk doel) supaya diketahui umum, harus berupa satu-satunya maksud
tidaka ada maksud lain yang patut. Kalua suatu perbuatan yang mengakibatkan terganggunay
nama baik atau kehormatan seseroang yang tidak dapat dihindari untuk mencapai suatu
tujuan yang sesungguhnya patut, namun bukan akibat itu yang dituju oleh maksud si pembuat
, maka isini tidak ada pencemaran. Karena disini tidak terdapat maksud yang terang (kenlijk
doel), suatu utjuan atau kehendak yang kuat tadi.
Tentu ada maksud pembentuk UU dalam hal mencantumkan kenlijk (terang) mendahului kata
doel (maksud). Sebab, jika tidaka ada maksud tertentu, mestinya pembentuk UU cukum
mencantumkan kata maksud (doel) atau oogmerk saja, tanpa perlu menyebutkan kenlijk
mendahului kata doel, seperti pada pasal 378 atau 379a.
Maksud terang harus diartikan tujuan dekat yang satu-satunya tujuanm tidak ada tujuan lain
yang patut. Tidak termasuk kesengajaan sebagai kemungkinan atau kesengajaan sebagai
kepastian. Oleh sebab itu melaporkan seseorang kepolisi karena dugaan/sangkaan melakukan
tindak pidana, tidak dapat diterapkan pasal penghinaan bentuk apapun. Meskipun mungkin
dapat atau pasti menimbulkan terganggunya kehormatan dan nama baik orang yang
dilaporkan, dan kemungkinan atau kepastian itu disadari si pembuat.
Pandangan ini sejalan dengan pendapat SIMONS yang mengatakan, bahwa penyebarluasan
suatu tuisan dalam suatu lingkungan yang terbatas diantara orang-orang tertentu saja, tidak
dapat membuat pelakunya dipidana. Pendapat SIMONS ini mengenai unsur perbatan
mengedarkan (bersveriden) tulisan atau gambar dalam tindak pidana penginaan Presiden atau
wakilnya [Pasal 137 Ayat (1) KUHP]. Oleh akrena dalam penghinaan Presiden atau
WakilPresiden teradapat perbuatan yang sama, yakni menyebarkan terdapat perbuatan yang
sama, yakni menyebarkan (versvereiden) juga terdapat pada pencemaran tertulis (Pasal 310
Ayat (2) KUHP_, yang juga objeknya sama in casu tulisan atau gambar, maka arti
versvreiden di Pasal 137 Ayat (1) adalah sama dengan versvreiden dalam Pasal 310 Ayat (2)
KUHP.
Selain itu, dalam hal lingkungan terbatas. Artinya dalam mengirimkan surat atau tulisan
dalam lingkungan yang terbatas, disana tidak ada maksud ayng terang, berupa maksud yang
kuat dan satu-satunya untuk menghinakan orang. Sekedar/hanya diketahui oleh kalangan
terbatas saja. Kalangan terbatas, misalnya kepolisan yang berkaitan denga nisi surat bukan
termasuk pengertian secara terbuka (openlijk) menurut Pasal 310 Ayat (2) KUHP. Meskipun
sebuah surat (pengaduan atau laporan seseorang pada kepolisian disampaikan juga
tembusannya pada banyak pejabat di kepolisian. Asalkan pejabat yang diberi tembusan surat
itu ada hubungannya denga nisi surat. Tidak termasuk pengertian umum atau terbuka
(openlijk menurut pasal 310 Ayat (2) KUHP.
Yang dimaksud umum dalam pencemaran adalah semua orang, siapa saja. Indikatornya
adalah :
• Tidak menunjuk kalangan tertentu, artinya siapa saja atu semua orang.
Sementara E-mail hanya orang tertentu
• Untuk mengetahui isi ucapan atau tulisan (siapa saja atu umum tadi) tidak
membutuhkan/memerlukan upaya khusus tertentu untuk itu.
• Umum mengetahui pada saat perbuatan dilakukan.
Sementara maksud terang supaya diketahui umum salah satu unusr pencemaran, juga bisa
terdapat dalam unur pengaduan fitnah dari Pasal 317 Ayat (1) KUHP. Karena pencemaran
sudah masuk ke dalam pengertian pengaduan fitnah dalam Pasal 317 Ayat (1) tersebut.
Mengenai arti kenlijkdoel sebagai satu-satunya tujuan tanpa tujuan lain yang patut, sesuai
pula dengan Arrest Hoge Raad dalam pertimabangan hukum putusannya 1-12-1899) yang
menyatakan, bahwa “menuduhkan suatu perbuatan yang benar adalah pencermaran apabila
pelaku berbuat demikian tidak demi kepentingan umum melainkan dengan Hasrat untuk
menghina atau melukai persaan orang”. Jadi dalam setiap penghinaan/Hasrat maksud untuk
menghina itu sangat kuat. Maksud yang sangkat kuat itulah sebagai arti yang tepat dari frasa
unsur kenlijk doel dalam Pasal 310 Ayat (1) KUHP. Sementara sifat menghinakan apda
pencmaran selalu terdapat dalam jenis-jenis penghinaan lainnya, baik di dalam maupun di
laur KUHP.
1.2 Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik dalam Undang-Undang No. 19 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
Kejahatan dunia maya adalah kejahatan tradisional, misalnya penipuan, pencurian identitas,
pornografi , dan lain-lain. Yang paling merusak untuk kejahatan dunia maya adalah kode
berbahaya yang dapat meretas jaringan komputer dan mengeksploitasi mereka yang
mengganggu operasi komputer di seluruh dunia bersama dengan kejahatan komputer lainnya
yang mengancam perdagangan elektronik. Sifat transnasional dari sebagian besar kejahatan
terkait komputer telah membuat banyak metode kepolisian tradisional baik di tingkat nasional
maupun lintas perbatasan tidak efektif bahkan di negara-negara maju, sementara kesenjangan
digital menyediakan tempat yang aman bagi para penjahat cyber.
Ada banyak intelektual yang mencoba mengatasi kejahatan dunia maya dengan teori-teori
tradisional. Namun, teori kegiatan rutin dan drift, serta teori netralisasi, dengan teori ini
belum berhasil menjelaskan kejahatan dunia maya. Karena dunia maya adalah ruang baru dan
kejahatan dunia maya adalah bentuk kejahatan baru. Teori transisi spasial cybercrime, teori
ini diciptakan untuk mengatasi penyebab cybercrime. Teori transisi ruang cybercrime telah
memajukan bidang kriminologi cyber. Teori transisi spasial adalah penjelasan tentang sifat
perilaku orang yang berkontribusi penyesuaian mereka dalam ruang fisik dan dunia maya.
Teori transisi spasial menyatakan bahwa orang berperilaku berbeda ketika mereka berpindah
dari satu ruangan ke ruangan lain.
Kejahatan cyber adalah kegiatan kriminal yang menjadikan komputer atau jaringan
komputer alat, dan diarahkan ke tempat kejahatan atau disebut juga kejahatan dunia maya.
Cybercrime terkadang menyinggung secara teknis rumit dan rumit secara hukum. Oleh
karena itu, kemajuan pesat dalam fungsi teknologi informasi dan komunikasi dan perbedaan
yang melekat antara sistem hukum global merupakan tantangan yang berat bagi responden
pertama, penyelidikan otoritas, interrogator forensik, agensi penuntutan dan administrasi
peradilan pidana.
Saat ini lazim disebut era globalisasi. Di era ini, peraturan hukum baru lahir, yaitu, hukum
telematika atau hukum siber. Cybercrime juga dikenal sebagai cybercrime, yang merupakan
istilah yang merujuk pada aktivitas kriminal yang menggunakan komputer atau jaringan
sebagai alat atau menjadi sarana kejahatan. Hukum cyber digunakan secara internasional
untuk istilah hukum yang menghubungkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Sementara itu, hukum telematika, yang merupakan manifestasi dari konvergensi.
Berdasarkan literatur tertentu bersama dengan praktik hukumnya, kejahatan dunia maya
memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Cybercrime adalah aktivitas ilegal.
b. Cybercrime menggunakan komputer apa pun yang terhubung ke jaringan
internet.
c. Kejahatan dunia maya cenderung menyebabkan kerugian materi dan materiil
yang lebih besar dibandingkan dengan kejahatan konvensional.
d. Biasanya, para pelakunya adalah pakar dalam penggunaan internet beserta
aplikasinya atau bisa juga seorang hacker.
e. Dengan batas transnasional atau nasional, kejahatan dunia maya umumnya dilakukan.
Pencemaran nama baik adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dengan sengaja dan tanpa
hak untuk beredar dan/atau mengirim dan/atau membuat halhal dapat diakses untuk
mendapatkan informasi elektronik dan/atau sarana dokumen elektronik yang memiliki
muatan atau konten pencemaran nama baik atau pencemaran nama baik.
Penyebaran pencemaran nama baik yang dilakukan secara tertulis juga dikenal sebagai
fitnah. Menurut penjelasan yang dijelaskan dalam KUHP, ada tertulis bahwa pencemaran
nama baik dapat dilakukan secara lisan atau tertulis (dicetak). Penghinaan memiliki lima
kategori bentuk, yaitu, kontaminasi tertulis, penghinaan ringan, fitnah bersama dengan
keluhan dan fitnah dengan tuduhan. Dalam penjelasan KUHP, pencemaran nama baik dapat
dikatakan jika memenuhi dua unsur, yaitu ada unsur tuduhan dan tuduhan itu dijelaskan
sebagai konsumsi publik.
Pencemaran nama baik juga dapat diartikan sebagai tindakan seseorang yang dengan
sengaja membuat nama baik atau reputasi seseorang terlihat ternoda atau buruk, yang
menyebabkan visi buruk bagi orang lain dari seseorang yang pada awalnya baik dan telah
dikenal banyak orang. Orang rusak atau tidak baik lagi di mata publik.
Pencemaran nama baik termasuk dalam kejahatan pengaduan. Karena seseorang yang
merasa bahwa nama baik mereka ternoda atau terkontaminasi oleh perlakuan negatif dari
orang lain dapat mengajukan gugatan di pengadilan sipil dan jika orang tersebut
memenangkan pihak yang mengeluh mereka dapat meminta kompensasi dan
mendapatkannya, keputusan juga dapat diterapkan dari penjara ke pihak yang melakukan
pencemaran nama baik.
Pernyataan yang berisikan informasi yang tidak faktual dan biasanya cenderung
merendahkan seseorang dan pernyataan tersebut dapat merugikan orang tersebut merupakan
fitnah. Pencemaran nama baik terbagi dari dua jenis utama, yaitu; pencemaran nama baik,
dikatakan pencemaran nama baik jika pernyataan yang tidak faktual dan dapat merugikan
seseorang dan pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk permanen, seperti tulisan, berita di
radio atau televisi. Dan pencemaran nama baik, dikatakan pencemaran nama baik jika
pernyataan yang disebarkan bersifat tidak permanen, seperti ceramah/pidato. Biasanya jika
terjadi kasus pencemaran nama baik di surat kabar bisa menimbulkan aksi perlawanan si
penulis, editor, penerbit dan distributornya. Lalu, para hakim juga harus dapat memastikan
bahwa kata-kata yang digunakan tersebut merupakan suatu fitnah atau bukan.
Konsep pencemaran nama baik dalam hukum pidana yang diatur dalam KUHP didasarkan
pada dua alasan penting. Pertama, ada ketentuan dasar dalam KUHP yang dapat digunakan
sebagai pedoman dasar untuk persiapan legislasi pidana di luar KUHP. Tujuannya adalah
untuk menciptakan persatuan dalam sistem pidana yang harmonis dan harmonisasi.
Dalam arti luas hukuman berarti proses hukuman pidana yang diberikan atau diputuskan
oleh hakim. Oleh karena itu, sistem pidana berarti bahwa ia mencakup seluruh rangkaian
ketentuan hukum yang mengatur bagaimana hukum pidana diterapkan atau diterapkan.
Kedua, terkait dengan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE.
Unsur pengertian dan pencemaran nama baik diambil dari pasal-pasal yang terkandung dalam
KUHP karena peraturan ini bukan berarti pencemaran nama baik. Karena itu adalah alasan
dan konsekuensi logis dari penetapan KUHP sebagai sistem pidana atau sebagai dasar untuk
menyusun undang-undang di luar KUHP, bahkan dalam UU ITE.
Dalam KUHP telah dijelaskan bahwa tindakan pencemaran nama baik diatur dari Pasal
310 hingga Pasal 321. Dapat dikatakan secara singkat bahwa apa yang dipahami dengan
pencemaran nama baik adalah menyerang kehormatan atau nama baik. Ini adalah pemahaman
umum atau kejahatan gender, yaitu kejahatan pencemaran nama baik itu juga memperoleh
karakteristik khusus atau bentuk pencemaran nama baik atau juga dikenal sebagai kejahatan
spesies, yaitu pencemaran nama baik yang diatur dalam Pasal 310 ayat (1), pencemaran nama
baik yang diatur dalam Pasal 310 ayat (2), pencemaran nama baik yang diatur dalam Pasal
311, sedikit penghinaan yang ditetapkan dalam Pasal 315, pengaduan pencemaran nama baik
yang diatur dalam Pasal 317, diduga palsu dalam Pasal 318, dan pencemaran nama baik
orang yang meninggal diatur dalam Pasal 320.
Dari jenis tindak pidana yang diatur dalam KUHP, hanya pencemaran nama baik yang
dapat dilakukan jika ada keluhan dari pihak yang kurang beruntung, penjelasannya tercantum
dalam Bab VII KUHP tentang penarikan dan penyerahan dalam hal yang hanya Itu bisa
diproses jika ada unsur pengaduan.3
1.2.1 Tindak Pidana dengan Sengaja dan Tanpa Hak Mendistribusikan
Informasi Elektronik yang memiliki muatan Penghinaan dan.atau Pencemaran
[Pasal 27 Ayat (3) jo 45 Ayat (1)]
Apabila tindak pidana ITE dalam Pasal 27 Ayat (3) jo 45 Ayat (1) ditulis dalam satu
naskah maka dapat dirumuskan seperti ini “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghhinaand an/atau
pencemaran nama baik, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
Apabila hendak dirinci, terdiri dari unsur-unsur berikut ini.
Unsur Subjektif :
a. Kesalahan : dengan sengaja ;
Unsur-unsur objektif :
b. Melawan hukum: tanpa hak
• Mendistribusikan ; dan/atau
• Mentransmisikan; dan/atau
• Membuat dapat diaksesnya;
c. Objek
• Informasi elektronik; dan/atau

3
Jurnal “KAJIAN HUKUM PIDANA TERHADAP PERBUATAN PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL”
Fidelis P Simamora 1), Lewister D Simarmata 2) dan Muhammad Ansori Lubis 3) Universitas Darma Agung,
Medan
• Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik.
Frasa yang dicetak miring merupakan unsur formil tindak pidana yang bersangkutan.
Unsur-unsur tersebut sama dengan unsur pada Ayat (1) maupun Ayat (2), kecuali unsur
mengenai keadaan yang menyertai objek tidnak pidana. Maka yang akan dibicarakan lebih
jauh ialah unsur “yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. Unsur
sifat melawan hukum, akan dibicarakan dalam hubungannya dengan alasan peniadaan sifat
melawan hukumnya perbuatan pada pencemaran dalam Pasal 310 Ayat (3) KUHP.
Telah dikemukakan tentang alasan mengapa unsur melawan hukum dicantumkan dalam
rumusan tindak pidana. Bahwa sifat melawan hukum adalah unsur mutlak tindak pidana.
Dicantumkan ataukah unsur tersebut terdapat di dalam tindak pidana. Menurut MvT hanya
dicantumkan apabila ada kekhawatiran bahwa ada orang yang melakukan perbuatan
sebagaimana yang dilaran UU namun orang itu yang berhak melakukannya. Bila tidak
dicantumkan, maka orang yang seperti itu dapat dipidana pula. Pembentuk UU tidak
menghendaki untuk mempidana orang yang berhak melakukan perbuatan seperti yang
dilarang UU tersebut.
Apabila menggunakan alasan yang dikemukakan dalam MvT tersebut, maka dapat
disimpulkan, bahwa ada orang yang berhak mentransmisikan Informasi Elektronik yang tidak
bersifat melawan hukum. Untuk hal itu dapat merujuk pada Pasal 310 Ayat (3) KUHP.
Pencemaaan tidak dipidana apabila dilakukan demi diri. Dua keadaan inilah yang
menyebabkan si pembuat berhak mendistribusikan, mentransmisikan Informasi Elektronik
meskipun isinya bersifat penghinaan. Dengan diahpusnya sifat melawan hukum sama artinya
dengan si pembuat berhak melakukannya.
Bahwa untuk dapat mengajukan alasan demi kepentingan umum, agar tidak dipidana pada
pencemaran adalah.
• Perbuatan (yang terpaksa menghinakan orang) dilakukan bukan semata-mata untuk
mempertahankan dan melindungi kepentignan hukumnya sendiri, melaikna juag untuk
kepentingan hukum orang banyak/masyarakat umum.
• Juga isi yang disampaikan haruslah benar, tadak boleh palsu.
Sementara itu, untuk dapat mengemukakan alasan bela diri, diperlukan syarat.
• Harus terlebih dulu ada perbuatan berupa serangan oleh orang lain yang bersifat
melawan hukum. Serangan itu amat merugikan kepentignan hukumnya. Oleh karena itu yang
bersangkutan terpaksa harus membela diri. Perwujudannya ia menuduhkan perbuatan tertentu
yang meghinakan orang lain.
• Perbuatan itu dilakukan untuk mempertahankan dan/atau memulihkan hak dan
kepentingan hukumnya yang sudah dilanggar oleh perbuatan orang lain tersebut.
• Apa yang dituduhkan isinya harus benar. Si pembuat harus dapat membuktikan
syarat-syarat tersebut.
Apabila dipandang dari sudut pasal 310 Ayat (3) KUHP, maka ada alasan mengapa
pembentuk UU perlu mencantumkan unsur melawan hukum di dalam tindak pidana pasal 27
Ayat (3) UU ITE. Namun alasan seperti ini tidak terdapat pada mencantumkan unsur
melawan hukum dalam pasal 27 ayat (1), (2), dan (4). Karena sulit untuk dipikirkan adanya
orang yang berhak mentransmisikan, mendistribusikan, atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memuat pelanggaran kesusilaan,
perjudian, pemerasan maupun pelanggaran yang tidak bersifat melawan hukum
(dibenarkan).4
1.3 Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik dalam Hukum Adat
Pencemaran nama baik dalam masyarakat begitu marak terjadi baik itu secara langsung
maupun di dalam media sosial, berkembangnya hal ini juga karena perkembangan media
sosial dan poerkembangan teknologi informasi yang pesat.
Pencemaran nama baik tidak hanya bisa diselesaikan dengan hukum positif melainkan
juga dapat diselesaikan dengan hukum adat, hal ini dikarenakan hukum adat memiliki tempat
sendiri sebagai hukum dalam penyelesaian masalah, hal ini didasari oleh Pasal 18B (2)
Undang-undang dasar 1945 yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.”
Pencemaran nama baik juga termasuk dalam delik aduan, jadi sangat memungkinkan
bahwa korban dan pelaku menyelesaikan masalah pencemaran nama baik melalui hukum
adat yang diadili oleh dewan adat tempat masalah tersebut terjadi.
2. Penegakan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik di Indonesia
Pencemaran nama baik dewasa ini semakin marak salah satu faktor yang mengakibatkan
hal itu terjadi adalah karena pencemaran nama baik tidak hanya dapat terjadi secara langsung
namun dapat juga terjadi melalui sarana elektronik. Setiap bentuk-bentuk pencemaran nama
baik dapat terjadi melalui sarana elektronik dengan penyerbaran jutaan informasi melalui
jejaring dunia maya, baik melalui jejaring sosial (Twitter, Facebook, BBM) sampai pada
pemuatan delik pencemaran nama baik melalui situs-situs dan website yang bisa diakses oleh
siapapun.
Tindak pidana pencemaran nama baik yang dilakukan secara langsung diatur dalam
KUHP yaitu terdapat dalam Pasal 310 (1) KUHP yang berbunyi “(1) Barang siapa sengaja
menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang
maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah”. Tindak pidana pencemaran nama baik yang dilakukan melalui alat elektronik
yang kemudian didistribusikan juga diatur dalam Udang-Undang No. 19 tahun 2016 sebagai
pembaharuan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, yaitu terdapat dalam pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 Udang-Undang No. 19 tahun
2016 sebagai pembaharuan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Yang Apabila tindak pidana ITE dalam Pasal 27 Ayat (3) jo 45 Ayat
(1) ditulis dalam satu naskah maka dapat dirumuskan seperti ini “Setiap orang dengan

4
Drs. Adami Chazawi. S.H, Ardi Ferdian, S.H., M.Kn. 2015 “TINDAK PIDANA INFORMASI & TRANSAKSI
ELEKTRONIK Penyerangan terhadap Kepentingan Hukum Pemanfaatan Teknologi Indformasi dan Transaksi
Elektronik” hlm 69.
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghhinaand an/atau pencemaran nama baik, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
2.1 Penegakan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik di Indonesia Melalui Hukum
Positif
Perkembangan teknologi sangat pesat yang menyebabkan teknologi alat komunikasi
seperti handphone, computer, dan alat komunikasi lainnya semakin mudah didapat oleh
masyarakat luas, media sosial pun akhir-akhir ini berkembang sangat pesat dikarenakan
pengguna yang bertambah dengan cepat.
Perkembangan ini menyebabkan para pengguna semakin bebas untuk berekspresi dan
memberikan argumen-argumen mereka di media sosial, hal itu diikuti dengan semakin
mudahnya informasi di akses.
Kasus pencemaran nama baik sendiri akhir-akhir ini sangat marak terjadi baik itu di media
sosial maupun secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan kasus pencemaran nama baik yang
mendominasi pengaduan di Polda Sultra, bagaimana tidak, Selama triwulan pertama tahun
2021 atau sejak Januari hingga Maret 2021, pengaduan masyarakat didominasi oleh
pencemaran nama baik sebanyak 47%, penipuan online 23%, pengambilalihan akun medsos
oleh orang tak dikenal 11%, pengancaman dan atau pemerasan 6%, penyebaran konten
asusila 2% dan ujaran kebencian/isu sara 1%.
Penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik tidak hanya diselesaikan melalui meja
hijau saja akan tetapi juga diselesaikan secara mediasi dengan mengedepankan prinsip
Restorative Justice. Berikut Kompol Muhammad Fahroni, Kasubdit V Tindak Pidana Siber
(Tipidsiber) Dit Reskrimsus Polda Sultra “Sesuai program Kapolri yakni PRESISI,
penegakan hukum mengedepankan restorative justice seperti yang telah dilaksanakan Subdit
V Tipidsiber dalam setiap penanganan perkara laporan pengaduan masyarakat. Mulai tahap
lidik kita upayakan mediasi, sidik mediasi lagi, hingga ketahap JPU kita mediasi," 5
2.2 Penegakan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik di Indonesia Melalui Hukum
Adat
Pencemaran nama baik tidak hanya dapat di selesaikan dengan hukum positif saja akan
tetapi dapat juga diselesaikan melalui hukum adat hal ini dikarenakan hukum adat memiliki
tempat sendiri sebagai hukum dalam penyelesaian masalah, hal ini didasari oleh Pasal 18B
(2) Undang-undang dasar 1945 yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.”
Pencemaran nama baik juga termasuk dalam delik aduan, jadi sangat memungkinkan
bahwa korban dan pelaku menyelesaikan masalah pencemaran nama baik melalui hukum
adat yang diadili oleh dewan adat tempat masalah tersebut terjadi.

5
GAFAR, Rri.co.id 2021, “Kasus Pencemaran Nama Baik, Dominasi Pengaduan di Polda Sultra”, diakses pada
tanggal 26 Agustus 2021
Contohnya dalam kasus yang telah terjadi beberapa tahun lalu yaitu kasus Prof. Thamrin
Amal Tomagola, kasus tersebut terjadi dikarenakan keterangan yang diberikan pada saat
Prof. Thamrin Amal Tomagola menjadi saksi dalam persidangan kasus video porno vokalis
group music Ariel Peterpan.
Dalam kasus tersebut beliau menyinggung tentang adat istiadat suku Dayak, dan akibat hal
tersebut Majelis Adat Dayak memanggil Prof. Thamrin Amal Tomagola dan setelahnya
menggelar siding, dalam siding tersebut Prof. Thamrin Amal Tomagola dinyatakan bersalah
dan dikenai denda adat sebesar 5 pikul garantung (gong) dan menanggung biaya upacara
perdamaian adat sebesar Rp. 87 Juta.6

6
Didin Safirudin Nasional.tempo.co, 2011, “Majelis Adat Dayak Vonis Thamrin Amal Tomagola Bersalah”
diakses pada tanggal 26 Agustus 2021
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pencemaran Nama baik juga dikenal sebagai penghinaan, yang pada dasarnya menyerang
nama baik dan kehormatan seseorang yang tidak memiliki perasaan seksual sehingga orang
tersebut merasa dirugikan. Kehormatan dan nama baik memiliki arti yang berbeda, tetapi
keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena menyerang kehormatan akan
menghasilkan kehormatan dan reputasi berkabut, dengan cara yang sama menyerang nama
baik akan menghasilkan reputasi dan reputasi seseorang menjadi terkontaminasi. Karena itu,
menyerang salah satu kehormatan atau nama baik sudah cukup sebagai alasan untuk
menuduh seseorang menghinaPencemaran nama baik akhir akhir ini marak terjadi
diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang pesat, diikuti dengan semakin banyaknya
pengguna media sosial. Pencemaran nama baik merupakan tindak pidana yang sudah diatur
di hukum positif Indonesia baik itu secara langsung maupun melalui alat elektronik,
penyelesaian tindak pidana pencemaran nama baik tidak hanya dapat diselesaikan melalui
meja hijau saja akan tetapi dapat juga diselesaikan melalui mediasi dengan mengedepankan
prinsip restorative justice. Hukum adat juga dapat dijadikan dasar hukum dalam penyelesaian
tindak pidana pidana pencemaran nama baik, hal itu didasari oleh Pasal 18B (2) UUD 1945.

2. Daftar Pustaka
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang No. 19 Tahum 2016 Sebagai Pembaharuan dari Undang-Undang No.11
Tahun 2008
Buku & Jurnal
Drs. Adami Chazawi. S.H, Ardi Ferdian, S.H., M.Kn. 2015 “TINDAK PIDANA INFORMASI & TRANSAKSI
ELEKTRONIK Penyerangan terhadap Kepentingan Hukum Pemanfaatan Teknologi Indformasi
dan Transaksi Elektronik”

R. Soesilo,Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) serta komentar-komentar lengkap pasal
demi pasal, Politeia, Bogor

Fidelis P Simamora 1), Lewister D Simarmata 2) dan Muhammad Ansori Lubis 3) Universitas Darma
Agung, Medan “KAJIAN HUKUM PIDANA TERHADAP PERBUATAN PENCEMARAN NAMA BAIK
MELALUI MEDIA SOSIAL”

Artikel
GAFAR, Rri.co.id 2021, “Kasus Pencemaran Nama Baik, Dominasi Pengaduan di Polda Sultra”, diakses
pada tanggal 26 Agustus 2021
Didin Safirudin Nasional.tempo.co, 2011, “Majelis Adat Dayak Vonis Thamrin Amal Tomagola
Bersalah” diakses pada tanggal 26 Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai