DOSEN:
2206200345
2/G1 Pagi
FAKULTAS HUKUM
2206200345
mayangwahyuni@gmail.com
2
Adami Chazawi, Penafsiran Hukum
Pidana, Dasar Peniadaan, Pemberian dan
1
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang peringanan, Kejahatan Aduan, Perbarengan
Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar- dan Ajaran Kausalitas, Raja Grafindo Persada,
Komentarnya lengkap dengan pasal, Politeia, Jakarta, 2005, hal. 172.
3
Bogor, 1982, hal. 90. R. Soesilo, Op.Cit, hal. 90.
Buku Bagian Kesatu pasal 147. Sedangkan normologis dan dapat mengandalkan
dalam pasal 148 RUU KUHP Tahun 2006 penelitian hukum normatif. 5
yang berbunyi, apabila putusannya
sebagaimanan dimaksudkan dalam pasal HASIL DAN PEMBAHASAN
147 yang berasal dari luar negeri, maka Hal-hal yang dapat menjadikan
kepada orang itu yang melakukan gugurnya hak untuk menuntut
Seseorang yang telah melakukan
perbuatan pidana yang sama tidak boleh
tindak pidana dapat dituntut di pengadilan
diadakan penuntutan dalam hal:
a. Putusan bebas atau lepas dari untuk diadili, dan jika pada persidangan
segala tuntutan hukum; mampu membuktikan tindak pidana yang
b. Telah selesainya menjalani pidana, dituduhkan olehnya, maka akan divonis
mendapatkan grasi yang bersalah untuk dapat dijatuhkan pidana
membebaskan terpidana dari yang sesuai dengan ancaman pidana dari
peraturan yang dilanggar. Namun, dalam
kewajiban menjalani pidana atau
kenyataannya hukum tidak selalu demikian
pidana tersebut telah daluwarsa.
adanya karena terdapat hak untuk
RUMUSAN MASALAH melakukan penuntutan pidana menjadi
1. Apa saja hal-hal yang menjadikan gugur. Dasar aturan hak untuk
gugurnya hak menuntut? melaksanakan penuntutan pidana diadakan
2. Apa dasar hukum gugurnya hak dengan maksud agar terciptanya kepastian
menuntut? hukum bagi seseorang, sehingga dapat
METODE PENELITIAN terhindar dari situasi yang tidak pasti atau
Metode penelitian yang digunakan tidak menentu dalam menghadapi
ialah penelitian hukum normatif atau penuntutan pidana. Tentang hapusnya
kajian kepustakaan yang mengacu kepada kewenangan atau hak untuk menuntut
norma-norma hukum yamg terdapat pada pidana telah diatur baik dalam KUHP
peraturan peundang-undangan serta maupun di luar KUHP yang terdapat
4
putusan pengadilan. Menurut Johnny dalam UUD 1945.
Ibrahim, penelitian hukum positif ini untuk
menciptakan ketajaman analisis aturan Di dalam hukum pidana telah diatur
yang berdasarkan pada doktrin dan norma- gugurnya hak untuk menuntut dalam Buku
norma yang sudah ditetapkan dalam sistem 1 Bab VIII berisikan:
hukum, baik yang telah tersedia menjadi 1. Telah adanya putusan Hakim
bahan hukum maupun yang dicari menjadi berkekuatan Hukum Tetap
Ketentuan perumusan ini mengenai
kajian berguna untuk memecahkan
ne bis in idem tercantum pada Pasal 76
masalah hukum konkret yang dihadapi
ayat 1 KUHP. Ne bis in idem maksudnya
masyarakat, maka tidak ada cara lain
selain berkenalan dengan ilmu hukum ialah tidak melakukan peninjauan untuk
normatif sebagai ilmu hukum yang praktis kedua kalinya mengenai perbuatan yang
sama. Asas ini merupakan dasar hukum
5
Johnny Ibrahim, Teori dan
4
Soerjono Soekanto, dan Sri mamudji, Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu
Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Media Publishing, Surabaya, Cet. Ke-II, 2006,
Persada, Jakarta, 2007, hal. 14. hal. 73.
agar tidak ada lagi yang mengadakan 2. Terdakwa Meninggal Dunia
pemeriksaan atau penuntutan terhadap Ditetapkan pada pasal 77 KUHP
yang sama berdasarkan dari suatu tindakan yaitu, Kewenangan menuntut pidana
pidana yang dimana sudah mendapatkan hapus, jika tertuduh meninggal dunia. Hak
putusan hukum tetap. menuntut hukum gugur (tidak berlaku lagi)
Maksud dari ne bis in idem adalah sebab si terdakwa meninggal dunia. Jika
tidak atau jangan dua kali yang sama. seorang terdakwa meninggal dunia
Istilah ini juga digunakan nemo debet bis sebelum adanya putusan akhir dari
vexari (tidak seorang pun atas pengadilan maka hak menuntut baginya
perbuatannya dapat diganggu atau telah gugur.8 Jika dalam hal ini terjadi taraf
dibahayakan untuk kedua kalinya) dalam pengusutan, maka pengusutan dihentikan.
angka Saxon diterjemahkan menjadi No Jika penuntut telah dimajukan, maka
one could be put twice in jeopardy for the penuntutan umum oleh pengadilan
same offence.6 dinyatakan tidak dapat diterima dengan
Bermaksud untuk menghindari dua tentunya. Demikian umumnya pengadilan
putusan yang sama terhadap pelaku dan banding dan pengadilan kasasi masih harus
perbuatannya, serta untuk menghindari memutuskan perkara.
upaya penyidikan atau penuntutan kembali Pilar hukum ini adalah penekanan
terhadap perbuatan yang melanggar pertanggungjawaban dalam hukum pidana,
undang-undang, dimana sebelumnya telah yang dimana mengajarkan tanggung jawab
ada putusan yang memiliki kekuatan yang pada seseorang dalam hukum pidana
tetap. hanya dikenai kepada sang pelaku tindak
Tujuan dari asas ini adalah agar pidana. Tanggung jawab ini tidak dapat
kewibawaan negara tetap dapat dijunjung dialihkan oleh ahli waris, dengan
dengan tinggi, yang berarti juga meninggalnya terdakwa, maka penyidikan
menyelamatkan kewibawaan hakim serta dan pemeriksaan berhenti terhapus
dapat menjaga perasaan kepastian hukum menurut hukum. Di dalam ilmu
dalam masyarakat. Putusan dikatakan pengetahuan hukum pidana,
sudah memiliki kekuatan hukum yang petanggungjawaban pidana merupakan
tetap bila upaya hukum yaitu perlawanan, tanggung jawab personal atau individu
banding dan kasasi tidak dapat diterapkan yang artinyab tidak bisa ditimpakan
baik karena lewat waktu ataupun kaerna kepada orang lain. 9
putusan tidak dimanfaatkan atau diterima
3. Perkara Telah Daluwarsa atau
oleh pihak-pihak.7 Ne bis in idem ini
termasuk kedalam salah satu hak asasi Lewat Waktu
manusia yang wajib dilindungi hukum Terdapat pada pasal 78 ayat 1 KUHP
sekaligus dimaksudkan untuk menegakkan yaitu, kewenangan menuntut pidana
kepastian hukum. hapus karena daluwarsa:
6 8
Alfitra, Hapusnya Hak Menuntut Penjelasan Pasal 77 Undang-Undang
Untuk Menjalankan Pidana, Raih Asa Sukses, No, 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-
Jakarta, 2012, hal. 31. Undang Hukum Pidana.
7 9
Joko Prakoso, Pembaharuan Hukum Djisman Samosir, Segenggam tentang
Pidana Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1978, Hukum Acara Pidana, Nuansa Aulia,
hal. 42. Bandung, 2013, hal. 108.
Ayat 1 berjalannya tenggang daluwarsa karena
a. Mengenai semua pelanggaran penuntutan pidana.10
dan kejahatan yang dilakukan
dengan percetakan sesudah satu 4. Terjadinya Penyelesaian Diluar
tahun; Persidangan (Pasal 82 KUHP)
Maksud dari penyelesaian diluar
b. Mengenai kejahatan yang
persidangan ialah suatu penyelesaian yang
diancam dengan pidana denda,
hanya dapat dilakukan atas perkara yang
pidana kurungan, atau pidana
penjara paling lama tiga tahun, diancam hukuman pokoknya yang hanya
sesudah enam tahun; denda saja, karena selain perkara-perkara
c. Mengenai kejahatan yang seperti ini semuanya memang harus
diancam dengan pidana penjara diselesaikan melalui sidang.
lebih dari tiga tahun, sesudah B. Dasar Hukum Gugurnya Hak
dua belas tahun; Menuntut
d. Mengenai kejahatan yang 1. Dalam perundang-undangan
diancam dengan pidana mati Di Kitab Undang-Undang Hukum
atau pidana penjara seumur Acara Pidana atau yang kita kenal dengan
hidup, sesudah delapan belas Undang-Undang No.8 Tahun 1981 ialah
tahun. bentuk dari Hukum Formil yang mengatur
Ayat 2 bagaiamana cara suatu negara dan
Bagi orang yang pada saat penghubung alat-alat yang melaksanakan
melakukan perbuatan umurnya belum haknya dalam menjatuhkan hukuman atas
delapan belas tahun, masing-masing si pelanggar hukum.
tenggang daluwarsa di atas dikurangi Di dalam KUHAP pengaturan
menjadi sepertiga. mengenai gugurnya hak menuntut
Berjalannya waktu penghitungan hukuman dapat kita jumpai pada pasal 140
lama tenggang daluwarsa, bisa dihentikan ayat 2 butir a, yaitu Dalam hal penuntut
dengan adanya perbuatan penuntutan, umum memutuskan untuk menghentikan
apabila penuntutan ini diketahui oleh penuntutan karena tidak terdapat cukup
terdakwa atau diberitahukan kepadanya kuatnya bukti atau perbuatan tersebut yang
menurut cara yang telah ditentukan dalam ternyata bukan bagian dari tindak pidana
aturan-aturan umum. atau perkara yang ditutup demi hukum,
Proses berjalannya tenggang penuntut umum melimpahkan hal tersebut
daluwarsa dapat dihentikan dengan dalam surat ketetapan.
tindakan penuntutan, dapat pula tertunda Abdul Hakim G. Nusantara, S.H.,
dengan adanya penundaan atau schorsing menyatakan: pengertian perkara ditutup
penuntutan yakni jika terjadi perselisihan demi hukum (pasal 140 ayat 2) KUHAP,
harus diputuskan lebih dahulu (Pasal 81 hal ini terjadi apabila tersangka
KUHP). Proses berjalannya tenggang meninggal dunia, perkaranya tergolong ne
daluwarsa tertunda karena adanya bis in idem atau daluarsa dan sebagainya,
peniadaan penuntutan yang dimana
perselisihan itu harus diputuskan terlebih 10
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum
dahulu berbeda dengan penghentian Pidana Bagian 2, Jakarta PT Raja Grafindo
Persada, 2002, hal. 177.
hendaknya keadaan ini di kaitkan dengan Dasar hukum yang dapat
Buku I Bab VIII tentang hapusnya hak menggugurkan hak menuntut juga diatur
menuntut yakni pasal 76, 77, dan pasal 78 diluar KUHP yang terdapat pada pasal 14
KUHP.11 Undang-Undang Dasar 1945 yang
Lalu dalam buku pedoman berbunyi Presiden memberi Grasiamesti
pelaksanaan KUHAP dimana Departmen dan rehabilitasi. Adapun juga yang dapat
Kehakiman RI mengeluarkan penjelasan- menggugurkan hak untuk menuntut
penjelasan tentang wewenang Penuntut terhadap tindakan yang melanggar hukum
Umum untuk menutup perkara demi adalah Amnesti dan Abolisi dari presiden.
hukum seperti pada pasal 140 ayat 2 butir Amnesti merupakan wewenang
a yaitu ...perkara ditutup demi hukum presiden dengan Undang-Undang ataupun
diartikan sesuai dengan hapusnya hak atas kuasa dari Undang-Undang untuk
menuntut yang diatur dalam pasal 76,77, menghentikan atau meniadakan segala
dan pasal 78 KUHP.12 penuntutan mengenai satu atau beberapa
Dalam hal ini terdakwa meninggal perbuatan yang dilakukan oleh satu orang
dunia saat tingkat penyidikan, KUHAP atau beberapa oarang tertentu sehingga
memberikan dasar hukum nya ada di dengan keputusan abolisi inilah maka
dalam pasal 109 ayat 2 yang berbunyi setiap orang yang terikut dalm satu atau
Dalam hal menghentikan penyidikan bebrapa delik yang belum atau yang masih
karena tidak terdapat cukup bukti atau dalam pemeriksaan pendahuluan dan yang
tindakan yang ternyata bukan merupakan belum diketahui ikut dihentikan
tindak pidana atau penyidikan dihentikan penuntutannya.
demi hukum, tersangka atau keluarganya. Demikianlah amnesti dan abolisi
Pada pasal ini juga menunjukkan merupakan hak istimewa serta mutlak atau
penyidikan demi hukum karena tersangka prerogratif dari Presiden. Yang menjadi
meninggal dunia. dasar dari pemberian amnesti dan ablisi
Di dalam KUHP hal ini juga diatur adalah kebijakan Pemerintah yang
dalam Buku I yaitu pada Bab VIII yang umumnya kepentingan negara lah yang
terdapat di pasal 76 sampai pasal 85. Hal- menjadi ukurannya. Pengertian Amnesti
hal yang dapat menggugurkan hak dan Abolisi diatas bahwa pemberian
menuntut yaitu ne bis in idem (pasal 76), keduanya dapat dilakukan “dengan
Matinya terdakwa (pasal 77), Daluarsa Undang-Undang” dan “atas kuasa Undang-
(pasal 78, 79, 80, 81, 84, dan 85), dan Undang”.
Penyelesaian diluar sidang (pasal 82). Pemberian Amnesti dengan
Undang-Undang ialah apabila terdapat
2. Luar perundang-undangan suatu perbuatan yang melanggar hukum
dan kasus tersebut hendak diberikan
Amnesti dan Abolisi dahulu harus
11
Abdul Hakim G, Nusantara, S.H., diadakannya Undang-Undang khusus
LLM, Luhut Pangaribuan, S.H., Cs, KUHAP dengan meminta persetujuan dari
dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaan, pelaksana. Sedangkan pemberian amnesti
Penerbit Djambatan, Jakarta, 1986, hak. 243. dan Abolisi atas kuasa Undang-Undang
12
Dr. Andi Hamzah, S.H., Pengantar
Hukum Acara Pidana, Penerbit Djambatan, ialah apabila dengan adanya Undang-
Jakarta, 1984, hal. 163. Undang mengenai pemberian Amnesti dan
Abolisi, maka setiap kali presiden hendak memberikan hukuman sesuai dengan
meberikan keduanya tidak perlu lagi perbuatannya, karena KUHP diciptakan
membuat Undang-Undang khusus atau untuk membuat kehidupan menjadi lebih
tidak perlu pula meminta izin dahulu dari baik.
parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Dengan adanya dasar hukum ini dapat
Amnesti dan Abolisi hanya ditujukan
membuat kita sadar terutama terdakwa jika
khusus untuk kejahatan politik dan
hukum tetap berjalan sesuai dengan yang
diberikan kepada sekelompok orang
tertentu. ditetapkan pada undang-undang.
REFERENSI
PENUTUP
Buku
Kesimpulan
1. Hal-hal yang mejadikan gugurnya hak Abdul Hakim G Nusantara, L. M. (1986).
menuntut kepada pelaku tindak pidana KUHAP (Kitab Undang-Undang
ialah: adanya keputusan hakim yang Hukum Acara Pidana) dan
berkekuatan tetap atau ne bis in idem Peraturan-Peraturan Pelaksanaan.
diatur pada pasal 76 KUHP ayat 1, Jakarta: Djambatan.
terdakwa yang meninggal dunia yang Alfitra, S. M. (2012). Hapusnya Hak
diatur pada pasal 77 KUHP, daluarsa atau Menuntut dan Menjalankan
lewat waktu yang diatur pada pasal 78 Pidana. Jakarta: Raih Asa Sukses.
KUHP, dan penyelesaian diluar
persidangan yang diatur dalam pasal 82 Chazawi, A. (2005). Penafsiran Hukum
KUHP. Pidana, Dasar Peniadaan,
Pemberatan dan Peringanan,
2. Dasar hukum gugurnya hak menuntut Kejahatan Aduan, Perbarengan
terbagi atas dua yaitu dalam perundang- dan Ajaran Kausalitas. Jakarta:
undangan dan luar perundang-undangan. Raja Grafindo Persada.
Dalam perundang-undangan terdapat pada
KUHP dan KUHAP. Di dalam KUHP Hamzah, D. A. (1984). Pengantar Hukum
terdapat pasal 76 samapai dengan pasal 85, Acara Pidana. Jakarta: Ghalia
sedangkan di dalam KUHAP terdapat pada Indonesia.
pasal 140 ayat 2 butir a. Luar perundang-
Ibrahim, J. (2005). Teori dan Metode
undangan pada pasal 14 Undang-Undang
Penelitian Hukum Normatif.
Dasar 1945 yang berbunyi presiden
Malang: Bayumedia.
memberikan Grasiamesti dan rehabilitasi
serta Amnesti dan Abolisi. Prakoso, J. (1978). Pembaharuan Hukum
Pidana Indonesia. Yogyakarta:
Saran Liberty.
1. Kepada seseorang yang melakukan
tindak pidana diberikan hukuman agar Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S. M. (2007).
seseorang itu tidak mengulangi kembali Penelitian Hukum Normatif.
perbuatannya dan dapat sadar atau jera. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hakim di Indonesia pun harus dapat
menjadi hakim yang adil dalam
Samosir, C. D. (2013). Segenggam
Tentang Hukum Acara Pidana.
Bandung: Nuansa Aulia.
Artikel Jurnal
Wangkil, J. P. (2017). Hapusnya Hak
Menuntut Dan Menjalankan
Pidana Menurut Pasal 76 KUHP.
Vol. 5 No. 2: Lex Administratum.
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana No.
1 Tahun 1946 Pasal 77.