Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum, Vol. IV/No.

7/Ags/2016

PEMECAHAN BERKAS PERKARA DALAM Ini karena dalam pemecahan perkara (splitting),
BEBERAPA SURAT DAKWAAN OLEH PENUNTUT terkait persoalan di mana seseorang yang
UMUM1 menjadi saksi di perkara yang satu akan
Oleh : Hizkia J. Langi2 menjadi terdakwa di perkara yang lainnya.
Dengan demikian pada hakekatnya terjadi
ABSTRAK saling bersaksi untuk memberatkan di antara
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk para terdakwa itu sendiri. Pasal 142 KUHAP
mengetahuio apa syaratnya untuk dilakukan dapat menimbulkan berbagai pertanyaan, yaitu
pemecahan perkara (splitsing) oleh Penuntut pertama mengenai kemungkinan adanya syarat
Umum dan bagaimana pemecahan perkara untuk dapat dilakukannya pemecahan perkara
(splitsing) oleh Penuntut Umum ditinjau dari (splitsing). Apakah pemecahan perkara
sudut kepentingan penuntutan. Dengan memerlukan syarat atau syarat-syarat tertentu,
menggunakan metode penelitian yuridis ataukah dapat dilakukan dengan bebas oleh
normatif disimpulkan: 1. Syarat untuk Penuntut Umum tanpa terikat oleh syarat
dilakukannya pemecahan perkara (splitsing) apapun juga.
menurut ketentuan Pasal 142 KUHAP adalah: Hubungan antara pemecahan perkara
Penuntut Umum menerima satu berkas perkara (splitsing) dengan kepentingan penuntutan,
yang memuat beberapa tindak pidana. Dengan yaitu apakah pemecahan perkara merupakan
demikian, apabila dalam 1(satu) berkas perkara suatu hal yang menguntungkan bagi
itu hanya dimuat 1 (satu) tindak pidana saja kepentingan penuntutan atau sebaliknya akan
penuntut umum tidak dapat melakukan merugikan penuntutan. Ketiga, menyangkut
pemecahan perkara (splitsing), sekalipun hubungan antara pemecahan perkara (splitsing)
pelakunya ada beberapa orang, beberapa itu dengan aspek Hak Asasi Manusia. Apakah
tindak pidana itu dilakukan oleh beberapa pemecahan perkara. dapat dibenarkan ditinjau
orang tersangka, yang tidak termasuk dalam dari sudut Hak Asasi Manusia, khusus hak-hak
ketentuan Pasal 141 tentang penggabungan sebagai seorang terdakwa.
perkara. 2. Kepentingan penuntutan adalah Persoalan Hak Asasi Manusia, khususnya hak
agar penuntut umum dapat melakukan terdakwa, di sini adalah bahwa seseorang harus
penuntutan dan penuntutan itu nantinya di memberikan keterangan sebagai saksi yang
pengadilan dapat mencapai tujuannya, yaitu nantinya kemungkinan besar akan
terdakwa pengadilan dapat mencapai memberatkan dirinya sendiri apabila ia nantinya
tujuannya, yaitu terdakwa dinyatakan bersalah menjadi terdakwa. Dalam KUHPidana (Kitab
dan dijatuhi pidana oleh hakim. Ditinjau dari Undang-undang Hukum Pidana) sebenarnya
sudut ini, pemecahan perkara (splitsing) terdapat ketentuan yang melindungi seseorang
merupakan suatu teknik yang mendukung dan dari kewajiban melakukan hal yang akan
bermanfaat bagi kepentingan penuntutan. memberatkan dirinya sendiri.
Kata kunci: Pemecahan berkas, surat dakwaan. Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal
166 dalam hubungannya dengan Pasal 164 dan
PENDAHULUAN 165 KUHPidana. Dalam Pasal 164 KUHPidana
A. Latar Belakang ditentukan bahwa barang siapa mengetahui ada
Pasal 142 KUHAP ini diatur mengenai sesuatu permufakatan untuk melakukan
pemisahan, atau yang lebih sering disebut kejahatan berdasarkan Pasal-Pasal 104, 106,
sebagai pemecahan perkara (splitting). Di 107, dan 108, 113, 115, 124, 187 atau 187bis,
antara ketentuan tentang penggabungan sedang masih ada waktu untuk mencegah
perkara (Pasal 141 KUHAP) dan pemecahan kejahatan itu, dan dengan sengaja tidak segera
perkara (Pasal 142 KUHAP), yang menarik memberitahukan tentang hal itu kepada
perhatian penulis adalah ketentuan Pasal 142 pejabat kehakiman atau kepolisian atau kepada
KUHAP tentang pemecahan perkara (splitting). orang yang terancam oleh kejahatan itu,
dipidana jika kejahatan itu jadi dilakukan.
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Roy R. Lembong, SH,
Pasal 165 ayat (1) menentukan bahwa
MH; Fritje Rumimpunu, SH, MH barang siapa mengetahui ada niat untuk
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. melakukan kejahatan berdasarkan Pasal-Pasal
120711541

69
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

104, 106. 107, dan 108. 110-113, 115-129 B. PERUMUSAN MASALAH


dan 131 atau niat untuk lari dari tentara dalam 1. Apakah syaratnya untuk dilakukan
masa perang, untuk menculik atau memperkosa pemecahan perkara (splitsing) oleh
atau mengetahui adanya niat untuk melakukan Penuntut Umum ?
kejahatan tersebut dalam bab VII dalam kitab 2. Bagaimanakah pemecahan perkara
undang-undang ini, untuk melakukan salah satu (splitsing) oleh Penuntut Umum ditinjau dari
kejahatan berdasarkan Pasal-Pasal 124-228, 250 sudut kepentingan penuntutan ?
atau salah satu kejahatan berdasarkan Pasal-
Pasal 264 dan 275. C. METODE PENELITIAN
Sepanjang mengenai surat kredit yang Pada prinsipnya, inti dari metodologi setiap
diperuntukkan bagi peredaran, sedang masih penelitian hukum adalah menguraikan tentang
ada waktu untuk mencegah kejahatan itu, dan tata cara bagaimana suatu penelitian hukum itu
dengan sengaja tidak segera memberitahukan harus dilakukan.4 Metode penelitian hukum
tentang hal itu kepada pejabat kehakiman atau yang diterapkan dalam penelitian/penulisan ini
kepolisian atau kepada orang yang terancam pada pokoknya pendekatan yang dilakukan
oleh kejahatan itu. dipidana jika kejahatan itu adalah pendekatan Yuridis Normatif. Namun
jadi dilakukan. untuk lebih menunjang penelitian ini, dilakukan
Selanjutnya dalam Pasal 166 KUHP diberikan pendekatan Yuridis Empiris, Historis, dan
ketentuan bahwa, Ketentuan dalam Pasal Komparatif.
164 dan 165 tidak berlaku bagi orang yang
dengan memberitahukan itu mungkin PEMBAHASAN
mendatangkan bahaya penuntutan pidana A. Syarat Pemecahan Perkara Oleh Penuntut
bagi diri sendiri, bagi seorang keluarganya Umum
sedarah atau semenda dalam garis lurus Dalam Bab XV KUHAP (Penuntutan) telah
atau garis menyimpang derajat kedua atau diatur tentang penggabungan dan pemecahan
ketiga, bagi suami/atau bekas suaminya, perkara. Penggabungan perkara terdapat dalam
atau bagi orang lain yang jika dituntut, Pasal 141 yang menentukan. Penuntut umum
berhubung dengan jabatan atau dapat melakukan penggabungan perkara dan
pencariannya, dimungkinkan pembebasan membuatnya dalam satu surat dakwaan,
menjadi saksi terhadap orang tersebut.3 apabila pada waktu yang sama atau hampir
bersamaan ia menerima beberapa berkas
Jadi, KUHPidana mengenal alasan perkara dalam hal :
penghapus pidana apabila suatu perbuatan a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan
akan mendatangkan bahaya penuntutan oleh seorang yang sama dan kepentingan
terhadap orang itu sendiri, dan sejumlah orang pemeriksaan tidak menjadikan halangan
lainnya yang dirinci dalam Pasal 166 terhadap penggabungannya;
KUHPidana. Dengan demikian, aspek b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut
perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia, paut satu dengan yang lain;
khususnya seorang terdakwa. perlu c. Beberapa tindak pidana yang tidak
mendapatkan perhatian sebagai aspek kajian bersangkut paut satu dengan yang lain,
teoritis terhadap ketentuan tentang pemecahan akan tetapi yang satu dengan yang lain itu
perkara (splitsing) tersebut. ada hubungannya, yang dalam hal ini
Dengan latar belakang tersebut maka dalam penggabungan tersebut perlu bagi
rangka penulisan skripsi penulis telah memilih kepentingan pemeriksaan.
untuk membahas pokok tersebut di bawah Dari kalimat pertama dari Pasal 142 KUHAP
judul "Pemecahan Berkas Perkara Dalam dapat diketahui bahwa subyeknya adalah
Beberapa Surat Dakwaan Pada Praktek "penuntut umum". Dalam hal ini penuntut
Peradilan Pidana". umum menerima (dari penyidik) beberapa
berkas perkara pada waktu yang sama atau
hampir bersamaan.
3
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional,
4
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar Harapan, Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek,
Jakarta, 1983.hal.73. Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal. 17.

70
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Karena pertimbangan tertentu yang pemidanaan karena tindak pidana


disebutkan dalam huruf a, b, dan c dari Pasal lain.
142 KUHAP penuntut umum melakukan c. beberapa tindak pidana yang tidak
penggabungan perkara dan membuatnya dalam bersangkut paut satu dengan yang lain, akan
satu surat dakwaan. Yang digabungkan di sini tetapi yang satu dengan yang lain itu ada
adalah "perkara", yaitu untuk beberapa perkara hubungannya, yang dalam hal ini
itu hanya dibuat 1 (satu) surat dakwaan saja. penggabungan tersebut perlu bagi
Berkas-berkas perkara yang diterima dari kepentingan pemeriksaan. Terhadap
penyidik yaitu ada beberapa berkas perkara, ketentuan ini, dalam bagian penjelasan Pasal
tetap sebagaimana adanya. yaitu terpisah- terhadap Pasal tersebut hanya dikatakan
pisah. ^ µlµ‰ i o •_ • u š -mata.
Dengan kata lain, Penuntut Umum tidak Sebaliknya dari penggabungan perkara
melakukan pengetikan ulang terhadap basil adalah pemecahan perkara (splitsing) yang
penyidikan dalam beberapa berkas untuk diatur dalam Pasal 142 KUHAP. Menurut Pasal
menjadi satu berkas saja. Hanya beberapa ini, dalam hal penuntut umum menerima satu
berkas perkara itu disampaikan bersama-sama berkas perkara yang memuat beberapa tindak
ke pengadilan negeri karena untuk kesemua pidana yang dilakukan oleh beberapa orang
berkas perkara yang diterima dari penyidik tersangka yang tidak termasuk dalam ketentuan
tersebut hanya dibuatkan I (satu) surat Pasal 141, penuntut umum dapat melakukan
dakwaan saja. penuntutan terhadap masing-masing terdakwa
Pertimbangan untuk melakukan secara terpisah.
penggabungan perkara, menurut Pasal 141 Dalam Pasal 142 KUHAP (Kitab Undang-
KUHAP, adalah : undang Hukum Acara Pidana), yang terletak
a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan pada Bab XV yang berjudul "Penuntutan".
oleh seorang yang sama dan kepentingan Diberikan ketentuan bahwa: dalam hal
pemeriksaan tidak menjadikan halangan penuntut umum menerima satu berkas perkara
terhadap penggabungannya. yang memuat beberapa tindak pidana yang
Pada bagian penjelasan Pasal hanya dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang
]l š l v ^ µlµ‰ i o •_ • i X tidak termasuk dalam ketentuan Pasal 141,
b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut penuntut umum dapat melakukan penuntutan
paut satu dengan yang lain. terhadap masing-masing terdakwa secara
Pada bagian penjelasan dikatakan bahwa terpisah.4
yang ]u l•µ vP v ^š]v l ‰] v Dalam rumusan Pasal di atas terkandung
dianggap mempunyai sangkut paut satu syarat-syarat tertentu, yaitu syarat-syarat dalam
vP v Ç vP o ]v_U ‰ ]o š]v l ‰] v hal bagaimanakah Penuntut Umum dapat
tersebut dilakukan :3 melakukan penuntutan terhadap masing-
1) Oleh lebih dari seorang yang masing terdakwa secara terpisah, dengan kata
bekerjasama dan dilakukan pada lain melakukan pemecahan perkara. Syarat yang
saat yang bersamaan; terkandung dalam rumusan Pasal 142 KUHAP
2) Oleh lebih dari seorang pada saat tersebut adalah:
dan tempat yang berbeda, akan 1 Penuntut umum menerima satu berkas
tetapi merupakan pelaksanaan dari perkara yang memuat beberapa tindak
permufakatan jahat yang dibuat pidana;
oleh mereka sebelumnya; 2 Beberapa tindak pidana itu dilakukan oleh
3) Oleh seorang atau lebih dengan beberapa orang tersangka;
maksud mendapatkan alat yang 3 Yang tidak termasuk dalam ketentuan Pasal
akan dipergunakan untuk melakukan 141 KUHAP.
tindak pidana lain atau
menghindarkan diri dari

3 4
R. Wirjono Prodjodikoro. Hukum Acara Pidana di Abdul Hakim G. Nusantara, et all (ed.), Kitab Undang-
Indonesia, Sumur Bandung, Bandung, cet.ke-10, 1981, hal. undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan-peraturan
45. Pelaksana. Djambatan, Jakarta, 1986, hal. 48.

71
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

B. Pemecahan Perkara Atas Alasan penegak hukum dan pengadilan.7 Pada sisi lain,
Kepentingan Penuntutan Dalam Praktek hukum juga memberikan kewenangan tertentu
Peradilan Pidana kepada negara melalui aparat penegak
Pasal 141 menentukan bahwa penuntut hukumnya untuk melakukan tindakan yang
umum dapat menggabungkan perkara dan dapat mengurangi hak asasi warganya.
membuatnya satu surat dakwaan, apabila pada Hukum acara pidana juga merupakan
waktu dan saat yang sama atu hampir sumber kewenangan bagi aparat penegak
bersamaan ia menerima beberapa berkas. hukum dan hakim serta pihak lain yang terlibat
Penggabungan perkara ini dapat dilakukan (penasehat hukum). Permasalah yang muncul
apabila memenuhi syarat yang ditentukan oleh o Z ^‰ vPPµv v l Á v vP v Ç vP š] l
undang-undang, yaitu: benar atau terlalu jauh oleh aparat penegak
1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan Zµlµu_X8 Penyalahgunaan kewenangan dalam
oleh seorang yang sama dan kepentingan sistem peradilan pidana yang berdampak pada
pemeriksaan tidak menjadikan hlangan terampasnya hak-hak asasi warga negara
terhadap penggabungannya; merupakan bentuk kegagalan negara dalam
2. Beberapa tindak pidanana yang bersangkut mewujudkan negara hukum.
paut satu dengan yang lain; Ciri-ciri negara hukum antara lain :
3. Beberapa tindak pidana yang bersangkut 1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas
paut satu dengan yang lain itu ada dan kewajibannya harus berdasar atas
hubungannya, yang dalam hal ini hukum atau peraturan perundang-
penggabungan tersebut perlu bagi undangan;
kepentingan pemeriksaan. Bahwa yang 2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi
dimaksud dengan bersangkut paut satu manusia (warga negara);
dengan yang lain itu apabila tindak pidana 3. Adanya pembagian kekuasaan dalam
tersebut dilakukan : negara; dan
a. Oleh lebih dari seorang yang 4. Adanya pengawasan dari badan-badan
bekerjasama dan dilakukan pada saat peradilan.9
yang bersamaan; Di Indonesia, jaminan perlindungan HAM
b. Oleh lebih dari seorang pada saat dan dituangkan dalam konstitusi maupun peraturan
tempat yang berbeda tetapi perundang-undangan termasuk dalam Undang-
merupakan pelaksanaan dari undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
permufakatan jahat yang dibuat Pidana (KUHAP). Pada hakekatnya, upaya
mereka sebelumnya; mengimplementasikan HAM ke dalam Undang-
Namun dalam Pasal 142 justru undang tersebut adalah berusaha
memungkinkan melakukan pemisahan perkara, menempatkan keadilan dan kemanusiaan
dalam hal penuntut umum menerima satu sebagai nilai tertinggi sesuai dengan martabat
berkas perkara yang memuat beberapa perkara. bangsa yang merdeka, untuk itu harus dijamin
Seperti kasus terorisme dan korupsi yang pelaksanaannya.10
melibatkan banyak pejabat misalnya Dalam kaitan dengan itu, bahwa
menghentikan penuntutan. Menghentikan keberhasilan suatu peraturan perundang-
penuntutan berarti telah terjadi penuntutan undangan bergantung pada penerapan dan
namun karena terdapat beberapa hal seperti
terdapat dalam Pasal 140 ayat (2), karena tidak
7
cukup bukti, ternyata bukan merupakan tindak Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dalam
pidana, dan perkara ditutup demi hukum. Sistem Peradilan Pidana, Pusat Pelayanan Keadilan dan
Pengabdian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1995,
Secara umum, fungsi hukum acara pidana hal. 25.
adalah untuk membatasi kekuasaan negara 8
Mien Rukmini, Perlindungan HAM melalui Asas Praduga
dalam bertindak serta melaksanakan hukum Tidak Bersalah dan Asas Persamaam Kedudukan dalam
pidana materiil. Ketentuan-ketentuan dalam Hukum, P.T. Alumni, Bandung, 2003, hal. 6.
9
Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara
Hukum Acara Pidana dimaksudkan untuk Indonesia, Alumni, Bandung, 1992, hal. 29
melindungi para tersangka dan terdakwa dari 10
Bagir Manan, Pembinaan Hukum Nasional, disampaikan
tindakan yang sewenang-wenang aparat untuk kuliah umum di Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran, Bandung, 18 Agustus 1997, hal. 8.

72
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

penegakannya. Apabila penegakan hukum tidak


berjalan dengan baik, peraturan perundang- Penyalahgunaan kewenangan dalam sistem
undangan bagaimanapun sempurnanya tidak peradilan pidana terutama banyak terjadi di
atau kurang memberikan arti sesuai dengan tingkat penyidikan dan penuntutan karena pada
tujuannya. Penegakan hukum merupakan tingkat ini tersangka/terdakwa rentan
dinamisator peraturan perundang-undangan.11 diperlakukan sebagai obyek , penyidikan
Penegakan hukum dan pelaksanaan hukum di misalnya seringkali dilakukan secara kekerasan
Indonesia masih jauh dari sempurna. (violence) dan penyiksaan (torture),13 bahkan
Kelemahan utama bukan pada sistem hukum dianggap sebagai pemeriksaan dengan metode
dan produk hukum, tetapi pada penegakan Ç vP š o Z ^u u µ Ç _U u •l]‰µv š o Z
hukum. Harapan masyarakat untuk adanya perubahan sistem KUHAP, yaitu tidak
memperoleh jaminan dan kepastian hukum dikehendakinya suatu pengakuan terdakwa
masih sangat terbatas. Penegakan dan sebagai alat bukti.14
pelaksanaan hukum belum berjalan sesuai Tentang hal ini sebenarnya KUHAP secara
dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran. implisit telah mencoba memberikan
Sebagai karya agung bangsa Indonesia, perlindungan untuk menghindari perlakukan
KUHAP telah meletakkan hak-hak asasi manusia kasar, kekerasan dan penyiksaan, misalnya
terutama hak-hak tersangka/terdakwa secara melalui Pasal 52 KUHAP menyatakan bahwa
memadai. Akan tetapi dalam perjalanannya, dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan
apa yang terangkai secara indah dalam baris- dan peradilan, tersangka atau terdakwa berhak
baris kata dan kalimat dalam Pasal-Pasal KUHAP memberikan keterangan secara bebas kepada
tersebut dalam implementasinya terbukti tidak penyidik atau hakim. Memori Penjelasan atas
u u‰µ u vPZ ]Œl v ^‰ vPZ}Œu š v_ Pasal 52 KUHAP ini menyatakan agar supaya
terhadap harkat dan martabat manusia akibat pemeriksaan dapat dicapai hasil yang tidak
penggunaan kewenangan oleh aparat penegak menyimpang daripada yang sebenarnya, maka
hukum secara tidak bertanggungjawab dan tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari
terkontrol. rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah
Kewenangan yang hakekatnya dimaksudkan adanya paksaan atau tekanan-tekanan terhadap
untuk mewujudkan perlindungan terhadap hak- tersangka atau terdakwa.
hak asasi warga negara berubah fungsi menjadi Sedangkan Pasal 117 KUHAP menyatakan
alat penindas dan penyiksa warga negara yang bahwa keterangan tersangka dan atau saksi
disangka menjadi pelaku tindak pidana kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari
(tersangka/terdakwa), meski KUHAP telah siapapun dan atau dalam bentuk apapun. Pasal
memberi batasan dengan asas-asas yang harus 52 dan Pasal 117 ini ada baiknya dikaitkan
dipegang teguh oleh aparat penegak hukum, dengan prinsip universal tentang non self
antara lain : incremintion dari tersangka/terdakwa (hak
1) The legality principle; tersangka/terdakwa untuk tidak
2) The presumption of innocence; mempersalahkan dirinya sendiri), sebagaimana
3) The rule for errest and accusation; tercermin secara tidak langsung dan implisit
4) The rule on detection pending trial; sifatnya Pasal 66 KUHAP (tersangka/terdakwa
5) The minimum rights accorded to accused tidak dibebani kewajiban pembuktian) dan
to prepare his defens; Pasal 189 ayat (3) KUHAP (keterangan terdakwa
6) The rule examination during preliminary hanya dapat dipergunakan bagi dirinya sendiri).
investigation and during the trial; Sementara jaminan KUHAP terhadap hak-
7) The independence of court of justice and hak tersangka/terdakwa yang juga bermaksud
examination in a public trial; melindungi tersangka/terdakwa dari perlakukan
8) The rules on appeal and review against a yang melanggar hak asasi manusia,
court decision.12

11 13
. Erman Rajagukguk, Perlu Pembaharuan Hukum dan Indriyanto Seno Adji, Penyiksaan dan HAM Dalam
Profesi Hukum, Pidato Pengukuhan Sebgai Guru Besar Perspektif KUHAP, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998,
Hukum, Suara Pembaharuan, hal. 11. hal. 4.
12 14
Mardjono Reksodiputro, Op-Cit. Ibid, hal 23

73
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

keberadaannya tidak dijunjung tinggi bahkan kepada terdakwa, melakukan rekayasa dalam
diabaikan, antara lain: penanganan perkara, adanya KKN dalam
a. Hak untuk segera mendapat penyidikan perkara, memputuskan atau tidak
pemeriksaan penyidik (Pasal 50 ayat menindaklanjuti perkara yang ditugaskan
(1) KUHAP); kepada yang bersangkutan.
b. Hak untuk diberitahukan dengan Kewenangan yang juga rentan
jelas dalam bahasa yang dapat disalahgunakan oleh penyidik maupun
dimengerti olehnya tentang apa penuntut adalah kewenangan diskresi15 untuk
yang disangkakan kepadanya (Pasal melakukan Upaya Paksa, misalnya kewenangan
51 ayat (1) KUHAP); penangkapan, penahanan, penggeladahan
c. Hak untuk memberikan keterangan penyitaan dan penghentian penyidikan.
secara bebas kepada penyidik (Pasal Pertimbangan untuk menggunakan
52 KUHAP); kewenangan ini sangat subyektif tergantung
d. Hak untuk mendapatkan bantuan pada kemauan pribadi penyidik maupun
juru bahasa (Pasal 53 ayat (1) jo penuntut sehingga membuka peluang
Pasal 177 ayat (1); penyalahgunaan, penggunaan upaya paksa
e. Hak atas bantuan hukum (Pasal 54 pada akhirnya sering tidak berdasar pada
KUHAP); pertimbangan kepentingan mencari kebenaran
f. Hak memilih sendiri hukumnya materiil.
(Pasal 55 KUHAP); Namun berdasar pada keuntungan yang bisa
g. Hak untuk mengunjungi dan didapat oleh penyidik maupun penuntut,
dikunjungi dokter pribadinya (Pasal akhirnya dapat kita lihat ketidakadilan terjadi
58 KUHAP); dalam penggunaan kewenangan diskresi untuk
h. Hak untuk diberitahukan kepada melakukan upaya paksa ini, mereka yang
keluarganya atau orang yang ^ Œl vš}vP š o_ v u u]o]l] l• •
serumah mengenai penanahanan ekonomi-politik berpeluang terbebas dari upaya
terhadap dirinya (Pasal 59 KUHAP); paksa meski perbuatannya menimbulkan
i. Hak mendapatkan kunjungan kerusakan luas, namun tidak bagi kaum yang
keluarga (Pasal 60 KUHAP); tidak mampu baik secara ekonomi maupun
j. Hak untuk berkomunikasi setiap kali politik selalu menjadi sasaran dari penggunaan
ia memerlukan (Pasal 61 KUHAP); upaya paksa oleh penyidik maupun penuntut
k. Hak untuk tidak disensor dalam hal meski perbuatannya tidak berdampak luas .
ia berkirim atau menerima surat Pada akhirnya hukum dilihat oleh
(Pasal 62 ayat (1) KUHAP); masyarakat terutama mereka yang jauh dari
l. Hak untuk tidak dibebani kewajiban akses ekonomi-politik bukan sebagai tempat
untuk membuktikan (Pasal 66 u v Œ] Zl ]o v_ v uµv iµ•šŒµ • Œangnya
KUHAP); ^l š] l ]o v_ Zµlµu ]o]Z š }o Z l µu u]•l]v
m. Hak untuk menuntut ganti kerugian hanya berlaku bagi mereka namun tidak berlaku
dan rehabilitasi (Pasal 68 KUHAP).5 bagi kaum berpunya (the have), adagium yang
sering digunakan untuk mengibaratkan hal ini
Sementara di tingkat penuntutan, beberapa u]• ovÇ ^o ‰}Œ l Z]o vP v l u ]vPU u o Z
bentuk penyimpangan juga seringkali terjadi, l Z]o vP v • ‰]_X
misalnya melepaskan tahanan dengan tujuan Pada akZ]ŒvÇ Z o ]v] u vÇ l v ^lŒ]•]•
mendapat imbalan, penggelapan barang l ‰ Œ Ç v_ š ŒZ ‰ Zµlµu v ‰ Œ
bukti/barang rampasan, menyimpan barang penegaknya, bahkan hukum seolah kehilangan
bukti yang tidak sesuai tempatnya,
menyalahgunakan barang bukti/barang
15
rampasan, meminta uang, imbalan, atau hadiah K.G. Wijaya, Asas Praduga Tak Bersalah dan Perspektif
dari keluarga terdakwa, menyalahgunakan Perkembangan Teori Hukum, Makalah pada Program
Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Tanggal 17 Januari
wewenang untuk meminta uang/fasilitas 1995 dalam Indriyanto Seno Adji, Penyiksaan dan HAM
dalam Perspektif KUHAP,Jakarta, 1995, hal. 28.
5
Ibid, hal. 15.

74
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

wibawanya, bila hal ini berlangsung lama dan 2. Kepentingan penuntutan adalah agar
masyarakat merasa mengalami kebuntuan penuntut umum dapat melakukan
dalam menemukan saluran untuk mendapatkan penuntutan dan penuntutan itu nantinya di
keadilan maka akan potensial memicu lahirnya pengadilan dapat mencapai tujuannya,
^‰ Œ ]o v i o v v_ (eigenrechting). Untuk yaitu terdakwa pengadilan dapat mencapai
mengatasi persoalan itu, pemberdayaan hukum tujuannya, yaitu terdakwa dinyatakan
bagi masyarakat miskin (Legal empowering for bersalah dan dijatuhi pidana oleh hakim.
the poor) menjadi penting keberadaannya agar Ditinjau dari sudut ini, pemecahan perkara
mereka memahami hak-hak hukum yang telah (splitsing) merupakan suatu teknik yang
dijamin dalam peraturan perundang-undangan mendukung dan bermanfaat bagi
sehingga dapat berdiri sejajar dengan aparat kepentingan penuntutan.
penegak hukum yang seringkali atas nama
hukum justru melanggar hukum dan hak-hak B. SARAN
masyarakat. 1. Dalam syarat-syarat pemecahan perkara
Persoalannya juga KUHAP tidak perlu ditambahkan ketentuan bahwa
mengatur tentang akibat hukum bila pemecahan perkara tidak boleh sampai
penyidikan/ penuntutan dilakukan secara berakibat seorang menjadi saksi disuatu
menyimpang, khususnya bila dilakukan dengan perkara dan terdakwa di perkara yang lain
kekerasan (violence) dan penyiksaan (torture) sedangkan dua perkara tersebut
yang sangat mempengaruhi secara phisik dan mempunyai kaitan erat antara satu dengan
phisikis, apakah alat bukti yang diperoleh yang lainnya.
dengan cara demikian dianggap sah sebagai alat 2. Dalam Pasal 1 KUHAP perlu ditambahkan
bukti di Pengadilan. Pada negara-negara anglo (]v]•] š vš vP ^l ‰ vš]vP v ‰ vµvšµš v_
saxon, seperti halnya Amerika Serikat dan dimana diberikan penegasan bahwa
Inggris, suatu perolehan pembuktian secara sah kepentingan penuntutan tidak dapat
berkaitan dengan Exclusionary Rules, yaitu merugikan kepentingan pembelaan diri
suatu aturan yang berlaku umum berisikan terdakwa.
larangan penggunaan alat bukti yang diperoleh
penyidik secara tidak sah dan melanggar DAFTAR PUSTAKA
undang-undang.16 A. Sutomo, Pedoman Dasar Pembuatan Surat
Dakwaan dan Suplemen. Pradnya
PENUTUP Paramita, Jakarta, 1990.
A. KESIMPULAN Bagir Manan, Pembinaan Hukum Nasional,
1. Syarat untuk dilakukannya pemecahan disampaikan untuk kuliah umum di
perkara (splitsing) menurut ketentuan Pasal Fakultas Hukum Universitas
142 KUHAP adalah: Padjadjaran, Bandung, 18 Agustus 1997.
a. Penuntut Umum menerima satu berkas Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam
perkara yang memuat beberapa tindak Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996.
pidana. Dengan demikian, apabila Ensiklopedia Indonesia, 2, Ichtiar Baru t van
dalam 1(satu) berkas perkara itu hanya Hoeve, Jakarta, 1980, hal. 1207.
dimuat 1 (satu) tindak pidana saja Enschede, Ch. J. Prof. Mr. Heijder A. Prof. Mr.
penuntut umum tidak dapat melakukan Asas-asas Hukum Pidana, terjemahan
pemecahan perkara (splitsing), R. Achmad Soema Di Pradja, Alumni,
sekalipun pelakunya ada beberapa Bandung, 1982.
orang: Indriyanto Seno Adji, Penyiksaan dan HAM
b. Beberapa tindak pidana itu dilakukan Dalam Perspektif KUHAP, Pustaka Sinar
oleh beberapa orang tersangka: Harapan, Jakarta, 1998.
c. Yang tidak termasuk dalam ketentuan Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia
Pasal 141 tentang penggabungan dalam Sistem Peradilan Pidana, Pusat
perkara. Pelayanan Keadilan dan Pengabdian
Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
1995.
16
Ib id

75
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Nusantara, Abdul Hakim, G. SH, LLM, et all (ed.)


KUHAP dan Peraturan-peraturan
Pelaksana, Djambatan, Jakarta, 1986.
Prodjodikoro R. Wirjono, Prof. Dr. SH., Hukum
Acara Pidana di Indonesia, Sumur
Bandung, Cet. Ke-2, 1990.
Redaksi P. T. Ichtiar Baru t van Hoeve,
Himpunan Peraturan Perundang-
undangan Republik Indonesia, PT.
Ichtiar Baru t van Hoeve, Jakarta, 1989.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Rajawali Press,
Jakarta, 1985.
Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata
Negara Indonesia, Alumni, Bandung,
1992.
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di
Indonesia Pada akhir Abad Ke-20,
Alumni, Bandung, 1994.
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
1983.
Wijaya K.G., Asas Praduga Tak Bersalah dan
Perspektif Perkembangan Teori
Hukum, Makalah pada Program Pasca
Sarjana Universitas Indonesia. Tanggal
17 Januari 1995 dalam Indriyanto Seno
Adji, Penyiksaan dan HAM dalam
Perspektif KUHAP,Jakarta, 1995.

76

Anda mungkin juga menyukai