Anda di halaman 1dari 7

Lex Administratum, Vol. VI/No.

3 /Jul-Ags/2018

PERLUASAN OBJEK PRAPERADILAN akan adanya perlindungan terhadap hak-hak


BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH asasi manusia. Praperadilan dalam KUHAP,
KONSTITUSI NOMOR 21/PUU-XII/20141 ditempatkan dalam Bab X, Bagian Kesatu,
Oleh : Ovaldo Sepang2 sebagai salah satu bagian ruang lingkup
wewenang mengadili bagi pengadilan
ABSTRAK negeri.3
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Adapun pengertian mengenai
untuk mengetahui bagaimana objek praperadilan dirumuskan dalam Pasal 1 butir
praperadilan berdasarkan Pasal 77 KUHAP 10 KUHAP yang berbunyi:
dan bagaimana perluasan objek praperadilan 1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi dan atau penahanan atas permintaan
Nomor 21/PUU-XII/2014. Dengan tersangka atau keluarganya atau pihak
menggunakan metode penelitian yuridis lain atas kuasa tersangka.
normatif, disimpulkan: 1. Objek praperadilan 2. Sah atau tidaknya penghentian
berdasarkan Pasal 77 KUHAP memeriksa sah penyidikan atau penghentian
atau tidaknya penangkapan, penahanan, penuntutan atas permintaan demi
penghentian penyidikan dan penuntutan tegaknya hukum dan keadilan.
serta permintaan ganti rugi dan rehabilitasi 3. Permintaan ganti kerugian atau
bagi seseorang yang perkara pidananya rehabilitasi oleh tersangka atau
dihentikan pada tingkat penyidikan atau keluarganya atau pihak lain atas
penuntutan atau perkaranya tidak diajukan kuasanya yang perkaranya tidak
ke pengadilan atau akibat sahnya diajukan ke pengadilan.
penghentian penyidikan atau penuntutan. 2. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 10
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor KUHAP tersebut di atas dapat diketahui
21/PUU-XII/2014 memperluas objek bahwa objek praperadilan adalah sah atau
peradilan yang diatur dalam Pasal 77 KUHAP, tidaknya suatu penangkapan dan atau
termasuk penetapan tersangka, penahanan, sah atau tidaknya penghentian
penggeledahan dan penyitaan. Melalui penyidikan atau penghentian penuntutan
putusan ini Mahkamah Konstitusi juga dan permintaan ganti kerugian atau
menetapkan bahwa frasa ‘bukti permulaan’ rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya
dalam Pasal 1 angka 14 KUHAP tentang atau pihak lain atas kuasanya yang
Tersangka dan frasa ‘bukti permulaan yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan dan
cukup’ dalam Pasal 17 KUHAP tentang selanjutnya praperadilan diatur selengkapnya
Perintah Penangkapan harus dimaknai dalam Pasal 77 sampai Pasal 82 KUHAP.
minimal dua alat bukti sesuai Pasal 184 Dan berdasarkan Putusan Mahkamah
KUHAP tentang alat-alat bukti yang sah. Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 objek
Kata kunci: Perluasan Objek, Praperadilan, peradilan diperluas termasuk di dalamnya,
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor sah atau tidaknya penetapan tersangka, sah
21/PUU-XII/2014 atau tidaknya penggeledahan dan sah atau
tidaknya penyitaan.
PENDAHULUAN Selama ini penetapan status tersangka
A. Latar Belakang yang diberikan oleh penyidik kepada
Praperadilan merupakan lembaga yang sseorang dilekatkan tanpa batas yang jelas.
baru dalam hukum acara pidana. Istilah Akibatnya, orang tersebut secara terpaksa
praperadilan dikenalkan melalui menerima statusnya tanpa memiliki
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 kesempatan untuk menguji keabsahan
tentang KUHAP. Praperadilan membawa penetapan tersangka tersebut.
perubahan dan memunculkan harapan baru Penetapan tersangka adalah bagian dari
proses penyidikan yang di dalamnya
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Rudy Regah,
3
SH, MH; Michael Barama, SH, MH H. Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Kontemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007,
14071101113 hlm. 91.

71
Lex Administratum, Vol. VI/No. 3 /Jul-Ags/2018

kemungkinan terdapat tindakan Berdasarkan Pasal 77 KUHAP, objek


sewenang-wenang dari penyidik yang praperadilan adalah sebagai berikut :
termasuk dalam perampasan hak asasi a. Sah atau tidaknya penangkapan,
seseorang. Mahkamah Konstitusi mengakui penaharan, penghentian penyidikan
pemberlakuan KUHAP pada tahun 1981 atau penghentian penuntutan.
masih belum mengenal penetapan tersangka b. Ganti kerugian dan atau reJiabilitasi bagi
sebagai salah satu bentuk upaya paksa. seorang yang perkara pidananya
Namun seiring perkembangan waktu, bentuk dihentikan pada tingkat penyidikan atau
upaya paksa telah mengalami perkembangan penuntutan.
dan modifikasi, sehingga melalui Putusan MK Dari ketentuan Pasal 77 KUHAP dapat
Nomor 21/PUU-XII/2014, Mahkamah diperinci bahwa objek praperadilan adalah :1
Konstitusi memperluas objek praperadilan, a. Masalah sah atau tidaknya :
yang merupakan hal yang menarik untuk - Penangkapan
dibahas. Dari uraian di atas telah mendorong - Penahanan
penulis untuk menulis skripsi ini dengan judul - Penghentian penyidikan
: Perluasan Objek Praperadilan Berdasarkan - Penghentian penuntutan.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor b. Permintaan ganti rugi dan rehabilitasi
21/PUU-XII/2014. Bagi perkara pidana yang dihentikan
pada tingkat penyidikan, atau
B. Perumusan Masalah penuntutan, atau perkaranya tidak
1. Bagaimana objek praperadilan diajukan ke pengadilan, atau akibat
berdasarkan Pasal 77 KUHAP? sahnya penghentian penyidikan atau
2. Bagaimana perluasan objek praperadilan penuntutan.
berdasarkan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014? Praperadilan diatur dalam Pasal 77
sampai dengan Pasal 83 KUHAP. Praperadilan
C. Metode Penelitian merupakan suatu kontrol terhadap tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian penyidik maupun penuntut umum dalam
hukum normatif. Penelitian hukum normatif menjalankan tugas wewenangnya dalam
disebut juga penelitian hukum doktrinal. 4 proses peradilan pidana apakah telah
Pada penelitian hukum normatif acapkali dilakukan dengan benar atau tidak. Dapat
hukum diharapkan sebagai apa yang tertulis juga dikatakan apakah wewenang yang
dalam peraturan perundang-undangan (law dimiliki polisi dan penuntut umum
in books) atau hukum dikonsepkan sebagai dilaksanakan telah melanggar hak
kaidah atau norma yang merupakan patokan tersangka/terdakwa atau tidak. Lembaga ini
berperilaku manusia yang dianggap pantas.5 diberikan sebagai sarana pengawasan
Untuk menghimpun data digunakan metode dengan maksud untuk menegakkan hukum,
penelitian kepustakaan (library research), keadilan, dan kebenaran secara horizontal.
yaitu dengan mempelajari kepustakaan Adapun pengawasan secara vertikal tentunya
hukum yang berkaitan dengan pokok diadakan oleh masing-masing atasan badan
permasalahan, himpunan peraturan tersebut.2
perundang-undangan, artikel-artikel hukum
dan berbagai sumber tertulis lainnya. B. Perluasan Objek Praperadilan
Berdasarkan Putusan MK No.
PEMBAHASAN 21/PUU-XII/2014
A. Objek Praperadilan Berdasarkan Pasal Pasal 77 KUHAP mengatur objek
77 KUHAP praperadilan hanya sebatas pada sah atau

1
Hari Sasangka, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan
4
Aminudin, dan H. Zainal Abidin, Pengantar Metode dan Praperadilan Dalam Teori dan Praktek, CV Mandar
Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Maju, Bandung, 2007, hlm. 188.
2
2008, hlm. 118. Lintong Okan Siahan, Jalannya Peradilan Prancis dari
5
Loc-cit. Peradilan Kita, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 92.

72
Lex Administratum, Vol. VI/No. 3 /Jul-Ags/2018

tidaknya penangkapan, penahanan, bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku


penghentian penyidikan, penghentian tindak pidana. Dan frasa bukti permulaan
penuntutan, ganti kerugian dan rehabilitasi, yang cukup dalam Pasal 17 KUHAP yang
maka melalui Putusan Mahkamah Konstitusi menentukan, perintah penangkapan
Nomor : 21/PUU-XII/2014 memperluas objek dilakukan terhadap seorang yang diduga
praperadilan termasuk sah atau tidaknya keras melakukan tindak berdasarkan bukti
penetapan tersangka, penggeledahan dan permulaan yang cukup. Serta frasa alat bukti
penyitaan.14 dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP yang
Mahkamah Konstitusi membuat putusan menentukan, perintah penahanan atau
ini dengan mempertimbangkan Pasal 1 ayat penahanan lanjutan terhadap seorang
(3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa tersangka atau terdakwa yang diduga keras
Indonesia adalah negara hukum, sehingga melakukan tindak pidana dan keadaan yang
asas due process of law harus dijunjung tinggi menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka
oleh seluruh pihak lembaga penegak hukum atau terdakwa akan melarikan diri merusak
demi menghargai hak asasi seseorang.15 atau menghilangkan barang bukti dana tau
Penetapan tersangka adalah bagian dari mengulangi tindak pidana. Harus dimaknai
proses penyidikan yang di dalamnya minimal dua alat bukti sesuai Pasal 184
kemungkinan terdapat tindakan KUHAP.17
sewenang-wenang dari penyidik yang Pasal 184 KUHAP mengatur tentang alat
termasuk dalam perampasan hak asasi bukti yang sah dalam hukum acara pidana
manusia. Selama ini penetapan status dan menentukan:
tersangka yang diberikan oleh penyidik (1) Alat bukti yang sah ialah :
kepada seseorang dilekatkan tanpa batas a. Keterangan saksi
waktu yang jelas. Akibatnya, orang tersebut b. Keterangan ahli
secara terpaksa menerima statusnya tanpa c. Surat
memiliki kesempatan untuk menguji d. Petunjuk
keabsahan penetepan itu. e. Keterangan terdakwa
Mahkamah Konstitusi mengakui (2) Hal yang secara umum sudah diketahui
pemberlakuan KUHAP pada tahun 1981 tidak perlu dibuktikan.
masih belum mengenal penetapan tersangka Mahkamah Konstitusi beralasan KUHAP
sebagai salah satu bentuk upaya paksa. tidak memberi penjelasan mengenai batasan
Namun seiiring perkembangan waktu, bentuk jumlah alat bukti dari frasa bukti permulaan.
upaya paksa telah mengalami perkembangan Berbeda dengan Pasal 44 Undang-undang
dan modifikasi. Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Mahkamah Konstitusi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
mempertimbangkan pendapat ahli hukum mengatur secara jelas batasan jumlah alat
Arief Shidarta yang mengatakan, bahwa jika bukti, yakni minimal dua alat bukti.
kehidupan sosial semakin kompleks, maka Frasa bukti permulaan, bukti permulaan
hukum perlu dikonkritkan secara ilmiah yang cukup dan bukti yang cukup dalam Pasal
dengan menggunakan bahwa yang lebih 1 angka 14, Pasal 17 dan Pasal 21 ayat (1)
bauik dan sempurna.16 KUHAP harus ditafsirkan sekurang-kurangnya
Mahkamah Konstitusi melalui putusan dua alat bukti yang sah sesuai Pasal 184
Nomor : 21/PUU-XII/2014 menyatakan KUHAP disertai pemeriksaan calon
bahwa frasa bukti permulaan dalam Pasal 1 tersangkanya, kecuali tindak pidana yang
angka 14 KUHAP yang menentukan, penetapan tersangkanya dimungkin dan
tersangka adalah seorang yang karena dilakukan tanpa kehadiran (in absentia).18
perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan Mahkamah Konstitusi menganggap syarat
minimum dua alat bukti dan pemeriksaan
14
https://m.cnnindonesia.com MK Putusan Penetapan calon tersangka untuk transparansi dan
Tersangka Masuk Objek Praperadilan, hlm. 3, diakses
10 Oktober 2018.
perlindungan haka sasi seseorang agar
15
Ibid, hlm. 5.
16 17
https://m.hukum.online.com. Diakses 10 Oktober Loc-cit.
18
2018 Ibid, hlm. 3.

73
Lex Administratum, Vol. VI/No. 3 /Jul-Ags/2018

sebelum seseorang ditetapkan sebagai melakukan kegiatan pengumpulan alat bukti


tersangka tidak dapat memberi keterangan untuk memastikan perbuatan yang diperiksa
secara seimbang. Hal ini menghindari adanya sebagai perbuatan pidana atau bukan
tindakan sewenang-wenang oleh penyidik perbuatan pidana, kemudian menentukan
terutama dalam menentukan bukti siapa pelaku perbuatan pidana tersebut.
permulaan yang cukup. Pembuktian dalam hukum pidana sudah
Objek praperadilan meski dibatasi secara dimulai sejak tahap penyidikan karena
limitatif dalam Pasal 1 angka 10 Pasal 77 penyidik harus mengumpulkan bukti-bukti
KUHAP. Namun penetapan tersangka adalah tersebut untuk diuji pada tahap pemeriksaan
bagian dari proses penyidiukan yang terbuka di sidang pengadilan. Dalam penyidikan ini
kemungkinan terdapat tindakan kelak akan diketahui, perbuatan pidana yang
sewenang-wenang oleh penyidik yang diduga dilakukan secara bersama-sama
termasuk perampasan hak asasi seseorang. dengan pelaku lain atau dilakukan oleh
Memang Pasal 1 angka 2 KUHAP tentang seorang saja. Selain itu penyidikan ini juga
penyidikan kalau diterapkan secara benar untuk menentukan terpenuhi atau tidaknya
tidak diperlukan pranata praperadilan. unsur-unsur tindak pidana yang akan
Namun bagaimana kalau ada yang salah dipersangkakan kepada tersangka. Dengan
dalam menet apkan tersangka, sehingga demikian maka bukti-bukti tentang tindak
seharusnya penetapan tresngka yang pidananya adalah sebangun dengan
menjadi bagian dari proses penyidikan bukti-bukti bahwa yang bersangkutanlah
menjadi objek praperadilan. yang melakukan perbuatan tersebut.
Praperadilan merupakan salah satu Seseorang ditetapkan sebagai tersangka
mekanisme kontrol terhadap kemungkinan atas suatu perbuatan atau suatu tindak
tindakan oleh penyidik dan penuntut umum pidana harus jelas tindak pidananya, harus
dalam melakukan penangkapan, penahanan, dengan jelas ada bukti-buktinya perbuatan
penggeledahan, penyitaan, penyidikan, pidana itu terjadi dan kemudian bukti-bukti
penuntutan, penghentian penyidikan dan itu juga berhubungan dengan seseorang yang
penghentian penuntutan. melakukan perbuatan itu yang akan menjadi
Secara eksplisit, Mahkamah Konstitusi tersangka.
telah menyatakan pendapatnya bahwa Penyidikan bukan merupakan suatu
penggeledahan dan penyitaan bagian proses pidana yang mengharuskan lahirnya
mekanisme kontrol terhadap kemungkinan tersangka pada proses akhirnya. Penyidikan
tindakan sewenang-wenang dari penyidik pun secara tegas memberikan syarat bahwa
dan penuntut umum. Karenanya, keduanya penetapan tersangka merupakan tahapan
termasuk dalam objek praperadilan. lanjutan yang syaratnya hanya dapat
Inti putusan Mahkamah Konstitusi Nomor dilakukan setelah penyidik berhasil
21/PUU/XII/2014 adalah memasukkan mengumpulkan bukti-bukti yang cukup
penetapan tersangka sebagai objek berdasarkan hukum yang menunjuk
praperadilan untuk memberikan seseorang atau beberapa orang sebagai
perlindungan atau hak asasi manusia, dan pihak yang diduga pelaku tindak pidana.
pengawasan horizontal kegiatan penyidik. Bahwa frasa bukti permulaan
Juga mengingatkan penyidik dari awal, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1
mereka harus sangat hati-hati dalam angka 14 dan frasa bukti permulaan yang
menetapkan orang sebagai tersangka, tidak cukup sebagaimana yang terdapat dalam
boleh seenaknya karena disitu potensi Pasal 17 KUHAP tanpa disertai dengan
dilanggarnya hak asasi manusia yang dapat parameter yang jelas telah menimbulkan
diajukan praperadilan.19 ketidakpastian hukum sehubungan dengan
Pada hakikatnya inti dari kegiatan syarat-syarat yang harus dipenuhi penyidik
penyidikan, adalah pengumpulan atau sebelum menyatakan seseorang sebagai
tersangka atau sebelum menggunakan upaya
9
Ronny Virginia Utami, MK Putusan Penetapan jaksa dalam menangkap seseorang. Hal ini
Tersangka Masuk Objek Praperadilan, Gramedia jelas bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1)
Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 10.

74
Lex Administratum, Vol. VI/No. 3 /Jul-Ags/2018

UUD 1945 dan dapat menimbulkan merupakan pembatasan atas kebebasan atau
kesewenang-wenangan yang secara nyata hak asasi tersangka maka bukti permulaan
berhubungan dengan prinsip due to process dan bukti permulaan yang cukup haruslah
of law sebagaimana digariskan dalam Pasal 1 dinyatakan dalam undang-undang, dalam hal
ayat (3) serta Pasal 28I ayat (5) UUD 1945.20 ini KUHAP, dan tidak boleh dilakukan melalui
Berbeda dengan KUHAP, Undang-undang peraturan-peraturan lainnya apalagi melalui
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi interpretasi dari para penyidik.
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Berdasarkan uraian di atas, untuk
No. 30/2002) telah mengatur secara jelas menjamin kesesuaian dengan prinsip-prinsip
parameter dari istilah bukti permulaan yang hak asasi manusia sebagaimana dijamin
cukup sebagai syarat meningkatkan tahapan dalam Pasal 1 ayat (3), Pasal 28D ayat (1),
penyelidikan menjadi penyidikan dalam Pasal Pasal 28I ayat (5) dan Pasal 28J ayat (2) UUD
44 ayat (2) ditentukan, bukti permulaan yang 1945 sudah seyogianya Mahkamah
cukup dianggap telah ada apabila telah menyatakan yang frasa bukti permulaan dan
ditemukan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti permulaan yang cukup yang terdapat
bukti, termasuk dan tidak terbatas pada dalam Pasal 1 angka 14 juncto Pasal 17
informasi atua data yang diucapkan, dikirim, KUHAP tidak mempunyai kekuatan hukum
diterima atau disimpan baik secara biasa mengikat sepanjang frasa bukti permulaan
maupun elektronik atau optik. dan bukti permulaan yang cukup tidak
Pengaturan secara jelas terhadap dimaknai sekurang-kurangnya 2 (dua) alat
parameter frasa bukti permulaan yang cukup bukti.
dalam Pasal 44 ayat (22) UU No. 30/2002 Ada dua frasa penting di dalam Pasal 21
yang mensyaratkan terdapat ayat (1) KUHAP yang bersifat multitafsir dan
sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti menimbulkan ketidakpastian hukum serta
dijadikan sebagai acuan oleh Mahkamah memberikan ruang subjektivitas yang besar
dalam memberikan kepastian hukum kepada penyidik dalam menerapkannya,
terhadap frasa bukti permulaan dan bukti yaitu frasa berdasarkan bukti yang cukup dan
permulaan yang cukup dalam Pasal 1 angka frasa adanya keadaan yang menimbulkan
14 juncto Pasal 17 KUHAP. kekhawatiran.
Syarat terdapatnya 2 (dua) alat bukti ini Tidak ada ukuran yang dimaksud denan
sejalan dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP bukti yang cukup, maupun bagaimana
yang menentukan, hakim tidak boleh kriteria penilaian terhadap bukti yang cukup,
menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali dari suatu keadaan untuk dapat diktakan
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat sebagai keadaan yang menimbulkan
bukti yang sah ia memoeroleh keyakinan kekhawatiran, maupun ukuran atau standar
bahwa suatu tindak pidana benar-benar atau parameter dari pemahaman atas
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah definisi keadaan yang menimbulkan
melakukannya. kekhawatiran, tidak ditemukan jawabannya
Pasal 183 KUHAP menggunakan alat bukti di dalam ketentuan norma di dalam Pasal 21
sebagai acuan dalam menjatuhkan pidana ayat (1) KUHAP maupun penjelasan atas
maka dengan sendirinya dalam menetapkan pasal tersebut. Maknanya sepenuhnya
seseorang sebagai tersangka dan dalam diserahkan kepada penyidik.
menangkap seseorang, sudah seharusnya Terminologi berdasarkan bukti yang
aparat penegak hukum menggunakan alat cukup dan adanya keadaan yang
bukti sebagai parameter objektif sebelum menimbulkan kekhawatiran dalam Pasal 21
melakukan tindakan-tindakan tersebut. ayat (1) KUHAP berkaitan erat dengan upaya
Bahwa karena terminologi bukti paksa yang merupakan pembatasan atas
permulaan dan bukti permulaan yang cukup kebebasan/hak asasi tersangka maka
dalam Pasal 1 angka 14 dan Pasal 17 KUHAP pengertian berdasarkan bukti yang cukup
berkaitan erat dengan upay apaksa yang dan adanya keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran haruslah dinyatakan dalam
20
www.mahkamahkonstitusi.go.id, hlm. 14, diakses 11 Undang-undang, dalam hal ini KUHAP dan
Oktober 2018.

75
Lex Administratum, Vol. VI/No. 3 /Jul-Ags/2018

tidak boleh dilakukan melalui B. Saran


peraturan-peraturan lainnya apalagi melalui 1. Diharapkan kepada penyidik dalam
interpretasi dari para penyidik. melakukan penangkapan, penahanan,
Perluasan objek praperadilan berdasarkan penghentian penyidikan agar melakukan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor tugas dan wewenangnya dengan baik
21/PUU-XII/2014 berawal dari permohonan berdasarkan ketentuan yang diatur di
praperadilan Komjen Pol Budi Gunawan atas dalam KUHAP. Begitu juga dengan
penetapan tersangka yang dilakukan oleh penuntut umum agar melakukan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang penuntutan atau penghentian
dikabulkan oleh Hakim Sarpin Rizaldi. Salah penuntutan sesuai prosedur yang diatur
satu amar dalam putusannya menyatakan dalam KUHAP supaya tidak dimohonkan
tidak sah segala keputusan atau penetapan praperadilan oleh tersangka, keluarganya
yang dikeluarkan oleh termohon yang atau kuasa hukumnya.
berkaitan dengan penetapan tersangka oleh 2. Sebelum adanya putusan Mahkamah
termohon. Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 dan Pasal belum mengenal penetapan tersangka,
77 KUHAP, penetapan tersangka tidak masuk penggeledahan dan penyitaan sebagai
dalam kewenangan Praperadilan. Namun objek praperadilan. Untuk itu setelah
semenjak ada putusan MK Nomor adanya putusan ini, diharapkan kepada
21/PUU-XII/2014 penetapan tersangka penyidik agar dalam melakukan
masuk sebagai kewenangan dalam penyidikan suatu perkara pidana
Praperadilan. mendapatkan dua alat bukti yang sah
berdasarkan Pasal 184 KUHAP dalam
PENUTUP menetapkan tersangka supaya tidak
A. Kesimpulan dimohonkan praperadilan oleh
1. Objek praperadilan berdasarkan Pasal 77 tersangka, keluarganya atau kuasa
KUHAP memeriksa sah atau tidaknya hukum.
penangkapan, penahanan, penghentian
penyidikan dan penuntutan serta DAFTAR PUSTAKA
permintaan ganti rugi dan rehabilitasi Adji Seno Oemar, Hukum, Hukum Pidana,
bagi seseorang yang perkara pidananya Erlangga, Jakarta, 2008.
dihentikan pada tingkat penyidikan atau Aminudin, dan Abidin Zainal H., Pengantar
penuntutan atau perkaranya tidak Metode Penelitian Hukum, PT Raja
diajukan ke pengadilan atau akibat Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
sahnya penghentian penyidikan atau Azhary Thahir Muhammad, Hak Asasi
penuntutan. Manusia Dalam Sistem Peradilan
2. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Pidana, Djambatan, Jakarta, 2007.
21/PUU-XII/2014 memperluas objek Effendi Tolib, Sistem Peradilan Pidana,
peradilan yang diatur dalam Pasal 77 Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2013.
KUHAP, termasuk penetapan tersangka, Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana
penggeledahan dan penyitaan. Melalui Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
putusan ini Mahkamah Konstitusi juga 2009.
menetapkan bahwa frasa ‘bukti Husin Kadri dan Husin Rizki Budi, Sistem
permulaan’ dalam Pasal 1 angka 14 Peradilan Pidana, Sinar Grafika,
KUHAP tentang Tersangka dan frasa Jakarta, 2016.
‘bukti permulaan yang cukup’ dalam ______________, KUHAP Dengan
Pasal 17 KUHAP tentang Perintah Pembahasan Yuridis Menurut
Penangkapan harus dimaknai minimal Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan
dua alat bukti sesuai Pasal 184 KUHAP Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung,
tentang alat-alat bukti yang sah. 2004.
Mahkamah Agung RI, Pedoman Teknis
Administrasi dan Teknis Peradilan

76
Lex Administratum, Vol. VI/No. 3 /Jul-Ags/2018

Buku II Edisi 2007, Mahkamah Agung diakses 11 Oktober 2018.


RI, Jakarta, 2008.
Manalu Rambe Paingot, dkk., Hukum Acara
Pidana Dari Segi Pembelaan, CV
Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta,
2010.
Moerad Pontang, Pembentukan Hukum
Melalui Putusan Pengadilan Dalam
Perkara Pidana, Alumni, Bandung,
2005.
Muhammad Rusky H., Hukum Acara Pidana
Kontemporer, CV Mandar Maju,
Bandung, 2011.
Mulyadi Lilik, Seraut Wajah Putusan Hakim
Dalam Hukum Acara Pidana
Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2014.
Nasution Buyung Adnan, Bantuan Hukum Di
Indonesia, LP3ES, Jakarta, 2001.
Prodjohamidjojo Martiman, Komentar Atas
KUHAP, Pradnya Paramita, Jakarta,
2002.
Ranoemihardja Atang R., Hukum Acara
Pidana, Tarsito, Bandung, 2013.
Sasangka Hari, Penyidikan, Penahanan dan
Penuntutan dan Praperadilan dalam
Teori dan Praktek, Mandar Maju,
Bandung, 2007.
Siahaan Oloan Lintong, Jalannya Preadilan
Prancis Lebih Cepat dari Peradilan
Kita. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001.
Soemarasongko Hadi, Sanggahan Atas
Praperadilan Antara Harapan dan
Kenyataan, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2007.
Utami Virginia Ronny, MK Putusan
Penetapan Tersangka Masuk Objek
Praperadilan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2015.

Perundang-undangan :
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman.

Website :
https://m.cnnindonesia.com, MK Putusan
Penetapan Tersangka Masuk Objek
Praperadilan, diakses 10 Oktober
2018.
https://m.hukum.online.com, diakses 10
Oktober 2018
www.mahkamahkonstitusi.go.id, hlm. 14,

77

Anda mungkin juga menyukai