Anda di halaman 1dari 28

Penuntutan

Pengertian, Dasar Hukum, Ruang Lingkup, Wewenang,


Re – Evolusi, Tahapan, dan Pra – penuntutan
Anggota Kelompok

1921030591 1921030614 1921030601

—Cindy Maretha I.S.P —Ismail Ali —Vertasya Ayu Violetta


01
Pengertian
Pengertian Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
Yuridis yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang pengadilan (Pasal 1 butir 7 KUHAP).

Pengertian penuntutan termasuk penghentian penuntutan, karena suatu


Administratif perkara pidana baru dapat dihentikan penuntutannya, setelah perkara tersebut
beralih tanggung jawab dari penyidik kepada penuntut umum

Penuntutan adalah Menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana ialah


Wirjono menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada
hakim, dengan permohonan supaya hakim memeriksa dan memutuskan
Prodjodikoro perkara pidana itu terhadap terdakwa
Pengertian Penuntut Umum

Dalam Pasal 1 angka 6b KUHAP, menyatakan bahwa penuntut


umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

Tidak semua jaksa adalah penuntut umum, tetapi semua


penuntut umum adalah jaksa, alasannya karena menurut ketentuan
tersebut hanya jaksa lah yang dapat bertindak sebagai penuntut
umum. Seorang jaksa baru memperoleh kapasistasnya sebagai
penuntut umum apabila ia menangani tugas penuntutan.
02
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Pasal 137 Pasal 140 ayat (1) Pasal 143 ayat (1)

Penuntut umum berwenang


Dalam hal penuntut umum
melakukan penuntutan terhadap Penuntut umum melimpahkan
berpendapat bahwa dari hasil
siapapun yang didakwa melakukan perkara ke pengadilan negeri
penyidikan dapat dilakukan
suatu tindak pidana dalam daerah dengan permintaan agar segera
penuntutan, ia dalam waktu
hukumnya dengan melimpahkan mengadili perkara tersebut disertai
secepatnya membuat surat
perkara ke pengadilan yang dengan surat dakwaan.
dakwaan.
berwenang mengadili.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004,
tentang Kejaksaan RI

Pasal 30, ayat (1) huruf a Pasal 35 huruf a

Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang


Di bidang pidana, kejaksaan membunyai tugas dan menetapkan serta mengendalikan kebijakan
wewenang melakukan penuntutan. penegakan hukum dan keadilan dalam ruang
lingkup tugas dan wewenang Kejaksaan
03
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Penuntutan

1. Pemeriksaan Tambahan 7. Pelimpahan perkara ke Pengadilan


2. Praperadilan 8. Penghentian Penuntutan
3. Penerimaan dan Penelitian Tersangka 9. Pemanggilan saksi, ahli, terdakwa,
(tahap II), pasal 8 ayat (3) KUHAP terpidana tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti
4. Penerimaan dan Penelitian Barang
Bukti (tahap II) 10.Penyusunan tuntutan pidana, Pasal 182
KUHAP
5. Penangguhan Penahanan
11. Pengesampingan Perkara Demi
6. Pembantaran Penahanan Kepentingan Umum
04
Wewenang
Wewenang Penuntut Umum Sesuai
Ketentuan Pasal 14 KUHAP
Memberikan perpanjangan

01 02
penahanan, melaksanakan
Menerima dan memeriksa berkas
penahanan atau penahanan
perkara penyidikan dari penyidik
lanjutan dan atau mengubah
atau penyelidik pembantu
status tahanan setelah perkaranya
dilimpahkan oleh penyidik

Mengadakan prapenuntutan apabila

03 04
ada kekurangan pada penyidikan
dengan memberikan petunjuk Membuat surat dakwaan
dalam rangka penyempurnaan
penyidikan dari penyidik
Melimpahkan perkara ke
pengadilan 05 08 Menutup perkara demi
kepentingan hukum

Menyampaikan pemberitahuan
kepada terdakwa tentang ketentuan Mengadakan tindakan lain

06 09
hari dan waktu perkara disidangkan dalam lingkup tugas dan
yang disertai dengan surat tanggung jawabnya sebagai
panggilan, baik kepada terdakwa penuntut umum menurut
aupun kepada saksi untuk datang ketentuan undang-undang
pada sidang yang telah ditentukan ini

Melakukan penuntutan 07 10 Melaksanakan penetapan


hakim
05
Re - Evaluasi
Re – Evolusi Sistem Penuntutan Dalam KUHAP

Prinsip Legalitas Prinsip Oportunitas

Prinsip oportunitas yang berarti bahwa


sekalipun seorang tersangka telah terang
Prinsip legalitas (legaliteitsbeginel) diartikan cukup bersalah menurut pemeriksaan
sebagai prinsip yang mewajibkan kepada penyidikan, dan kemungkinan besar akan
penuntut umum untuk melakukan penuntutan dapat dijatuhi hukuman, namun hasil
terhadap seseorang yang melanggar pemeriksaan tersebut tidak dilimpahkan ke
peraturan hukum pidana. Prinsip ini sidang pengadilan oleh penuntut umum.
merupakan implementasi terhadap prinsip Kejaksaan berpendapat, akan lebih
equality bermanfaat bagi kepentingan umum jika
perkara tersebut tidak diperiksa di muka
sidang pengadilan.
06
Tahapan
Tahapan Penuntutan
Tahapan ini merupakan rangkaian dalam penyelesaian perkara pidana
sebelum hakim memeriksanya di sidang pengadilan. Penuntutan itu sendiri
merupakan kegiatan melimpahkan perkara pidana kepengadilan, didalam
melimpahkan perkara itu tidak sekedar membawa perkara kepengadilan tapi ada
beberapa hal yang dilakukan sebelum perkara itu disampaikan kepengadilan.

Sebelum jaksa melimpahkan perkara pidana kepengadilan dan kemudian


melakukan penuntutan, seorang penuntut umum wajib mengambil langkah-
langkah sebagai berikut.
01 Menerima dan memeriksa berkas perkara

Mengadakan pra penuntutan, apabila ada kekurangan pada penyidikan dan segera mengembalikan
02
berkas kepada penyidik dengan memberikan petunjuk untuk penyempurnaannya

Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau
03
mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik

04 Membuat surat dakwaan

05 Melimpahkan perkara kepengadilan

Menyampaikan pemberitahuan kepada tersangka tentang ketentuan persidangan dengan disertai


06
panggilan, kepada terdakwa maupun saksi-saksi

07 Melakukan Penuntutan

08 Menutup perkara demi kepentingan hukum

09 Melakukan tindakan lain dalam ruang dan tanggung jawab sebagai penuntut umum

10 Melaksanakan putusan hakim


07
Pra - Penuntutan
“Pra-penuntutan adalah pengembalian berkas perkara dari jaksa
penuntut umum kepada penyidik karena Jaksa Penuntut Umum
berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata kurang
lengkap disertai petunjuk untuk melengkapinya.”
Pra - penuntutan
Dalam melakukan penuntutan ini Jaksa Penuntut Umum dapat melakukan tindakan
prapenunututan terhadap berkas perkara yang dinilai kurang lengkap.
Prapenuntutan ini dilakukan sebelum suatu perkara diajukan ke pengadilan. Hal ini
dimaksudkan untuk mempersiapkan tindakan penuntutan di depan sidang
pengadilan dan menentukan keberhasilan dalam penuntutan, artinya tindakan
prapenuntutan sangat penting guna mencari kebenaran materiil yang akan menjadi
dasar dalam proses penuntutan.
Sebelum jaksa penuntut umum melakukan penuntutan umumnya didahului dengan
“prapenuntutan” yakni mempelajari dan meneliti kembali Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
yang diajukan oleh Penyidik termasuk mempersiapkan surat dakwaan sebelum dilakukan
penuntutan. Tujuannya adalah dalam rangka mengetahui BAP sudah lengkap atau belum,
atau untuk mengetahui berkas perkara itu telah memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan
ke pengadilan atau belum. Jika dalam penuntutan ditemukan kekurangan atau tidak
lengkapnya persyaratan yang diperlukan. Jaksa Penuntut Umum dapat mengembalikan BAP
tersebut ke penyidik untuk dilengkapi dengan memberi petunjuk hal-hal yang perlu
dilengkapi.
Dalam sebuah pelaksanaan prapenuntutan, proses prapenuntutan selain dapat memacu
terhindarinya rekayasa penyidikan juga dapat mempercepat penyelesaian penyidikan juga
menghindari terjadinya arus bolak-balik perkara. Proses prapenuntutan selain dapat
menghilangkan kewenangan penyidikan oleh penuntut umum dalam perkara tindak pidana
umum juga dalam melakukan pemeriksaan tambahan bilamana penyidik Polri menyatakan
telah melaksanakan petunjuk penuntut umum secara optimal namun penuntut umum tidak
dapat melakukan penyidikan tambahan secara menyeluruh artinya penuntut umum hanya
dapat melakukan pemeriksaan tambahan terhadap saksi-saksi tanpa dapat melakukan
pemeriksaan terhadap tersangka.
Proses berlangsungnya prapenuntutan dilaksanakan baik oleh Penyidik maupun
Jaksa Penuntut Umum sebagaimana ketentuan Pasal 110 ayat (2) Jo, Pasal 138
ayat (1), (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Dalam penanganan tindak pidana umum, proses prapenuntutan merupakan pintu
gerbang bagi penuntut umum untuk menentukan proses peradilan selanjutnya,
keberhasilan suatu proses penyidikan akan menentukan keberasilan dalam proses
penuntutan, demikianpun selanjutnya, keberhasilan penuntutan akan menentukan
keberasilan dalam pemeriksaan di pengadilan, yang akhirnya terdakwa dinyatakan
terbukti melakukan tindak pidana, sebaliknya gagalnya tindakan penyidikan akan
mengakibatkan gagalnya pula proses atau tahap-tahap selanjutnya.
Proses prapenuntutan merupakan penghubung antara proses penyidikan yang
dilakukan oleh Polri dengan proses penuntutan yang dilakukan oleh Penuntut
Umum, sehingga proses prapenuntutan merupakan bagian yang sangat penting bagi
penuntut umum untuk mempelajari dan meneliti fakta-fakta hukum secara formil
dan materil yang telah dikumpulkan oleh penyidik di dalam berkas perkara yang
berakhir pada proses pembuktian dalam sidang pengadilan.
Kesimpulan
Dari hasil kajian topik masalah yang telah dibahas sebelumnya,dapat ditarik sebuah
kesimpulan yaitu,Peranan Penuntut dan penuntur umum dalam hal pembuktian
sangatlah penting, karena pembuktian suatu perkara tindak pidana di depan
persidangan merupakan tanggung jawab Jaksa selaku Penuntut Umum.Tahapan
penuntutan merupakan rangkaian dalam penyelesaian perkara pidana sebelum hakim
memeriksanya di sidang pengadilan.Dan Proses berlangsungnya prapenuntutan
dilaksanakan baik oleh Penyidik maupun Jaksa Penuntut Umum sebagaimana ketentuan
Pasal 110 ayat (2) Jo, Pasal 138 ayat (1), (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Anda mungkin juga menyukai