Anda di halaman 1dari 11

Oleh:

Riswan Munthe
Dasar Peniadaan Penuntutan yang ada di
dialam KUHP adalah :
1.Ne bis in idem (Pasal 76)
2.Lampau Waktu/Verjaring (Pasal 79)
3.Kematian Terdakwa atau Terpidana (Pasal 77)
4.Penyelesaian di Luar Proses Pengadilan
(afdoening buiten proces) (Pasal 82)
5.Tidak adanya aduan pada Delik Aduan
Dasar Peniadaan Penuntutan di Luar KUHP:
Abolisi
Amnesti
Dasar peniadaan penuntutan di dalam Bab
VIII KUHP adalah sebagai berikut :
1. Asas Ne Bis In Idem
Asas Ne Bis In Idem terdapat dalam Pasal 76

KUHP yang menyatakan bahwa “orang tidak


boleh dituntut dua kali karena perbuatan yang
oleh hakim Indonesia terhadap dirinya telah
diadili dengan keputusan yang menjadi tetap
(putusan inkra)”.
Pasal 1917 KUHPerdata, menyatakan
bahwa “apabila putusan yang dijatuhkan
pengadilan bersifat positif (menolak untuk
mengabulkan), kemudian putusan tersebut
memperoleh kekuatan hukum tetap, maka
dalam putusan melekat ne bis in idem. Oleh
karena itu, terhadap kasus dan pihak yang
sama, tidak boleh diajukan untuk kedua
kalinya”.
Daluwarsa adalah pengaruh lampau waktu
yang diberikan oleh Undang-undang untuk
menuntut seseorang tertuduh dalam perbuatan
pidana. Yang menjadi dasar atau alasan
pembuat KUHP menerima lembaga lewat waktu
(verjaring) adalah :
Sesudah lewatnya beberapa waktu, apalagi

waktu yang lewat itu cukup panjang,maka


ingatan orang tentang peristiwa telah
berkurang bahkan tidak jarang hampir hilang.
 Kepada individu harus diberi kepastian hukum
(rechtsverligheid) terutama apabilaindividu
terpaksa tinggal di luar negeri dan dengan
demikian untuk sementarawaktu merasa
kehilangan atau dikurangi kemerdekaannya.
 Untuk berhasilnya tuntutan pidana maka
sukarlah mendapatkan bukti sesudah
lewatnya waktu yang agak lama. Dalam Pasal
79 KUHP ditentukan bahwa sebagai saat mulai
berjalannya jangka waktu daluwarsa dalam
tuntutan pidana adalah “keesokan harinya
sesudah perbuatan dilakukan”.
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 77 KUHP :
“Kewenangan menuntut pidana hapus jika
terdakwa meninggal dunia”
Perbedaan antara dasar peniadaan pidana
dengan dasar peniadaan penuntutan:
1.Dasar peniadaan tuntutan ditujukan kepada
hakim, sedangkan dasar peniadaan penuntutan
ditujukan kepada penuntut umum.
2.Peniadaan penuntutan merupakan keadaan2
yang membuat penuntut umum tidak boleh
melakukan penuntutan terhadap terdakwa,
sedangkan peniaadaan pidana merupakan
keadaan yang membuat hakim tidak dapat
mengadili seseorang sehingga tidak dapat
mejatuhkan pidana terhadap terdakwa.
3. Bunyi putusan pengadilan jikalau terdapat
dasar peniadaan penuntutan adalah bahwa
tuntutan penuntut umum dinyatakan tidak
dapat diterima, sedangkan bilamana
terbukti adanya dasar peniadaan pidana
tuntutan tidak dinyatakan tidak diterima,
tetapi pengadilan menyatakan terdakwa
dibebaskan atau dilepaskan dari segala
tuntutan.
4. Dalam hal tuntutan penuntut umum
dinyatakan tidak dapat diterima, maka
penuntut umum masih berwenang
pengajukan tuntutan yang kedua jikalau
dasarpenuntutan itu gugur atau hapus.
Sebaliknya jikalau pengadilan menjatuhkan
putusan bebas dan pelepasan dari segala
tuntutan kedua terhadap perkara yang sama
dan terdakwa yang sama, karena dalam
penilaian itu sudah terkandung putusan
tentang delik itu dan itulah sebabnya
sehingga Pasal 76 KUHP yang mengandung
asas hukum ne bis in idem melindungi
terdakwa terhadap penuntutan sekali lagi.

Anda mungkin juga menyukai